Hak Mendahulu Gugatan Tata Cara Penagihan Piutang Bea Masuk, Denda Administrasi dan Pajak Dalam Rangka Impo

Apabila Penanggung BeaCukai sudah melunasi utangnya sebelum permintaan penetapan tanggal pelelangan diajukan, maka Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai harus mengeluarkan Surat Pencabutan Sita

4. Hak Mendahulu

Hak mendahulu adalah suatu hak yang oleh Undang-undang diberikan kepada seseorang berpiutang sehingga tingkatannya menjadi lebih tinggi dari pada orang yang berpiutang lainnya, semata-mata berdasarkan sifat piutangnya. Dalam Undang-undang Pajak, hak mendahulu pajak diatur dalam Pasal 21 Undang-undang No.16 Tahun 2000 yang berbunyi sebagai berikut: Ayat 1 : Negara mempunyai hak mendahulu untuk tagihan pajak atas barang-barang milik Penanggung Pajak Ayat 2 : Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat 1, meliputi pokok pajak, bunga, denda, kenaikan dan biaya penagihan Ayat 3 : Hak mendahulu untuk tagihan pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali terhadap: a. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan suatu penghukuman untuk melelang barang bergerak maupun barang tidak bergerak b. Biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan suatu barang Universitas Sumatera Utara c. Biaya perkara yang semata-mata disebabkan pelelangan dan penyelesaian suatu warisan Ayat 4 : Hak mendahulu baru hilang setelah lampau waktu 2 tahun sejak tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Pemberitahuan Kekurangan Bea Masuk, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Bandingyang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, kecuali apabila dalam waktu dua tahun tersebut Surat Paksa untuk membayar itu diberikan penundaan pembayaran. Ayat 5 : Dalam hak Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara resmi, jangka waktu dua tahun sebagaimana dimaksud dalam ayat 4, dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa atau dalam hal diberikan penundaan pembayaran jangka waktu dua tahun ditambah dengan jangka waktu penundaan pembayaran

