MALUMTA (Studi Deskriptif Tentang Sistem Medis Tradisional Patah Tulang di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor)

(1)

1 Skripsi 

MALUMTA

(Studi Deskriptif Tentang Sistem Medis Tradisional Patah Tulang

di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor)

Disusun

 

OLEH :

NAOMI NOVA S. ARITONANG

050905040

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

2

Halaman Persetujuan

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan Oleh:

Nama : Naomi Nova Susanti Aritonang Nim : 050905040

Judul : MALUMTA

(Studi Deskriptif Tentang Sistem Medis Tradisional Patah Tulang di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor)

Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Agustrisno, MSP Dr. Fikarwin Zuska

NIP. 19600823 198702 1 001 NIP 19621220 198903 1 005

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Prof. Dr. Badaruddin, M. Si NIP. 19680525 199203 1 002


(3)

3

PERNYATAAN

MALUMTA

(Etnografi Tentang Sistem Medis Pengobatan Tradisional Patah Tulang di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor)

S K R I P S I

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Apabila di kemudian hari lain dan tidak sesuai dengan apa yang saya nyatakan di atas, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, 13 Juni 2011

Naomi Nova Susanti. A


(4)

4

ABSTRAK

Naomi Nova Susanti Aritonang, 2011. Malumta (Studi Deskriptif Tentang Sistem Medis Pengobatan Tradisional Patah Tulang di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 87 halaman, 10 daftar tabel, 3 daftar gambar, daftar pustaka dan lampiran.

Pengobatan tradisional adalah salah satu upaya pengobatan dan perawatan dengan cara lain di luar ilmu kedoteran. Kenyataan menunjukkan bahwa kedua cara pelayanan kesehatan, baik upaya pengobatan tradisional ataupun moderen sampai saat ini masih memiliki tempat di hati masyarakat. Akan tetapi masih banyak masyarakat yang lebih memilih pengobatan alternatif sebagai sarana penyembuhan.

Di Indonesia, seperti halnya di Medan, ada banyak pengobatan alternatif salah satunya adalah Malumta yang didirikan oleh Bapak Angkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah berdirinya malumta, bagaimana proses penyembuhannya serta sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang pengobatan alternatif malumta ini. Penelitian ini bertipekan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi tanpa partisipasi dan wawancara kepada informan. Observasi dilengkapi dengan kamera foto. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur yang ditujukan kepada informan pangkal, wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan kunci dan wawancara sambil lalu yang ditujukan kepada informan biasa. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang dilengkapi tape recorder dan catatan lapangan.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pengobatan alternatif patah tulang

malumta menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam rangka pengobatan patah

tulang. Pengobatan malumta ini sudah berdiri 20 tahun dan memiliki berbagai macam pasien mulai dari keseleo, tulang remuk bahkan lumpuh karena diguna-guna. Salah satu keunikannya guru malumta dapat memprediksikan berapa hari, minggu, bulan pasien akan sembuh, dan menurut informasi dari salah seorang pasien prediksi guru malumta tidak pernah meleset bahkan lebih cepat dari yang diperkirakan. Pengetahuan masyarakat terhadap berbagai jenis pengobatan alternatif cukup memadai, baik itu diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun informasi yang diperoleh dari orang lain. Pilihan masyarakat didasari karena faktor biaya, karena dapat terjangkau masyarakat dari berbagai kalangan, adanya ketidakpuasan terhadap pengobatan moderen yaitu harus melakukan operasi dan pemasangan pen, adanya kesejajaran antara pasien dengan penyembuh. Teknik pengobatan alternatif malumta ini menggunakan teknik kebatinan. Sehingga hasil yang didapat setiap masyarakat yang mengalami patah tulang sangat memuaskan, maka pengobatan alternatif malumta ini menjadi salah satu pilihan masyarakat.


(5)

5

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yesus kristus yang telang memberikan kesehatan, anugerah, berkat yang melimpah sampai skripsi ini selesai. Penulis juga menyadari dalam penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan saran, bimbingan, bantuan dan dukungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua yang saya sayangi Ayahanda B. Aritonang dan Ibunda E. Br. Situmorang karena tak henti-hentinya memberikan perhatian dan kasih sayang dari kecil sampai sekarang ini. Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :

Bapak Dr. Fikarwin Zuska selaku Ketua Departemen Antropologi Universitas Sumatera Utara, Bapak Drs. Agustrisno, MSP selaku Sekertaris Departemen Antropologi Universitas Sumatera Utara, Ibu Dra. Mariana Makmur, MA selaku dosen wali selama menjalani pendidikan di Universitas Sumatera Utara. Terimakasih untuk waktu, saran dan pengetahuan yang telah diberikan kepada penulis dalam penyempurnaan skripsi ini.

Bapak Drs. Zulkifli, MA yang pernah membimbing saya menyelesaikan proposal sampai dengan ujian proposal. Ibu Dra. Mariana Makmur, MA selaku penguji proposal, di mana telah banyak membantu penulis dalam perbaikan proposal. Bapak Drs. Agustrisno, MSP selaku Dosen pembimbing skripsi saya yang telah memberikan banyak waktu, bimbingan, saran, pengarahan, dan motivasi yang bermanfaat selama penyelesaian skripsi ini. Para Dosen Departemen Antropologi, Staf Pegawai FISIP, Pegawai Perpustakaan Fakultas dan Pegawai Perpustakaan Universitas.

Herman Siahaan S.E, terimakasih atas perhatian, kesabaran dan kasih sayang serta waktu dan dukungan baik itu materi, tenaga dan pikiran kepada saya sampai selesai. Buat adik-adik saya Sri Yohanna Aritonang, Nicolas Daomara Aritonang dan Wiliam Stefanus Aritonang yang telah memberikan semangat dan doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi. Buat sepupu-sepupu aku Kak


(6)

6

Louis, Bang Motto, Bang Douglas, Bang Sanggam, dan adik-adikku Raja Gito, Elmut, Ambrosius, Johan, Thohap, Anria, Mutiara, Melda dan yang lainnya terima kasih atas dukungan doa dan memberikan semangat kepada penulis dalam penyelesaian skripsi.

Keluarga Bapaktua Motto, Uda Velin, Uda Joy, Uda Nathan, Uda Melda, Tulang Sanggam, Tulang Ramos, Tante Ines, Bou Marcel dan semua keluarga yang telah mendukung dan mendoakan penulis dalam penyelesaian skripsi. Keluarga Amangboru Hendra Siahaan yaitu Amangboru, Namboru, Bang Hendra, Helena, Fhatar, Lestari, Dora, Carolina, Anto dan Nuri, terimakasih bantuan dukungan berupa mencari buku dan semangatnya yang diberikan kepada penulis.

Senior-senior saya yang baik hati dalam membantu dan memberikan semangat kepada penulis Bang Sandrak Manurung, Kakak Aulia (Kekem), Bang Arnov, Bang Joseph, Bang Atur dan semua senior terima kasih atas bantuan dan semangat yang diberikan kepada penulis. Kerabat-kerabat mahasiswa/i Antropologi Fisip USU yakni Eva Yanthi Manurung, Minartina Saragih, Erna D. Aritonang, Sulia Rimbi, Alissa Yanaki Atthar, Bambang Napitupulu, Daniel Sitorus, Remaja Barus, Heri Manurung, Heri Sianturi, Dani Syahpani, Sri Ulina Girsang, Tika Panjaitan, Meiny Saragih, Santi Hutapea, Minarwati Sinaga, Toni Manurung, Roseva Barus, Salsa Tarigan, Tuti Naibaho, Darwin Tambunan dan seluruh anak Antropologi 2005 yang tidak dapat penulis sebutkan terima kasih atas dorongan dan semangat serta bantuan yang diberikan dalam lapangan dan dalam penyelesaian skripsi ini.

Adik-adikku Vina, Berthy, Santa, Surya Christina, Indri, Rini, serta kepada kerabat Antropologi yang tidah dapat penulis sebutkan, terima kasih atas semangat yang diberikan kepada penulis. Teman-teman Yenny, Gloria, Lamsihar, Yanthi, Ruthdame, Dewi, Mota, Leonardo, Agusman, Daniel, Riris, Veronika, Robby, Dethy, Consul, Elvi, Natanael, Andreas, Edward, Etha dan semua teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, terimakasih buat dukungan dan semangat serta doa kepada penulis selama penyelesaian skripsi.

Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan pada kesempatan ini, yang telah membantu penulisan dan proses studi. Kiranya Tuhan Yang Maha Kuasa


(7)

7

senantiasa membalas segala kebaikan yang telah diberikan oleh semua pihak kepada penulis. Menyadari akan keterbatasan penulis, maka skripsi atau hasil penelitian ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan, untuk itu koreksi dan masukan dari berbagai pihak guna penyempurnaan hasil penelitian ini sangat penulis harapkan. Semoga tulisan ini berguna bagi pihak-pihak yang memerlukannya.

Medan, 14 Juni 2011


(8)

8

RIWAYAT HIDUP

Naomi Nova Susanti Aritonang lahir pada tanggal 16 Maret 1988, beragama Kristen Katholik, anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan Ayahanda B. Aritonang dan Ibunda E. Br. Stiumorang. Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar (SD) Santo Antonius VI Medan tahun 1993 dan lulus pada tahun 1999. Selanjutnya penulis masuk ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Katholik Tri Sakti I Medan pada tahun 1999 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian pada tahun 2002 penulis melanjutkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 14 Medan. Pada tahun 2005 penulis di terima sebagai mahasiswa S-1, Program studi Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti pekuliahan, penulis aktif di kegiatan seminar yang di adakan di dalam kampus. Untuk kegiataan non formal penulis mengikuti Organisasi KMK (Kumpulan Mahasiswa Katholik).


(9)

9

KATA PENGANTAR

Setiap manusia pasti pernah mengalami sakit, dengan adanya sakit tersebut, maka dia akan berusaha mengobati dirinya sendiri. Jenis pengobatan terbagi atas dua bagian yaitu pertama, pengobatan moderen, yang menggunakan jasa paramedis seperti dokter, perawat dan alat-alat moderen juga, kedua, pengobatan tradisional, dimana pengobatan ini menggunakan jasa orang-orang pintar yang memiliki pengetahuan untuk meyembuhkan penyakit, biasa disebut dengan datok ataupun dukun. Pemilihan pengobatan tersebut tergantung kepada pengetahuan yang dimiliki setiap individu. Ada yang menggunakan pengobatan moderen dan ada juga yang menggunakan pengobatan tradisional. Dapat kita ketahui bahwa sistem medis tradisional juga merupakan salah satu pengobatan yang digunakan untuk memperoleh kesembuhan. Di mana pengobatan ini menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang masih ada disekitar lingkungan masyarakat. Ada yang menggunakan daun, batang, akar dan sebagainya.

