Hak-Hak Konsumen dalam Perjanjian Berlangganan “TELKOMFlexi”

barang; kelalaian yang diakibatkan oleh konsumen; lewatnya jangka waktu penuntutan empat tahun sejak barang dibeli atau lewatnya jangka waktu yang diperjanjikan. 133 Dalam perjanjian berlangganan jasa “TELKOMFlexi” selanjutnya diketahui bahwa terjadi pembatasan tanggung jawab yang di muat dalam perjanjian. Dari hasil analisis penulis pembatasan tanggung jawab tersebut dapat dilihat dari adanya klausula baku 134 yang menyatakan bahwa 1 pelaku usaha tidak bertanggung jawab terhadap pelanggan atas tuntutan, biaya-biaya kerusakan, kerugian atau tanggung jawab atas kerusakan atau kerugian atau hilangnya harta benda karena atau sehubungan dengan layanan yang diberikan berdasarkan perjanjian ini dan 2 pelaku usaha tidak bertanggung jawab terhadap kegagalan penggunaan layanan telekomunikasi yang timbul dari atau sehubungan dengan kegagalan atau kerusakan yang terjadi pada jaringan telekomunikasi milik pelaku usaha atau yang dioperasikan oleh pihak lain, termasuk dalam hal pelanggan melakukan panggilan interkoneksi, sambungan langsung internasional.

B. Hak-Hak Konsumen dalam Perjanjian Berlangganan “TELKOMFlexi”

Perjanjian pada umumnya terdapat para pihak dimana masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban yang timbul dari perjanjian yang telah mereka 133 Ibid, hal. 68. 134 Lihat lampiran surat perjanjian Berlangganan “TELKOMFlexi” Universitas Sumatera Utara sepakati bersama. Hak dan kewajiban itu harus dilaksanakan secara sukarela sebagai implikasi dari sebuah perjanjian, demikian juga pada perjanjian penyediaan jasa berlangganan “TELKOMFlexi” antara penyedia jasa dan konsumen antara para pihak terdapat suatu hubungan hukum yang saling mengikat serta menimbulkan hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh semua pihak. Seperti halnya perjanjian pada umumnya, perjanjian penyediaan jasa berlangganan alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” antara penyedia jasa dan konsumen juga merupakan perjanjian timbal-balik. Kewajiban bagi pihak yang lainnya, demikian pula sebaliknya hak dari pihak yang satu menjadi kewajiban bagi pihak lawan. Para pihak akan memperoleh beban yang seimbang dalam pelaksanaan hak dan kewajibannya. 135 Oleh karena itu, setiap perjanjian termasuk perjanjian berlangganan alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” tidak terjadi dengan cuma-cuma. Akan tetapi disertai dengan pembayaran atas suatu transaksi sebagai imbalan dari harga objek perjanjian. Hak dan Kewajiban dalam perjanjian penyediaan jasa alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” antara penyedia jasa dan konsumen yang terlibat dalam perjanjian tersebut. Konsumen merupakan pihak yang sangat rentan terhadap perilaku merugikan yang dilakukan oleh pelaku usaha, sehingga konsumen perlu mendapat perlindungan. 135 Ahmad Miru, Hukum Kontrak Perancangan Kontrak, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 3. Universitas Sumatera Utara Perlindungan konsumen merupakan segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada konsumen. Dengan adanya perlindungan konsumen maka diharapkan tindakan sewenang- wenang pelaku usaha yang merugikan konsumen dapat ditiadakan. Adapun yang menjadi tujuan dari perlindungan konsumen, di muat dalam Pasal 3 UUPK, yang menyatakan bahwa: Perlindungan konsumen bertujuan: a. Meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri; b. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang danatau jasa; c. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen; d. Menciptakan sistem perlindungan yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi; e. Menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha; f. Meningkatkan kualitas barang danatau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang danatau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen. Perlindungan konsumen itu sendiri diselenggarakan sebagai usaha bersama berdasarkan lima asas sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 2 UUPK, yaitu asas manfaat, asas keadilan, asas keseimbangan, asas keamanan dan keselamatan konsumen, serta asas kepastian hukum sebagaimana yang dijelaskan sebelumnya. Universitas Sumatera Utara Dalam perjanjian berlangganan alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” terdapat dua pihak yaitu pihak operator sebagai penyedia jasa dengan konsumen sebagai pengguna jasa telekomunikasi “TELKOMFlexi” tersebut. Masing-masing pihak mempunyai hak dan kewajiban. Kewajiban di satu pihak merupakan hak