5. Gugatan

Dalam rangka menegakkan keadilan, Undang-undang No. 19 Tahun 2000 tetap memberikan perlindungan hukum, baik kepada Penanggung Beacukai maupun kepada pihak ketiga berupa hak untuk mengajukan gugatan, karena pelaksanaan sanggahan pada hakikatnya tidak berbeda dengan pelaksanaan penagihan Bea Masuk dan Pajak berupa pelaksanaan Surat Paksa dan Penyitaan diajukan kepada Badan Penyelesaian Sengketa Pajak BPSP. Sementara itu gugatan pihak ketiga terhadap Universitas Sumatera Utara kepemilikan barang yang disita ditujukan ke Pengadilan Negeri PN. Hal tersebut sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan bahwa sanggahan atau gugatan Penanggung BeaCukai terhadap pelaksanaan Surat Paksa dan Penyitaan hanya dapat diajukan kepada Badan Peradilan Pajak yang selanjutnya disebut Badan Penyelesaian Sengketa Pajak. Perlindungan hukum terhadap hak dimaksud diberikan porsi tersendiri yang dituangkan berupa ketentuan dalam pasal di dalam Undang-Undang tersebut. Badan Penyelesaian Sengketa Pajak adalah Badan Peradilan Pajak yang mempunyai tugas memeriksa dan memutus sengketa Pajak berupa: a. Banding terhadap keputusan pejabat yang berwenang b. Gugatan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan Perpajakan di bidang penagihan Putusan Badan Penyelesaian Sengketa Pajak seperti halnya Surat Paksa juga mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap, dengan kepala keputusan diberi kata-kata ”Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” Pengajuan banding atau gugatan ke BPSP merupakan upaya hukum terakhir bagi Penanggung Pajak dan Putusannya tidak dapat digugat ke Pengadilan Pajak. Pengertian gugatan menurut pasal 1 sub 7 Undang-undang Nomor 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak menyatakan bahwa: Universitas Sumatera Utara ”Gugatan adalah upaya hukum terakhir terhadap pelaksanaan penagihan pajak sebagaimana diatur dalam perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan ”. Menurut Pasal 38 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2000 Tentang Penagihan Pajak dengan surat Paksa menyebutkan bahwa: ”gugatan pihak ketiga terhadap kepemilikan barang yang disita hanya dapat diajukan kepada Pengadilan Negeri, dan Pengadilan Negeri yang menerima surat gugatan dari pihak ketiga memberitahukan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang Pejabat BeaCukai dan Pajak, selanjutnya pejabat setelah menerima pemberitahuan secara tertulis tersebut melakukan penangguhan pelaksanaan penagihan hanya terhadap barang yang disanggah kepemilikannya saja”. Menurut Pasal 5 ayat 1 dan 2 Undang-undang Nomor 19 tahun 2000, Jurusita Bea dan Cukai bertugas: a. Melaksanakan surat perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus b. Memberitahukanmenyerahkan Surat Paksa c. Melaksanakan Penyitaan atas Barang Penanggung BeaCukai berdasarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan d. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan Jurusita BeaCukai harus dilengkapi dengan Kartu Tanda Pengenal dan Surat Tugas yang harus diperlihatkan kepada Penanggung BeaCukai. Dalam melaksanakan tugasnya Penanggung BeaCukai berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari, laci, dan tempat lain untuk menemukan objek sita ditempat usaha dan melakukan penyitaan ditempat kedudukan atau ditempat Universitas Sumatera Utara tinggal Penanggung BeaCukai atau tempat lain yang dapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita. Dalam melaksankan tugasnya tersebut, Jurusita BeaCukai dapat meminta bantuan Kepolisian, Kejaksaan, Departemen Kehakiman dan HAM, Pemerintah Daerah Setemnpat, Badan Pertanahan Setempat, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut, Pengadilan Negeri, Bank, atau pihak Lain dalam rangka melaksanakan penagihan Bea Masuk dan Pajak. Peraturan Pemerintah RI N0.28 Tahun 2008 Tentang Pengenaan Sanksi Administrasi Berupa Denda di Bidang Kepabeanan Pasal 1 1. Undang-undang adalah Undang-Undang Nomor.10 tahun 1995 tentang Kepabeanan sebagaimana telah diubah dengan undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang kepabeanan. 2. Menteri adalah Menteri Keuangan RI 3. Pejabat bea dan cukai adalah pegawai DJBC yang ditunjuk dalam jabatan tertentu berdasarkan Undang-Undang. Pasal 2 1. Sanksi administrasi berupa denda dikenakan hanya terhadap pelanggaran yang diatur dalam Undang-undang 2. Sanksi administrasi berupa denda sebagaimana dimaksud pada ayat 1 besarnya dinyatakan dalam : a. Nilai rupiah tertentu Universitas Sumatera Utara b. Nilai rupiah minimum sampai dengan maksimum c. Persentase tertentu dari bea masuk yang seharusnya dibayar d. Persentase tertentu minimum ampai dengan maksimum dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar,atau e. Persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari bea masuk yang seharusnya dibayar Pasal 3 1.Besarnya denda yang dinyatakan dalam nilai rupiah tertentu sebagaimana dimaksud pada pasal 2 ayat 2 huruf a dilaksanakan sesuai dengan Undang- undang 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku untuk Pasal 10A ayat 8 , pasal 11A ayat 6, pasal 45 ayat 3, pasal 52 ayat 1 dan ayat 2, pasal 81 ayat 3, pasal 82 ayat 3 huruf b, pasal 86 ayat 2 pasal 89 ayat 4, pasal 90 ayat 4, dan pasal 91 ayat 4 Undang-undang. Pasal 4 1. Besarnya denda yang dinyatakan dalam nilai rupiah minimum sampai dengan maksimum sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 2 huruf b ditentukan secara berjenjang dengan ketentuan apabila dalam 6 enam bulan terakhir terjadi: a. 1 satu kali pelanggaran, dikenai denda sebesar 1 satu kali denda minimum Universitas Sumatera Utara b. 2 dua kali pelanggaran, dikenai denda sebesar 2 dua kali denda minimum c. 3 tiga sampai dengan 4 empat kali pelanggaran, dikenai denda sebesar 5 lima kali denda minimum d. 5 lima sampai 6 enam kali pelanggaran dikenai dendasebesar 7 tujuh kali denda minimum e. Lebih dari 6 enam kali pelanggaran dikenai denda sebesar 1 satu kali denda maksimum 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku untuk pasal 7A ayat 7, Pasal 7A ayat 8, Pasal 8A ayat 2, dan ayat 3, Pasal 8C ayat 3 dan ayat 4, pasal 9A ayat 3, dan pasal 10A ayat 3 dan ayat 4 Undang-Undang Pasal 6 1. Besarnya denda yang dinyatakan dalam persentase