Di kota Medan, banyak terdapat sistem medis tradisional khususnya pada masyarakat Karo yang sampai sekarang masih menggunakan sistem medis tradisional yaitu kuning, erpangir dan patah tulang. Dukun patah tulang ada berbagai jenis yaitu pergendangan, guru singa, kem-kem dan malumta. Malumta salah satu yang akan diteliti oleh peneliti. Banyak masyarakat datang kepada

malumta dikarenakan guru malumta dapat memprediksikan berapa lama patah

tulang dapat sembuh, biayanya dapat dijangkau dan banyak yang sudah berhasil diobati oleh guru malumta tersebut.

Pada skripsi ini dilakukan pembahasan secara menyeluruh tentang strategi pengembangan retreat center taman Jubelium sebagai taman wisata iman. Pembahasan tersebut diuraikan dari bab I sampai dengan bab V. Adapun penguraian yang dilakukan oleh penulis pada skripsi ini adalah:

Bab I Pendahuluan. Pada bab ini menguraikan garis besar peulisan skripsi secara menyeluruh, antara lain latar belakang masalah, perumusan masalah, lokasi penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian,


(10)

10

analisa data serta pengalaman peneliti di lapangan. Penguraian bab ini dimaksudkan agar dapat memberikan gambaran secara keseluruhan mengenai materi penulisan yang dimaksud dalam skripsi ini.

Bab II. Sistem Medis Tradisional. Secara umum akan diuraikan sejarah sistem medis tradisional malumta di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor, pada penulisan ini akan mencakup mengenai situasi dan kondisi sistem medis tradisional di Indonesia, perkembangan sistem medis tradisional, konsep sehat dan sakit, tingkah laku sakit, peranan sakit dan peranan pasien.

Bab III. Sistem medis tradisional patah tulang malumta. Pada bab ini diuraikan tentang etiologi penyakit, proses pengobatan tradisional malumta, pengobatan pasien rawat jalan, pengobatan pasien rawat inap, pantangan-pantangan dan ramuan obat malumta, konsep sembuh menurut malumta serta pewarisannya. Penguraian ini di maksudkan agar dapat menguraikan cara-cara pengobatan tradisional malumta.

Bab IV. Pengetahuan masyarakat tentang sistem medis tradisional. Pada bab ini diuraikan tentang faktor masyarakat memilih sistem medis tradisional, karakteristik informan, pengetahuan masyarakat tentang malumta, interaksi antara penyembuh, pasien dan keluarga, peranan penyembuh dan peranan pasien. Penguraian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa dekat hubungan antara penyembuh, pasien dan keluarga pasien.

Bab V Kesimpulan dan saran, pada bab ini akan disimpulkan secara keseluruhan dari hasil penelitian tentang sistem medis tradisional patah tulang di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor dan diakhir bab V penulis menyampaikan beberapa saran guna kemajuan pengembangan pengobatan tradisional. Sebagai penutup dari penulisan skripsi ini, dilampirkan pula daftar kepustakaan dan lampiran gambar.

Penulis telah mencurahkan segala kemampuan, tenaga, pikiran, serta juga waktu dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

11

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...i

HALAMAN PENGESAHAN ... ...ii

PERNYATAAN ORIGINALITAS...iii

ABSTRAK...iv

UCAPAN TERIMAKASIH...v

RIWAYAT HIDUP...vi

KATA PENGANTA...iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I. PENDAHULUAN...1

1.1. Latar Belakang Masalah...1

1.2. Tinjauan Pustaka...5

1.3. Perumusan Masalh……….…….14

1.4. Ruang Lingkup Masalah……….14

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….…...14

1.6. Metodologi Penelitian……….……15

1.7. Lokasi Penelitian……….…18

BAB II. SISTEM MEDIS TRADISIONAL……….19


(12)

12

2.1.1. Sejarah Sistem Medis Tradisional di Indonesia..………....22

2.1.2. Pengelompokan Sistem Medis Tradisional………….…....24

2.2. Situasi dan Kondisi Sistem Medis Tradisional di Indonesia……...25

2.2.1. Perkembangan Sistem Medis Tradisional di Kota Medan.29 2.2.2. Malumta Paramedis Tradisional Karo..……...…………...32

2.3. Sistem Medis Tradisional Patah Tulang………...34

2.4. Beberapa Konsep dalam Kesehatan………..…36

2.4.2. Konsep Sehat dan Sakit………..36

2.4.1. Tingkahlaku Sakit, Peranan Sakit, dan Peranan Pasien...40

BAB III. SISTEM MEDIS TRADISIONAL MALUMTA………..43

3.1. Etiologi Penyakit………43

3.1.1. Etiologi Penyakit Menurut Penyembuh………...45

3.2. Proses Pengobatan Tradisional Patah Tulang Malumta…...…47

3.1.1.Pengobatan Pasien yang Rawat Jalan………..52

3.1.2. Pengobatan Pasien yang Rawat Inap………....……..54

3.3. Pantangan-pantangan dan Ramuan Obat Malumta………..….57

3.4. Konsep Sembuh Menurut Malumta dan Pasien……….58

3.5. Pewarisan Malumta………...………...61

BAB IV. PENGETAHUAN MASYARAKAT TENTANG SISTEM MEDIS TRADISIONAL………63

4.1. Faktor Masyarakat Memilih Sistem Medis Tradisional ………...63

4.1.1. Karakteristik Informan………..….66

4.2. Pengetahuan Masyarakat Tentang Malumta ………69

4.3. Interaksi Antara Penyembuh, Pasien dan Keluarga…...…………...73

4.4. Peranan Penyembuh dan Peranan Pasien……….………...………..75

BAB V. KESIMPULAN……….………..80

5.1 Kesimpulan………80


(13)

13

DAFTAR PUSTAKA...85

LAMPIRAN 1. Kuesioner/Interview Guide 2. Peta 3. Surat izin Penelitian

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 : Battra Ramuan Obat ………27

2. Tabel 2 : Battra Keterampilan ……….……....27

3. Tabel 3 : Battra Tenaga Dalam………....28

4. Tabel 4 : Battra Supranatural Atau Ajaran Agama………...……..28

5. Tabel 5 : Bagian-Bagian Tulang ………....48

6. Tabel 6 : Karesteristik Pasien Berdasarkan Usia ………...…70

7. Tabel 7 : Karesteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ………...…70

8. Tabel 8 : Karesteristik Pasien Berdasarkan Suku Bangsa …………...71

9. Tabel 9 : Karesteristik Pasien Berdasarkan Tingkat Pendapatan ...…...71


(14)

14

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1 : Pamplet Malumta………54

2. Gambar 2 : Tempat Ramuan………...50

3. Gambar 3 : Pasien Rawat Jalan……….………...55

4. Gambar 4 : Pasien Rawat Inap Patah Tulang Kaki………...57 5. Gambar 5 : Pasien Rawat Inap Patah Tulang Disertai Remuk Pada Paha.58


(15)

4

ABSTRAK

Naomi Nova Susanti Aritonang, 2011. Malumta (Studi Deskriptif Tentang Sistem Medis Pengobatan Tradisional Patah Tulang di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor). Skripsi ini terdiri dari 5 Bab, 87 halaman, 10 daftar tabel, 3 daftar gambar, daftar pustaka dan lampiran.

Pengobatan tradisional adalah salah satu upaya pengobatan dan perawatan dengan cara lain di luar ilmu kedoteran. Kenyataan menunjukkan bahwa kedua cara pelayanan kesehatan, baik upaya pengobatan tradisional ataupun moderen sampai saat ini masih memiliki tempat di hati masyarakat. Akan tetapi masih banyak masyarakat yang lebih memilih pengobatan alternatif sebagai sarana penyembuhan.

Di Indonesia, seperti halnya di Medan, ada banyak pengobatan alternatif salah satunya adalah Malumta yang didirikan oleh Bapak Angkat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah berdirinya malumta, bagaimana proses penyembuhannya serta sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang pengobatan alternatif malumta ini. Penelitian ini bertipekan deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi tanpa partisipasi dan wawancara kepada informan. Observasi dilengkapi dengan kamera foto. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur yang ditujukan kepada informan pangkal, wawancara mendalam yang ditujukan kepada informan kunci dan wawancara sambil lalu yang ditujukan kepada informan biasa. Untuk pengumpulan data, peneliti menggunakan pedoman wawancara yang dilengkapi tape recorder dan catatan lapangan.

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa pengobatan alternatif patah tulang

malumta menjadi salah satu pilihan masyarakat dalam rangka pengobatan patah

tulang. Pengobatan malumta ini sudah berdiri 20 tahun dan memiliki berbagai macam pasien mulai dari keseleo, tulang remuk bahkan lumpuh karena diguna-guna. Salah satu keunikannya guru malumta dapat memprediksikan berapa hari, minggu, bulan pasien akan sembuh, dan menurut informasi dari salah seorang pasien prediksi guru malumta tidak pernah meleset bahkan lebih cepat dari yang diperkirakan. Pengetahuan masyarakat terhadap berbagai jenis pengobatan alternatif cukup memadai, baik itu diperoleh dari pengalaman pribadi ataupun informasi yang diperoleh dari orang lain. Pilihan masyarakat didasari karena faktor biaya, karena dapat terjangkau masyarakat dari berbagai kalangan, adanya ketidakpuasan terhadap pengobatan moderen yaitu harus melakukan operasi dan pemasangan pen, adanya kesejajaran antara pasien dengan penyembuh. Teknik pengobatan alternatif malumta ini menggunakan teknik kebatinan. Sehingga hasil yang didapat setiap masyarakat yang mengalami patah tulang sangat memuaskan, maka pengobatan alternatif malumta ini menjadi salah satu pilihan masyarakat.


(16)

15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah salah satu pendukung kebudayaan, dengan kebudayaan yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan lingkungannya. Pengetahuan masyarakat dalam memilih penyembuhan penyakitnya diperoleh dari pengalaman serta dorongan lingkungannya yang menghasilkan tingkah laku yang disebut juga dengan budaya (Spradley, 1980). Lebih lanjut Foster dan Anderson (1986) menjelaskan, bahwa pengetahuan masyarakat tentang kesehatan berpengaruh terhadap tindakan yang dilakukannya. Selain usaha menghindari penyakit, usaha mengetahui cara penyembuhan juga merupakan salah satu pedoman tingkah laku manusia demi mencapai kesejahteraan hidupnya. Terbukti bahwa ada masyarakat yang menggunakan jasa sistem medis moderen dan ada juga yang menggunakan sistem medis tradisional. Atas pengetahuan yang dimiliki itulah yang mendasari mengapa mereka memilih pengobatan moderen atau tradisional.


(17)

16

Oleh sebab itu manusia juga dapat merubah alam dan lingkungannya tersebut, dan menjadikannya sesuatu yang berarti dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan karena pengetahuan kebudayaan yang dimiliki setiap manusia antara yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda. Sehingga dalam pemilihan pengobatan yang mereka pilih berbeda-beda pula. Setiap manusia pasti menginginkan kesehatan dan terhindar dari segala penyakit, karena itulah manusia menggunakan pengetahuan yang dimiliki demi mencapai kesehatan.

