Surat Teguran Penyitaan Tata Cara Penagihan Piutang Bea Masuk, Denda Administrasi dan Pajak Dalam Rangka Impo

Tindakan penagihan terhadap utang Bea Masuk dan Pajak dilakukan berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2000 tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa. Undang-undang ini mempunyai kekuatan hukum yang bersifat memaksa agar Penanggung BeaCukai Wajib Pajak mau melunasi utangnya.

1. Surat Teguran

Sebagaimana telah diuraikan pada bab sebelumnya bahwa yang menjadi dasar penagihan Bea Masuk, Denda Administrasi, Bunga dan Pajak dalam rangka impor adalah Surat Pemberitahuan Kekurangan Pembayaran Bea Masuk SPKPBM yang diterbitkan oleh Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai dengan masa tenggang waktu 30 hari sejak tanggal diterbitkan. Setelah jangka waktu 1 bulan sejak SPKPBM tersebut diterbitkan, Penanggung BeaCukai belum melunasi utangnya, dan setelah ditambah 7 hari barulah dilakukan suatu tindakan penagihan aktif dengan nama Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis yang dimaksudkan untuk menegur atau memperingatkan kepada Penanggung BeaCukai untuk melunasi utangnya. Sejak 1 Januari 2010 SPKPBM telah mengalami perubahan nama menjadi Surat Penetapan Tarif dan atau Nilai Pabean SPTNP. Penerbitan surat teguran ini merupakan tindakan awal dari tindakan penagihan dan pelaksanaannya harus dilakukan sebelum dilanjutkan dengan menerbitkan Surat Paksa SP. Apabila terhadap Penanggung BeaCukai tidak pernah diberikan Surat Universitas Sumatera Utara Teguran namun langsung diterbitkan dan diberikan Surat Paksa maka secara yuridis Surat Paksa tersebut dianggap tidak ada karena tidak didahului oleh Surat Teguran. Jangka waktu dari surat Teguran tersebut hanya 21 hari sejak tanggal diterbitkan dan terhadapnya telah dikenakan bunga sebesar 2 setiap bulannya atas keterlambatan pembayarann utangnya dan bunga tersebut hanya digunakan untuk utangtagihan bea cukai saja. Apabila dalam tenggang waktu 21 hari, Penanggung BeaCukai masih juga tidak melunasi utangnya, maka Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai segera menerbitkan Surat Paksa.

1. Surat Paksa

Dalam melaksanakan tindakan penagihan, ternyata tidak selalu didahului dengan pelaksanaan Surat Paksa, akan tetapi dapat juga langsung dengan melakukan tindakan berupa penerbitan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus tanpa perlu menunggu jatuh tempo pembayaran. Ada dua kata yang penting untuk dipahami yaitu kata” seketika”, dan ”sekaligus”. Yang dimaksud dengan penagihan seketika dan sekaligus adalah penagihan yang dilakukan segera tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran, sedangkan penagihan sekaligus adalah penagihan yeng meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis Pajak dan tahun pajak.