tertentu minimum sampai dengan maksimum dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat 2 huruf d ditetapkan secara berjenjang berdasarkan perbandingan antara kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar dengan bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar dengan ketentuan apabila kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar: a. Sampai dengan 25 dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda sebesar 100 dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar Universitas Sumatera Utara b. Diatas 25 sampai dengan 50 dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda sebesar 200 dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar c. Diatas 50 sampai dengan 75 dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda sebesar 400 dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar d. Diatas 75 sampai dengan 100 dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda sebesar 700 dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar atau e. Diatas 100 dari bea masuk atau bea keluar yang telah dibayar, dikenai denda sebesar 1000 dari kekurangan pembayaran bea masuk atau bea keluar 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku untuk pasal 16 ayat 4, pasal 17 ayat 4, pasal 82 ayat 5, dan ayat 6, dan pasal 86A Undang- undang Pasal 7 2. Besarnya denda yang dinyatakan dalam persentase minimum sampai dengan maksimum dari bea masuk yang seharusnya dibayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat 2 huruf e ditetapkan secara berjenjang berdasarkan perbandingan antara bea masuk atas fasilitas yang disalahgunakan dengan total bea masuk yang mendapat fasilitas dengan ketentuan apabila kekurangan pembayaran ba masuk: Universitas Sumatera Utara a. Sampai dengan 20 dikenai denda sebesar 100 dari bea masuk yang seharusnya dibayar b. Diatas 20 sampai dengan 40 dikenai denda sebesar 200 dari bea masuk yang seharusnya dibayar c. Diatas 40 sampai dengan 60, dikenai denda sebesar 300 dari bea masuk yang seharusnya dibayar d. Diatas 60 sampai dengan 80 dikenai denda sebesar 400 dari bea masuk yang seharusnya dibayar e. Diatas 80 sampai dengan 100 dikenai denda sebesar 500 dari bea masuk yang seharusnya dibayar 2. Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berlaku untuk pasal 25 ayat 4 dan pasal 26 ayat 4 undang-undang Pasal 8 Terhadap pelanggaran yang dikenai sanksi administrasi berupa denda yang dihitung berdasarkan persentase dari bea masuk, dalam hal tarif atau tarif akhir bea masuk atas barang yang berkaitan dengan pelanggaran tersebut besarnya 0 dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 5.000.000 Universitas Sumatera Utara CONTOH PERHITUNGAN SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA Penghitungan besarnya sanksi administrasi berupa denda atas pelanggaran Pasal 16 ayat 4 dan Pasal 82 ayat 6 dilakukan dengan cara terlebih dahulu menghitung besarnya persentase denda, dan setelah itu dilakukuan penghitungan besarnya denda yang harus dikenakan atas pelamnggaran yang dilakukan. Contoh kasus tambah bayar yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam menghitung besarnya sanksi administrasi berupa denda sebagaimana diuraikan dibawah ini: 1. Kesalahan yang menyebabkan terjadinya kekurangan pembayaran Bea Masuk dari suatu Pemberitahuan Impor Barang, yaitu kesalahan yang mengakibatkan denda Penghitungan denda dilakukan dari kelmpok kesalahan yang mengakibatkan denda yaitu dengan cara: • Jumlah kekurangan pembayaran Bea Masuk dijumlahkan • Prosentase denda dihitung dari jumlah kekurangan pembayaran • Bea Masuk dibagi dengan Jumlah Bea Masuk yang telah dibayar • Jumlah denda yang harus dibayar adalah hasil perkalian antara prosentase denda dengan jumlah kekurangan Bea Masuk yang mengakibatkan denda 2. Penghitungan sanksi administrasi berupa denda yang dikenakan terhadap satu jenis barang yang mempunyai dua kesalahan, yaitu kesalahan yang mengakibatkan denda dan kesalahan yang tidak mengakibatkan denda, Universitas Sumatera Utara dilakukan dengan cara menghitung terlebih dahulu kekurangan bayar yang tidak dikenakan denda setelah itu baru dihitung kekurangan bayar yang mengakibatkan denda Perhitungan: a. Kekurangan Bayar tanpa denda: 1. Bea Masuk yang telah dibayar dengan kesalahan pembebanan adalah Rp. 50 jt x 5 = Rp. 2,5 jt 2. Bea Masuk yang seharusnya dibayar tanpa kesalahan pembebanan adalah Rp. 50 jt x 10 = Rp. 5 jt 3. Terdapat kekurangan pembayaran Bea Masuk sebesar Rp. 2,5 jt b. Kekurangan bayar dengan denda: 1. Apabila tidak ada kesalahan pembebanan maka importir membayar Rp 50 jt x 10 = Rp.5 jt 2. Bea Masuk yang seharusnya dibayar dengan Nilai Pabean yang sebenarnya adalah Rp 200 jt x 10 = Rp. 20 jt 3. Prosentase denda dihitung dari kekurangan pembayaran Bea Masuk yang seharusnya dibayar, dengan yang dibayar apabila tidak terdapat kesalahan pembebanan, yaitu: kekurangan bayar seharusnya dibayar = 155 x 100 = 300. Berarti 5 kali dari Bea Masuk kurang bayar 4. Denda administrasi yang dikenakan adalah sebesar 5 x Rp. 15 jt = Rp. 75 jt Universitas Sumatera Utara 5. Bea Masuk yang kurang dibayar = Rp 17,5 jt Denda administrasi = Rp. 75 jt 3. Kekurangan bayar yang mengakibatkan denda terhadap barang yang pembebanannya 0 hanya dikenakan satu kali untuk satu PIB, apabila pada PIB tersebut tidak ada barang impor lain yang harus dikenai denda 4. Dalam hal pemeriksaan fisik dan atau dokumen, ternyata dalam satu PIB terdapat barang yang tidak diberitahukan dan ada barang yang tidak ditemukan, maka jumlah penerimaan yang telah dibayarkan untuk barang yang tidak ditemukan tersebut diperhitungkan sebagai pungutan yang sudah dibayar untuk barang yang tidak diberitahukan Perhitungan: i. Barang A sesuai, ii. Pungutan yang dibayar untuk barang B dianggap pungutan yang sudah dibayar untuk barang C iii. Kurang Bayar 200-100 = 100 jt iv. denda 100100 x 100 = 100, 4 kali Bea Masuk kurang bayar v. Jumlah denda = 4 x 100 jt = 400 juta 5. Dalam hal setelah pemeriksaan fisik dan atau dokumen, ternyata dalam satu PIB terdapat barang yang tidak diberitahukan maka terhadap barang tersebut diperhitungkan sebagai barang baru dan dikenakan pungutan serta denda. Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISA DAN EVALUASI

