Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta Darmawi, Herman. 2010. ManajemenRisiko. Jakarta :BumiAksara

Dorfman, Mark S. 2007. Introduction to Risk Management and Insurance. Englewood Cliffs, NewJersey: Prentice Hall.Elizabeth Pate Cornell, Lea A

Davis, Gordon B. 1999.Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen Bagian I:

Pengantar. Diterjemahkan oleh Andreas S. Adiwardana. Cetakan kesebelas. Jakarta: PT. Ikrar Mandiriabadi

Hopkin, Paul. 2010. Fundamentals Of Risk Management: Understanding,

Evaluating, And Implementing Effective Risk Management. London:

Kogan Page Limited

Idroes, Ferry N. 2008. Manajemen Risiko Perbankan: Pemahaman Pendekatan 3

Pilar Kesepakatan Basel II Terkait Aplikasi Regulasi dan Pelaksanaannya di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers

Kountur, Ronny. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. Jakarta: Penerbit PPM

Moeleong, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Salim, Abbas. 2007. Asuransi&ManajemenRisiko. Jakarta : PT RajaGrafindoPersada

Subarsono, AG, Drs, M.Si, MA. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Tangkilisan, HeselNogi S. 2003.KebijakanPublik yang Membumi.Yogyakarta: Lukman Offset.

Usman, Husaini. 2009. MetodologiPenelitianSosial. Jakarta: BumiAksara.

Vassaroti, Colin. 1996. Risk Management: a Customs Perspective, Australian Customs Service.

Winarno, Budi. 2002. Teoridan Proses KebijakanPublik. Yogyakarta: Media Pressindo.

Miami, Any. 2008. Analisis Penetapan Tingkat Risiko (Risk Ranking) di Bidang

Impor. Depok: Universitas Indonesia Karya Akademis

Dlava, Deviyanto T. 2012. Implementasi Manajemen Risiko Dalam Bidang


(2)

Undang-Undang Republik Indonesia 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan

Perundang-Undangan

PeraturanMenteriKeuanganNomor191/PMK.09/2008

tentangPenerapanManajemenRisiko di KementerianKeuangan

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

Keputusan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor KEP-97/BC/2003 tentangProfil Importir Dan Profil Komoditi Untuk Penetapan Jalur Dalam Pelayanan Impor

Peraturan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai Nomor P-08/BC/2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengeluaran Barang Impor Untuk Dipakai Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai KEP-89/BC/2002 tentang

pembentukan tim penyusunan Database Profil Importir

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 224/PMK.04/2015 tentang Pengawasan Terhadap Impor dan Ekspor Barang Larangan dan/atau Pembatasan. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 161/PMK.04/2007 tentang Pengawasan

Terhadap Impor atau Ekspor Barang Larangan dan/atau Pembatasan.

Sumber Lainnya

(diakses pada Sabtu 10 Oktober 2015 pukul 00.39 wib)

pukul 01.00 wib)

April 2016 pukul 21.32 wib)

www.insw.go.id/ (diakses pada 26 Juni 2016 pukul 22.21 wib)


(3)

BAB III

GAMBARAN UMUM DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN DAN PENGAWASAN PABEAN

III.1 Latar Belakang/Sejarah Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai

Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean C (KPPBC TMPC) Teluk Nibung berlokasi di kota Tanjungbalai Asahan dengan wilayah pengawasan meliputi Kota Tanjung Balai, Kabupaten Batu Bara, Kabupaten Asahan, Kabupaten Labuhan Batu, Kabupaten Labuhan Batu Selatan, dan Kabupaten Labuhan Batu Utara. Penempeatan lokasi kantor di Kota Tanjungbalai yang berdekatan dengan muara Sungai Asahan sangat strategis dikarenakan kegiatan ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan ekspor, impor, dan terminal, dan terminal penumpang internasional dilakukan melalui Sungai Asahan. Dalam perkembangannya, KPPBC Tipe Madya C Teluk Nibung telah mengalami beberapa kali transformasi. Dahulu berasma Kantor Inspeksi Bea dan Cukai Teluk Nibung, kemudian berubah menjadi KPBC Tipe C Teluk Nibung, selanjutnya menjadi KPPBC Tipe A3 Teluk Nibung, dan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.01/2011 TANGGAL 18 Agustus 2011 bertransformasi menjadi KPPBC Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung.