bagi pihak lain. Hak dan kewajiban ini lahir setelah tercapainya kata sepakat mengenai unsur pokoknya. Baik konsumen maupun pelaku usaha, memiliki hak dan kewajiban yang harus diperhatikan dan dilaksanakan oleh mereka. Jika terjadi pelanggaran akan hak-hak konsumen atau konsumen akan mengalami kerugian sebagai akibat dari pelaku usaha yang tidak melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya, maka konsumen dapat menuntut pelaku usaha tersebut untuk bertanggung jawab. Sebaliknya, konsumen tidak dapat menuntut pelaku usaha untuk bertanggung jawab jika konsumen tidak melaksanakan apa yang menjadi kewajibannya. Secara umum, terdapat empat hak dasar konsumen yang mengacu pada President Kennedy’s 1962 Consumer’s Bill of Right. Ke empat hak tersebut yaitu: a. Hak untuk memperoleh keamanan the right to safety; b. Hak untuk mendapat informasi the right to be informed; c. Hak untuk memilih the right too choose; d. Hak untuk didengar the right to be heard. 136 136 Sidharta, Op Cit, hal. 16. Universitas Sumatera Utara Empat hak dasar yang dikemukakan oleh John F. Kennedy tersebut merupakan bagian dari Deklarasi Hak-Hak Asasi Manusia yang dicanangkan oleh PBB. 137 Selain dari empat hak dasar yang dikemukakan di atas, dalam literatur hukum terkadang hak-hak dasar tersebut digandeng dengan hak untuk mendapatkan lingkungan hidup yang bersih sehingga kelima-limanya disebut dengan ”Panca Hak Konsumen”. 138 Dalam perkembangannya, Organisasi Konsumen Sedunia International Organization of Consumers Union – IOCU menambahkan beberapa hak konsumen lainnya, yaitu hak memperoleh kebutuhan hidup, hak memperoleh ganti rugi, hak memperoleh pendidikan konsumen, dan hak memperoleh lingkungan hidup yang bersih dan sehat. Selain itu, Masyarakat Eropa Europese Ekonomische Gemeenschap atau EEG juga telah menyepakati lima hak dasar konsumen, yaitu: a. Hak perlindungan kesehatan dan keamanan recht op bescherming van zijn gezendheid en veiligheid; b. Hak perlindungan kepentingan ekonomi recht op bescherming van mijn economische belangen; c. Hak mendapat ganti rugi recht op schadevergoeding; d. Hak atas penerangan recht op voorlichting en vorming; e. Hak untuk didengar recht om te worden gehord. 139 137 Ahmad Miru Yodo Sutarman, Op Cit, hal. 39. 138 Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa Konsumen Menurut UUPK; Teori dan Penegakan Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003, hal. 15. 139 Ibid., hal. 40. Universitas Sumatera Utara Dalam ketentuan perlindungan konsumen dalam hal ini UUPK tidak hanya mencantumkan hak dan kewajiban konsumen tetapi juga hak dan kewajiban operator sebagai pelaku usaha atau penyedia jasa. Menurut ketentuan Pasal 4 UUPK, konsumen memiliki hak sebagai berikut : a. Hak atas kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang danatau jasa; b. Hak untuk memilih barang danatau jasa, serta mendapatkan barang danatau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi, serta jaminan yg dijanjikan; c. Hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa; d. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang danatau jasa yang digunakan; e. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; f. Hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar, jujur, serta tidak diskriminatif; h. Hak untuk mendapat kompensasi, ganti rugi danatau penggantian, apabila barang danatau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; i. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Selanjutnya di dalam Pasal 5 UUPK juga menyebutkan bahwa selain memiliki hak tertentu yang berhubungan dengan perjanjian berlangganan alat telekomunikasi “TELKOMFlexi”, maka pihak konsumen juga memiliki kewajiban tertentu yang harus dipenuhi dan dilaksanakan dengan baik. Kewajiban pihak konsumen secara otomatis akan menjadi hak pihak produsen sebagai penyedia jasa. Adapun yang menjadi kewajiban pihak konsumen tersebut yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Membaca dan mengikuti petunjuk informasi dan produsen pemakaian atau pemanfaatan alat danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan, hal ini bertujuan untuk memudahkan pihak konsumen dalam melakukan tuntutan; b. Memudahkan pihak konsumen dalam melakukan tuntutan garansi apabila nantinya dibelakang hari terjadi kerusakan atas alatjasa yang dibelinya; c. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian alat danatau jasa; d. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati dan; e. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut. Kemudian pihak pelaku usaha atau produsen dan penyedia rasa mempunyai hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam Pasal 6 dan Pasal 7 UUPK, yang menentukan bahwa : Hak Produsen Pasal 6 UUPK a. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang danatau jasa yang diperdagangkan. b. Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; c. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; d. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila tidak terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang danatau jasa yang diperdagangkan; e. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Kewajiban produsenpelaku usaha Pasal 7 UUPK a. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; c. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; Universitas Sumatera Utara d. Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi dan atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang danatau jasa yang berlaku; e. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang danatau jasa tertentu serta memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan; f. Memberi kompensasi, ganti rugi, danatau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan; g. Memberi kompensasi, ganti rugi, danatau penggantian apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian. Jika diperhatikan pengaturan hak dan kewajiban dari konsumen dan produsen yang diuraikan di atas kewajiban dari pengusaha merupakan manifestasi dari hak konsumen dan begitu pula sebaliknya. Hal ini merupakan target untuk menciptakan budaya tanggung jawab dari para pelaku usaha dan konsumen itu sendiri. C. Pertanggungjawaban Pelaku Usaha Jasa telekomunikasi “TELKOMFlexi“ Terhadap Azas Itikad Baik Dengan Adanya Klausul Baku Dengan melihat kenyataan bahwa kedudukan konsumen pada prakteknya jauh di bawah pelaku usaha termasuk dalam hal ini konsumen jasa berlangganan alat telekomunikasi “TELKOMFlexi”, maka UUPK merasakan perlu pengaturan mengenai ketentuan perjanjian baku danatau pencantuman klausula baku dalam setiap dokumen atau perjanjian yang dibuat oleh pelaku usaha. Penyelenggaraan jasa termasuk dalam hal ini jasa berlangganan alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” dilarang mempergunakan klausul baku. Hal ini Universitas Sumatera Utara sebagaimana dinyatakan dalam UUPK bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen danatau perjanjian apabila: 140 a. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; b. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; c. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang danatau jasa yang dibeli oleh konsumen; d. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; e. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen; f. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa; g. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan, danatau pengubahan lanjutan yang dibuat 140 Lihat Pasal 18 UUPK. Universitas Sumatera Utara sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; h. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. Selanjutnya pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau pengungkapannya sulit dimengerti. Sebagaimana konsekuensi atas pelanggaran menyatakan batal demi hukum setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memuat ketentuan yang dilarang dalam Pasal 18 ayat 1 maupun perjanjian baku atau klausula baku yang memiliki format sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 ayat 2. Atas kebatalan demi hukum dari klausula baku sebagaimana disebutkan dalam Pasal 18 ayat 3, Pasal 18 ayat 4 UUPK selanjutnya mewajibkan para pelaku usaha untuk menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan UUPK ini. Jadi apabila kasus mengenai klausula baku dimajukan ke sidang pengadilan, pada sidang pertama hakim harus menyatakan bahwa perjanjian atau klausula itu batal demi hukum. 