A. Analisa

a. Saat Terjadinya Hutang Bea Masuk Barang yang dimasukkan ke dalam Daerah Pabean dianggap sebagai barang Impor dan terutang Bea Masuk. Besarnya hutang Bea Masuk dihitung berdasarkan Nilai Pabean. b. Proses Timbulnya Sanksi Administrasi Proses timbulnya sanksi administrasi dapat berupa yaitu:  Kesalahan dalam pengklasifikasian penggolongan jenis barang ke dalam taif pos yang ada pada Buku Tarif Bea Masuk Indonesia. Misalnya barangnya adalah bantuan besi kereta api untuk rel kereta api yang seharusnya diklasifikasikan ke dalam Tarif Pos 760.200.000 dengan pembebanan BM 5 n 10, dan PPh 25. Jadi, dalam hal ini dikenakan ”tambah bayar” karena kesalahan dalam pemberitahuan jenis barang yakni atas selisih dari BM dan PPN serta Denda Administrasi  Kesalahan dalam hal pemberitahuan Nilai Pabean, yakn pihak importir membuat atau menetapkan harga pembelian barang impor lebih rendah dari harga yang telah ditetapkan Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

MEKANISME PENANGANAN BARANG HASIL PENEGAHAN HINGGA PROSES PELELANGAN ATAU PEMUSNAHAN PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE A3 SURAKARTA

0 4 64

TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE A3 SURAKARTA

2 56 98

EFEKTIFITAS PROSES PENYELESAIAN BARANG IMPOR MELALUI DOKUMEN PEMBERITAHUAN IMPOR BARANG (PIB) SECARA MANUAL DENGAN JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN TIPE MAD

2 21 116

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

8 60 140

EVALUASI PENERIMAAN NEGARA DARI PEMUNGUTAN PPN ATAS IMPOR BARANG KENA PAJAK DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN SURAKARTA

1 7 97

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 1 11

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 1

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 50

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 5

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 2