(4)

Gambar 3.1 Wilayah Kerja KPPBC TMP C Teluk Nibung

III.2 Visi Misi Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai

Adapun visi dan misi Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean C, yaitu:

Visi :

“Menjadi administrasi kepabeanan dan cukai dengan standar internasion al”.

Misi :

1. Mengamankan hak keuangan negara; 2. Memfasilitasi perdagangan;


(5)

4. Melindungi masyarakat.

III.3 Tugas dan Fungsi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai

1. Tugas Pokok

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung mempunyai tugas melaksanakan pengawasan dan pelayanan di bidang kepabeanan dan cukai dalam daerah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Fungsi Pokok

a. Industrial Assisstance; berupa :

1. Pelaksanaan pelayanan teknis di bidang kepabeanan dan cukai;

2. Penerimaan, penyimpanan, pemeliharaan dan pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai;

3. Pelaksanaan pengolahan data, penyajian informasi dan laporan kepabeanan dan cukai


(6)

b. Community Protector; berupa :

1. Pelaksanaan intelijen, patroli, penindakan, dan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai;

2. Pengelolaan dan pemeliharaan sarana operasi, sarana komunikasi dan senjata api, dll.

c. Trade Facilitator; berupa :

1. Pelaksanaan pemberian perijinan dan fasilitas di bidang kepabeanan dan cukai;

2. Pelaksanaan administrasi kantor pengawasan dan pelayanan bea dan cukai, dll.

d. Revenue Collector; berupa :

1. Pelaksanaan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, cukai, dan pungutan negara lainnya.

III.4 Struktur Organisasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung

Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 131/KMK.01/2011 Tentang Susunan Organiasasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C dalam hal ini kantor yang berada di Teluk Nibung Tanjungbalai adalah :


(7)

Gambar 3.2 Struktur Organisasi KPPBC TMP C Teluk Nibung Sumber : KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai

Adapun penjelasan gambar adalah sebagai berikut :

1. Subbagian Umum mempunyai tugas melaukan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan dan rumah tangga Kantor Pengawasan dan Pelayanan, serta penyusunan rencana kerja dan laporan akuntabilitas.

Dalam melaksanakan tugas, Subbagian Umum menyelenggarakan fungsi:

a. pelaksanaan urusan tata usaha, kepegawaian, penyusunan rencana kerja dan laporan akuntabilitas; dan

Kepala Kantor Seksi Penindakan dan Penyidikan Subseksi Intelijen Subseksi Penindakan dan Sarana Operasi Subseksi Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan Seksi Perbendaharaan Subseksi Administrasi Manifest, Penerimaan, dan Jaminan Subseksi Administrasi Penagihan dan Pengembalian Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan

Teknis

Subseksi Hanggar Pabean dan

Cukai Subseksi Pengolahan Data dan

Administrasi Dokumen Seksi Kepatuhan Internal dan Penyuluhan Subseksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas Subseksi Penyuluhan dan Layanan Informasi Kelompok Jabatan Fungsional Subbagian Umum Urusan Tata Usaha dan

Kepegawaian Urusan Keuangan Urusan Rumah Tangga Staff Kepala Kantor


(8)

b. pelaksanaan urusan keuangan, anggaran, kesejahteraan, serta rumah tangga dan perlengkapan.

Subbagian Umum terdiri atas:

a. Urusan Tata Usaha dan Kepegawaian memiliki tugas melakukan urusan tata usaha dan kepegawaian, serta penyusunan rencana kerja dan laporan akuntabilitas.

b. Urusan Keuangan dan Kepegawaian memiliki tugas melakukan urusan keuangan, anggaran, dan kesejahteraan pegawai.

c. Urusan Rumah Tangga memiliki tugas melakukan urusan rumah tangga dan perlengkapan.