2.1 Penagihan Seketika dan Sekaligus

Surat Paksa adalah surat perintah untuk membayar utang Bea masuk, Denda Administrasi dan Bunga serta Biaya Penagihan. Dalam hal terjadi suatuperistiwa atau keadaan yang mendesak dan untuk menjaga kemungkinan terjadinya sesuatu yang akan mengakibatkan utang BeaCukai dan utang pajak tidak dapat ditagih, maka Universitas Sumatera Utara Pejabat diberi wewenang untuk menerbitkan Surat Penagihan Seketika dan Sekaligus. Sedangkan, salah satu tugas dari Juru Sita Bea dan Cukai adalah melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus sampai tuntas. Secara preventif tindakan ini dimaksudkan agar penerimaan Negara di sektor Bea Masuk dan Pajak dapat diamankan dalam waktu yang singkat. Adanya tindakan penagihan seketika dan sekaligus ini tidak lain dimaksudkan agar Penanggung BeaCukai dan Penanggung Pajak tetap harus mendahului kepentingan Negara untuk melunasi utangnya sebelum kepentingan-kepentingan lain diselesaikan. Dalam pasal 20 Undang-undang nomor 28 Tahun 2007, menegaskan bahwa tindakan penagihan seketika dan sekaligus dapat dilakukan apabila hal-hal berikut ini diketahui, yaitu: a. Penanggung BeaCukai akan meninggalkan Indonesia untuk selama- lamanya atau berniat untuk itu ; b. Penanggung BeaCukai menghentikan atau secara nyata mengecilkan kegiatan perusahaan, atau pekerjaan yang dilakukan di Indonesia ataupun memindahtangankan barang yang dimilikinya atau dikuasainya ; c. Terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung BeaCukai akan membubarkan badan usahanya atau berniat untuk itu ; d. Badan usaha akan dibubarkan oleh negara ; e. Terjadi penyitaan atas barang Penangggung BeaCukai oleh pihak ketiga atau terdapat tanda-tanda kepailitan. Universitas Sumatera Utara Sebagaimana disebutkan diatas bahwa apabila Penanggung BeaCukai akan meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya atau mempunyai niat untuk itu, maka ia harus melunasi utangnya terlebih dahulu. Untuk itu, sesuai Undang-undang No.9 tahun 1992 tentang Keimigrasian, upaya hukum yang dapat dilakukan untuk itu adalah dengan cara mencegah Penanggung BeaCukai yang bersangkutan berangkat ke luar negeri antara lain dengan cara pencekalan. Usulan pencegahan dan pencekalan demikian hanya dapat dilakukan oleh Menteri Keuangan kepada Menteri Kehakiman dan HAM sepanjang menyangkut urusan piutang Negara. Surat Perintah Penagihan dan Sekaligus sekurang-kurangnya harus memuat: a. Nama dan alamat Penanggung BeaCukai b. Besarnya utang Bea Masuk dan Utang Pajak c. Perintah untuk membayar d. Saat pelunasan Bea Masuk dan Utang Pajak 2.2 Isi dan Karakteristik dari surat Paksa Surat Paksa atau disebut parate eksekusi eksekusi langsung, yang berarti bahwa Penagihan BeaCukai dan Pajak secara paksa dapat dilakukan tanpa melalui proses pengadilan Negeri. Hal ini bisa dimengerti karena Surat Paksa itu mempunyai kekuatan hukum yang tetap pasti, dimana fiskus dalam melaksanakan kewajibannya mempunyai hak ”Parate Eksekusi”. Dilihat dari segi isinya Surat Paksa memuat hal- hal sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara a. Berkepala kata-kata ”Atas nama Keadilan” yang dengan undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 Pasal 4 