Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan– kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan. Lingkungan hidup merupakan sarana di mana manusia berada sekaligus menyediakan kemungkinan-kemungkinan untuk dapat mengembangkan kebutuhan-kebutuhan. Oleh karena itu, antara manusia dengan lingkungan hidup terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan-hubungan sosial yang terjadi secara dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dan berhubungan satu dengan yang lain disebut dengan interaksi sosial Gillin dan Gillin: 1954. Interaksi sosial adalah syarat utama bagi terjadinya aktifitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial, kenyataan sosial didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosialnya. Ketika berinteraksi seorang individu atau kelompok sosial sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial seorang individu atau kelompok sosial lain, perilaku sosial adalah hal yang dilakukan seorang individu atau kelompok sosial di dalam interaksi dan dalam situasi tertentu. Interaksi sosial akan berjalan dengan tertib dan teratur dan anggota masyarakat bisa berfungsi secara normal, yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai Universitas Sumatera Utara secara objektif perilaku pribadinya dipandang dari sudut social masyarakatnya Narwoko, 2004:21. Masyarakat kota memiliki ciri–ciri yang khas yaitu cara hidup yang cenderung sekuler dengan berorientasi pada kehidupan duniawi yang dominan, jalan fikiran manusianya sangat rasional dan menggunakan waktu yang sangat teliti dan cermat. Adapun perilaku individual masyarakat kota sangat dominan dengan pola interaksi yang didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi atau komunal Soekanto, 2001:170-171. Kehidupan kota memiliki daya tarik yang cukup besar bagi masyarakat di daerah sekitarnya, karena masyarakat kota dianggap sebagai pusat perekonomian, sehingga masyarakat desa menganggap mudah mencari uang dan mudah mencari pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya. Selain itu, menurut Goede dalam Ilhami : 1990 daya tarik kota yang lain adalah banyaknya fasilitas berupa sarana dan prasarana baik berupa fasilitas pendidikan, hiburan, transformasi, komunikasi maupun tempat-tempat rekreasi. Pertumbuhan kota yang cenderung cepat mengakibatkan kota tidak mampu menyediakan sarana dan prasarana yang layak dan memadai bagi kehidupan masyarakat, seperti sarana kesehatan, penerangan, terutama perumahan. Ketidakmampuan pemerintah menyediakan sarana perumahan yang memadai ini menimbulkan adanya pemukiman–pemukiman kumuh Slum Area dan juga menimbulkan adanya gagasan untuk mendirikan rumah susun flat dan Komplek Perumahan Gated Community, yang di usahakan untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat. Universitas Sumatera Utara Di Sumatera Utara ada lebih dari empat puluh komplek perumahan. Gaya komplek ini bermacam-macam dari yang terdiri dari rumah saja sampai komplek eksklusif yang termasuk fasilitas bersenam dan berbelanja. Setiap tahun komplek perumahan terus berkembang. Komplek perumahan ini dibangun untuk menemuhi permintaan pasar. Perkembangan komplek perumahan kian pesat, hampir di seluruh sudut kota Medan komplek perumahan mulai bermunculan. Kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal yang nyaman, tanpa mau repot memikirkan proses pembangunannya dimanfaatkan pengembang sebagai ceruk usaha yang potensial. Berbagai jenis kluster perumahan pun berdiri, baik di kota maupun kawasan pinggiran. Komplek Perumahan adalah suatu bangunan perumahan yang dikelilingi oleh tembok di mana manusia tinggal didalamnya dan melangsungkan kehidupannya. Di samping itu, rumah juga merupakan tempat di mana berlangsung proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat, juga tempat individu untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan hidupnya. Maka tidak mengherankan apabila masalah perumahan menjadi masalah yang sangat penting bagi setiap individu. Komplek perumahan yang umumnya dihuni masyarakat dari beragam latar belakang memaksa penghuninya untuk tetap menjaga jarak. Mereka tidak saling kenal sebelumnya sehingga belum saling percaya. Mereka sukar bertamu atau menerima tamu kecuali untuk keperluan tertentu. Desain perumahan yang minim membuat hubungan yang terbangun antar pemilik rumah hanya hubungan lahiriah karena mereka tinggal di tempat yang sama. Hubungan yang terjalin hanya Universitas Sumatera Utara konsekuensi logis dari persinggungan yang tidak disengaja. Sedangkan tradisi tegur sapa, senda gurau dan kerjasama tidak terbentuk karena mereka merasa mandiri secara ekonomi. Pandangan seperti ini sering dianggap terjadi di komplek perumahan. Fenomena tinggal di komplek perumahan juga memunculkan kekhawatiran terkait pergaulan antar penghuninya. Masyarakat yang tinggal di komplek perumahan sering kali terbatasi ruang interaksi sosialnya karena desain perumahan kurang mendukung. Sebagai barang dagangan, komplek perumahan dibangun dengan pertimbangan efektif dan efisien. Sebab efisiensi lebih menguntungkan pengembang. Selain itu, selera masyarakat modern pada sesuatu yang instan, praktis, dan efisien membuat pengembang menyediakan komplek perumahan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan dasar tempat tinggal. Sikap permisif bisa saja akan terbangun di komplek perumahan, tentunya ini akan punya dampak besar terhadap rapuhnya struktur sosial masyarakat. Kerekatan sosial yang sejak ratusan tahun menjadi ciri khas bangsa Indonesia akan terkikis oleh proses sosial seperti ini. Masing-masing pemilik rumah tenggelam dalam keasyikan mengurus keperluan pribadi tanpa peduli urusan warga lain. Pemukiman berpagar dan kota di dalam kota yang diurus oleh developer dapat memisahkan penduduk setempat dengan para pendatang. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan kesenjangan dan kerawanan sosial. Memang mengejutkan bahwa masyarakat kota yang bukan miskin menyenangi kalau pemukimannya berpagar dan di tembok yang keamanannya dijaga oleh satpam. Developer sangat mendukung pemukiman model tersebut, Karena mereka menganggap pemerintah Universitas Sumatera Utara daerah tidak mampu menyediakan kebutuhan mereka akan keamanan, kenyamanan dan penyediaan sarana pemukiman yang baik Realita yang terjadi di kecamatan Medan Johor telah berkembang fenomena klaster-klaster perumahan terutama elite yang cenderung memisahkan diri dari lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah perumahan Bukit Johor Mas. Keterpisahan tersebut bukan sekedar karena hak pemilikan properti, lebih-lebih juga didorong oleh intensi para developer yang melihat privacy sebagai sebuah nilai jual yang mahal, khususnya bagi kalangan elit orang kaya. Begitu kuatnya makna nilai privacy ini sampai-sampai developer mengembangkan konsep kota di dalam kota. Hal ini di satu sisi memprihatinkan, Karena dapat terjadi separasi kelompok masyarakat secara alamiah lewat bantuan developer yang menangkap dengan cerdas komoditas elitis itu untuk dijual demi keuntungan ekonomis. Berangkat dari latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas maka diangkat sebuah skripsi dengan judul Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas, Studi Deskriptif di Komplek Perumahan Bukit Johor Mas, Kecamatan Medan Johor.

1.2. Perumusan Masalah