2. Seksi Penindakan dan Penyidikan memiliki tugas melakukan intelijen, patroli, dan operasi pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai, penyidikan tindak pidana kepabeanan dan cukai, serta pengelolaan dan pengadministrasian sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api.

Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Penindakan dan Penyidikan menyelenggarakan fungsi:

a. pengumpulan, pengolahan, penyajian, serta penyampaian informasi, dan hasil intelijen di bidang kepabeanan dan cukai;


(9)

c. pelaksanaan patroli dan operasi pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundangan-undangan di bidang kepabeanan dan cukai;

d. penyidikan tindak pidana di bidang kepabenan dan cukai;

e. pemeriksaan sarana pengangkut;

f. pengawasan pembongkaran barang;

g. penghitungan bea masuk, cukai, pajak dalam rangka impor, dan administrasi terhadap kekurangan/kelebihan bongkar, serta denda administrasi atas pelanggaran lainnya;

h. penatausahaan dan pengurusan barang hasil penindakan dan barang bukti;

i. pengumpulan data pelanggran peraturan perundang-undangan kepabeanan dan cukai;

j. pemantauan tindak lanjut hasil penindakan dan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai; dan

k. pengelolaan dan pengadministrasian sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api Kantor Pengawasan dan Pelayanan.

Seksi Penindakan dan Penyidakan terdiri atas:

a. Subseksi Intelijen memiliki tugas melakukan pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan penyampaian informasi dan hasil intelijen, analisis laporan pemeriksaan sarana pengangkut, laporan pembongkaran dan penimbunan


(10)

barang, dan laporan pengawasan lainnya serta pengelolaan pangkalan data intelijen.

b. Subseksi Penindakan dan Sarana Operasi memiliki tugas melakukan pelayanan pemeriksaan sarana pengangkut, patroli dan operasi pencegahan dan penindakan pelanggaran peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai serta pengawasan pembongkaran barang, pengelolaan dan pengadministrasian sarana operasi, sarana komunikasi, dan senjata api Kantor Pengawasan dan Pelayanan.

c. Subseksi Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan mempunyai tugas melakukan penyidikan tindak pidana di bidang kepabeanan dan cukai, penghitungan bea masuk, pajak dalam rangka impor dan denda administrasi terhadap kekurangan atau kelebihan bongkar dan denda administrasi atas pelanggaran lainnya, pemantauan tindak pidana di bidang epabeanan dan cukai, pengumpulan data pelanggaran peraturan perundang-undangan, serta penatausahaan dan pengurusan barang hasil penindakan dan barang bukti.

Seksi Perbendaharaan mempunyai tugas melakukan pemungutan dan pengadministrasian bea masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, pelayanan kepabeanan atas sarana pengangkut dan pemberitahuan pengangkutan barang.


(11)

Dalam melaksanakan tugas, Seksi Perbendaharaan menyelenggarakan fungsi:

a. pengadministrasian penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal;

b. pengadministrasian jaminan serta pemroresan penyelesaian jaminan pengguhan bea masuk, jaminan Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan (PPJK), jaminan dalam rangka keberatan dan banding serta jaminan lainnya;

c. penerimaan, penatausahaan, penyimpanan, pengurusan permintaan dan pengembalian pita cukai;

d. penagihan dan pengadministrasian pengembalian bea masuk, bea keluar, cukai, denga administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, serta pengadministrasian dan penyelesaian premi;

e. penerbitan dan pengadministrasian surat teguran atas kekurangan pembayaran bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang telah jatuh tempo;

f. penerbitan dan pengadminitrasian surat paksa dan penyitaan, serta administrasi pelelangan;

g. pengadministrasian dan penyelesaian surat keterangan impor kendaraan bermotor;


(12)

h. penyajian laporan realisasi penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya;

i. penerimaan dan penatausahaan rencana kedatangan sarana pengangkut dan jadwal kedatangan sarana pengangkutan barang; dan

k. perhitungan denda adminstrasi terhadap keterlambatan penyerahan dokumen sarana pengangkut.