disesuaikan bunyinya menjadi ” DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” ; b. Nama Penanggung BeaCukai, keterangan yang cukup tentang alasan yang menjadi dasar penagihan serta perintah membayar ; c. Dikeluarkan atau ditandatangani oleh Pejabat berwenang yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan . Sedangkan dari segi karakteristiknya adalah sebagai berikut: a. Mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan putusan Hakim dalam perkara perdata yang tidak dapat diminta banding lagi pada Hakim atasan ; b. Mempunyai kekuatan hukum yang tetap ; c. Mempunyai fungsi ganda yaitu menagih pajak dan menagih bukan pajak biaya-biaya penagihan ; d. Dapat dilanjutkan dengan tindakan penyitaan atau penyanderaanpencegahan Mengingat Surat Paksa mempunyai kedudukan hukum yang tetap, maka pemberitahuanpenyerahan Surat Paksa kepada Penanggung dan kepada kedua belah pihak menandatangani Berita Acara Pelaksanaan Surat Paksa sebagai pernyataan bahwa Surat Paksa telah diberitahukan. Juru sita BeaCukai melaksanakan penagihan Piutang BeaCukai dengan Surat Paksa adalah dengan cara sebagai berikut: a. Jurusita menandatangani tempat tinggal atau tempat kedudukan Penanggung BeaCukai dengan memperlihatkan tanda pengenal diri, dan Jurusita Universitas Sumatera Utara mengemukakan maksud kedatangannya yaitu memberitahukan Surat Paksa dengan pernyataan dan menyerahkan salinan Surat Paksa tersebut. b. Jika Jurusita bertemu langsung dengan Penanggung BeaCukai PBC maka diminta agar PBC memperlihatkan surat-surat keterangan Pabean yang ada untuk diteliti: • Apabila tunggakan BeaCukai menurut SPKPBM sesuai dengan jumlah tunggakan yang tercantum dalam Surat Paksa • Apakah terhadap utang dalam Surat Paksa telah diajukan keberatan yang memenuhi syarat. c. Apabila Jurusita tidak menjumpai Penanggung BeaCukai, maka salinan Surat Paksa tersebut dapat diserahkan kepada: • Keluarga Penanggung BeaCukai atau orang bertempat tinggal bersama Penanggung Bea Cukai yang telah akhil baliq dewasa dan sehat mental • Anggota pengurus komisaris atau para Pesero dari Badan Usaha yang bersangkutan • Pejabat Pemerintah setempat BupatiWalikotaCamatLurah dalam hal mereka tersebut dalam butir c.1 dan c.2 di atas tidak dijumpai. Pejabat- pejabat tersebut harus memberi tanda tangan pada Surat Paksa dan Salinannya, sebagai tanda diketahuinya menyampaikan salinannya kepada Penanggung BeaCukai yang bersangkutan Universitas Sumatera Utara • Jurusita yang telah melaksanakan penagihan Bea Masuk dan pajak dengan Surat Paksa harus membuat laporan pelaksanaan Surat Paksa. d. Jika Penanggung BeaCukai tidak diketemukan dikantor atau tempat usaha tempat tinggal, maka Jurusita dapat menyerahkan salinan Surat Paksa kepada:  Seseorang yang ada di kantornya salah seorang pegawai  Seseorang yang ada ditempat tinggalnya misalnya istri, anak atau pembantu, dengan catatan anak tersebut telah berumur 14 tahun keatas. Surat paksa yang akan disampaikan kepada Penanggung BeaCukai dilakukan paling lambat setelah lewat 21 hari setelah surat teguran atau surat peringatan lain yang sejenis diterbitkan, dan bila diterbitkan kurang dari 21 hari sejak tanggal surat teguran, maka Surat Paksa menjadi batal demi hukum.