Suatu sistem perawatan kesehatan merupakan pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang (sedikitnya interaksi antara pasien dan penyembuh), dimana sistem perawatan kesehatan memperhatikan cara-cara yang dilakukan oleh berbagai masyarakat untuk merawat orang sakit dan untuk memanfaatkan “pengetahuan” mereka tentang penyakit yang meliputi kepercayaan-kepercayaan mengenai ciri-ciri sehat atau sakit, sebab-sebab sakit, serta pengobatan dan teknik-teknik penyembuhan penyakit (Foster dan Anderson, 1986 : 46).

Dapat kita ketahui bahwa sistem medis tradisional juga merupakan pengobatan yang digunakan untuk memperoleh kesembuhan. Di mana pengobatan ini menggunakan bahan-bahan yang terbuat dari tumbuh-tumbuhan yang masih ada disekitar lingkungan masyarakat. Ada yang menggunakan daun, batang, akar dan sebagainya. Pada masyarakat di daerah Maluku misalnya, penyakit beri-beri diobati dengan batang bagian dalam daun kamboja. Begitu juga pada masyarakat daerah Sumatera Utara penyakit gatal-gatal diobati dengan daun tuba, daun kayu, cabai rawit, bawang merah tembakau dan minyak makan. Penggunaan bahan


(18)

17

tanaman baik sebagai obat maupun sebagai bahan pemeliharaan serta peningkatan kesehatan akhir-akhir ini cenderung meningkat terlebih adanya isu-isu kembali kealam atau back to nature1. Selain itu mahalnya harga obat moderen juga mendorong masyarakat lebih memilih menggunakan tanaman obat tradisional.

Demikian juga dengan masyarakat Karo yang sampai sekarang masih menggunakan sistem medis tradisional yaitu kuning, erpangir dan patah tulang.

Kuning ini dapat menyembuhkan penyakit seperti bisul, gatal-gatal, dan untuk

memperoleh keturunan. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan kuning adalah tepung dan ramuan yang berkhasiat sebagai obat (akar, batang, daun, buang dan bunga). Erpangir adalah pensucian diri dengan cara berlimau atau mencuci kepala (keramas) dengan menggunakan ramuan dari berbagai macam jenis jeruk dicampur dengan lau meciho (air putih/bersih) di sungai lau oleh guru

sibaso. Pembuatan pangir disertai dengan pengucapan doa dan mantra ( disebut tabas dalam masyarakat Karo). Begitu juga halnya dengan pengobatan tradisional

patah tulang yang masih digunakan dalam mencapai kesehatan.

Di kota Medan, banyak terdapat sistem medis tradisional yang mana terdiri dari akupuntur, pijat refleksi dan dukun patah tulang. Dukun patah tulang ada berbagai jenis yaitu pergendangan, guru singa, kem-kem dan malumta. Dari salah satu pengobatan tradisional diatas yang diteliti adalah sistem medis tradisional patah tulang malumta. Malumta dipilih sebagai bahan penelitian karena telah memiliki izin dari Departemen Kesehatan dan Kejati Sumatera Utara No. 102/DSB/4/2005 dan mempunyai perbedaan diantara penyembuh-penyembuh

1

Back to Nature adalah kembali ke alam menunjukkan minimnya efek negatif yang ditimbulkan dari penggunaan pengobatan herbal dan juga ekonomis, menarik minat masyarakat untuk kembali menggunakan obat-obatan dari bahan alami (Litbang Depkes hal 1).


(19)

18

lainnya. Salah satunya adalah proses penyembuhan yang awalnya dilakukan pemeriksaan terhadap lokasi yang sakit dan seberapa parah patah tulang yang dialami, kemudian guru malumta mulai memprediksikan berapa hari, minggu ataupun bulan patah tulang itu dapat sembuh. Akan tetapi guru malumta mengatakan jika luka tidak sembuh sesuai dengan yang diperkirakan maka akan diobati sampai dengan sembuh tanpa diminta biaya lagi.

Banyak warga masyarakat yang telah merasakan kesembuhan dari sistem medis tradisional patah tulang ini. Alasan mereka memilih dukun patah malumta ini yaitu pertama, biaya pengobatan. Pada sistem medis tradisional patah tulang biayanya ditentukan sesuai dengan luka yang diderita oleh pasien dan biasanya harga yang dibuat tidak begitu besar, tidak seperti pengobatan moderen biayanya yang cukup mahal membuat pasien berfikir untuk melakukan operasi. Kedua, cara pengobatannya, sistem medis tradisional menggunakan bahan-bahan yang masih ada disekitar kita sedangkan pengobatan modern harus menjalani operasi dan harus mengahadapi benda-benda tajam serta adanya benda lain yang akan masuk kedalam tulang yang patah yaitu pen2. Ketiga, interaksi sosial antara pasien dan

penyembuh. Pada pengobatan tradisional dukun patah tersebut lebih melibatkan diri kepada pasiennya dengan cara rutin memeriksa bagian yang sakit, sedangkan pengobatan moderen seorang dokter hanya melihat dan memeriksa kondisi pasien baik atau tidak. Tidak sedikit pasien merasakan kedekatan dengan penyembuh. Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwasannya setiap masyarakat mempunyai pemikiran yang berbeda tentang jenis pengobatan, seperti halnya

2

Pen adalah Plat atau alat untuk menyambung tulang yang patah, biasanya terbuat dari logam seperti platinum atau yang lainnya.


(20)

19

dukun patah ini ada yang masih menggunakan dan ada juga yang sama sekali tidak mau menggunakannya. Pentingnya dukun patah dalam masyarakat tidak menyangkut aspek sosial tetapi juga aspek budaya. Disamping mereka mempunyai peranan sosial tertentu juga merupakan suatu sistem budaya masyarakat yang keberadaannya sesuai dengan kebutuhan dan pemikiran masyarakat.

Disini penulis ingin mengetahui asal mula atau sejarah berdirinya malumta dan bagaimana hubungan antara pasien dengan dukum patah tersebut, bagaimana proses pengobatannya, ramuan-ramuan apa saja yang digunakan serta sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang pengobatan dukun patah tersebut

1.2 Tinjauan Pustaka

Usaha peningkatan kesehatan mau tak mau melibatkan segenap unsur masyarakat. Adapun salah satu unsur yang terlibat dan sangat perlu diperhatikan adalah para pelayan kesehatan atau sering disebut sebagai penyembuh. Peranan penyembuh sangat diperlukan dalam rangka peningkatan kesehatan, baik itu penyembuh moderen maupun penyembuh tradisional.

Pengertian dari pengobatan tradisional adalah suatu upaya kesehatan dengan cara lain dari ilmu kedokteran dan berdasarkan pengetahuan yang diturukan secara lisan maupun tulisan yang berasal dari Indonesia atau luar Indonesia (Agoes, 1992:60). Kalangie (1994:25) menegaskan bahwa sistem perawatan kesehatan adalah untuk memelihara kesehatan mencakup berbagai kegiatan yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan merupakan


(21)

respon-20

respon terhadap penyakit dan terorganisasi secara sosial budaya dalam setiap masyarakat, sedangkan menurut Foster dan Anderson (1986:46) sistem perawatan kesehatan adalah suatu pranata sosial yang melibatkan interaksi antara sejumlah orang, sedikitnya pasien dan penyembuh.

Foster dan Anderson (1986:63) membagi sistem kesehatan menjasi 2 (dua) bagian yaitu :

1. Sistem Medis Personalintik.

Sistam medis personalistik adalah suatu sistem dimana penyakit (illness) oleh intervensi dari suatu agen yang aktif, yang dapat berupa makhluk supranatural (makhluk gaib atau dewa), makhluk yang bukan manusia (seperti hantu, roh leluhur, atau roh jahat) maupun makhluk manusia (tukang sihir atau tukang tenung). Penyakit ini dapat diobati oleh tabib atau penyembuh tradisional. Contohnya penyakit guna-guna, pelet atau santet.

2. Sistem Medis Naturalistik.

Sistem medis naturalistik mengakui adanya suatu keseimbangan. Kesehatan ada karena unsur-unsur yang tepat dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan tubuh berada dalam keadaan seimbang menurut usia dan kondisi individu dalam lingkungan alamiah dan sosialnya. Apabila keseimbangan terganggu maka timbullah penyakit. Penyakit naturalistik inilah yang akan disembuhkan melalui cara moderen ataupun tradisional. Pada umumnya dilakukan dengan pengobatan tradisional karena menggunakan ramu-ramuan secara alami.


(22)

21

Dalam sistem naturalistik penyembuh cenderung untuk menjadi dokter, dalam arti bahwa mereka telah mempelajari keterampilan mereka melalui observasi dan praktek bukan melalui intervensi makhluk gaib. Dalam hal ini pengobatan tradisional termasuk dalam naturalistik karena penyakitnya disebabkan oleh gangguan ketidakseimbangannya di dalam tubuh manusia tetapi di dalam pengobatnnya terdiri dari pengobatan tradisional ditambah pengobatan lain yang bukan pengobatan barat moderen yang tidak menggunakan peralatan medis (Agoes, 1992:60). Keterlibatan para penyembuh tradisional dirasakan sangat penting karena penanggulangan penyakit tidak mungkin hanya dapat diselesaikan dari segi teknis semata-mata. Hal ini disebabkan karena masalah kesehatan masyarakat sangat erat berkaitan dengan masalah-masalah lain seperti agama, sistem kepercayaan, pendidikan, hukum adat, sistem peralatan hidup dan lain-lain.

Dapat kita lihat juga antara dukun patah dan pasien mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pengobatan agar terjalin kerjasama yang baik. Sama halnya dengan peranan penyembuh dan peranan pasien saling melengkapi dan saling tergantung yang satu dengan yang lainnya. Tanpa pasien tidak akan ada peranan penyembuh begitu juga sebaliknya, tanpa penyembuh tidak akan ada peranan pasien. Namun di luar dari ketergantungan tersebut, kedua peranan itu ditandai oleh ciri-ciri yang sangat berbeda yang dapat dianalisis dalam empat pasang dimensi dasar yaitu terbatas-universal adalah peranan penyembuh terbatas sedangkan peranan pasien universal dikarenakan setiap orang wajar mengalami kesehatan dalam hidupnya, permanen-temporer adalah bagi penyembuh peranan


(23)

22

sebagi penyembuh merupakan sepanjang hidupnya sedangkan pasien hanyalah sementara, atas-bawahan adalah menggambarkan hierarki antara yang menguasai dan yang mentaati dan sukarela-nonsukarela adalah peranan pasien ada yang menganggap sukarela atau yang diinginkan dan ada yang menganggap nonsukarela atau yang tidak diinginkan (Foster dan Anderson 1986:123).

Penyembuh adalah yang bertugas dan merupakan tangungjawabnyalah untuk membuat keputusan dan mengambil tindakan. Pasien hanya berada di posisi pasif yang mempunyai kewajiban untuk mengikuti instruksi penyembuh yang merawatnya secara berkelanjutan. Disini dapat kita lihat macam-macam dukun sesuai dengan keahliannya masing-masing yaitu :

1) Dukun pijat yang bekerja untuk menyembuhkan penyakit yang disebabkan karena kurang berfungsinya urat-urat dan aliran darah (salah urat), sehingga orang yang merasa kurang sehat atau sakit pun perlu diurut supaya sembuh.

2) Dukun sangkal puntung/dukun patah tulang, misalnya akibat jatuh dari pohon, tergelincir atau kecelakaan.

3) Dukun petungan, yaitu dukun yang dimintai nasihat tentang waktu yang sebaiknya dipilih melakukan sesuatu usaha yang penting seperti saat mulai menanam padi, mulai panen, atau mengawinkan anak. Nasihat yang diberikan berupa perhitungan hari mana yang baik, dan mana yang tidak baik menurut numerologi Jawa.

4) Dukun-dukun yang pandai mengobati orang-orang yang digigit ular berbisa.


(24)

23

5) Dukun bayi, yaitu mereka yang memberi pertolongan pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yangberhubungan dengan pertolongan persalinan.

6) Dukun perewangan, yaitu dukun yang dianggap mempunyai kepandaian magis sehingga dapat memberi pengobatan ataupun nasehat dengan menghubungi alam gaib (mahluk-mahluk halus), atau mereka yang melakukan white magic dan black magic untuk maksud baik dan maksud jahat. Tradisional yang berlandaskan/berkaitan dengan kehidupan beragama.

Dukun dianggap sebagai orang yang memiliki kekuasaan karismatis3. Dukun adalah sebutan yang umum digunakan untuk menyebut tenaga penyembuh yang terdapat dalam masyarakat Indonesia yang bersumber dari dalam kebudayaan itu sendiri (Boedihartono 1980:2). Sebutan dukun diperoleh karena mereka dianggap memiliki pengetahuan yang mendetail mengenai berbagai hal yang berakaitan dengan penyakit. Koentjaraningrat (1982:30-40 ) berpendapat bahwa pelayanan kesehatan tradisional yang terkenal dengan ilmu kedukunan yang sifatnya sangat kompleks dan beraneka warna. Kompleksitas ini dipengaruhi oleh sistem nilai budaya tradisional, adat istiadat, sistem religi, serta keyakinan yang dijaring dalam sistem nilai budaya masyarakat yang bersangkutan.

3

Karismatis adalah kemampuan atau wibawa yang khusus terdapat dalam dirinya tanpa dipelajari, tetapi ada dengan sendirinya dan merupakan anugerah dari Tuhan (http://wapedia.mobi/id/Dukun).


(25)

24

Dukun adalah sebutan untuk mereka dalam bahasa Indonesia. Di luar negeri mereka disebut dengan macam-macam nama yaitu clairvoyant (Inggris),

macumba atau xango (Brazil), obeah atau santeria (Jamaica), voodoo (Afrika

bagian Barat, yang berkembang pula hingga Haiti di Kepulauan Karibia) (http://wapedia.mobi/id/Dukun).

Pengertian dukun patah versi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001 adalah:

“Orang yang pekerjaannya menolong orang susah dan sakit, mengobati, memberi jampi-jampi dan mantra, dan konon, diantaranya melakukan kegiatannya lewat kemampuan tenaga gaib”.

Definisi patah tulang secara umum adalah terputusnya kontinutas tulang. Gejala yang umum muncul adalah rasa nyeri yang terlokalisir pada bagian yang patah dan nyeri ini akan semakin memberat apabila digerakkan, bengkak di sekitar bagian yang cedera, deformitas atau kelainan bentuk. Patah tulang pada dewasa dan anak karena masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda yang akan berdampak pada penanganan patah tulang. Misalnya, reduksi tertutup patah tulang pada anak tidak perlu dilakukan secara agresif karena proses penyembuhan tulang anak lebih cepat dan lebih baik daripada dewasa. Selain itu beberapa jenis patah tulang pada anak dapat sembuh atau dapat menyambung spontan, hal ini dikarenakan anak masih dalam masa pertumbuhan. Pada orang dewasa, proses penyembuhan tulang tidak sebaik pada anak, lempeng pertumbuhan juga sudah menutup, oleh karena itu penanganan patah tulang orang anak-anak cenderung lebih agresif dibandingkan dengan penanganan patah tulang yang dialami orang dewasa (http://pengobatantradisionalpijatpatahtulang.blogspot.com).


(26)

25

Pengobatan tradisional dukun patah ini adalah salah satu dari sekian banyak pengobatan tradisional lainnya yang dapat dipercayai oleh banyak masyarakat pada umumnya. Lebih lanjut Foster dan Anderson (1986 : 332), mengatakan ada 3 (tiga) faktor yang menyebabkan pengobatan tradisional lebih dipilih yaitu pertama, penyembuh tradisional lebih melibatkan diri pada masalah yang dihadapi pasien. Kedua, pasien merasakan bahwa dia seperti bertemu dengan teman lama yang dapat menolongnya. Ketiga, penyembuh tradisional adalah pengobatan bersifat holistik (penyembuh memperhatikan kondisi psikis sosio-budaya pasien).

Jadi masalah kesehatan sama kompleksnya dengan masalah manusia itu sendiri, terkadang tidak dapat dipecahkan melalui ilmu kedokteran yang dianggap lebih canggih dan moderen karena derajat kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh karena itu penelitian dan pemecahan masalah kesehatan harus dilakukan bersama oleh berbagai disiplin ilmu. Untuk itu sistem kesehatan yang terdapat dalam suatu masyarakat tertentu telah berkembang sebagai salah satu sasaran pengkajian antropologi, khususnya antropologi kesehatan (Foster dan Anderson 1986:3)

“……antropologi sebagai disiplin ilmu biobudaya yang

memberikan perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dan tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara dikeduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit”.

Dengan kebudayaan yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan lingkungan. Kebudayaan sebagai sebuah sistem pengetahuan yang diperoleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk


(27)

26

menginterpretasikan dunia sekeliling mereka dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka (Spradley, 1997). Lebih lanjut Keesing, (1999) menjelaskan pengetahuan yang berada di kepala seseorang merupakan hal yang sudah ada atau terlukiskan dibenak orang tersebut, dimana pengetahuan ini akan membantu orang tersebut untuk bertindak lebih lanjut dan menggantikan budaya sebagai himpunan pengalaman yang dipelajari. Namun manusia juga dapat merubah alam dan lingkungannya tersebut menjadi sesuatu yang berarti dalam kehidupan sehari-hari, sebab kebudayaan berisi seperangkat pengetahuan yang pada yang pada gilirannya dapat dijadikan alternatif untuk menanggapi dan menjawab seluruh tantangan alam dan lingkungan baik fisik maupun sosial.

Pengetahuan kebudayaan yang dimiliki setiap manusia antara satu dengan yang lain bergantung pada pengetahuan yang dimiliki warganya atau pendukunganya. Sehubungan dengan itu kita mengenal adanya masyarakat yang peradabannya masih sangat sederhana dan sebaliknya. Dari sekian banyak jumlah pengetahuan yang dimiliki oleh setiap manusia adalah pengetahuan yang menyangkut dengan usaha menghindari dancara penyembuhan suatu jenis penyakit secara tradisional yang berbeda jauh dengan sistem pengobatan dan penyembuhan secara modern yang memanfaatkan tenaga medis dan tenaga ahli serta mempergunakan peralatan kedokteran yang canggih.

WHO melalui resolusi tahun 1977 menyatakan bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak dapat merata tanpa mengikutsertakan sistem pengobatan tradisional. Pengobatan tradisonal dengan obat tradisionalnya


(28)

27

mempunyai latar belakang sosial budaya masyarakat dan dapat digolongkan sebagai teknologi tepat guna karena bahan-bahan yang dipakai terdapat disekitar masyarakat itu sendiri, sehingga mudah didapat, murah dan mudah menggunakannya tanpa memerlukan peralatan-peralatan yang mahal untuk mempersiapkannya.

Demikian pula dengan masyarakat yang mempunyai pemikiran yang berbeda-beda tentang jenis pengobatan tradisional tesebut. Seperti halnya dengan dukun patah ini, ada yang masih menggunakannya dan ada pula yang tidak menggunakannya itu semua tergantung pada pengetahuan yang mereka miliki. Sehingga manusia selalu berusaha untuk menyembuhkan penyakit yang dideritanya. Itu disebabkan karena keharusan dengan kata lain mau tidak mau senantiasa memberikan perhatian terhadap masalah-masalah kesehatan serta usaha mempertahankan kelangsungan hidup sejauh batas pengetahuannya mencari penyelesaian terhadap masalah penyakit (Foster dan Anderson, 1986). Oleh karena itu masyarakat akan betindak sesuai dengan apa yang dia ketahui tentang pengobatan-pengobatan yang ada disekitar mereka.

Untuk menghadapi dan mengatasi penyakitnya manusia mempunyai sistem medis yang menerangkan sebab terjadinya penyakit, metode pencegahan dan penyembuhan penyakit yang disesuaikan dengan konsep masyarakat terhadap penyembuh dan menangani penyakitnya. Sistem kesehatan pengobatan tradisional biasanya disertai dengan berbagai macam larangan dan pantangan selama proses pengobatan penyakit (Foster dan Anderson, 1986)


(29)

28

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka yang menjadi permasalahannya adalah “Bagaimana Cara Penyembuhan Sistem Medis Tradisional Patah Tulang (Studi pada Pengobatan Patah Tulang Malumta di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor)”.

1.4 Ruang Lingkup Masalah

Dari uraian di atas maka penulis memfokuskan pada sistem medis tradisional patah tulang malumta. Mengingat ruang lingkup pembahasan yang akan luas sekali, maka peneliti hanya membatasi sekitar masalah proses penyembuhan malumta. Ruang lingkup masalah yang diteliti difokuskan kepada :

1. Asal mula atau sejarah berdirinya malumta ?

2. Bagaimana cara (proses) sistem medis tradisonal patah tulang dan apa-apa saja ramuan yang digunakan ?

3. Bagaimana konsep sembuh menurut penyembuh dan pasien ?

4. Sejauh mana pengetahuan masyarakat tentang sistem medis tradisional patah tulang malumta ?

1.5 Tujuan dan Mafaat Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana cara penyembuhan sistem medis tradisional patah tulang malumta, sehingga masyarakat memilih pengobatan tradisional ini.


(30)

29

Adapun manfaat dari penelitian ini dapat dilihat secara akademis dan praktis. Secara akademis dapat menambah pemahaman tentang pengobatan tradisional malumta, khususnya cara pengobatab yang dilihat dari sudut pandang penelitian Antropologi. Secara praktis hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam membuat berbagai kebijakan yang terkait dengan pengobatan tradisional ataupun yang terkait dengan perkembangan pengobatan tradisonal di Kota Medan.

1.6 Metodologi Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskriptif mengenai “Malumta” (Sistem Medis Patah Tulang di Kelurahan Pangkal Masyhur, Kecamatan Medan Johor). Penelitian ini berusaha mendeskripsikan data kualitatif sebanyak mungkin yang merupakan data utama untuk menjelaskan permasalahan yang dibahas nantinya. Penelitian yang bersifat deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang menggambarkan secara mendalam tentang perkembangan pengobatan tradisional patah tulang malumta. Dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari lapangan melalui observasi dan wawancara. Data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer. Data sekunder diperoleh dari berbagai buku ilmiah, jurnal, media massa serta internet yang berhubungan dengan masalah penelitian.


(31)

30

a. Observasi

Observasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah observasi tanpa partisipasi4. Dalam observasi tanpa partisipasi, peneliti hanya mengamati dari luar tanpa melibatkan diri dalam segala kegiatan penyembuhan patah tulang. Dalam hal ini, peneliti mengadakan pengamatan pada saat diperlukan untuk memperoleh data. Peneliti terlibat secara pasif dengan arti kata peneliti hanya berada dalam arena kegiatan subjek untuk mengamati dan mempelajari realitas yang berhubungan dengan masalah yang ingin dikaji dengan tidak terlibat aktif atau terintegrasi kedalam hidup mereka. Observasi tanpa partisipasi dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai proses pengobatan malumta. Misalnya, dapat dilihat benda-benda apa saja yang akan digunakan selama proses penyembuhan, cara (tahap-tahap) penyembuhan yang dilakukan dan cara berkomunikasi antara dukun dengan pasien selama berlangsungnya proses pengobatan. Hasil pengamatan dituangkan ke dalam catatan lapangan. Hal tersebut dapat memudahkan peneliti untuk membaca kembali informasi yang sudah diamati. Data-data yang diperoleh dari hasil observasi dapat membantu memperjelas data-data yang didapat melalui wawancara. Alat bantu yang digunakan dalam pengumpulan data antara lain kamera untuk mengambil gambar yang berkaitan dengan penelitian serta interveiw guide (pedoman wawancara).

4

Observasi tanpa partisipasi adalah si peneliti atau si pengamat melakukan pemeriksaan tanpa melibatkan diri dengan yang diamatinya. Dalam hal ini si peneliti bertindak sebagai orang luar yang melihat gejala yang diamati tersebut dengan menggunakan kacamata atau referensi dengan standard tertentu (seorang peneliti/ahli ilmu social misalnya dengan menggunakan konsep dan teori-teori yang digunakan dalam penelitian).


(32)

31

b. Wawancara

Wawancara yang dipakai dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur, wawancara mendalam, dan wawancara sambil lalu. Dalam wawancara ini peneliti menggunakan pedoman wawancara (interview guide) yang dibantu dengan alat perekam (tape recorder) dan dituangkan ke dalam catatan lapangan. Wawancara tersebut dilakukan guna memperoleh keterangan sesuai masalah yang diteliti. Wawancara terstruktur ditujukan kepada informan pangkal, wawancara mendalam ditujukan kepada informan kunci sedangkan wawancara sambil lalu ditujukan kepada informan biasa.

Menurut J. Moleong (2004) informan pangkal adalah informan yang akan membuka wawancara dengan pengetahuan yang ia ketahui. Dalam hal ini, informan pangkal yakni pasien yang pernah berobat ke malumta. Informan kunci atau pokok adalah orang yang memiliki pengetahuan luas mengenai permasalahan yang diteliti yang dalam hal ini yakni guru malumta, murid serta pasien yang sedang menjalani proses penyembuhan, sedangkan informan biasa adalah masyarakat setempat yang tinggal disekitar malumta tersebut.

Wawancara terstruktur ditujukan kepada informan pangkal, untuk memperoleh informasi tentang siapa orang-orang yang dapat memberikan informasi mengenai yang akan diteliti di lapangan. Wawancara mendalam ditujukan kepada informan kunci atau pokok dilakukan untuk memperoleh informasi asal mula atau sejarah berdirinya malumta di Kota Medan, hubungan antara pasien dengan dukun patah malumta tersebut serta mengetahui cara pengobatan dan ramuan yang digunakan selama proses penyembuhan, sedangkan


(33)

32

wawancara sambil lalu ditujukan kepada informan biasa dilakukan untuk menambah informasi yang berkaitan dengan hal-hal yang akan diteliti nantinya.

Untuk memperlancar proses wawancara, terlebih dahulu dibangun hubungan baik dengan informan. Dalam hal ini, peneliti membangun hubungan dengan informan dengan cara datang berkunjung ke rumah informan yang berada di sekitar rumah malumta dan bercengkrama dengan pasien-pasien yang sedang menjalani pengobatan.

1.7 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dipilih adalah praktek sistem medis tradisonal patah tulang malumta yang berada di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor. Peneliti memilih tempat ini karena pusat pengobatan malumta tersebut berada di wilayah itu serta Guru malumta berada di lokasi tersebut. Untuk mendapatkan data pendukung maka praktek dukun patah tulang malumta yang lain juga didatangi seperti yang ada pada jalan karya cilincing dan simpang limun.


(34)

33

BAB II

SISTEM MEDIS TRADISIONAL

2.1 Sistem Medis Tradisional

Sekalipun pelayanan kesehatan moderen telah berkembang di Indonesia, namun jumlah masyarakat yang memanfaatkan pengobatan tradisional tetap tinggi. Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional, 2001 ditemukan sekitar 57,7% penduduk Indonesia melakukan pengobatan sendiri, sekitar 31,7% menggunakan obat tradisional serta sekitar 9,8% menggunakan cara pengobatan. Adapun yang dimaksud dengan pengobatan tradisional disini adalah cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain diluar ilmu kedokteran atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman dan keterampilan yang diperoleh secara turun temurun, atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun yang berasal dari luar Indonesia, dan diterapkan sesuai norma yang berlaku dalam masyarakat (UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan).

Banyak faktor yang berperan, kenapa pemanfatan pengobatan tradisional masih tinggi di Indonesia. Beberapa diantaranya yang dipandang penting adalah:

1. Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sosial budaya masyarakat. 2. Tingkat pendidikan, keadaan sosial ekonomi dan latar belakang budaya

masyarakat menguntungkan pengobatan tradisional.


(35)

34

4. Keterbatasan dan kegagalan pengobatan modern dalam mengatasi beberapa penyakit tertentu.

5. Meningkatnya minat masyarakat terhadap pemanfaatan bahan-bahan (obat) yang berasal dari alam (back to nature).

6. Meningkatnya minat profesi kesehatan mempelajari pengobatan tradisional.

7. Meningkatnya modernisasi pengobatan tradisional.

8. Meningkatnya publikasi dan promosi pengobatan tradisional. 9. Meningkatnya globalisasi pelayanan kesehatan tradisional.

10. Meningkatnya minat mendirikan sarana dan menyelenggarakan pelayanan kesehatan tradisional.

Pengobatan alternatif adalah cara pengobatan atau perawatan yang diselenggarakan dengan cara lain di luar ilmu kedokteran dan atau ilmu keperawatan yang lazim dikenal, mengacu kepada pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan yang diperoleh secara turun-temurun atau berguru melalui pendidikan, baik asli maupun dari luar Indonesia. Pengobatan alternatif bisa dilakukan dengan menggunakan obat-obat tradisional, yaitu bahan atau ramuan bahan yang berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenik), atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang turun-temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Pengobatan alternatif merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran moderen (pelayanan kedoteran


(36)

35

standar) dan digunakan sebagai alternatif atau pelengkap pengobatan kedokteran moderen tersebut.

Berbagai istilah telah digunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah masyarakat. WHO (1974) menyebut sebagai “traditional medicine” atau pengobatan tradisional. Para ilmuwan lebih menyukai “traditional healding”. Adapula yang menyebutkan “alternatif medicine”. Ada juga yang menyebutkan dengan folk medicine, ethno medicine, indigenous medicine (Agoes, 1992;59). Dalam sehari-hari kita menyebutnya “pengobatan dukun”.

Untuk memudahkan penyebutan maka dalam hal ini lebih baik digunakan istilah pengobatan alternatif, karena dengan istilah ini apat ditarik garis tegas perbedaan antara pengobatan moderen dengan pengobatan di luarnya dan juga dapat merangkum sistem-sistem pengobatan oriental (timur) seperti pengobatan tradisional atau sistem penyembuhan yang berakar dari budaya turun temurun yang khas satu etnis (etno medicine). Pengobatan alternatif sendiri mencakup seluruh pengobatan tradisional dan pengobatan alternatif adalah pengobatan tradisional yang telah diakui oleh pemerintah.

Pengobatan yang banyak dijumpai adalah pengobatan alternatif yang berlatar belakang akar budaya tradisi suku bangsa maupun agama. Pengobat (curer) ataupun penyembuh (healer) dari jasa pengobatan maupun penyembuhan tersebut sering disebut tabib atau dukun. Pengobatan maupun diagnosa yang dilakukan tabib atau dukun tersebut selalu identik dengan campur tangan kekuatan gaib ataupun yang memadukan antara kekuata rasio dan batin. Salah satu ciri pengobatan alternatif adalah penggunaan doa ataupun bacaan-bacaan. Doa atau


(37)

36

bacaan dapat menjadi unsure penyembuh utama ketika dijadikan terapi tunggal dalam penyembuhan.Selain doa ada juga ciri yang lain yaitu adanya pantangan-pantangan. Pantangan berarti suatu aturan-aturan yang harus dijalankan oleh pasien. Pantangan-pantangan tersebut harus dipatuhi demi kelancaran proses pengobatan, agar penyembuhan dapat selesai dengan cepat. Dimana pantangan-pantangan tersebut sesuai dengan penyakit yang diderita pasien. Seperti misalnya penyakit patah tulang maupun terkilir, biasanya dilarang unutk mengkonsumsi minum es dan kacang-kacangan. Makanan-makanan tersebut menurutnya dapat mengganggu aliran syaraf-syaraf yang akan disembuhkan.

2.1.1 Sejarah Sistem Medis Tradisional di Indonesia

Pengobatan secara harafiah dapat diartikan sebagai satu proses untuk mengobati seseorang dari suatu jenis penyakit. Dimana pengobatan disini dibagi dua jenis yaitu pengobatan moderen dan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional sangatlah berbeda dengan pengobatan moderen. Pengobatan moderen merupakan pengobatan yang berbasiskan pada penggunaan teknologi dalam usaha pengobatan, contohnya penggunaan cahaya sinar laser, benda-benda tumpul.

Pengobatan tradisional dalam konteks penggunaan di Indonesia tumbuh dan berkembang sejak munculnya kehidupan sosial ditengah-tengah masyarakat, hal ini dibuktikan dengan tersebarnya pengetahuan akan pengobatan tradisional dalam kehidupan masyarakat pada saat ini, penggunaan pengobatan tradisional dapat juga disebut sebagai suatu proses pengobatan alternatif. Pengobatan tradisional sebagai suatu proses pengobatan dengan dasar budaya yang dianut


(38)

37

suatu masyarakat pada umumnya menggunakaan pola-pola kebudayannya dalam upaya pengobatan secara tradisional, sehingga penggunaan bahan-bahan pengobatan seperti daun-daunan, akar-akaran dan lain sebagainya tergantung pada sistem pengetahuan yang ada dan berkembang dalam kebudayaan tersebut.

Sejarah tanaman obat atau herbal di Indonesia berdasarkan fakta sejarah adalah obat asli Indonesia. Catatan sejarah menunjukkan bahwa di wilayah nusantara dari abad ke V sampai dengan abad ke IXX, tanaman obat merupakan sarana paling utama bagi masyarakat tradisional kita untuk pengobatan penyakit dan pemeliharan kesehatan. Kerajaan di wilayah nusantara seperti Sriwijaya, Mojopahit dan Mataram mencapai beberapa puncak kejayaan dan menyisakan banyak peninggalan yang dikagumi dunia, adalah produk masyarakat tradisional yang mengandalkan pemeliharaan terhadap kesehatannya mulai dari tanaman-tanaman obat (http://www.roemahobatalami.com/jus-dan-herbal/sejarah-penggunaan-herbal).

Pengobatan tradisional merupakan bentuk pelayanan pengobatan yang menggunakan cara, alat atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern dan dipergunakan sebagai alternatif atau pelengkap modern tersebut. Manfaat khasiat serta mekanisme pengobatan alternatif biasanya dalam taraf diperdebatkan. Berbagai istilah telah dugunakan untuk cara pengobatan yang berkembang di tengah masyarakat banyak. Menurut WHO (1974) menyebutkan sebagai “traditional medicine”. Adapula yang menyebutnya “alternative medicine”. Dalam bahasa sehari-hari kita menyebutnya dengan istilah “pengobatan tradisional atau alternatif”.


(39)

38

2.1.2 Pengelompokan Sistem Medis Tradisional

Sistem medis tradisional merupakan metode pengobatan yang menggunakan pendekatan diluar medis, yang tidak termasuk dalam standar pengobatan kedokteran modern. Dalam pengobatan tradisional, segala metode dimungkinkan, dari penggunaan obat-obat tradiosional seperti jamu-jamuan, rempah, yang sudah dikenal seperti jahe, kunyit dan sebagainya. Pendekatan lain seperti menggunakan energi tertentu yang mampu mempercepat proses penyembuhan. Pada mulanya kalangan kedokteran bersikap sangat sinis dan menganggap pengobatan tradisional tidak bisa dipertanggungjawabkan karena tidak didukung riset medis yang memadai. Tetapi semakin banyaknya fakta-fakta keberhasilan membuat mereka tergoda untuk melakukan riset. Dan pada akhirnya semakin lama semakin banyak teknik pengobatan tradisional yang diakui, bahkan digunakan para dokter sebagai terapi komplementer untuk mendapatkan tingkat kesembuhan yang lebih baik.

Menurut Agoes (1992:61) pengobatan tradisional dikelompokkan menjadi 4 (empat) jenis yaitu :

1. Pengobatan tradisional dengan ramuan obat, yaitu pengobatan tradisional dengan menggunakan ramuan asli Indonesia, pengobatan tradisional dengan ramuan obat Cina, pengobatan dengan ramuan obat India.

2. Pengobatan tradisional spiritual/kebatinan, yaitu pengobatan yang dilakukan atas dasar kepercayaan agama, dan dengan dasar getaran magnetis yaitu orang itu bisa memakai pengaruh dari luar dunia manusia untuk membantu orang sakit.


(40)

39

3. Pengobatan tradisional dengan memakai peralatan/perangsangan yaitu seperti akupuntur, pengobatan atas dasar ilmu pengobatan tradisional Cina yang menggunakan penusukan jarum dan penghangatan moxa (daun arthamesia vulgaris yang dikeringkan) termasuk juga pengobatan urut pijat, pengobatan patah tulang, pengobatan patah tulang, pengobatan dengan peralatan (tajam/keras), dan benda tumpul.

4. Pengobatan tradisional yang telah mendapatkan pengarahan dan pengaturan pemerintah yaitu, seperti dukun beranak, tukang gigi tradisional.

2.2 Situasi dan Kondisi Sistem Medis Tradisional di Indonesia

Jumlah dan ragam pengobat tradisional (battra) yang tercatat di Indonesia sangat banyak. Data Departemen Kesehatan RI tahun 1997 mencatat jumlah pengobat tradisional sebanyak 280.000, yang dibedakan atas 4 katagori dan 30 jenis keahlian atau spesialisasi. Adapun keempat kategori pengobat tradisional yang ditemukan di Indonesia, yakni yang menunjuk pada metoda pengobatan utama yang dipergunakan pada waktu menyelenggarakan praktik pengobatan tradisional, masing-masing adalah pertama, battra keterampilan, kedua, battra ramuan obat, ketiga, battra tenaga dalam serta keempat, battra supra natural atau ajaran agama.

Sedangkan keahlian atau spesiliasi pengobat tradisional yang ditemukan di Indonesia, jika dirinci menurut kategori serta asal pengobatan tradisional tersebut, secara sederhana sebagai berikut :


(41)

40 Tabel 1

Sumber : http://www.pro-sehatalami.com

Tabel 2

Sumber : http://www.pro-sehatalami.com

BATTRA RAMUAN OBAT

ASLI ASING

 Battra dengan ramuan Indonesia

 Tabib dengan ramuan Indonesia

 Sinse dengan ramuan Indonesia

 Homoeopati  Aromaterapis  Spa terapis  Tabib  Sinshe

BATTRA KETERAMPILAN

ASLI ASING

 Pijat Spesifik

Daerah/Etnik : Jawa, Madura, Bali, Dayak dsb

 Pijat Tuna Netra  Patah Tulang  Sunat

 Dukun Bayi  Tukang Gigi

 Pijat Refleksi  Akupreturis  Pijat Shiatsu/Tuina  Pijat Qigong  Pijat Ala Thai  Touch For Health  Akupunkturis  Kiropraktor  Alexander Teknik  Osteopatis

 Hidroterapist  Spa Terapis


(42)

41 Tabel 3

Sumber : http://www.pro-sehatalami.com

Tabel 4

Sumber : http://www.pro-sehatalami.com

Dari berbagai kategori pengobat dan pengobatan tradisional yang dikenal di Indonesia, tampak pengobatan tradisional yang mempergunakan ramuan obat mengalami perkembangan yang cukup pesat. Mudah dipahami karena alam Indonesia kaya dengan pelbagai tamanan yang dinilai mempunyai khasiat pengobatan, dan karena itu dipergunakan sebagai bagian dalam racikan ramuan

BATTRA TENAGA DALAM

ASLI ASING

 Satria nusantara  Kalimasada  Merpati putih  Nampon trirasa  Sinar putih  Prana-sakti

 Meditasi-prana  Pranic- Healing  Yoga (India)

 Reiky Master (Tibet/ Jepang )

 Touch Healing

BATTRA SUPRANATURAL ATAU AJARAN AGAMA

ASLI ASING

 Parewangan  Petungan  Primbon  Makhluk halus  Kebatinan  Jampi

 Doa

 Ayat/simbol agama Islam

 Ayat/simbol agama Katolik

 Ayat/simbol agama Protestan

 Ayat/simbol agama Budha

 Ayat/simbol agama Hindu


(43)

42

obat. Dari data yang ada diperkirakan di Indonesia ditemukan sekitar 30.000 jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku obat. Sekitar 940 jenis tanaman obat telah diketahui khasiatnya, dan sekitar 180 jenis tanaman obat telah digunakan oleh industri obat. Tercatat jumlah perusahaan industri obat yang memproduksi obat tradisional di Indonesia sebanyak 1012 industri, terdiri dari 105 merupakan industri besar, sedangkan sisanya sebanyak 907 merupakan industri menengah atau kecil. Sedangkan jumlah obat tradisional (jamu) yang telah diproduksi di Indonesia ditemukan sebanyak 9.737 merek, terdiri dari 8.698 merek jamu merupakan produksi dalam negeri, serta 1.039 merek jamu merupakan produksi luar negeri (import).

Nilai penjualan obat tradisional ternyata juga cukup menjanjikan. Pada tingkat global, nilai penjualan obat modern sekitar US $ 310 M, sedangkan nilai penjualan obat tradisional sebesar US $ 50 M. Keadaan yang sama juga ditemukan di Indonesia. Nilai penjualan obat modern sebesar Rp 17 trilyun, sedangkan nilai penjualan obat tradisional sebesar Rp. 2 trilyun. Peningkatan penjualanan juga cukup menggembirakan. Sementara peningkatan penjualanan obat modern hanya 12% per tahun, peningkatan penjualanan obat tradisional sebesar 20% per tahun, dengan market share pada tahun 2002 untuk obat modern sebesar 89,5% berbanding dengan 10,5% untuk obat tradisional. Diperkirakan pada tahun 2010 ini, market share penjualanan obat tradisional akan meningkat menjadi sekitar 16% berbanding dengan 84% untuk obat moderen (http://www.pro-sehatalami.com/topik/39-azrul-azwar--perlu-regulasi-kebijakan-pengobatan-tradisional).


(44)

43

2.2.1 Perkembangan Sistem Medis Tradisional di Kota Medan

Sistem medis tradisional pada saat sekarang ini merupakan sistem pengobatan atau penyembuhan yang banyak digunakan dan dimanfaatkan oleh masyarakat Indonesia, salah satunya di Kota Medan. Pemanfaatan jasa pengobatan alternatif pada masyarakat Kota Medan bukan sekedar fenomena temporal dan kondisional, akan tetapi sudah menjadi fakta sosial yang tersebar luas dan diterapkan secara universal diberbagai lapisan masyarakat.

Masyarakat di Kota Medan terdiri dari berbagai macam kelompok etnis dan beragam lapisan dalam tingkat pendidikan, kemampuan ekonomi, adat-istiadat dan lain sebagainya. Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara adalah salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keadaan masyarakat seperti yang ada di atas, disamping kota-kota lainnya di Indonesia sebagai dampak urbanisasi.

Secara umum dapat pula dikemukakan bahwa sebagian besar dari masyarakat Kota Medan masih mempunya pendidikan dan tingkat ekonomi yang rendah. Sekalipun pengaruh modernisasi secara fisik telah berkembang luas dalam masyarakat, terutama masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, namun cara berpikir tetap sulit dilepaskan dari cara berfikir yang alternatif. Dalam maslah pelayanan kesehatan, diakui bahwa yang dikembangkan di Kota Medan adalah pelayanan kesehatan moderen, yang juga sudah dikembangkan ke pelosok desa melalui Puskesmas. Tetapi tidak semua masyarakat menggunakan pengobatan moderen tersebut karena sebagian besar masyarakat masih menggunakan pelayanan kesehatan alternatif.


(45)

44

Pelayanan kesehatan sistem medis tradisional secara empirik memberikan jasa perawatan dan penyembuhan dan bahkan mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit berat atau penyakit secara medis tidak dapat disembuhkan lagi. Begitu juga di Kota Medan banyak penyakit yang tidak dapat ditangani oleh pengobatan moderen, sehingga masyarakat beralih kepada sistem medis tradisional.

Banyaknya pemanfaatan jasa diluar medis moderen yang ilmiah merupakan suatu bukti bahwasannya sistem kesehatan masyarakat telah mengarah kepada revitalisasi5 sistem medis tradisional dan yang sejenisnya yang sebagian besar lahir dari tradisi pengobatan yang didasari oleh akar budaya manapun nilai agama masyarakat. Dengan kata lain sistem medis tradisional yang kemudian disebut sebagai pengobatan alternatif kembali penting dalam sistem kesehatan nasional.

Hal yang mendukung tentang semakin banyaknya pemanfaatan pengobatan alternatif dikarenakan semakin banyaknya praktek-praktek pengobatan alternatif di kota Medan dan semakin banyak pula masyarakat yang mau dan tertarik untuk datang kepada penyembuh tradisional untuk mengobati sakitnya. Sehingga semakin lama sistem medis tradisional ini pun semakin berkembang. Bukan berarti sistem pengobatan moderen tidak digunakan lagi oleh masyarakat. Sistem pengobatan moderen dan sistem medis tradisional sama-sama pentingnya dalam masyarakat, karena sama-sama berusaha untuk mengobati pasien dalam mendapatkan kesehatan yang diinginkan.

5

Revitalisasi berarti mementingkan kembali atau suatu proses pengutamaan, pemunculan satu hal yang pernah ada pada saat masa lalu.


(46)

45

Sistem medis tradisional di Kota Medan sangat beragam jenisnya. Ada yang bersifat tradisional sampai kepada penyembuhan alternatif moderen yang merupakan sistem pengobatan yang diasopsin dari tradisi penyembuhan di luar Indonesia. Sejauh engamatan yang dilakukan ternyata begitu banyak tersebar berbagai macam pengobatan tradisional di Kota Medan. Di setiap pelosok pun terdapat pengobatan-pengobatan tradisional. Beberapa pengobatan tradisional memiliki papan sebagai tanda pengenal ataupun sebagai media publikasi kepada masyarakat dan ada juga yang tidak menggunakan papan sebagai tanda pengenal. Pengobatan yang tidak menggunakan tanda pengenal biasanya hanya mengandalkan informasi yang bersifat primitif, yaitu dari mulut ke mulut. Pengobatan ini kadang tidak hanya bekerja sebagai penyembuh tetapi mempunyai salah satu pekerjaan lain artinya pekerjaan sebagai penyembuh bukanlah sebagai pekerjaan yang utama. Keahlian penyembuh hanya sebagai sampingan atas dasar kemanusiaan dan tuntunan keperayaan yang mereka miliki.

Namun, berbeda dengan pengobatan tradisional malumta karena guru

malumta ini menekuni pekerjaan sebagai pengobat sebagai pekerjaan yang utama,

ia melakukan praktek terbuka bagi semua kalangan masyarakat. Publikasi merupakan faktor yang paling penting dalam mengembangkan usaha dan memperlancar praktek. Salah satu contohnya adalah dengan cara membuat papan yang bertuliskan merek pengobatan dan melayani jenis penyakit yang seperti apa.


(47)

46

2.1.2 Malumta Paramedis Tradisional Karo

Berdirinya malumta ini diawali dengan seseorang Bapak yang lahir di

Pakpak akan tetapi besar di Kota Medan, yang biasa dipanggil Bapak Angkat. Pada tahun 1985 s/d 1990 Bapak Angkat pergi belajar ke Tanah Karo lebih tepatnya di Tigalingga. Tujuannya untuk mendapatkan dan mengetahui cara-cara pengobatan patah tulang yang baik, benar dan sungguh-sungguh. Setelah beberapa tahun dia belajar dan menimba ilmu tersebut sampai dia benar-benar mahir. Sehingga dia berniat untuk membuat pengobatan tradisional patah tulang miliknya sendiri.

Pada tahun 1990, setelah lulus dari proses belajar dan mempunyai sertifikat untuk membuat usaha pengobatan Bapak Angkat memutuskan untuk membuka usaha sendiri di Kota Medan, tepatnya di Kelurahan Pangkalan Masyhur, Kecamatan Medan Johor. Nama atau merek dari pengobatannya tersebut adalah malumta. Dimana kata malumta ini diambil dari bahasa Batak Toba yang mempunyai arti sebagai berikut malum (sembuh), ta (tanggung jawab) jadi arti keseluruhannya tanggung jawab sampai sembuh. Jadi pengobatan


(48)

47 Gambar 1 Pamplet Malumta

Dikatakan seperti itu karena dukun patah tersebut akan bertanggung jawab atas pasien sampai dengan sembuh, bila mana ada keluhan lagi pasien dapat kembali ketempat dukun patah tersebut untuk diobati kembali. Jika tidak sembuh juga maka biaya yang dikeluarkan selama proses pengobatan akan dikembalikan seutuhnya kepada pasien tanpa ada potongan apapun. Malumta ini sendiri sudah berdiri kurang lebih dari 20 tahun yang lalu. Seiring dengan berjalannya waktu maka usaha tersebut semakin banyak diminati oleh masyarakat dan banyak juga yang mempercayai pengobatan dukun patah malumta tersebut. Dengan adanya pengobatan tersebut masyarakat dapat memilih untuk datang ketempat malumta tersebut.


(49)

48

2.3 Sistem Medis Tradisional Patah Tulang.

Dukun patah tulang adalah dukun yang cara pengobtannya dengan cara mengurut untuk mereposisi tulang atau otot yang mengalami patah atau terkilir, memfiksasi, reposisi dengan splak/bidai6 atau kayu dan membearai kompres dengan ramuan-ramuan atau akar-akaran. Pengobatan tradisional patah tulang merupakan upaya mengembalikan fungsi anggota gerak akibat patah tulang. Pengobatan dilakukan oleh dukun khusus patah tulang. Penderita meminta bantuan kepada dukun tersebut pada tahap awal kejadian atau setelah pernah berobat kepada pengobatan moderen (medis).

Patah tulang (fraktur) adalah retak tulang, biasanya disertai dengan cidera di jaringan-jaringan sekitarnya. Menurut Rudy, 2009 ada beberapa jenis-jenis patah tulang sebagai berikut :

1. Patah tulang tertutup (patah tulang simplek) yaitu tulang yang patah tidak Nampak dari luar.

2. Patah tulang terbuka (patah tulang majemuk) yaitu tulang yang patah tampak dari luar karena tulang menembus kulit mengalami robekan. Patah tulang terbuka lebih mudah terinfeksi.

3. Patah tulang kompresi (patah tulang karena penekanan) yaitu akibat dari tenaga yang menggerakkan sebuah tulang melawan tulang lainnya atau tenaga yang menekan melawan panjangnya tulang. Sering terjadi pada

6

Splak/bidai adalah kayu atau papan yang digunakan untuk menyangga tulang yang patah. Dimana bidai tersebut memiliki berbagai macam jenis ukuran karena setiap patah tulang yang dialami pasien berbeda-beda.


(50)

49

wanita lanjut usia yang tulang belakangnya menjadi rapuh karena osteoporosis.

4. Patah tulang karena tergilas yaitu tenaga yang sangat hebat menyebabkan beberapa retakan sehingga terjadi beberapa pecahan tulang. Jika aliran darah kebagian tulang yang terkena mengalami gangguan, maka penyembuhannya akan berjalan sangat lambat. .

5. Patah tulang avulse yaitu disebabkan oleh kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon otot tersebut melekat. Paling sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bias juga terjadi pada tungkai dan tumit.

6. Patah tulang patologis yaitu jika sebuah tumor (biasanya kanker) telah tumbuh kedalam tulang dan menyebabkan tulang menjadi rapuh. Tulang yang rapuh bisa mengalami patah tulang meskipun dengan cidera ringan atau tanpa cidera.

Pengertian fraktur atau patah tulang adalah keadaan dimana hubungan atau kesatuan jaringan tulang terputus. Tulang mempunyai daya lentur (elstisitas) dengan kekuatan yang memadai. Apabila trauma melebihi daya lentur tersebut maka akan terjadi fraktur (patah tulang).


(51)

50

2.4 Beberapa Konsep dalam Kesehatan

2.4.1 Konsep Sehat dan Sakit.

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultant dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psycho

socio somatic health well being , merupakan resultant dari 4 faktor yaitu:

1. Environment atau lingkungan

2. Behavior atau perilaku

3. Heredity atau keturunan

4. Health care service atau berupa program kesehatan yang bersifat

preventif, promotif, kuratif dan rehabilitatif.

Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat.

Disamping itu ada beberapa konsep sehat dan sakit yang ditemukan para ahli, seperti yang banyak dianut oleh sebagian besar masyarakat kita yang dimaksud sakit adalah dimana seseorang telah mengalami disfungsi organ tubuh sehingga dia tidak dapat atau terganggu kegiantannya atau peran sosialnya. Ini adalah defenisi sakit yang di dalam antropologi kesehatan disebut sakit menurut budaya. Kemudian ada lagi yang menyatakan sakit adalah apabila telah terjadi proses penyerang pada organ tubuh maka seseorang itu dikatakan sudah menderita penyakit. Dari dua konsep sakit ini, konsep sakit yang pertama atau penyakit


(52)

51

dipandang dari konsep budaya lebih dominan digunakan oleh masyarakat. Hal ini sangat membantu untuk menjawab mengapa dalam sistem kesehatan prefentif sangat sulit diterapkan. Contohnya, orang yang merokok tidak menghiraukan kesehatannya apabila belum terserang salah satu penyakit yang disebabkan oleh aktivitas merokonya, karena belum terjadi disfungsi atau gangguan organ tubuhnya. Sedangkan berdasarkan konsep sakit yang kedua atau penyakit telah terjadi proses penyerang organ tubuh.

Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma sehat memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat namun tetap mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit (http://datastudi.wordpress.com/2009/10/26/konsep-sehat-sakit-dan penyakit-dalam-konteks-sosial-budaya/).

Telah dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik dan sosio kultural. Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan


(53)

52

penyakit. Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan

illness dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit

atau perasaan kurang nyaman.

Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai kelainan organik maupun fungsional tubuh. Dalam konteks kultural, apa yang disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula d alam kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor yang erat hubungannya dengan sistem nilai.

Istilah sehat jug mengandung banyak muatan kultural, social dan pengertian profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Gangguan kesehatan merupakan konsekuensi perilaku yang berwujud tindakan yang disadari (diketahui) atau tidak disadari (tidak diketahui) merugikan kesehatan atau menurunkan derajat kesehatan si pelaku sendiri, atau orang-orang lain, atau suatu kelompok. Gangguan kesehatan yang dimaksudkan disini tidak hanya terbatas pada kategori penyakit fisik dan mental secara individu dan kelompok tatapi juga kategori kesejahteraan sosial. Dalam kenyataannya tidaklah sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari berbagai aspek. Definisi sehat menurut WHO (1981) :


(54)

53

“Health is a state of complete physical, mental and

social well being, and not merely the absence of disease or infirmity”.

Artinya sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sedangkan sehat menurut masyarakat adalah sebagai suatu kemampuan fungsional dalam menjalankan peran-peran sosial dalam kehidupan sehari-hari.

Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat.

