Kompleks Perumahan KAJIAN PUSTAKA

mengenal pembagian kerja yang rici dan diperastukan oleh kesalingtergantungan antar bagianIbid: hal 90. Toennies mengadakan perbedaan antara dua jenis kelompok: Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft merupakan kehidupan bersama yang intim, pribadi dan eksklusif; suatu keterikatan yang dibawa sejak lahir. Gesellschaft merupakan kehidupan publik, yang terdiri atas orang-orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap mandiri dan bersifat sementara dan semuIbid: hal 91. Cooley memperkenalkan konsep kelompok primer. Sejumlah ahli sosiologi menciptakan konsep kelompok sekunder, yakni suatu konsep yang tidak kita jumpai dalam karya Cooley. Suatu kalidifikasi lain yaitu suatu pembedaan antara kelompok luar dan kelompok dalam, di dasarkan pada pemikiran Sumner. Sumner mengemukakan bahwa di kalangan anggota kelompok dalam dijumpai persahabatan, kerjasama, keteraturan, dan kedamaian sedangkan hubungan antara kelompok dalam dengan kelompok luar cenderung ditandai kebencian, permusuhan, perang, dan perampokanIbid: hal 91

2.3. Kompleks Perumahan

Ada persetujuan umum bahwa teori mengenai kompleks perumahan belum dikembangkan secara lengkap Grant dan Mittelsteadt, 2004; Rotiman, 2005. Meskipun begitu beberapa penulis sudah mulai menambah ke penciptaan pembahasan teori. Blandy 2006 mengenali tiga pembahasan dominan yang digunakan untuk menerangkan pertumbuhan kompleks perumahan, yaitu: a. Akibat reorganisasi sosial-ekonomi, Universitas Sumatera Utara Pemisahan secara fisik ini menimbulkan pemisahan sosial atau kerenggangan sosial. Warga kompleks perumahan tidak usah berinteraksi dengan masyarakat umum. Sebagai akibat dua kelompok diciptakan, yang dalam kita dan yang luar mereka. Keeksklusifan ini dapat mengakibatkan perasaan tak terikat tehadap masyarakat umum yang dapat menimbulkan frustrasi dan kecemburuan. Perasaan ini dapat menciptakan keadaan yang kurang aman dan menambah kemungkinan kekerasan Thuillier, 2005: 264. Keterpisahan tersebut bukan sekedar karena hak pemilikan properti, lebih- lebih juga didorong oleh intensi para developer yang melihat privacy sebagai sebuah nilai jual yang mahal, khususnya bagi kalangan elit orang kaya. Deregulasi ekonomi memungkinkan peran swasta dalam pembangunan perumahan membuat kebutuhan akan perumahan dipenuhi oleh para pengembang yang lazim disebut dengan istilah developer. Mereka mengiklankan produk- produknya dengan giat di media massa, lengkap dengan jargon-jargon andalan masing-masing. Salah satu kekurangan kompleks perumahan yang sering dibahas adalah kemungkinan bermukim di sana akan mengakibatkan pemisahan secara sosial dan fisik. Secara fisik, pagar dan satpam yang melindungi perumahan merupakan pemisah antara warga perumahan dan masyarakat umum. Pagar dan batasan ini dapat menghindari perjalanan orang dan mobil. b. Preferensi konsumen, Identitas dan Konsumsi Dalam la société de Consommation Jean Baudrillard mengatakan bahwa masyarakat konsumeris merupakan tatanan manipulasi tanda. Seorang konsumen menyamakan yang riil dari tanda-tanda yang hadir di sekitarnya, Universitas Sumatera Utara dengan demikian arena konsumsi adalah sebuah arena sosial. Media massa, dalam hal ini iklan perumahan merupakan sebuah mekanisme sosial yang akan merangsang calon konsumen untuk membeli. Artikel dalam media massa juga dapat merepresentasikan realita dari sudut pandang surat kabar dan kebutuhan konsumen. Keamanan dan keselamatan merupakan salah satu alasan utama mengapa orang memilih bermukim di kompleks perumahan. Dewasa ini tingkat kriminalitas lebih tinggi daripada sepuluh tahun yang lalu. Melalui proses urbanisasi semakin banyak orang berpindah ke kota. Akibatnya, tingkat kejahatan meningkat. Menurut Glasner dalam Manzi Smith-Bowers, 2005: 347 terdapat “budaya ketakutan” culture of fear di mana ketakutan persoalan sosial diperkuat oleh media massa. Karena adanya “budaya ketakutan” ini orang cenderung bereaksi berdasarkan persepsi bahaya kejahatan yang digambarkan oleh media daripada keadaan sebenarnya. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan sebagian masyarakat, khususnya mereka yang tinggal di kota, merasa gelisah dan kurang aman. Untuk sebagian masyarakat ini kompleks perumahan merupakan tempat untuk mencari perlindungan dari persoalan sosial, termasuk kejahatan. Lingkungan perumahan biasanya aman, teratur dan dapat diprediksi Atkinson Blandy, 2005. Karena itu di kompleks ini semua aspek kehidupan warganya dapat dikuasai dan diatur. Gengsi dan Status Sosial Kompleks perumahan sering diidentikkan dengan kekayaan Roitman, 2005. Walaupun sekarang ada bermacam-macam tipe perumahan, termasuk untuk kelas bawah, persepsi itu tetap ada. Fasilitas yang disediakan oleh kompleks perumahan merupakan salah satu daya tarik yang lain. Di Medan, hal fasilitas sangat penting dan dibangun perumahan Universitas Sumatera Utara dengan fasilitas lengkap seperti Perumahan Malibu, Taman Setia Budi IndahTasbih dll. Di dalam komplek perumahan ada super market tempat belanja, pusat kebugaran, café, dan fasilitas swasta lainnya seperti listrik, air, dan keamanan. c. Teori club goods. Teori club goods adalah teori yang dikembangkan oleh Glasze. Menurut teori ini kompleks perumahan merupakan cara efektif untuk menyediakan jasa yang tidak disediakan oleh pemerintah lokal. Warga perumahan membayar “uang keanggotaan” dan sebagai anggota “klub” yaitu perumahan mereka berhak menggunakan “harta benda swasta” secara kolektif. Roitman 2005 memperdebatkan bahwa ada alasan struktur structural maupun subjektif mengapa orang ingin bermukim di komplek perumahan. Alasan struktur dipengaruhi oleh keadaan sosial, politik dan ekonomi. Alasan semacam ini termasuk perasaan takut terhadap tindak kejahatan, ketidaksamaan yang terus meningkat dan pengaruh globalisasi. Alasan subjektif merupakan hasil tujuan dan keinginan pelaku, misalnya keinginan status sosial dan keeksklusifan. Rotiman juga memajukan teori structuation oleh Giddens sebagai satu cara untuk menguraikan gejala kompleks perumahan. Menurut teori ini pelaku-pelaku memiliki kemampuan mengambil keputusan sendiri dan mempengaruhi masyarakat. Akan tetapi keadaan masyarakat itu juga dapat mempengaruhi kelakuan pelaku. Sebagai contoh pelaku dapat dipengaruhi oleh tingkat kejahatan, tetapi pelakulah yang akan mengambil keputusan untuk bermukim di perumahan. Universitas Sumatera Utara

2.4. Definisi Konsep