3. Penyitaan

Penyitaan adalah ”suatu tindakan yang dilakukan oleh Jurusita BeaCukai untuk menguasai barang Penanggung BeaCukai guna dijadikan jaminan untuk melunasi uangnya menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”. Pengertian penyitaan menurut Pasal 1 KUHP adalah: ” Serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih atau menyimpan dibawajh penguasanya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dan dalam penuntutan dan peradilan”. Penyitaan dalam hukum pidana ini bertujuan menjadikan barang yang disita sebagai bukti kejahatanpelanggaran didepan pengadilan. Universitas Sumatera Utara Dalam perundang-undangan Pajak tidak ada istilah baku tentang pengertian penyitaan, oleh karena itu Mouljo Hadi, S.H mencoba memberikan pengertian penyitaan yakni sebagai berikut: ”Serangkaian tindakan Jurusita Pajak Jurusita BeaCukai dengan dibantu oleh 2 orang saksi untuk menguasai barang dari Penanggung Pajak, guna dijadikan jaminan untuk melunasi utangnya sesuai peraturan perundang-undangan Pajak yang berlaku.” Penyitaan merupakan tindakan penagihan lebih lanjut setelah Surat Paksa yang hanya dapat dilakukan setelah batas waktu 2 x 24 jam sebagaimana dimaksud dalam Surat Paksa dilewati. Artinya, apabila Penanggung BeaCukai tetap tidak melunasi utangnya barulah tindakan penyitaan dapat dilakukan. Penyitaan baru dapat dilakukan apabila Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai telah mengeluarkan Surat Perintah Melakukan Penyitaan SPMP. Dalam melaksanakan penyitaan Jurusita harus memperhatikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut: 1. Penyitaan dilakukan harus didampingi oleh dua 2 orang saksi yang telah memenuhi syarat antara lain: a. Warga Negara Indonesia b. Sudah mencapai usia 21 tahun c. Dikenal Jurusita d. Dapat dipercaya 2. Penyitaan harus didahului dengan menyita barang bergerak Universitas Sumatera Utara Jika nilai barang bergerak tidak mencukupi, barukah dapat diteruskan dengan menyita barang tidak bergerak sampai jumlahnya mencukupi untuk membayar utang BeaCukai serta biaya pelaksanaannya. 3. Jurusita setelah melakukan penyitaan harus membuat Berita Acara Pelaksanaan Sita BAPS. Perincian mengenai barang bergerak yang dapat disita adalah sebagai berikut: a. Semua barang bergerak yang ada dirumah Penanggung BeaCukai, seperti: • Perkakas rumah tangga lemari, meja, kursi dan sebagainya • Barang – barang mewah lemari es, tape recorder, kompor gas, dsb • Barang-barang perhiasan kalung, gelang, cincin dari emas • Uang tunai • Kendaraan mobil, sepeda motor, dsb • Lain-lainnya lukisan, jam dinding, dsb b. Semua barang bergerak yang ada di toko Penanggung BeaCukai, seperti: • Barang dagangan baik yang berbeda di toko tersebut maupun yang ada digudang • Semua barang bergerak milik Penanggung BeaCukai ada enam jenis barang yang dikecualikan dari penyitaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15Undang-undang Tahun 2000, yaitu: Universitas Sumatera Utara  Pakaian dan tempat tidur beserta perlengkapannya yang digunakan oleh Penanggung BeaCukai dan keluarga yang menjadi tanggungannya  Penanggung makanan dan minuman untuk keperluan satu bulan beserta peralatan memasak yang ada dirumah  Perlengkapan Penanggung BeaCukai yang bersifat dinas  Buku-buku yang bertalian dengan jabatan atau pekerjaan Penanggung BeaCukai dan alat-alat yang digunakan untuk keperluan pendidikan, kebudayaan, dan keilmuan  Peralatan dalam keadaan jalan yang masih digunakan untuk melaksanakan pekerjaan atau usaha sehari-hari dengan jumlah seluruhnya tidak lebih dari Rp. 10.000.000  Peralatan penyandang cacat yang digunakan oleh Penanggung BeaCukai dan keluarga yang menjadi tanggungannya. prinsipnya penyitaan dalam hukum pajak tidak mengubah status kepemilikan atas suatu barang, bahkan barang yang telah disita dapat dititipkan kepada Penanggung BeaCukai atau dapat disimpan ditempat lain. Pemilik barang pada dasarnya masih tetap dapat mempergunakan barang yang telah disita sepanjang atas barang, atau menghilangkan barang yang merupakan tindakan pidana sesuai Pasal 231 KUHP. Universitas Sumatera Utara Apabila Penanggung BeaCukai sudah melunasi utangnya sebelum permintaan penetapan tanggal pelelangan diajukan, maka Kepala Kantor Pelayanan Bea dan Cukai harus mengeluarkan Surat Pencabutan Sita

4. Hak Mendahulu

Dokumen yang terkait

MEKANISME PENANGANAN BARANG HASIL PENEGAHAN HINGGA PROSES PELELANGAN ATAU PEMUSNAHAN PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE A3 SURAKARTA

0 4 64

TATALAKSANA PEMBAYARAN DAN PENYETORAN PENERIMAAN NEGARA DALAM RANGKA IMPOR PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE A3 SURAKARTA

2 56 98

EFEKTIFITAS PROSES PENYELESAIAN BARANG IMPOR MELALUI DOKUMEN PEMBERITAHUAN IMPOR BARANG (PIB) SECARA MANUAL DENGAN JARINGAN PERTUKARAN DATA ELEKTRONIK PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN TIPE MAD

2 21 116

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

8 60 140

EVALUASI PENERIMAAN NEGARA DARI PEMUNGUTAN PPN ATAS IMPOR BARANG KENA PAJAK DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN SURAKARTA

1 7 97

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 1 11

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 1

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 50

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 5

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 2