141 Dalam praktek penggunaan klausul baku dalam perjanjian tetap saja terjadi bahkan terlihat tanpa kontrol seperti halnya juga terlihat pada perjanjian berlangganan 141 Dony Lanazura, “Ketentuan Hukum baru yang Diatur dalam UU Perlindungan Konsumen dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa,” Makalah, disampaikan pada Program Pembekalan PPDN, diadakan Yayasan Patra Cendikia, Jakarta, 4 November 2000, hal. 3. Universitas Sumatera Utara jasa alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” yang di dalamnya termuat berbagai jenis klausul baku diantaranya 1 adanya ketentuan hak dan tanggung jawab para pihak, 2 pemutusan perjanjian dan 3 akibat hukumnya dan pembatasan tanggung jawab penyelenggara layanan. Hal ini terlihat dalam prakteknya, perjanjian pengguna jasa berlangganan alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” ini dibuat dalam bentuk perjanjian baku yang telah disediakan pihak penyelenggara jasa dalam hal ini “TELKOMFlexi” berbentuk formulir yang harus diisi oleh konsumen yang akan menjadi pelanggan. Pemberian formulir pendaftaran sebagai pelanggan pemakai alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” dilakukan setelah konsumen datang dan menyatakan niatnya untuk menjadi pelanggan dan pengguna jasa layanan alat telekomunikasi “TELKOMFlexi”. Konsumen yang dapat menjadi pelanggan “TELKOMFlexi” dapat berupa individu maupun perusahaan pengguna jasa sebagaimana ditentukan dalam perjanjian. Pengaturan hak dan kewajiban dalam berlangganan jasa alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” dengan menggunakan jasa “TELKOMFlexi” telah diatur dengan lengkap dalam surat perjanjian yang berbentuk baku dan dikeluarkan oleh pihak penyedia jasa, namun dalam praktek tetap saja pelanggan merasa dirugikan akibat pelayanan jasa yang tidak memuaskan, baik dari segi mutu jaringan yang tidak memenuhi syarat sampai pemutusan sambungan secara pihak tanpa koordinasi dengan pelanggan padahal pelanggan telah melaksanakan kewajibannya. Universitas Sumatera Utara Dengan demikian pihak yang mempergunakan secara teratur perjanjian baku biasanya tidak mengharapkan para pelanggannya untuk memahami atau bahkan membaca syarat-syarat atau klausulanya. Bahkan terdapat pembakuan untuk meniadakan tawar-menawar tentang rincian transaksi individual, yang jumlahnya banyak, tidak ekonomis, dan tidak praktis. Berdasarkan uraian tanggung jawab pelaku usaha dan hak-hak konsumen dalam perjanjian berlangganan dapat diketahui bahwa pada dasarnya pertanggungjawaban pelaku usaha jasa alat telekomunikasai “TELKOMFlexi” terhadap hak-hak konsumen dengan adanya klausula baku dalam perjanjian telah diatur dalam UUPK. Hal ini sebagaimana ditentukan pula dalam UU Telekomunikasi bahwa penyelenggara jasa alat telekomunikasi “TELKOMFlexi” bertanggung jawab memberikan ganti kerugian atas kelalaian dan kesalahannya yang menimbulkan kerugian kepada pelanggan. Pengecualiannya jika penyelenggara telekomunikasi dapat membuktikan sebaliknya. Namun demikian, dalam prakteknya akibat adanya klausul baku yang memuat berbagai pengecualian pelaku usaha dengan mudah mengelak dari tanggung jawabnya. Untuk dapat melindungi konsumen dari berbagai hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi mereka, konsumen perlu dilindungi, karena konsumen dianggap memiliki suatu ”kedudukan” yang tidak seimbang dengan para pelaku usaha. Ketidak seimbangan ini baik dalam bidang pendidikan maupun posisi tawar Universitas Sumatera Utara yang dimiliki oleh konsumen. Seringkali konsumen tidak berdaya menghadapi posisi yang lebih kuat dari para pelaku usaha. Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen dibentuk untuk tujuan memudahkan konsumen dalam menuntut hak-haknya apabila dirugikan. Oleh karena itu dalam Bab VI Pasal 23 UUPK tentang Tanggung Jawab Pelaku Usaha ditegaskan bahwa pelaku usaha dapat digugat melalui BPSK atau badan peradilan ditempat kedudukan konsumen, apabila ia menolak atau tidak menanggapi tuntutan ganti rugi yang diajukan kepadanya. Hal ini dapat dianggap memudahkan konsumen karena menurut suatu penelitian yang dilakukan oleh Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman RI 1979, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia 1980, dan Fakultas Hukum Universitas Indonesia 1992, secara umum konsumen adalah pihak yang segan untuk berpekara, apalagi apabila biaya yang harus dikeluarkan lebih besar dari kemungkinan hasil yang akan diperoleh. Tujuan diterbitkannya UUPK adalah selain untuk melindungi hak-hak konsumen secara hukum, juga bertujuan untuk memberdayakan konsumen. Undang- Undang No 8 Tahun 1999 tidak hanya melindungi konsumen. Walaupun tidak secara tegas dinyatakan, UUPK juga dimaksudkan untuk melindungi Pelaku Usaha yang beritikad baik. Dalam hal ini tentu saja pelaku usaha yang jujur dan bertanggung jawab dalam menjalankan kegiatan usahanya. Perlindungan hukum yang lebih memadai bagi konsumen dilakukan oleh pemerintah dengan dibentuknya BPSK di 10 Universitas Sumatera Utara sepuluh daerah tingkat II sebagaimana dikemukakan diatas, meskipun dalam kenyataannya tidak mudah untuk melengkapinya. Universitas Sumatera Utara

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN