Interaksi Sosial Warga Kompleks Perumahan (Studi Deskriptif di Perumahan Bukit Johor Mas, Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor).

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Interaksi Sosial Warga Kompleks Perumahan

(Studi Deskriptif di Perumahan Bukit Johor Mas, Kelurahan Pangkalan Masyhur Kecamatan Medan Johor)

SKRIPSI

Disusun dan Diajukan Untuk Melengkapi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Oleh:

Ryan Parlindungan Nasution Nim : 060901016

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

ABSTRAK

Skripsi ini berawal dari sebuah pertanyaan “Bagaimana Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas?”. Komplek perumahan adalah suatu bangunan perumahan yang dikelilingi oleh tembok dan adanya tapal batas yaitu gerbang perumahan sebagai akses masuk dimana manusia tinggal didalamnya dan melangsungkan kehidupannya. Disamping itu, rumah juga merupakan tempat dimana berlangsung proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat, rumah juga tempat individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Salah satu kebutuhan manusia adalah rasa nyaman dan aman. Hubungan sosial yang terjalin diantara warga komplek perumahan Bukit Johor Mas berjalan sangat terbatas. Hal ini terjadi karena faktor pekerjaan, mereka kebanyakan bekerja dari pagi hinga sore hari. Nuansa kehidupan perkotaan juga turut mewarnai kehidupan warga komplek perumahan Bukit Johor Mas karena lokasi perumahan tersebut berada dekat dengan keramaian kota, kehidupan egois dan individualis masih sangat terasa. Misalnya sesama tetangga bisa tidak saling mengenal.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dimana penulis mencari fakta-fakta, fenomena tentang interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, keberadaan, karakteristik dan kegiatan yang dilakukan setiap hari serta interaksi yang terjadi antara warga komplek perumahan dengan masyarakat luar komplek, dan antar sesama warga komplek dalam kehidupan sehari-hari.Warga komplek perumahan Bukit Johor Mas adalah masyarakat yang hidup menetap di dalam komplek perumahan Bukit Johor Mas, oleh sebab itu penelitian dilakukan di Penelitian ini dilakukan di komplek perumahan Bukit Johor Mas Kelurahan Pangkalan Mansyur Kec. Medan Johor Kota Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi di komplek perumahan bukit johor mas karena: 1). Bukit Johor Mas di Kelurahan pangkalan mansyur adalah tempat tinggal para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, 2). Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga dapat menghemat tenaga, waktu dan biaya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di komplek perumahan Bukit Johor Mas alasan beberapa informan memilih tinggal di komplek perumahan Bukit Johor Mas ialah keamanan, kenyamanan dan fasilitas yang disediakan oleh perumahan. Interaksi sosial di lingkungan warga komplek perumahan hanya sebuah persinggungan logis dari tempat tinggal mereka yang berdekatan sehingga tidak terbentuk ikatan ketetanggaan yang kuat. Kurang tersedianya ruang publik yang tersedia di komplek perumahan Bukit Johor Mas untuk mereka bertinteraksi seperti mesjid atau mushola, taman dan warung atau kedai berjualan. Kebanyakan dari warga Bukit Johor Mas lebih tertutup terhadap hubungan sosial antar tetangga, ini terlihat dari pintu rumah dan pagar mereka selalu tertutup sehingga biasanya hal ini membuat mereka sukar untuk bertemu dan bertamu kerumah tetangga. Kehidupan mereka cenderung individualis. Kesulitan lain dalam hal interaksi para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas adalah adanya perbedaan pandangan masing-masing individu. Hal ini karena. perbedaan pandangan dan latar belakang budaya yang dibawa oleh warga komplek perumahan Bukit Johor Mas yang berasal dari daerah asalnya.


(3)

DAFTAR ISI

Abstraksi ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : KAJIAN PUSTAKA 2.1. Interaksi Sosial... 8

2.1.1. Pengertian Interaksi Sosial11 2.1.2. Aspek-Aspek Interaksi Sosial. ... 13

2.1.3. Macam-macam Interaksi Sosial ... 15

2.1.4. Faktor-faktor yang berpengaruh dalam Interaksi Sosial...16

2.1.5. Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial ………..18

2.1.6. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial ………...22

2.2. Kelompok Sosial ... 24

2.3. Teori Mengenai Komplek Perumahan ………25

2.4. Definisi Konsep ………..29

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ………..32

3.2. Lokasi Penelitian ………....34

3.3. Unit Analisis dan Informan ………34


(4)

3.5. Interpretasi Data ……….38

3.6. Jadwal Kegiatan ……….39

3.7. Keterbatasan Penelitian ………..40

BAB IV : DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi Lokasi ……….41

4.1.1. Kelurahan Pangkalan Masyhur dan Gambaran Umum Penduduk………...41

4.1.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis………...42

4.1.3.Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama………..…..43

4.1.4.Komposisi Penduduk Berdasarkan TingkatPendidikan...44

4.1.5.Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian …...45

4.2.Sarana dan Prasarana Sosial di Kelurahan Pangkalan Masyhur…47 4.2.1.Sarana Pendidikan ………...47

4.2.2. Sarana Kesehatan ………...48

4.2.3.Sarana Peribadatan ………...….49

4.3.Komplek Perumahan Bukit Johor Mas ………...50

4.4. Alasan Informan Bermukim di Komplek Perumahan Bukit Johor Mas ………..…...51

4.5.Kodisi Sosial Komplek Perumahan Bukit Johor Mas…………....54

4.6.Profil Informan………...55

4.7. Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas...59

4.8. Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas Dengan Masyarkat Sekitar Komplek Perumahan ………...63

4.9. Analisis Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Serta Interaksinya dengan Masyarakat Sekitar Komplek Perumahan………..75


(5)

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... …79 5.2. Saran ... …83

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berawal dari sebuah pertanyaan “Bagaimana Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas?”. Komplek perumahan adalah suatu bangunan perumahan yang dikelilingi oleh tembok dan adanya tapal batas yaitu gerbang perumahan sebagai akses masuk dimana manusia tinggal didalamnya dan melangsungkan kehidupannya. Disamping itu, rumah juga merupakan tempat dimana berlangsung proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat, rumah juga tempat individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Salah satu kebutuhan manusia adalah rasa nyaman dan aman. Hubungan sosial yang terjalin diantara warga komplek perumahan Bukit Johor Mas berjalan sangat terbatas. Hal ini terjadi karena faktor pekerjaan, mereka kebanyakan bekerja dari pagi hinga sore hari. Nuansa kehidupan perkotaan juga turut mewarnai kehidupan warga komplek perumahan Bukit Johor Mas karena lokasi perumahan tersebut berada dekat dengan keramaian kota, kehidupan egois dan individualis masih sangat terasa. Misalnya sesama tetangga bisa tidak saling mengenal.

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dimana penulis mencari fakta-fakta, fenomena tentang interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, keberadaan, karakteristik dan kegiatan yang dilakukan setiap hari serta interaksi yang terjadi antara warga komplek perumahan dengan masyarakat luar komplek, dan antar sesama warga komplek dalam kehidupan sehari-hari.Warga komplek perumahan Bukit Johor Mas adalah masyarakat yang hidup menetap di dalam komplek perumahan Bukit Johor Mas, oleh sebab itu penelitian dilakukan di Penelitian ini dilakukan di komplek perumahan Bukit Johor Mas Kelurahan Pangkalan Mansyur Kec. Medan Johor Kota Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi di komplek perumahan bukit johor mas karena: 1). Bukit Johor Mas di Kelurahan pangkalan mansyur adalah tempat tinggal para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, 2). Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga dapat menghemat tenaga, waktu dan biaya.

Dari hasil penelitian yang dilakukan di komplek perumahan Bukit Johor Mas alasan beberapa informan memilih tinggal di komplek perumahan Bukit Johor Mas ialah keamanan, kenyamanan dan fasilitas yang disediakan oleh perumahan. Interaksi sosial di lingkungan warga komplek perumahan hanya sebuah persinggungan logis dari tempat tinggal mereka yang berdekatan sehingga tidak terbentuk ikatan ketetanggaan yang kuat. Kurang tersedianya ruang publik yang tersedia di komplek perumahan Bukit Johor Mas untuk mereka bertinteraksi seperti mesjid atau mushola, taman dan warung atau kedai berjualan. Kebanyakan dari warga Bukit Johor Mas lebih tertutup terhadap hubungan sosial antar tetangga, ini terlihat dari pintu rumah dan pagar mereka selalu tertutup sehingga biasanya hal ini membuat mereka sukar untuk bertemu dan bertamu kerumah tetangga. Kehidupan mereka cenderung individualis. Kesulitan lain dalam hal interaksi para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas adalah adanya perbedaan pandangan masing-masing individu. Hal ini karena. perbedaan pandangan dan latar belakang budaya yang dibawa oleh warga komplek perumahan Bukit Johor Mas yang berasal dari daerah asalnya.


(7)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannya mempunyai kebutuhan– kebutuhan, baik kebutuhan material maupun spiritual. Kebutuhan itu bersumber dari dorongan-dorongan alamiah yang dimiliki setiap manusia semenjak dilahirkan. Lingkungan hidup merupakan sarana di mana manusia berada sekaligus menyediakan kemungkinan-kemungkinan untuk dapat mengembangkan kebutuhan-kebutuhan.

Oleh karena itu, antara manusia dengan lingkungan hidup terdapat hubungan yang saling mempengaruhi. Hubungan-hubungan sosial yang terjadi secara dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan kelompok dan berhubungan satu dengan yang lain disebut dengan interaksi sosial (Gillin dan Gillin: 1954).

Interaksi sosial adalah syarat utama bagi terjadinya aktifitas sosial dan hadirnya kenyataan sosial, kenyataan sosial didasarkan pada motivasi individu dan tindakan-tindakan sosialnya. Ketika berinteraksi seorang individu atau kelompok sosial sebenarnya tengah berusaha atau belajar bagaimana memahami tindakan sosial seorang individu atau kelompok sosial lain, perilaku sosial adalah hal yang dilakukan seorang individu atau kelompok sosial di dalam interaksi dan dalam situasi tertentu. Interaksi sosial akan berjalan dengan tertib dan teratur dan anggota masyarakat bisa berfungsi secara normal, yang diperlukan bukan hanya kemampuan untuk bertindak sesuai dengan konteks sosialnya, tetapi juga memerlukan kemampuan untuk menilai


(8)

secara objektif perilaku pribadinya dipandang dari sudut social masyarakatnya (Narwoko, 2004:21).

Masyarakat kota memiliki ciri–ciri yang khas yaitu cara hidup yang cenderung sekuler dengan berorientasi pada kehidupan duniawi yang dominan, jalan fikiran manusianya sangat rasional dan menggunakan waktu yang sangat teliti dan cermat. Adapun perilaku individual masyarakat kota sangat dominan dengan pola interaksi yang didasarkan pada faktor kepentingan dari pada faktor pribadi atau komunal (Soekanto, 2001:170-171).

Kehidupan kota memiliki daya tarik yang cukup besar bagi masyarakat di daerah sekitarnya, karena masyarakat kota dianggap sebagai pusat perekonomian, sehingga masyarakat desa menganggap mudah mencari uang dan mudah mencari pekerjaan yang sesuai dengan pendidikannya. Selain itu, menurut Goede dalam (Ilhami : 1990) daya tarik kota yang lain adalah banyaknya fasilitas berupa sarana dan prasarana baik berupa fasilitas pendidikan, hiburan, transformasi, komunikasi maupun tempat-tempat rekreasi.

Pertumbuhan kota yang cenderung cepat mengakibatkan kota tidak mampu menyediakan sarana dan prasarana yang layak dan memadai bagi kehidupan masyarakat, seperti sarana kesehatan, penerangan, terutama perumahan. Ketidakmampuan pemerintah menyediakan sarana perumahan yang memadai ini menimbulkan adanya pemukiman–pemukiman kumuh ( Slum Area ) dan juga menimbulkan adanya gagasan untuk mendirikan rumah susun ( flat ) dan Komplek Perumahan (Gated Community), yang di usahakan untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat.


(9)

Di Sumatera Utara ada lebih dari empat puluh komplek perumahan. Gaya komplek ini bermacam-macam dari yang terdiri dari rumah saja sampai komplek eksklusif yang termasuk fasilitas bersenam dan berbelanja. Setiap tahun komplek perumahan terus berkembang. Komplek perumahan ini dibangun untuk menemuhi permintaan pasar.

Perkembangan komplek perumahan kian pesat, hampir di seluruh sudut kota Medan komplek perumahan mulai bermunculan. Kebutuhan masyarakat terhadap tempat tinggal yang nyaman, tanpa mau repot memikirkan proses pembangunannya dimanfaatkan pengembang sebagai ceruk usaha yang potensial. Berbagai jenis kluster perumahan pun berdiri, baik di kota maupun kawasan pinggiran.

Komplek Perumahan adalah suatu bangunan perumahan yang dikelilingi oleh tembok di mana manusia tinggal didalamnya dan melangsungkan kehidupannya. Di samping itu, rumah juga merupakan tempat di mana berlangsung proses sosialisasi pada saat seorang individu diperkenalkan kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku di dalam suatu masyarakat, juga tempat individu untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Maka tidak mengherankan apabila masalah perumahan menjadi masalah yang sangat penting bagi setiap individu.

Komplek perumahan yang umumnya dihuni masyarakat dari beragam latar belakang memaksa penghuninya untuk tetap menjaga jarak. Mereka tidak saling kenal sebelumnya sehingga belum saling percaya. Mereka sukar bertamu atau menerima tamu kecuali untuk keperluan tertentu. Desain perumahan yang minim membuat hubungan yang terbangun antar pemilik rumah hanya hubungan lahiriah karena mereka tinggal di tempat yang sama. Hubungan yang terjalin hanya


(10)

konsekuensi logis dari persinggungan yang tidak disengaja. Sedangkan tradisi tegur sapa, senda gurau dan kerjasama tidak terbentuk karena mereka merasa mandiri secara ekonomi. Pandangan seperti ini sering dianggap terjadi di komplek perumahan.

Fenomena tinggal di komplek perumahan juga memunculkan kekhawatiran terkait pergaulan antar penghuninya. Masyarakat yang tinggal di komplek perumahan sering kali terbatasi ruang interaksi sosialnya karena desain perumahan kurang mendukung. Sebagai barang dagangan, komplek perumahan dibangun dengan pertimbangan efektif dan efisien. Sebab efisiensi lebih menguntungkan pengembang. Selain itu, selera masyarakat modern pada sesuatu yang instan, praktis, dan efisien membuat pengembang menyediakan komplek perumahan yang didesain untuk memenuhi kebutuhan dasar tempat tinggal.

Sikap permisif bisa saja akan terbangun di komplek perumahan, tentunya ini akan punya dampak besar terhadap rapuhnya struktur sosial masyarakat. Kerekatan sosial yang sejak ratusan tahun menjadi ciri khas bangsa Indonesia akan terkikis oleh proses sosial seperti ini. Masing-masing pemilik rumah tenggelam dalam keasyikan mengurus keperluan pribadi tanpa peduli urusan warga lain.

Pemukiman berpagar dan kota di dalam kota (yang diurus oleh developer) dapat memisahkan penduduk setempat dengan para pendatang. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan kesenjangan dan kerawanan sosial. Memang mengejutkan bahwa masyarakat kota (yang bukan miskin) menyenangi kalau pemukimannya berpagar dan di tembok yang keamanannya dijaga oleh satpam. Developer sangat mendukung pemukiman model tersebut, Karena mereka menganggap pemerintah


(11)

daerah tidak mampu menyediakan kebutuhan mereka akan keamanan, kenyamanan dan penyediaan sarana pemukiman yang baik

Realita yang terjadi di kecamatan Medan Johor telah berkembang fenomena klaster-klaster perumahan (terutama elite) yang cenderung memisahkan diri dari lingkungan sekitarnya. Salah satunya adalah perumahan Bukit Johor Mas. Keterpisahan tersebut bukan sekedar karena hak pemilikan properti, lebih-lebih juga didorong oleh intensi para developer yang melihat privacy sebagai sebuah nilai jual yang mahal, khususnya bagi kalangan elit (orang kaya). Begitu kuatnya makna nilai privacy ini sampai-sampai developer mengembangkan konsep "kota di dalam kota". Hal ini di satu sisi memprihatinkan, Karena dapat terjadi separasi kelompok masyarakat secara alamiah lewat bantuan developer yang menangkap dengan cerdas komoditas elitis itu untuk dijual demi keuntungan ekonomis.

Berangkat dari latar belakang seperti yang telah diuraikan di atas maka diangkat sebuah skripsi dengan judul "Interaksi Sosial Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas, (Studi Deskriptif di Komplek Perumahan Bukit Johor Mas, Kecamatan Medan Johor).

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang dijadikan sebagai obyek penelitian interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dan masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas. Maka masalah ini akan diuraiakan dalam bentuk pertanyaan:


(12)

Bagaimana interaksi sosial antar warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dan warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas?

1.3. Tujuan Penelitian

Mengacu kepada masalah yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui interaksi sosial antar warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dan warga komplek perumahan dengan masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas

2. Mengungkapkan mengenai interaksi sosial antar warga kompleks perumahan Bukit Johor Mas dan warga Komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan didasarkan pada pendekatan sosiologis.

1.4. Manfaat Penelitian

Signifikansi penelitian ini adalah : (1) pentingnya pemahaman tentang perkembangan kota dan perkembangan kehidupan masyarakat yang menyertainya, (2) memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang sisi lain kehidupan perkotaan kepada para pembaca dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil kebijakan pembangunan dan penataan kota. Maka, manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Memperoleh gambaran yang jelas mengenai interaksi sosial warga komplek


(13)

b. Memberikan penjelasan tentang kehidupan warga komplek perumahan Bukit Johor Mas.

c. Hasil penelitian ini diharapkan menambah khasanah ilmu pengetahuan sosial khususnya Sosiologi Perkotaan.

d. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi refleksi, sehingga dapat dibaca oleh siapa saja yang berminat untuk mengetahui interaksi sosial warga komplek perumahan dan warga komplek perumahan dengan masyarakat sekitar.

2. Manfaat praktis :

a. Untuk lebih memahami permasalahan-permasalahan sosiologis yang muncul di tengah masyarakat.

b. Sebagai bahan masukan dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah dalam penanganan permasalahan yang timbul sebagai dampak dari perkembangan kota terutama dalam pembanguan kompleks perumahan.

c. untuk meningkatkan dan mengembangkan kemampuan berpikir penulis melalui karya ilmiah sekaligus penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh yang dihubungkan dengan kerangka pemikiran dan teori sosiologi.


(14)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Interaksi Sosial

Dalam kehidupan bersama, antar individu satu dengan individu lainnya terjadi hubungan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Melalui hubungan itu individu ingin menyampaikan maksud, tujuan, dan keinginannya masing-masing. Untuk mencapai keinginan tersebut biasanya diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal balik, hubungan inilah yang disebut dengan interaksi. Menurut Gillin & Gillin (1954:489) interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara individu, antara kelompok maupun antara individu dengan kelompok.

Interaksi terjadi apabila seorang individu melakukan tindakan, sehingga menimbulkan reaksi dari individu-individu yang lain, karena itu interaksi terjadi dalam suatu kehidupan sosial. Interaksi pada dasarnya merupakan siklus perkembangan dari struktur sosial yang merupakan aspek dinamis dalam kehidupan sosial. Perkembangan inilah yang merupakan dinamika yang tumbuh dari pola-pola perilaku individu yang berbeda menurut situasi dan kepentingannya masing-masing, yang diwujudkannya dalam proses hubungan sosial. Hubungan-hubungan sosial itu pada awalnya merupakan proses penyesuaian nilai-nilai sosial dalam kehidupan sosial. Kemudian meningkat menjadi semacam pergaulan yang tidak hanya sekedar pertemuan secara fisik, melainkan merupakan pergaulan yang ditandai adanya saling mengerti tentang maksud dan tujuan masing-masing pihak yang terjadi dalam


(15)

hubungan sosial tersebut. Sudah menjadi hukum alam dalam kehidupan individu bahwa keberadaan dirinya adalah sebagai makhluk individu sekaligus sosial.

Kebutuhan dasar individu untuk melangsungkan kehidupannya membutuhkan makanan, minuman untuk menjaga kesetabilan suhu tubuhnya dan keseimbangan organ tubuh yang lain, (kebutuhan biologi), individu membutuhkan juga perasaan tenang dari ketakutan, keterpencilan, kegelisahan, dan berbagai kebutuhan kejiwaan lainnya. Kebutuhan individu yang mendasar juga di perlukan ialah kebutuhan untuk berhubungan dengan individu lain, kebutuhan untuk melanjutkan keturunan, kebutuhan untuk membuat pertahanan diri agar terhindar dari musuh, kebutuhan untuk belajar kebudayaan dari lingkungan agar dapat diterima atau diakui eksistensinya oleh warga masyarakat setempat. Di dalam kehidupan bermasyarakat, setiap individu terikat dalam struktur-struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Masing-masing struktur sosial mengatur kedudukan masing-masing individu dalam kaitannya dengan kedudukan-kedudukan dari individu yang lain yang secara keseluruhannya memperhatikan corak corak tertentu yang berada dari struktur sosial yang lain. Adanya kedudukan-kedudukan yang diatur oleh struktur sosial tersebut menuntut dan menghasilkan adanya peranan-peranan yang sesuai dengan kedudukan-kedudukan yang dimiliki masing-masing individu.

Kebutuhan individu akan individu lain mendorong dirinya untuk belajar pola-pola, rencana-rencana, dan strategi untuk bergaul dengan individu yang lain. Individu pun mulai belajar memainkan peranan sesuai dengan status yang diakui oleh lingkungan sosialnya. Status dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu status yang diperoleh dengan sendirinya (ascribed status) dan status yang diperoleh dengan kerja


(16)

keras atau diusahakan (achieved status). Ascribed status atau status otomatis adalah status yang diterima individu secara otomatis sejak individu itu dilahirkan, hal ini biasanya terjadi karena kedudukan orang tuanya sebagai orang yang terpandang atau bangsawan. Achieved status atau status disengaja merupakan status yang dicapai individu melalui usaha-usaha yang disengaja, hal ini tampak dalam usaha pencapaian cita-cita atau profesi sebagai guru, dokter dan banyak lainnya (Sunarto: 2000).

Interaksi sosial mempunyai korelasi atau hubungan dengan status yaitu bahwa status memberi bentuk atau pola interaksi. Status dikonsepsikan sebagai posisi individu atau kelompok individu sehubungan dengan kelompok atau individu lainnya, status merekomendasikan perbedaan martabat, yang merupakan pengakuan interpersonal yang selalu meliputi paling sedikit satu individu, yaitu siapa yang menuntut dan individu lainnya yaitu siapa yang menghormati tuntutan itu. Gejala ini terlihat misalnya pada hubungan antara atasan dengan bawahannya atau pada hubungan antara orang tua dengan anak-anak atau yang lebih muda, antara tuan tanah dengan penggarap, antara orang kaya dengan orang miskin. Dalam hal ini status memberi bentuk atau pola tertentu dalam interksi sosial. Sebagai mahluk individu manusia dilahirkan sendiri dan memiliki ciriciri yang berbeda antara yang satu dengan yang lain.

Perbedaan ini merupakan keunikan dari manusia tersebut. Sebagai mahluk sosial manusia membutuhkan individu lain untuk memenuhi segala kebutuhannya, dari sinilah terbentuk kelompok-kelompok yaitu suatu kehidupan bersama individu dalam suatu ikatan, di mana dalam suatu ikatan tersebut terdapat interaksi sosial dan ikatan organisasi antar masing-masing anggotanya (Soekanto, 2001 : 128). Dalam


(17)

proses sosial, interaksi sosial merupakan sarana dalam melakukan hubungan dengan lingkungan sekitarnya.

2.1.1. Pengertian Interaksi Sosial

Sebagai makhluk individu dan sosial, individu membentuk interaksi sosial (hubungan sosial) dengan individu lain. Ciri-ciri Hubungan sosial pada masyarakat khususnya masyarakat kota memiliki hubungan sosial yang longgar, hal ini karena kota merupakan pemukiman yang relatif besar, padat dan permanen, dihuni oleh orang-orang yang heterogen keduduka n sosialnya, selain hubungan sosial yang longgar ciri-ciri hubungan sosial yang lain adalah solidaritas organik (rasa bersatu atas dasar kontrak atau perjanjian), pembagian kerja komplek, dan sanksi sosial berdasarkan hukum.

Dalam hal ini interaksi menurut pendapat Young (Gunawan, 2000:31) adalah kontak timbal balik antara dua orang atau lebih. Sedangkan menurut Psikologi Tingkahlaku (Behavioristic Psychology), interaksi sosial berisikan saling perangsangan dan pereaksian antara kedua belah pihak individu.

Dengan adanya ciri-ciri tersebut, hubungan sosial masyarakat juga tidak terlepas dari corak hubungan kerjasama, hubungan persaingan, dan corak hubungan konflik. Ketiga corak hubungan itu akan mewarnai kehidupan masyarakat kota yang cenderung tidak saling mengenal satu dengan yang lain karena kepentingan-kepentingan yang berbeda. Individu hanya mempunyai hubungan sosial dengan individu-individu tertentu karena individu tersebut mempunyai kepentingan yang sama. Dalam kehidupan sosial yang terkecil, seorang individu terjerat dalam hubungan sosial antara warga komplek perumahan Bukit Johor Mas di mana ia


(18)

berada pada lingkungan sosial tersebut. Pada tingkat berikutnya, hubungan sosial diperluas menjadi hubungan bertetangga yang tinggal berdekatan dengan rumahnya. Hubungan bertetangga di kota besar tidak seintim hubungan sosial pada masyarakat desa yang cenderung saling mengenal satu dengan yang lain, serta mempunyai rasa bersatu yang biasanya dikuatkan dengan sentimen-sentimen kelompok. Dalam hal ini, hubungan sosial bertetangga diartikan sebagai kesatuan tempat tinggal yang menempati suatu wilayah tertentu yang batas-batasnya ditentukan luasnya jaringan sosial di lingkungan tempat tinggal yang berdekatan yang dalam hal ini ialah komplek perumahan. Pola-pola hubungan (interaksi) sosial yang teratur dapat terbentuk apabila ada tata kelakuan atau perilaku dan hubungan yang sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat. Sistem itu merupakan pranata sosial yang didalamnya terdapat nilai-nilai dan norma-norma yang dipedomani serta ada lembaga sosial yang mengurus pemenuhan kebutuhan masyarakat sehingga interaksi sosial dalam masyarakat dapat berjalan secara teratur.

Dalam hal ini interaksi menurut Susanto (1983 : 32) ialah akibat dari adanya proses komunikasi, yaitu saling mempengaruhi antara individu satu dengan individu yang lain di dalam masyarakat yang mengakibatkan terjadinya perubahan dalam masyarakat ataupun proses sosial. Bonner (Gerungan, 1988 : 57) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan antar individu yang satu dengan individu yang lainnya. Bintarto (1983 : 61) berpendapat bahwa, interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara individu, antara individu dengan kelompok, maupun antara kelompok yang satu


(19)

dengan kelompok yang lain. Menurut Bales dan Homans dalam Santoso (2004:10), pada hakekatnya manusia memiliki sifat yang dapat digolongkan ke dalam :

a. Manusia sebagai makhluk individual, b. Manusia sebagai makhluk sosial, dan c. Manusia sebagai makhluk berkebutuhan.

Menurut Kimbal Young dan Raymond dalam Soekanto (1970:192) mengatakan bahwa interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena itu tanpa interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Bertemunya orang perorang secara badaniah belaka tidak akan menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup semacam itu baru akan terjadi apabila orang-orang, perorangan atau kelompok-kelompok manusia bekerjasama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai suatu tujuan bersama, mengadakan persaingan, pertikaian dan lain sebagainya.

Selanjutnya dalam penelitian skripsi ini yang dimaksud dengan interaksi sosial adalah suatu proses hubungan sosial yang dinamis baik dilakukan oleh perorangan maupun kelompok manusia sehingga terjadi hubungan yang timbal balik antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lain agar terjadi perubahan di dalam lingkungan masyarakat.

2.1.2 Aspek-Aspek Interaksi Sosial

Setiap individu yang berhubungan dengan individu yang lain, baik hubungan sosial antara individu dengan individu, individu dengan kelompok atau kelompok dengan kelompok, hubungan sosial itu memiliki aspek-aspek sebagai berikut :


(20)

Setiap interaksi sudah barang tentu terjadi karena adanya hubungan antara individu dengan individu maupun antara individu dengan kelompok, serta hubungan antara kelompok dengan kelompok. hubungan antara individu dengan individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan, dan bertengakar. Contoh seorang warga komplek perumahan Bukit Johor Mas yang bertegur sapa dengan warga lainnya, dua orang warga komplek perumahan yang saling berjabat tangan. Hubungan timbal-balik antara individu dengan kelompok, misalnya seorang Lurah yang sedang berpidato di depan warganya, ketua perkumpulan pengajian yang sedang ceramah. Hubungan timbal balik antara kelompok dengan kelompok, misalnya rapat antar RT, pertandingan untuk acara 17 Agustus antar RT.

b. Ada individu

Setiap interaksi sosial menuntut tampilnya individu-individu yang melaksanakan hubungan. Hubungan sosial itu terjadi karena adanya peran serta dari individu satu dan individu lain, baik secara person atau kelompok.

c. Ada tujuan

Setiap interaksi sosial memiliki tujuan tertentu seperti mempengaruhi individu lain. Misalnya,seorang ibu rumah tangga yang sedang berbelanja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya di warung atau toko dan menawar barang yang akan dibelinya, hal itu adalah salah satu fungsi untuk mempengaruhi individu lain agar mau menuruti apa yang dikehendaki oleh ibu pembeli tersebut.


(21)

Interaksi sosial yang ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok ini terjadi karena individu dalam hidupnya tidak terpisah dari kelompok. Di samping itu, tiap-tiap individu memiliki fungsi dalam kelompoknya. Individu di dalam kehidupannya tidak terlepas dari individu yang lain, oleh karena itu individu dikatakan sebagai makhluk sosial yang memiliki fungsi dalam kelompoknya. Hal lain yang dapat dilihat, seorang Lurah yang memiliki fungsi untuk membentuk anggota masyarakatnya menjadi masyarakat yang damai, tertib aman dan sejahtera, dan untuk mewujudkan hal tersebut di butuhkan pula keikutsertaan dari setiap anggota masyarakatnya. Jadi dalam hal ini setiap individu ada hubungannya dengan struktur dan fungsi sosial (Santoso, 2004 : 11)

Dengan demikian konsep interaksi sosial yang digunakan di dalam tulisan ini adalah konsep dari Soerjono Soekanto bahwa interaksi sosial merupakan sarana dalam melakukan hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Karena interaksi merupakan kunci dari semua kehidupan sosial itu sendiri, tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama. Dan Bonner (Gerungan, 1988 : 57) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan antar individu yang satu dengan individu yang lainnya.

2.1.3. Macam-macam Interaksi Sosial

Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilaksanakan melalui proses sosial yang disebut interaksi sosial, yaitu hubungan timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok dengan


(22)

kelompok dalam masyarakat. Dalam kenyataan sehari-hari terdapat tiga macam interaksi sosial (Rahman D dkk, 2000: 21-22).

a. Interaksi antara individu dan individu

Pada interaksi ini individu yang satu memberi pengaruh, rangsangan, atau stimulus kepada individu yang lainnya. Sedangkan individu yang terkena pengaruh akan memberikan reaksi, tanggapan atau respon. Dalam interaksi antara individu dan individu dapat berwujud dalam bentuk berjabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar.

b. Interaksi antara individu dan kelompok

Interaksi antara individu dan kelompok secara konkrit dapat dilihat pada seorang warga komplek perumahan dengan kelompok pengajian di lingkungan Kelurahan Pangkalan Masyhur. Selain itu dapat dilihat seorang orator sedang berpidato di depan orang banyak. Bentuk interaksi ini menunjukkan bahwa kepentingan seorang individu berhadapan dengan kepentingan kelompok.

c. Interaksi antara kelompok dan kelompok

Bentuk interaksi antara kelompok dan kelompok menunjukkan bahwa kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan kepentingan individu dalam kelompok yang lain. Dalam interaksi ini setiap tindakan individu merupakan bagian dari kepentingan kelompok misalnya kelompok pengajian komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan kelompok pengajian .

2.1.4. Faktor-faktor yang Berpengaruh dalam Interaksi Sosial

Dalam interaksi sosial terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi tersebut, yaitu faktor yang menentukan berhasil atau tidaknya interaksi tersebut


(23)

(Santoso, 2004:12). Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi sosial sebagai berikut:

a. Situasi sosial

b. Kekuasaan norma kelompok

c. Tujuan pribadi masing-masing individu

d. Interaksi sesuai dengan kedudukan dan kondisi setiap individu e. Penafsiran situasi

Dari faktor-faktor di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Situasi sosial, memberi bentuk tingkah laku terhadap individu yang berada dalam situasi tersebut. Misalnya, apabila berinteraksi dengan individu lainnya yang sedang dalam keadaan berduka, pola interaksi yang dilakukan apabila dalam keadaan yang riang atau gembira, dalam hal ini tampak pada tingkah laku individu yang harus dapat menyesuaikan diri terhadap situasi yang dihadapi.

b. Kekuasaan norma-norma kelompok, sangat berpengaruh terhadap terjadinya interaksi sosial antar individu. Misalnya, individu yang menaati norma-norma yang ada dalam setiap berinteraksi individu tersebut tak akan pernah berbuat suatu kekacauan, berbeda dengan individu yang tidak menaati norma-norma yang berlaku, individu itu pasti akan menimbulkan kekacauan dalam kehidupan sosialnya, dan kekuasaan norma itu berlaku untuk semua individu dalam kehidupan sosialnya.

c. Ada tujuan kepribadian yang dimiliki masing-masing individu sehingga berpengaruh terhadap pelakunya. Misalnya, dalam setiap interaksi individu pasti memiliki tujuan. Hal ini dapat dilihat ketika seorang warga komplek perumahan


(24)

Bukit Johor Mas berinteraksi dengan seorang pedagang, ia memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

d. Setiap individu berinteraksi sesuai dengan kedudukan dan kondisinya yang bersifat sementara. Pada dasarnya status atau kedudukan yang dimiliki oleh setiap individu adalah bersifat sementara, misalnya seorang warga yang biasa berinteraksi dengan ketua RT, maka dalam hubungan itu terlihat adanya jarak antara seorang yang tidak memiliki kedudukan yang menghormati orang yang memiliki kedudukan dalam kelompok sosialnya.

e. Ada penafsiran situasi, dimana setiap situasi mengandung arti bagi setiap individu sehingga mempengaruhi individu untuk melihat dan menafsirkan situasi tersebut. Misalnya, apabila ada teman yang terlihat murung atau suntuk, individu lain harus bisa membaca situasi yang sedang dihadapainya, dan tidak seharusnya individu lain tersebut terlihat bahagia dan cerita dihadapannya. Bagaimanapun individu harus bisa menyesuaikan diri dengan keadaan dengan keadaan yang sedang dihadapi dan berusaha untuk membantu menfsirkan situasi yang tak diharapkan menjadi situasi yang diharapkan.

2.1.5. Syarat-syarat terjadinya interaksi sosial

Interaksi dapat berlangsung apabila individu berhubungan dengan individu yang lain dan melibatkan hubungan sosial. Dalam interaksi sosial harus ada dua syarat yang harus dipenuhi, yaitu:

a. Kontak sosial b. komunikasi


(25)

Adapun masing-masing syarat interaksi sosial tersebut penjelasannya adalah sebagai berikut:

a. kontak sosial

Kata kontak terdapat dua buah kata yang berasal dari bahasa Latin yaitu Con atau Cum yang artinya bersama-sama dan tango yang artinya menyentuh (Soekanto, 2001 : 64). Sehingga kontak dapat diartikan menyentuh bersama-sama. Namun sebagai gejala sosial, kontak dapat dilakukan tanpa harus dengan menyentuhnya, seperti berbicara dengan orang lain. Lebih lanjut Soekanto menyatakan bahwa kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu :

1. Antara individu dengan individu, hubungan timbal balik antara individu dan individu ditandai antara lain dengan tegur sapa, berjabat tangan, dan bertengkar. Contohnya adalah dua orang sahabat yang saling berjabat tangan. 2. Antara individu dengan kelompok, contoh hubungan timbal balik antara

individu dengan kelompok adalah seorang Lurah yang sedang berpidato di depan warga masyarakatnya, seorang kyai yang sedang berceramah di depan jemaahnya.

3. Antara kelompok satu dengan kelompok yang lain, contoh hubungan timbal balik antara kelompok dengan kelompok adalah pertandingan sepak bola antar RT, rapat antar RT.

b. Komunikasi

Komunikasi adalah setiap proses pembagian informasi, gagasan, atau perasaan yang tidak saja dilakukan secara lisan dan tertulis melainkan melalui bahasa tubuh, gaya atau tampilan pribadi atau hal lain di sekelilingnya yang memperjelas


(26)

makna (Walstrom, 1992:8). Proses pembagian ini yang dinamakan interaksi sosial di lingkungan masyarakat sebagai suatu proses sosial.

Oleh Soekanto pengertian komunikasi difokuskan pada tafsiran seseorang terhadap kelakuan orang baik berupa pembicaraan, gerak-gerik, badan maupun sikap guna menyampaikan pesan yang diinginkannya. Orang tersebut kemudian memberi reaksi terhadap perasaan orang lain tersebut. Adapun yang mendorong terjadinya interaksi sosial menurut Gerungan (1988:58) berdasarkan pada beberapa faktor, yaitu:

1) Faktor peniruan atau imitasi. 2) Faktor sugesti

3) Faktor identifikasi 4) Faktor simpati

Dari ke empat macam faktor ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Faktor peniruan atau imitasi

Faktor imitasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa interaksi dapat mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai yang berlaku. Namun demikian, imitasi mungkin pula mengakibatkan terjadinya hal-hal yang negatif dimana misalnya yang ditiru adalah tindakan-tindakan yang menyimpang kecuali dari pada itu imitasi juga dapat melemahkan atau bahkan mematikan pengembangan daya kreasi seseorang (Soekanto, 2002:63). Dalam penelitian ini selanjutnya yang dimaksud dengan imitasi adalah tindakan seseorang untuk meniru orang lain, baik dalam sikap maupun perilaku. Imitasi meliputi:


(27)

a) Imitasi positif, misalnya sikap hemat, berpakaian rapi, dan menghargai waktu.

b) Imitasi negatif, misalnya mabuk-mabukan, sikap tidak peduli dan individualis.

2) Faktor Sugesti

Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses dimana seorang individu menerima suatu cara pengelihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu (Gerungan, 1988:6). Sugesti merupakan tindakan seseorang untuk memberi pandangan atau sikap yang kemudian diterima. Oleh pihak lain, sugesti mungkin terjadi jika orang yang memberi pandangan adalah orang yang berwibawa atau bersikap otoriter, orang tersebut merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan. Contoh dalam menyelesaikan masalah sosial, kebersihan atau gotong royong.

3) Faktor identifikasi

Identifikasi merupakan suatu kecendurungan-kecendurungan atau keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain (Soekanto, 2002:63). Menurut kamus istilah sosiologi identifikasi adalah menerima kepercayaan dan nilai orang lain atau kelompok lain sebagai kepercayaan dan nilai sendiri (Soekanto, 1993:198). Timbulnya identifikasi sebagai dasar interaksi sosial menurut Freud, bahwa setiap individu mempunyai nafsu untuk menempatkan diri pada situasi tertentu ketika individu itu berada bersama-sama individu lain tetapi tidak semua individu dapat menempatkan diri sehingga sukar untuk berperilaku dan bertingkah laku. Tujuan dari proses identifikasi adalah individu yang bersangkutan


(28)

ingin mempelajari tingkah laku maupun perilaku individu lain meskipun tanpa disadari sebelumnya dan baru disadari apabila proses ini telah membawa hasil.

4) Faktor Simpati

Simpati adalah perasaan yang terdapat dalam diri seseorang individu yang tertarik dengan dengan individu lain. Prosesnya berdasarkan perasaan semata-mata tidak melalui penilaian yang berdasarkan resiko, dengan kata lain simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik pada pihak lain (Soekanto, 2001:70). Faktor-faktor inilah yang mendorong dalam proses interaksi sosial yang terjadi pada tiap kelompok pergaulan hidup. Dalam penelitian ini selanjutnya yang dimaksud dengan simpati adalah suatu proses dimana seseorang merasa tertarik untuk memahami orang lain dan berkeinginan untuk bekerja sama dengannya, misalkan ada seorang tetangga yang sedang membenahi rumahnya lalu ada bapak-bapak yang melihatnya merasa tertarik untuk membantu.

2.1.6. Bentuk-bentuk interaksi sosial

Interaksi sosial adalah bentuk utama dari proses sosial, yaitu pengaruh timbal-balik antara berbagai bidang kehidupan bersama. Menurut Soekanto (2001:76-107) interaksi sosial merupakan bentuk yang tampak apabila orang saling mengadakan hubungan, baik secara individu maupun secara kelompok. Adapun bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation), persaingan (competition), pertentangan atau pertikaian (conflict) dan juga akomodasi (accomodation). Adapun lebih jelasnya masing-masing hal tersebut dapat diterangkan sebagai berikut:

Kerja sama (cooperation), kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara individu atau kelompok untuk mencapai tujuan tertentu secara bersama-sama.


(29)

Kerja sama timbul karena adanya orientasi para individu terhadap kelompoknya (yaitu in-group-nya) dan kelompok lainnya (yang merupakan outgroup- nya).

Persaingan (competition), adalah suatu perjuangan dari pihak-pihak tertentu untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menyingkirkan pihak lawan secara damai atau tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

Pertentangan (conflict), merupakan salah satu bentuk dari interaksi dimana penafsiran makna perilaku tidak sesuai dengan maksud pihak pertama (yang melakukan aksi), sehingga menimbulkan ketidakserasian diantara kepentingankepentingan orang lain karena tidak terjadi keserasian ini, maka untuk dapat mencapai tujuan yang dikehendaki dilakukan dengan cara mengenyahkan atau menyingkirkan pihak lain yang menjadi penghalang (Soekanto, 2001:76-107).

Akomodasi (accomodation), istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses (Young dan Raymond, 1959:146). Akomodasi yang menunjuk pada suatu keadaan, berarti adanya suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara orang perorangan atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan yaitu usaha-usaha untuk mencapai kesetabilan. Akomodasi sebenarnya merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan kepribadiannya (Soemardjan, 2002:75-76). Pelbagai macam bentuk interaksi ini sering terjadi dalam lingkungan masyarakat, sehingga di dalam berinteraksi terdapat kerjasama, persaingan ataupun pertikaian. Dengan demikian


(30)

aktivitas sosial itu terjadi karena adanya aktivitas dari individu dalam hubungannya dengan individu yang lain.

2.2. Kelompok Sosial

Kelompok sosial sangat penting karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Tanpa kita sadari sejak lahir hingga ajal kita menjadi anggota berbagai jenis kelompok. Dengan menggunakan tiga kriteria, yakni kesadaran jenis, hubungan satu sama lain, ikatan organisasi. Bierstedt dalam (Sunarto: 2000) membedakan empat jenis kelompok: kelompok asosiasi, kelompok sosial, kelompok kemasyarakatan, dan kelompok statistik.

Menurut Merton dalam (Ibid: hal 89) kelompok merupakan sekelompok orang yang saling berinteraksi sesuai dengan pola-pola yang telah mapan sedangkan kolektifitas merupakan orang-orang yang mempunyai rasa solidaritas karena berbagi nilai bersama dan yang telah memiliki rasa kewajiban moral umtuk menjalankan harapan peranan. Konsep lain yang diajukan Merton ialah konsep kategori sosial. Merton mengamati bahwa kadang-kadang perilaku seseorang mengacu pada kelompok lain yang dinamakan kelompok acuan. Di kala seseorang berubah keanggotaan kelompok, ia sebelumnya dapat menjalani perubahan orientasi, yaitu suatu proses yang oleh Merton diberi nama sosialisasi antisiaporis.

Durkheim membedakan antara kelompok yang didasarkan pada solidairtas mekanis, dan kelompok yang didasarkan pada solidaritas organis. Solidaritas mekanis merupakan cirri yang menandai masyarakat yang sederhana, sedangkan solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang mengikat masyarakat kompleks yang telah


(31)

mengenal pembagian kerja yang rici dan diperastukan oleh kesalingtergantungan antar bagian(Ibid: hal 90).

Toennies mengadakan perbedaan antara dua jenis kelompok: Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi dan eksklusif; suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Gesellschaft merupakan kehidupan publik, yang terdiri atas orang-orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri dan bersifat sementara dan semu(Ibid: hal 91).

Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer. Sejumlah ahli sosiologi menciptakan konsep kelompok sekunder, yakni suatu konsep yang tidak kita jumpai dalam karya Cooley. Suatu kalidifikasi lain yaitu suatu pembedaan antara kelompok luar dan kelompok dalam, di dasarkan pada pemikiran Sumner. Sumner mengemukakan bahwa di kalangan anggota kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerjasama, keteraturan, dan kedamaian sedangkan hubungan antara kelompok dalam dengan kelompok luar cenderung ditandai kebencian, permusuhan, perang, dan perampokan(Ibid: hal 91)

2.3. Kompleks Perumahan

Ada persetujuan umum bahwa teori mengenai kompleks perumahan belum dikembangkan secara lengkap (Grant dan Mittelsteadt, 2004; Rotiman, 2005). Meskipun begitu beberapa penulis sudah mulai menambah ke penciptaan pembahasan teori. Blandy (2006) mengenali tiga pembahasan dominan yang digunakan untuk menerangkan pertumbuhan kompleks perumahan, yaitu:


(32)

Pemisahan secara fisik ini menimbulkan pemisahan sosial atau kerenggangan sosial. Warga kompleks perumahan tidak usah berinteraksi dengan masyarakat umum. Sebagai akibat dua kelompok diciptakan, yang dalam (kita) dan yang luar (mereka). Keeksklusifan ini dapat mengakibatkan perasaan tak terikat tehadap masyarakat umum yang dapat menimbulkan frustrasi dan kecemburuan. Perasaan ini dapat menciptakan keadaan yang kurang aman dan menambah kemungkinan kekerasan (Thuillier, 2005: 264).

Keterpisahan tersebut bukan sekedar karena hak pemilikan properti, lebih-lebih juga didorong oleh intensi para developer yang melihat privacy sebagai sebuah nilai jual yang mahal, khususnya bagi kalangan elit (orang kaya).

Deregulasi ekonomi memungkinkan peran swasta dalam "pembangunan" perumahan membuat kebutuhan akan perumahan dipenuhi oleh para pengembang yang lazim disebut dengan istilah developer. Mereka mengiklankan produk-produknya dengan giat di media massa, lengkap dengan jargon-jargon andalan masing-masing. Salah satu kekurangan kompleks perumahan yang sering dibahas adalah kemungkinan bermukim di sana akan mengakibatkan pemisahan secara sosial dan fisik. Secara fisik, pagar dan satpam yang melindungi perumahan merupakan pemisah antara warga perumahan dan masyarakat umum. Pagar dan batasan ini dapat menghindari perjalanan orang dan mobil.

b. Preferensi konsumen,

Identitas dan Konsumsi Dalam la société de Consommation Jean Baudrillard mengatakan bahwa masyarakat konsumeris merupakan tatanan manipulasi tanda. Seorang konsumen menyamakan yang riil dari tanda-tanda yang hadir di sekitarnya,


(33)

dengan demikian arena konsumsi adalah sebuah arena sosial. Media massa, dalam hal ini iklan perumahan merupakan sebuah mekanisme sosial yang akan merangsang calon konsumen untuk membeli. Artikel dalam media massa juga dapat merepresentasikan realita dari sudut pandang surat kabar dan kebutuhan konsumen.

Keamanan dan keselamatan merupakan salah satu alasan utama mengapa orang memilih bermukim di kompleks perumahan. Dewasa ini tingkat kriminalitas lebih tinggi daripada sepuluh tahun yang lalu. Melalui proses urbanisasi semakin banyak orang berpindah ke kota. Akibatnya, tingkat kejahatan meningkat. Menurut Glasner (dalam Manzi & Smith-Bowers, 2005: 347) terdapat “budaya ketakutan” (culture of fear) di mana ketakutan persoalan sosial diperkuat oleh media massa. Karena adanya “budaya ketakutan” ini orang cenderung bereaksi berdasarkan persepsi bahaya kejahatan yang digambarkan oleh media daripada keadaan sebenarnya. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di kota, merasa gelisah dan kurang aman. Untuk sebagian masyarakat ini kompleks perumahan merupakan tempat untuk mencari perlindungan dari persoalan sosial, termasuk kejahatan. Lingkungan perumahan biasanya aman, teratur dan dapat diprediksi (Atkinson & Blandy, 2005). Karena itu di kompleks ini semua aspek kehidupan warganya dapat dikuasai dan diatur.

Gengsi dan Status Sosial Kompleks perumahan sering diidentikkan dengan kekayaan (Roitman, 2005). Walaupun sekarang ada bermacam-macam tipe perumahan, termasuk untuk kelas bawah, persepsi itu tetap ada.

Fasilitas yang disediakan oleh kompleks perumahan merupakan salah satu daya tarik yang lain. Di Medan, hal fasilitas sangat penting dan dibangun perumahan


(34)

dengan fasilitas lengkap seperti Perumahan Malibu, Taman Setia Budi Indah(Tasbih) dll. Di dalam komplek perumahan ada super market tempat belanja, pusat kebugaran, café, dan fasilitas swasta lainnya seperti listrik, air, dan keamanan.

c. Teori club goods.

Teori club goods adalah teori yang dikembangkan oleh Glasze. Menurut teori ini kompleks perumahan merupakan cara efektif untuk menyediakan jasa yang tidak disediakan oleh pemerintah lokal. Warga perumahan membayar “uang keanggotaan” dan sebagai anggota “klub” (yaitu perumahan) mereka berhak menggunakan “harta benda swasta” secara kolektif.

Roitman (2005) memperdebatkan bahwa ada alasan struktur (structural) maupun subjektif mengapa orang ingin bermukim di komplek perumahan. Alasan struktur dipengaruhi oleh keadaan sosial, politik dan ekonomi. Alasan semacam ini termasuk perasaan takut terhadap tindak kejahatan, ketidaksamaan yang terus meningkat dan pengaruh globalisasi. Alasan subjektif merupakan hasil tujuan dan keinginan pelaku, misalnya keinginan status sosial dan keeksklusifan. Rotiman juga memajukan teori structuation oleh Giddens sebagai satu cara untuk menguraikan gejala kompleks perumahan. Menurut teori ini pelaku-pelaku memiliki kemampuan mengambil keputusan sendiri dan mempengaruhi masyarakat. Akan tetapi keadaan masyarakat itu juga dapat mempengaruhi kelakuan pelaku. Sebagai contoh pelaku dapat dipengaruhi oleh tingkat kejahatan, tetapi pelakulah yang akan mengambil keputusan untuk bermukim di perumahan.


(35)

2.4. Definisi Konsep

Konsep adalah istilah yang terdiri dari satu kata atau lebih yang menggambarkan suatu gejala atau menyatakan suatu ide gagasan (Iqbal Hasan 2002:17). Untuk mendapatkan batasan yang jelas dari masing-masing konsep yang dikemukakan, maka penulis memberikan definisi konsep sebagai berikut:

Interaksi Sosial

Bentuk umum dari proses sosial adalah interaksi sosial yang merupakan syarat utama dalam aktivitas-aktivitas sosial (Soekanto, 1990:67). Dengan interaksi sosial maka terjadi hubungan dalam masyarakat. H. Bonner (Gerungan, 1988:57) menyatakan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia atau yang saling mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan antar individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dengan demikian antar individu tersebut terjadi hubungan timbal balik.

Dalam interaksi sosial bukan hanya antar individu saja tetapi dapat pula antara individu dengan kelompok atau bahkan antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lainnya. Di sini individu atau kelompok tersebut terdapat kemungkinan menyesuaikan diri dengan yang lain, dapat meleburkan diri, atau bahkan dapat pula mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan individu (Walgito, 2003). Dalam proses interaksi ada yang mempengaruhi dan ada yang dipengaruhi. Interaksi sosial adalah kunci dari semua kehidupan sosial yang akan menciptakan kehidupan bersama. Dalam interaksi sosial bukan hanya pertemuan badaniah saja namun ditekankan pada pergaulan, kerjasama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan, mengadakan persaingan, pertikaian dan sebagainya (Soekanto, 1990:67).


(36)

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Adanya subjek yang berupa individu atau kelompok. b. Adanya kontak antara individu atau kelompok tersebut. c. Adanya alat komunikasi sebagai sarana interaksi. d. Memiliki maksud tertentu.

Warga Komplek Perumahan Bukit Johor Mas : Warga komplek perumahan menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasar adalah keberadaannya dalam suatu tempat tinggal atau pemukiman. Dengan demikian pengertian warga komplek perumahan johor mas adalah individu yang hidup pada suatu wilayah kehidupan sosial yang berada di dalam pagar atau tembok pembatas dengan kehidupan luar perumahan johor mas.

Proses coping atau perwujudan privasi yang berlebihan : bagaimana manusia bertindak untuk mengatasi permasalahan-permasalahan yang terdapat disekitar lingkungan mereka. Hidup dalam lingkungan perkotaan yang penuh dengan kesesakan, macet, tingkat kejahatan yang tinggi serta polusi udara dan sebagainya telah menyebabkan manusia berusaha untuk melakukan proses coping untuk mengantisipasi semua permasalahan perkotaan tersebut.

Personal space : merupakan suatu batas maya yang mengelilingi manusia yang tidak boleh dilalui oleh orang lain. Fungsi dari personal space ini adalah sebagai alat komunikasi antara manusia. Banyak penelitian-penelitian yang dilakukan berhubungan dengan personal space ini, beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari


(37)

beberapa penelitian-penelitian yang telah dilakukan ini diantaranya adalah manusia dalam bersosialisasi dengan lingkungannya memerlukan jarak-jarak tertentu untuk mencapai hasil yang maksimal.

Masyarakat sekitar kompleks : Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat-istiadat tertentu yang bersifat kontinu dan terikat oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat, 2000:135). Suatu masyarakat sekitar komplek perumahan pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggal (wilayah) tertentu. Mayarakat sekitar komplek perumahan yang mempunyai tepat tinggal tetap dan permanen biasanya memiliki ikatan-ikatan solidaritas yang kuat sebagai pengaruh kesatuan tempat tinggalnya. Fungsi masyarakat sekitar komplek perumahan adalah sebagai ukuran untuk menggaris bawahi hubungan antara hubungan-hubungan sosial dengan suatu wilayah geografis tertentu. Masyarakat sekitar komplek perumahan berarti masyarakat yang tinggal di sekitar komplek peruamahan mencakup masyarakat yang tergabung dalam satu wilayah territorial tertentu yaitu sekitar perumahan bukit Johor Mas.

Teritorialitas : suatu pola tingkah laku yang ada hubungannya dengan kepemilikan atau hak seseorang atau kelompok orang atas sebuah tempat atau lokasi geografis, pola tingkah laku ini juga mencakup personalisasi dan pertahanan terhadap gangguan dari luar.


(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah pendekatan deskriptif dimana penulis mencari fakta-fakta, fenomena tentang interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, keberadaan, karakteristik dan kegiatan yang dilakukan setiap hari serta interaksi yang terjadi antara warga komplek perumahan dengan masyarakat luar komplek, dan antar sesama warga komplek dalam kehidupan sehari-hari.

Penulis sepakat tentang prosedur tepat pengumpulan data, analisis, dan pelaporan data penelitian kualitatif yang di jelaskan oleh Marshall, Rossman, dan Walcott(1990). Mereka menyarankan untuk membaca terlebih dahulu artikel-artikel jurnal kualitatif dan jurnal topik penelitian. Sayangnya artikel-artikel dan jurnal tersebut kebanyakan telah diringkas langkah-langkah dan prosedur penelitiannya serta lebih menekankan hasil sesuai dengan batas panjang editorial yang direkomendasikan.

Sebelum memulai penelitian ini, penulis mengandalkan saran dari dosen pembimbing, menggunakan contoh-contoh dari jurnal, skripsi dan internet tentang penelitian kualitatif dan topik tentang interaksi sosial warga komplek perumahan, gated community, dan perkotaan, dan menggabungkannya dengan pengalaman penulis sendiri.


(39)

Prosedur penelitian ini dimulai dengan mengajukan asumsi penelitian kualitatif, menetapkan jenis desain penelitian, lokasi penelitian, membahas pengumpulan data, mengindentifikasi analisis data, menyebutkan langkah-langkah penelitian dan menggambarkan hasil naratif penelitian.

Penulis memulai dengan meninjau asumsi-asumsi paradigma penelitian kualitatif. Prosedur ini sangat berguna untuk menjelaskan alasan-alasan pemilihan metode penelitian. Misalnya, Kirk dan Miller mengemukakan pengertian penelitian kualitatif sebagai tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung kepada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya (Moloeng, 2006).

Nawawi (1994) mengemukakan bahwa Pendekatan kualitatif dapat di artikan sebagai pendekatan yang mengahasilkan data, tulisan, dan tingkah yang dapat dilihat dan diamati. Penelitian deskriptif kualitatif ini juga bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, situasi, sifat, model, tanda atau gambaran tentang kondisi dan juga fenomena yang terjadi pada suatu daerah tertentu(bungin 2001;68).

Pandangan psikologis penulis, topik ini sangat menyenangkan dan prosedur kualitatif yang tidak terikat aturan atau prosedur khusus yang ketat lebih memberikan kebebasan dalam melakukan penelitian interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas. Meskipun demikian, penulis menyadari bahwa penelitian ini membutuhkan waktu yang lama dan melelahkan, namun demikian toleransi tinggi terhadap kerancuan yang dianut dalam paradigma penelitian kualitatif, sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.


(40)

3.2. Lokasi Penelitian

Warga komplek perumahan Bukit Johor Mas adalah masyarakat yang hidup menetap di dalam komplek perumahan Bukit Johor Mas, oleh sebab itu penelitian dilakukan di Penelitian ini dilakukan di komplek perumahan Bukit Johor Mas Kelurahan Pangkalan Mansyur Kec. Medan Johor Kota Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi di komplek perumahan bukit johor mas karena: 1). Bukit Johor Mas di Kelurahan pangkalan mansyur adalah tempat tinggal para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, 2). Lokasi tersebut mudah dijangkau oleh peneliti sehingga dapat menghemat tenaga, waktu dan biaya.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Unit analisis adalah satuan tertentu yang diperhitungakan sebagai subjek penelitian (Arikunto, 2007). Adapun unit analisis dalam penelitin ini adalah warga komplek perumahan Bukit Johor Mas Kelurahan Pangkalan Masyhur. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh jawaban dan gambaran yang komprehensif mengenai masalah penelitian.

Informan adalah individu-individu tertentu yang diwawancarai untuk kepentingan informasi, informan yaitu orang yang dapat memberikan informasi atau keterangan atau data yang diperlukan oleh peneliti. Informan ini dipilih dari beberapa orang yang betul-betul dapat dipercaya dan mengetahui obyek penelitian. Informan merupakan orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian. Informan ini secara sukarela menjadi anggota penelitian walaupun hanya bersifat informal. Informan memberikan pandangan dari segi orang dalam tentang nilai-nilai, sikap, bangunan, proses, serta interaksi sosial warga


(41)

komplek perumahan Bukit Johor Mas yang menjadi latar penelitian setempat. Informan dalam penelitian ini adalah para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, satpam komplek perumahan Bukit Johor Mas, serta beberapa warga sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas.

Informan pertama dalam penelitian ini adalah warga komplek perumahan Bukit Johor Mas. Ada beberapa warga yang tinggal di komplek perumahan johor mas menjadi informan peneliti. Alasan mengapa warga komplek perumahan johor mas dijadikan informan adalah karena penelitian ini ditujukan pada interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas sehingga warga komplek perumahan Bukit Johor Mas merupakan informan kunci dalam penelitian ini.

Informan kedua adalah masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas. Masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas penting untuk dijadikan informan karena dalam penelitian ini juga membahas bagaimana interaksi warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan warga sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas. Selain itu masyarakat sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas dianggap sebagai pihak yang mengetahui tentang bagaimana interaksi para warga komplek perumahan Bukit Johor Mas di luar perumahan serta sikap mereka dengan orang-orang sekitar mereka. Dalam penelitian ini masyarakat yang dijadikan informan hanyalah beberapa warga yang tinggal di sekitar Perumahan, seperti warga yang berdagang di sekitar komplek perumahan dan beberapa warga lainnya.

Informan ketiga adalah satpam komplek perumahan Bukit Johor Mas . Alasannya adalah satpam komplek perumahan johor mas adalah orang yang setiap harinya menjaga keamanan komplek. Satpam komplek perumahan johor mas dapat


(42)

diminta keterangannya tentang kehidupan sehari-hari para warga komplek perumahan johor mas serta mengetahui hubungan mereka dengan masyarakat sekitar komplek perumahan johor mas.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Data penelitian ini digolongkan menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder.

a). Data Primer

1. Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Teknik wawancara adalah teknik yang paling sosiologis dari seluruh teknik penelitian sosial, karena interaksi langsung secara verbal antara peneliti dengan responden atau informan. Maksud digunakannya wawancara ini untuk menambah atau melengkapi data yang belum didapat dari observasi. Teknik wawancara ini dilakukan secara terbuka, luwes, akrab dan kekeluargaan. Hal ini dimaksudkan agar tidak terkesan kaku dan keterangan informan tidak mengada-ada atau ditutup-tutupi, dengan demikian didapat data yang optimal. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, selain itu peneliti juga dapat mengadakan wawancara dengan warga sekitar yang berada dilingkungan komplek perumahan Bukit Johor Mas tersebut. Wawancara dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh keterangan lebih rinci dan mendalam mengenai interaksi warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dan antara warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dengan warga sekitar komplek perumahan Bukit Johor Mas.

2. Observasi biasanya diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian (Nawawi, 2005:100).


(43)

Teknik ini dijadikan teknik yang utama karena peneliti langsung dapat melihat keadaan atau kenyataan yang ada. Menurut M. Q. Patton dalam (Nasution, 2003:59– 60) menyatakan manfaat pengamatan adalah :

a. Peneliti memperoleh pandangan yang menyeluruh (holistik) sehingga mampu memahami konteks data secara keseluruhan situasi,

b. Peneliti dapat menggunakan pendekatan induktif yang mungkin mendapat penemuan baru, hal ini agar tidak dipengaruhi oleh konsep–konsep atau pandangan sebelumnya,

c. Peneliti dapat melihat hal–hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang lain karena dianggap sudah biasa sehingga tidak perlu ditanyakan dalam wawancara, d. Peneliti dapat mengungkap hal–hal yang dianggap sensitif atau ditutupi apabila

ditanyakan dalam wawancara,

e. Peneliti dapat memperoleh data yang komprehensif di luar persepsi informan, f. Peneliti memperoleh kesan dan merasakan situasi sosial dari penelitiannya.

Dengan pengamatan ini dapat ditemukan hasil yang cukup baik dan valid sebagai hasil penelitian kualitatif. Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, yaitu dengan mengadakan pengamatan secara langsung apa yang tampak pada interaksi sosial warga komplek perumahan tersebut dengan cara melihat, mendengar dan penginderaan lainnya.

b). Data Sekunder

Data sekuder yaitu semua data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek penelitian. Pengumpulan data sekunder dalam penelitian ini dilakukan dengan


(44)

cara penelitian kepustakaan dan pencatatan dokumen, yaitu dengan mengumpulkan data dan mengambil informasi dari buku-buku referensi, dokumen, majalah, jurnal, dan data internet yang dianggap relevan dengan masalah yang diteliti, dalam hal ini tentang komplek perumahan.

3.5. Interpretasi Data

Meriam (1988) dan Marshall and Rossman (1989) berpendapat bahwa pengumpulan dan analisis data harus merupakan sebuah proses yang bersamaan dalam penelitian kualitatif. Data yang dihasilkan melalui wawancara, pengamatan dan penelitian dokumen-dokumen tentang interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas Kelurahan Pangkalan Masyhur sangat banyak, sebab analisis data mengharuskan peneliti terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan dan melihat pertentangan atau penjelesan alternatif temuan.

Schatzman dan Strauss (1973) menyatakan bahwa analisis data kualitatif terutama bertujuan untuk mengelompokkan benda, orang, dan peristiwa serta karakteristik-karakteristiknya. Penulis berusaha untuk mengindentifikasi dan menggambarkan interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas dari sudut pandang warga komplek perumahan Bukit Johor Mas, lalu berusaha untuk memahami dan menjelaskan interaksi sosial warga komplek perumahan Bukit Johor Mas. Selama tahap analisis data, data disusun secara kategoris dan kronologis serta ditinjau secara berulang-ulang. Penulis membuat daftar ide-ide penting yang muncul seperti dianjurkan oleh meriam (1988).


(45)

Sesungguhnya proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal hingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis kualitatif. Proses analisis kualitatif ini disebut on going analisys.

3.6. Jadwal Kegiatan

Pengajuan judul skripsi merupakan tahap awal dari serangkain kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah seminar proposal penelitian dilakukan, revisi proposal penelitian dan pengurusan izin administrasi penelitian adalah tahapan berikutnya untuk persiapan penelitian langsung kelapangan. Untuk lebih rinci, kegiatan penelitian dapat dilihat pada jadwal kegiatan:

Jadwal Kegiatan No

.

Jenis Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 Acc Judul X

2 Penyusunan Proposal

X X 3 Seminar Proposal X 4 Revisi Proposal X 5 Pengurusan izin

administrasi penelitian

X

6 Pembuatan Interview

Guide

X X

7 Observasi dan Wawancara

X 8 Penyusunan dan

Penulisan Laporan Penelitian

X X

9 Revisi Laporan Penelitian


(46)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbasan dalam penelitian terkait erat dengan kelemahan instrument wawancara mendalam. Dalam hal ini terdapat keraguan akan jawaban yang diberikan informan, karena apa yang diinformasikan tentang situasi, kondisi, dan tindakan apakah sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Kendala lain adalah keterbatasan waktu saat melakukan wawancara dengan informan. Hal ini disebabkan kesibukan informan. Faktor ini dapat dimengerti karena kesibukan akan pekerjaan informan yang begitu banyak. Pada akhirnya hal ini dapat mempengaruhi kualitas data yang diperoleh. Walaupun demikian, peneliti menyiasatinya dengan cara melakukan wawancara saat-saat waktu luang dan hari libur. Awalnya informan terkesan tidak peduli malah ada yang tidak bersedia untuk diwawancarai, seperti ada hal ketakutan dalam diri informan. Menyikapi hal seperti itu, melalui interaksi yang akrab peneliti meyakinkan informan bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan bagian dari kegiatan perkuliahan. Selain itu, adanya ketakutan dari pihak satpam perumahan akan dimarahi oleh penghuni komplek perumahan membuat ruang gerak peneliti sedikit terbatas. Terlepas dari permasalahan teknis penelitian dan kendala dilapangan, peneliti menyadari masih terdapat keterbatasan dalam hal kemampuan dan pengalaman dalam melakukan kegiatan penelitian ilmiah. Walaupun demikian, peneliti tetap terus berusaha untuk melaksanakan rangkaian kegiatan penelitian dengan sebaik mungkin agar hasil penelitian yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan validitasnya.


(47)

BAB IV

DESKRIPSI LOKASI DAN INTERPRETASI DATA 4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Kelurahan Pangkalan Masyhur Dan Gambaran Umum Penduduk Gambaran umum tentang lokasi penelitian merupakan deskriptif dari situasi dan keadaan yang menjadi latar penelitian. Penulis menganggap penting untuk memberikan gambaran lengkap tentang latar penelitian Interaksi Sosial Warga Kompleks Perumahan Bukit Johor Mas di Kelurahan Pangkalan Masyhur disamping untuk meninjau beberapa aspek kehidupan penduduk di Kelurahan Pangkalan Masyhur dan sekitarnya yang berhubungan dengan interaksi dan masyarakat di Kelurahan Pangkalan Masyhur juga untuk memberikan informasi dimana, kapan, dan bagaimana penelitian berlangsung.

Latar penelitian berupa situasi dan keadaan yang ingin digambarkan pada bagian ini meliputi demografi, geografi, faktor sosial budaya dan faktor sosial ekonomi masyarakat di Kelurahan Pangkalan Masyhur dan sekitarnya. Data-data yang dinggap penting dan berkaitan dengan interaksi dan masyarakat di sekitar Kelurahan Pangkalan Masyhur antara lain luas keseluruhan kelurahan, komposisi etnis, komposisi agama, tingkat pendidikan, mata pencaharian dan fasilitas yang tersedia.

Kelurahan Pangkalan Masyhur merupakan salah satu kelurahan yang berada dalam wilayah Kecamatan Medan Johor. Luas Kelurahan Pangkalan Masyhur sekitar 4,00 km2 dan persentase terhadap luas kecamatan 23,59%. Berikutnya luas keseluruhan dari Kelurahan Pangkalan Masyhur dapat dilihat tabel 1:


(48)

Tabel 1

Luas Kelurahan Pangkalan Masyhur

Areal Luas

Pemukiman 288.200 km2

Kuburan 10,000 km2

Perkarangan 20.000 km2

Taman 30.000 km2

Perkantoran 41.000 km2 Prasarana umum lainnya 10.000 km2

Total luas 400 km2

Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan 2004

4.1.2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Etnis Masyarakat Di Kelurahan Pangkalan Mashyur

Masyarakat yang bermukim di Kelurahan Pangkalan Masyhur memiliki keragaman etnis dan latar belakang yang berbeda. Sesuai dengan perkembangan zaman, penduduk di Kelurahan Pangkalan Masyhur telah di huni berbagai etnis, seperti: Batak, Minang, dan Melayu. Adapun komposisi Etnis di Kelurahan Pangkalan Masyhur adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Etnis No. Etnis Jumlah Persenatase(%)

1 Jawa 10.864 orang 32%

2 Mandailing 10.317 orang 30%

3 Melayu 4.913 orang 14%

4 Batak 2.357 orang 7%

5 Minang 3.307 orang 10%

6 DLL 2.276 orang 6%

Total 34.034 orang 100% Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan 2004


(49)

Berdasarkan data di atas maka dapat diketahui bahwa kelompok etnik yang paling banyak jumlahnya adalah etnik Jawa yaitu 10.864 orang dengan persentase 32%. Hal ini menunjukkan bahwa etnik pendatanglah yang banyak bermukim di Kelurahan Pangkalan Masyhur sesuai dengan wawancara yang dilakukan dengan Wak Sarjuk, Ia mengatakan bahwa :

“di daerah ini lebih banyak orang jawa, karena sewaktu tahun 70-an orang jawa banyak membuka lahan untuk pertanian di daerah ini”(wawancara lapangan, 28 september 2010).

Setelah etnik jawa, disusul oleh etnik mandailing 10.317 orang dengan persentase 30%. Orang mandailing pada umumnya bekerja sebagai PNS/ABRI. Etnik ketiga terbanyak di kelurahan ini ialah Minang dengan jumlah 3.307 dengan persentase 10%. Sedangkan penduduk lainnya ialah Batak dengan jumlah 2.357 orang dengan persentase 7% dan lainnya memiliki jumlah 2.276 orang dengan persentase 6%. Etnik Mandailing, Minang dan lainnya pada umumnya bekerja sebagai pedagang disamping ada beberapa diantara mereka yang berkerja sebagai montir dan tukang batu.

4.1.3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Kebhinekaan bangsa Indonesia dapat dilihat dari heterogennya agama yang dianut oleh penduduk Kelurahan Pangkalan Masyhur, bahkan setiap pemeluk agama mempunyai tempat peribadatan sendiri-sendiri dengan segala kegiatan kagamaannya yang hidup secara berdampingan, namun tetap mencerminkan ketunggalikaan yang senantiasa harus dijunjung tinggi. Masyarakat Kelurahan Pangkalan Masyhur dalam kehidupan beragamanya terjalin dengan baik, sehingga tuntunan hidup rukun, saling


(50)

menghormati sesama umat beragama dapat terwujud. Berikut ini adalah data mengenai komposisi penduduk berdasarkan agama yang dianut:

Tabel 3

Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama Yang Dianut No Agama Jumlah (orang) Persentase (%)

1 Islam 18.689 orang 55%

2 Kristen Protestan 7.989 orang 23%

3 Katholik 3.978 orang 12%

4 Hindu 2.076 orang 6%

5 Buddha 1.302 orang 4%

Total 34.034 orang 100% Sumber : Daftar Isian Potensi kelurahan 2004

Meskipun mayoritas penduduknya memeluk agama Islam, hubungan dengan pemeluk agama lain terjalin harmonis sampai saat ini (wawancara dengan Ani, 28 september 2010). Banyaknya pemeluk agama Islam di Kelurahan Pangkalan Masyhur dapat dilihat dengan tersedianya tempat ibadah yang terdapat di setiap Lingkungan, yaitu masjid ataupun mushola. Untuk agama lain tersedia pula tempat ibadah seperti gereja.

4.1.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang penting untuk meningkakan kesejahteraan penduduk dan salah satu indikator kualitas kehidupan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi setiap tingkah laku masyarakat terhadap suatu perubahan yang terjadi. Namun tingkat pendidikan itu tidak sama pada setiap daerah. Maka untuk mengetahui komposisi penduduk menurut pendidikan, dapat dilihat pada tabel 4 berikut:


(51)

Tabel 4

Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase 1 Belum Sekolah 5.113 orang 16% 2 Tidak Tamat SD 2.052 orang 5% 3 Tamat SD/Sederajat 3.903 orang 12% 4 SLTP/Sederajat 4.471 orang 14% 5 SLTA/Sederajat 2.894 orang 8%

6 D-1 2.817 orang 8%

7 D-2 2.985 orang 9%

8 D-3 2.754 orang 8%

9 S-1 2.795 orang 8%

10 S-2 2.477 orang 7%

11 S-3 1.773 orang 5%

Total 29.930 orang 100%

Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan 2004

Dilihat dari table di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan masyarakat Kelurahan Pangkalan Masyhur sangat bervariasi. Tingkat pendidikan antara D-1 sampai S-3, tidak jauh perbandingannya. Maka dari sini dapat kita ketahui bahwa tingkat pendidikan masyarakatnya tergolong baik. Ini juga terlihat dari sedikitnya penduduk yang tidak tamat SD.

4.1.4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Potensi Ekonomi pencaharian masyarakat di Kelurahan pangkalan Masyhur pada umumnya berdagang dan sebagian bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS), Supir, dan sebagai Karyawan pada Perusahaan-Perusahaan non Pemerintah (Swasta) serta Buruh. Tabel 5 berikut ini memperlihatkan komposisi penduduk berdasarkan Mata Pencaharian :


(52)

Tabel 5

Pekerjaan / Mata Pencaharian Warga Kelurahan Pangkalan Masyhur No. Jenis Pekerjaan/Mata Pencaharian Jumlah Persentase

1 Buruh/Swasta 4.769 orang 28% 2 Pegawai negeri 1.685 orang 10%

3 Pengrajin 535 orang 3%

4 Pedagang 4.838 orang 29%

5 Penjahit 47 orang 1%

6 Tukang batu 1.426 orang 9% 7 Tukang kayu 1.128 orang 7%

8 Montir 386 orang 2%

9 Dokter 28 orang 1%

10 Sopir 1.158 orang 7%

11 Pengemudi becak 179 orang 1%

12 TNI/polri 185 orang 1%

13 Pengusaha 145 orang 1%

Total 16.509 orang 100%

Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan 2004

Berdasarkan data di atas maka dapat dilihat bahwa kebanyakan masyarakat daerah ini bekerja sebagai pedagang dengan jumlah 4.838 orang dengan persentase 29 %. Hal ini memang jika dilihat di daerah ini bahwa mata pencaharian yang utama adalah dari sektor perdagangan. Selain bedagang masyarakat Kelurahan Pangkalan Masyhur banyak bekerja sebagai buruh atau swasta dengan jumlah 4.679 orang dengan persentase 28%. Tetapai banyak juga dari mereka membuka warung ataupun took di depan maupun di dalam rumahnya, sehingga akan menambah jumalah masyarakat yang berdagang di daerah ini. Setelah itu penduduk bekerja sebagai PNS/POLRI/ABRI juga sebagai mata pencaharian masyarakat.


(53)

4.2. Sarana dan Prasarana Sosial di Kelurahan Pangkalan Masyhur

Sarana dan Prasarana sosial merupakan gambaran tentang fasilitas pendidikan, kesehatan dan fasilitas peribadatan di Kelurahan Pangkalan Masyhur. Keseluruhan sarana tersebut sangatlah berfungsi untuk menunjang kebersamaan masyarakat dan sekaligus meminimalkan perpecahan.

4.2.1. Sarana Pendidikan

Pendidikan adalah salah satu faktor penting dalam pembangunan masyarakat untuk menciptakan kesejahteraannya. Dengan adanya sarana pendidikan yang cukup memadai maka nantinya akan membantu masyarakat setempat untuk meningkatkan mutu pendidikannya, karena kemajuan masyarakat sangat bergantung pada mutu pendidikan yang diterimanya. Pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berikut ini adalah data fasilitas pendidikan yang tersedia di Kelurahan Pangkalan Masyhur :

Tabel 6

Sarana Pendidikan di Kelurahan Pangkalan Masyhur No Sarana Pendidikan Jumlah

1 TPA 1

2 TK 5

3 SD/Sederajat 6 4 SLTP/Sederajat 4 5 SLTA/Sederajat 2 6 Perguruan Tinggi 1 Sumber : Daftar Isian Potensi Kelurahan 2004

Berdasarkan data di atas, maka dapat kita lihat bahwa jumlah sekolah sebagai sarana pendidikan di Kelurahan Pangkalan Masyhur cukup memadai. Sekolah Dasar


(1)

Daftar Pustaka

Atkinson, R and Blandy, S 2005. “Introduction: International perspectives on the new

enclavism and the rise of gated communities”. Housing Studies, vol.20, no.2,

Maret, pp.177-186.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Blandy, S 2006. “Gated communities in England: Historical perspectives and current

developments”. Geojournal, no.66, pp.15-26.

Bungin, Burhan, 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana

Bintarto. 1983.Interaksi Desa-Kota Dan Permasalahannya: Yogyakarta: Gmalia

Gerungan, WA, 2000. Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Gunawan, Ary H., 2000. Sosiologi Pendidikan: Suatu Analisis Sosial Tentang

Pelbagai Problem Pendidikan. Jakarta: Rhineka Cipta.

Grant, J and Mittelsteadt, L 2004. “Types of gated communities”, Environment and

Planning B: Planning and Design, vol.31 pp.913-930.

Glasze, G 2005. “Some reflections on the economic and political organisation of

private neighbourhoods”, Housing Studies, vol.20, no.2, Maret, pp.221-233.

Hasan, M Iqbal, 2002. Pokok-pokok Materi Metodologi Penelitian dan Aplikasinya.

Jakarta:Ghalia Indonesi

Ilhami. 1990. Strategi Pembangunan Perkotaan di Indonesia. Surabaya : Usaha

Nasional


(2)

Manzi, T dan Smith-Bowers, B 2005. “Gated communities as club goods:

Segregation or social cohesion? Housing Studies”, vol.20, no.2, Maret,

pp.345-359.

Miles, B, Mattew dan Huberman, A. Michael, 1992. Analisis Data Kualitatif.

Diterjemahkan oleh: Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: Universitas Indonesia

Press.

Moleong Lexy J, 2002. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulder, Niels, 1996. Pribadi dan Masyarakat di Jawa; Penjelajahan Mengenai

Hubunganya, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Narwoko, Dwi J. dan Suyanto Bagong, 2004. Sosiologis Teks Pengantar dan

Terapan, Jakarta: Kencana.

Nasution, S., 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Bandung: Tarsito

Nawawi, Hadari, 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: UGM Press

Rahman D, Taufik dkk. 2000. Panduan Belajar Sosiologi. Bogor. Yudhistira.

Roitman, S 2005. “Who segregates whom? The analysis of a gated community in

Mendoza, Argentina”, Housing Studies, vol.20, no.2, Maret, pp.303-321.

Santoso, Slamet, 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara.

Sitorus, MT Felix. 1996. Epsitemologi Sosiologi Pedesaan di Indonesia. Jurnal

Sosiologi Indonesia Nomor 1 tahun 1996.

Soekanto, Soerjono, 1993. Kamus Sosiologi. Jakarta: Grafindo Persada.

_______________ , 2001. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo


(3)

________________, 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Soemardjan,Selo dan Soemardi Soelaiman, 1964. Serangkai Bunga Sosiologi

Jakarta: Universitas Indonesia.

Susanto, Astrid, 1983. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, Jakarta: Bina

Cipta.

Sunarto,Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi Edisi Kedua. Jakarta: Lembaga

Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Sztompka, Piotr, 2005. Sosiologi Perubahan Sosial (alih bahasa oleh Alimandan).

Jakarta: Prenada Media.

Thuillier, G 2005. „Gated communities in the metropolitan area of Buenos Aires,

Argentina: A challenge for town planning‟. Housing Studies, vol.20, no.2,

Maret, pp.255-271.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yogyakarta: Andi Offset.

Internet:

di akses pada tanggal 27 Agustus 2010.


(4)

Lampiran

A. IDENTITAS DAN RIWAYAT TEMPAT TINGGAL MASYARAKAT

KOMPLEKS

PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT KOMPLEKS PERUMAHAN

1) Siapakah nama saudara? 2) Berapa usia saudara?

3) Apa pendidikan terakhir saudara? 4) Apakah saudara sudah berkeluarga?

5) Kalau sudah berkeluarga, berapa anak saudara? 6) Dari manakah asal saudara?

7) Sudah berapa lamakah anda tinggal di kompleks ini? 8) Apakah saudara pernah tinggal di tempat lain?

9) Kalau pernah, coba ceritakan bagaimana suasana tempat tinggal anda sebelumnya? 10) Apakah ada perbedaan antara kehidupan di tempat itu dibandingkan kehidupan

diperumahan?

B. ALASAN TINGGAL DI KOMPLEKS PERUMAHAN

11) Apa motivasi (yang mendorong) saudara sehingga memilih tinggal di kompleks perumahan?

12) Apakah tinggal di kompleks perumahan memenuhi harapan Saudara?

13) Menurut saudara Bagaimana untung dan rugi bermukim di kompleks perumahan? 14) Menurut Saudara, bagaimana tanggapan orang umum terhadap warga perumahan? 15) Ada persepsi bahwa yang bermukim di kompleks perumahan memberi status sosial

yang tinggi, apakah saudara setuju?apa alasan saudara? 16) Tolong jelaskan mengapa Saudara pindah ke perumahan?

C. INTERAKSI ANTAR WARGA KOMPLEKS PERUMAHAN DAN WARGA KOMPLEKS DENGAN WARGA SEKITAR KOMPLEKS

17) Apakah saudara mengenal semua tetangga anda yang bermukim di kompleks perumahan ini?


(5)

19) Bagaimana menurut saudara interaksi antara warga pada umumnya? 20) Apakah menurut anda hubungan warga itu penting?

21) Bagaimana hubungan saudara dengan sesama penghuni kompleks?

22) Bagaimana interaksi Saudara sendiri dengan warga kompleks? Apakah Saudara sering berkomunikasi sama mereka?

23) Apakah ada kegiatan di dalam kompleks yang melibatkan seluruh warga kompleks? 24) Kalau ada, apakah kegiatan ini bersifat rutin atau temporer?kalau bersifat temporer,

dalam hal kegiatan apa?Kalau bersifat rutin, dalam hal kegiatan apakah dan berapa kali dalam satu bulan?

25) Apakah saudara mengetahui masalah tetangga anda?

26) Kalau iya, apakah saudara sering membantu tetangga anda untuk menyelesaikan masalahnya?

27) Bagaimana pula hubungan saudara dengan masyarakat sekitar kompleks?

28) Apakah pernah ada kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan warga komplek dan warga sekitar komplek?

29) Apakah anda memperkerjakan seseorang sebagai pembantu rumah tangga? 30) Kalau iya, dia berasal dari daerah mana?

31) Apakah pernah terjadi konflik dengan masyarakat luar komplek? PEDOMAN WAWANCARA UNTUK MASYARAKAT SEKITAR

1. Apakah anda banyak mengenal warga komplek perumahan Bukit Johor Mas? 2. Bagaimana tanggapan anda terhadap warga komplek perumahan bukit johor mas? 3. Apakah ada keterikatan hubungan antar warga kompleks perumahan ini dengan warga sekitar komplek?

4. Bagaimana hubungan saudara dengan penghuni kompleks?

5. Bagaimana menurut saudara interaksi antara warga komplek perumahan dengan sekitar komplek pada umumnya?

6. Bagaimana interaksi Saudara sendiri dengan warga kompleks? Apakah Saudara sering berkomunikasi sama mereka?

7. Bagaimana tanggapan saudara tentang keberadaan komplek perumahan bukit johor mas?


(6)

8. Bagaimana pendapat anda tentang orang yang tinggal di komplek perumahan? 9. Apakah ada kegiatan di dalam kompleks yang melibatkan warga sekitar kompleks? 10. Kalau ada, apakah kegiatan ini bersifat rutin atau temporer?kalau bersifat temporer, dalam hal kegiatan apa?Kalau bersifat rutin, dalam hal kegiatan apakah dan berapa kali dalam satu bulan?

11. Apakah pernah terjadi konflik antara warga komplek perumahan dengan masyarakat luar komplek?