Menurut Sudarti (1987), menggambarkan secara deskriptif persepsi masyarakat beberapa daerah di Indonesia mengenai sakit dan penyakit, masyarakat menganggap bahwa sakit adalah keadaan individu mengalami serangkaian gangguan fisik yang menimbulkan rasa tidak nyaman. Anak yang sakit ditandai dengan tingkah laku rewel, sering menangis dan tidak nafsu makan. Orang dewasa dianggap sakit jika lesu, tidak dapat bekerja, kehilangan nafsu makan, atau “kantong kering” (tidak punya uang)”.

Selanjutnya Sudarti juga mengatakan bahwa masyarakat menggolongkan penyebab sakit ke dalam 3 bagian yaitu :


(55)

54

1. Karena pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh manusia 2. Makanan yang diklasifikasikan ke dalam makanan panas dan dingin. 3. Supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain).

Untuk mengobati sakit pada poin pertama dan kedua, dapat digunakan obat-obatan, ramu-ramuan, pijat, kerok dan bantuan tenaga kesehatan. Upaya pengobatan penyakit pada poin yang ketiga harus meminta bantuan kepada dukun, kyai dan lain-lain. Dengan demikian penanggulangan penyakit tergantung kepada sistem kepercayaan masyarakat.

2.4.2. Tingkahlaku Sakit, Peranan Sakit, dan Peranan Pasien.

Penelitian-penelitian dan teori-teori yang dikembangkan oleh para antropolog seperti perilaku sehat (health behavior), perilaku sakit (illness

behavior) perbedaan antara illness dan disease, model penjelasan penyakit

(explanatory model ), peran dan karir seorang yang sakit (sick role), interaksi dokter-perawat, dokter-pasien, perawat-pasien, penyakit dilihat dari sudut pasien, membuka mata para dokter bahwa kebenaran ilmu kedokteran moderen tidak lagi dapat dianggap kebenaran absolut dalam proses penyembuhan.

Perilaku sakit diartikan sebagai segala bentuk tindakan yang dilakukan oleh individu yang sedang sakit agar memperoleh kesembuhan, sedangkan perilaku sehat adalah tindakan yang dilakukan individu untuk memelihara dan meningkatkan kesehatannya, termasuk pencegahan penyakit, perawatan kebersihan diri, penjagaan kebugaran melalui olah raga dan makanan bergizi. Perilaku sehat diperlihatkan oleh individu yang merasa dirinya sehat meskipun


(56)

55

secara medis belum tentu mereka betul-betul sehat. Sesuai dengan persepsi tentang sakit dan penyakit maka perilaku sakit dan perilaku sehatpun subyektif sifatnya. Persepsi masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu di samping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosis kondisi fisik individu.

Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia. Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina, menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat apabila unsur-unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam keadaan yang seimbang.

Dalam mempelajari mempelajari tingkahlaku sakit, penting bagi kita untuk mengingat bahwa studi yang benar mengenai makhluk manusia yang sakit berpendapat bahwa setiap individu hidup dengan gejala-gejala maupun konsekuensi penyakit, dalam aspek fisik, mental, aspek medikal dan aspek sosialnya. Dalam usahanya untuk meringankan penyakitnya, si sakit si sakit terlibat dalam serangkaian proses pemecahan masalah yang bersifat internal maupun eksternal baik yang spesifik maupun yang nonspesifik (Von Mering dalam Foster dan Anderson, 1986:172)

Tingkahlaku adalah cara-cara dimana gejala-gejala yang ditanggapi, dievaluasi dan diperankan oleh seorang individu yang sedang mengalami sakit,


(1)

96

Salah satu hal yang menarik perhatian pasien adalah guru malumta tersebut bisa menentukan seberapa lama pasien akan sembuh. Proses pengobatannya pun cukup sederhana. Pada proses pengobatan pada malumta alat-alat yang digunakan pada pasien adalah perban putih, kapas, cairan pembersih, splak/bidai. Hal pertama yang dilakukan adalah guru malumta memeriksa terlebih dahulu bagian tubuh yang patah, misalnya jika patah tulang patah pada pergelangan tangan guru malumta melakukan pijatan, setelah pijatan selesai maka pasien akan diberi perintah untuk mengangkat air yang ada pada ember yang telah disediakan.

Setelah pemeriksaan keadaan tulang maka akan dilakukan reposisi tulang, diistirahatkan hingga tulang menyatu setelah itu terapi terhadap bagian tubuh yang direposisi. Saat-saat ini adalah saat yang paling rawan karena ini adalah saat penyatuan tulang. Pada proses ini guru malumta membutuhkan konsentrasi yang penuh agar saat mereposisi tidak terjadi kesalahan yang fatal. Tetapi jika patah tulangnya lebih serius dari patah tulang biasa, misalnya patah tulang yang disertai remuk pengobatannya lebih serius. bisa saja harus menjalani pengeleman tulang dan las tulang. Pengeleman tulang dilakukan agar tulang-tulang tetap menyatu dan tidak bergeser. Sedangkan las tulang itu adalah obat-obat dalam yang harus diminum berupa campuran alkohol, telur dan ramuan tumbuh-tumbuhan yang telah diracik oleh guru malumta.

Pengobatan tradisional ini juga mempunyai pantangan-pantangan yang harus dipatuhi yaitu tidak boleh bersetubuh, dilarang mengkonsumsi daging anjing, dilarang mengkonsumsi daging babi dan tidak boleh mengkonsumsi es.


(2)

97

Jika pasien tidak mematuhi peraturan-peraturan yang telah dibuat tersebut maka proses kesembuhan akan lama, gatal-gatal dan bisa saja cacad pada bagian tubuh yang patah. Selama proses pengobatan pasien harus menjalani aturan tersebut kalau ingin sembuh cepat dan kondisi yang baik. Sembuh yang diharapkan setiap pasien ada bermacam-macam, ada yang ingin sembuh seutuhnya seperti biasa dan ada juga asal sembuh saja dalam arti tidak patah selamanya yang penting sembuh. Malumta sendiri mengatakan sembuh yang akan diperoleh adalah benar-benar sembuh dan tidak ada cacad.

Dalam memperoleh kesembuhan juga perlu ada interaksi antara penyembuh, pasien dan keluarga pasien. Dengan interaksi yang erat sangat membantu proses pengobatan. Ada suatu anggapan bahwa dalam menangani suatu penyakit atau proses penyembuhan penyakit sangat diperlukan suatu kedekatan atau keakraban antara satu dengan yang lainnya. Keakraban hubungan yang ditandai dengan bentuk-bentuk interaksi yang bersifat inheren.

Faktor-faktor masyarakat memilih pengobatan tradisional adalah biaya pengobatan yg terjangkau, waktu, resiko infeksi dan amputasi sangat kecil atau bisa dihindarkan. Faktor lain yang sangat mempengaruhi adalah faktor lingkungan. Ternyata faktor lingkungan juga salah satu faktor untuk mendorong pasien untuk pergi berobat kepada pengobatan alternatif. Faktor lingkungan ini berupa pengalaman sendiri atau dari mulut ke mulut. Faktor tersebut sangat berpengaruh saat memilih pengobatan mana yang baik dan benar untuk kita laksanakan. Sehingga setiap orang berhak memilih apakah mengikuti saran dari lingkungannya atau meyakini pengobatan yang telah dipikirkannya sendiri tanpa


(3)

98

ada paksaan dari pihak manapun. sebab masyarakat berhak merasakan dapat merasakan kesembuhan dari setiap penyakit yang diderita oleh masing-masing individu.

5.2 Saran

Saran yang perlu diuraikan di sini berupa harapan yang disampaikan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan pengobatan tradisional khususnya penyembuh ataupun guru malumta, sebaiknya menggunakan tenaga medis dalam menangani penyakit patah tulang agar pengobatannya lebih efektif dan dapat mengembangkan pengetahuan tentang ramuan-ramuan patah tulang agar dapat menarik minat masyarakat untuk datang berobat ke pengobatan tradisional patah tulang tersebut.


(4)

99

DAFTAR PUSTAKA Adimiharja , Erwin

1976 Kerangka Studi Antropologi Sosial Dalam Pembangunan, Bandung:Tarsito.

Agoes, H. azwar

1992 Antropologi Kesehatan Indonesia. Jakarta:Buku Kedokteran EGC.

Geertz, Clifford

1981 Abangan, Priyayi, Santri dalam Masyarakat Jawa. Jakarta:Pusataka Jaya.

Darwis, R (ed)

1992 Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Sumatera Utara. Jakarta:Dirjen Kebudayaan Depdikbud RI.

Foster & Anderson

1986 Antropologi Kesehatan. Penerjemah, Priyanti Pakan Suryadarma dan Meutia F, Swasono. Universitas Indonesia Press, Jakarta.

Helman, Cecil

1984 Culture, Health And Illness. Bristol:Jhon wrigt and Sons Ltd

Kalangie, Nico. S

1994 Kebudayaan dan Kesehatan. Jakarta: PT Kesaint Blanc Indah Corp.

Koentjaraningrat

1981 Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: PT Rineka Ciptam. Masalah Keluarga Kecil, Masalah-masalah Pembangunan : Bunga Rampai Antropologi Terapan. Koentjaraningrat (ed), Jakarta, LP3ES. Koentjaraningrat & A. A. Loedin

1985 Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan Kesehatan. Jakarta:PT Gramedia.

Lubis, Syahruddin dan Irwansyah, dkk

1995 Pengobatan Tradisional Pada Masyarakat Pedesaan Daerah Sumatera Utara. Medan:Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.


(5)

100 Moleong J, Lexy

2006 Metode Penelitian Kualitatif. Edisi revisi. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Purba, Relly

1993 Sinshe Dalam Pandangan Pasien, Dokter dan Para Medis, skipsi S1 Antropologi Fisip USU, tidak diterbitkan.

Keesing, Roger, M

1989 Antropologi Budaya:Suatu Perspektif Kontemporer. Jakarta:Erlangga.

Rudy, Dewantara

2009 Pengobatan Alternatif Patah Tulang di Indonesia. Dalam http://google.co.id

Ruslani

2003 Tabir Mistik, Alam Gaib dan Perdukunan. Yogyakarta:Tinta Kelompok Penerbit Qalam.

Sarwono, S

1997 Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Apilkasinya. Yogyakarta: Andi Offset.

Spardley, James P

1980 Participacipant Obseevation, Holt, Rinrhart, and Winston, USA.

Spardley, James P.

1997 Metode Etnografi (Terjemahan) Amri Marzali, Yogyakarta, Tiara Wacana.

Strauss, Levi Claude

1997 Mitos, dukun dan sihir. Yogyakarta : Kanisus.

Syahputri, Ratna Sari Dewi

2009 Pilihan masyarakat atas pengobatan alternatif sempurna. Skripsi S1 Antropologi Fisip USU, tidak diterbitkan


(6)

101 Internet

http://www.suarapembaruan.com/News/2006/03/12/Kesehata/kes01.htm http://wapedia.mobi/id/Dukun

http://www.pro-sehatalami.com/topik/39-azrul-azwar--perlu-regulasi-kebijakan-pengobatan-tradisional

http://datastudi.wordpress.com/2009/10/26/konsep-sehat-sakit-dan penyakit-dalam-konteks-sosial-budaya/