Seksi Perbendaharaan terdiri atas:

a. Subseksi Administrasi Manifes, Penerimaan, dan Jaminan memilika tugas melakukan palayanan penerimaan, penelitian, penatausahaan, dan pendistribusian rencana sarana pengangkutan, jadwal kedatangan sarana pengangkut dan manifes, penyelesaian manifes kedatangan dan keberangkatan sarana pengangkut, pelayanan penerimaan, penelitian, penatausahaan, pendistribusian, dan penyelesaian dokumen pemberitahuan pengangkut barang serta penghitungan denda administrasi terhadap keterlambatan penyerahan dokumen sarana pengangkutan, melakukan pengadministrasian penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa tempat penimbunan pabean, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, penerimaan, penatausahaan, penyimpanan, dan pengurusan permintaan pita cukai, pengadministrasian dan penyelesaian surat keterangan impor kendaraan bermotor, penyajian laporan realisasi penerimaan bea masuk, bea keluar, cukai, dan pungutan negara lainnya, pelayanan fasilitas pembebasan, penanggulangan bea masuk, penundaan pembayaran cukai,


(13)

pengadministrasian jaminan dan pemroresan jaminan penangguhan bea masuk, jaminan PPJK, jaminan dalam rangka kebertan dan banding serta jaminan lainnya.

b. Subseksi Administrasi Penagihan dan Pengembalian.memilikitugas melakukan penagihan kekurangan pembayran bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa Tempat Penimbunan Pabean dan punguatn negara lainna yang dipungut oleh Direktorat Jenderal, penerbitan dan pengadministrasian surat teguran, surat paksa, penyitaan dan pengadministrasian pelelangan, pengadministrasian dan penyelesaian premi, serta pengadministrasian pengembalian bea masuk, bea keluar, cukai, denda administrasi, bunga, sewa temoat penimbunan pabean, pita, denda, dan pungutan negara lainnya yang dipungut oleh Direktorat Jenderal.

Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis mempunyai tugas melakukan pelayanan teknis dan fasilitas serta dukungan teknis di bidang kepabeanan dan cukai, melakukan pengoperasian komputer dan sarana penunjangnya, pengelolaan dan penyimpanan data dan file, pelayanan dukungan teknis komunikasi data, pertukaran data elektronik, pengolahan data kepabeanan dan cukai, penerimaan dan cukai, serta penyajian data kepabeanan dan cukai.


(14)

Dalam melaksanakan tugasnya, Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis menyelenggarakan fungsi:

a. pelayanan fasilitas dan perijinan di bidang kepabeanan dancukai;

b. penelitian pemberitahuan impor, ekspor, dokumen cukai;

c. pemeriksaan dan pencacahan barang, pemeriksaan badan dan pengoperasian sarana deteksi;

d. penelitian pemberitahuan klasifikasi barang, tarif bea masuk, tarif bea keluar, nilai pabean dan fasilitas impor serta penelitian kebenaran penghitungan bea masuk, bea keluar, cukai, pajak dalam rangka impor dan pungutan negara lainnya;

e. penetapan klasifikasi barang , tarif bea masuk, tarif bea keluar dan nilai pabean;

f. Pelayanan dan pengawasan pengeluaran barang impor dari kawasan pabean

g. Pengawasan pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbubab Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean;

h. Pelayanan dan pengawasan pemasukan, penimbunan dan pemuatan barang ekspor ke sarana pengangkut ;

i. Pelaksanaan urusan pembukuan dokumen cukai;


(15)

k. Pemeriksaan Pengusaha Barang Kena Cukai, buku daftar dan dokumen yang berhubungan dengan barang kena cukai;

l. Pelaksanaan pengawasan dan pemantauan produksi, harga dan kadar barang kena cukai;

m. Pengelolaan tempat penimbunan pabean;

n. Penatausahaan penimbunan, pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean;

o. Pelaksanaan urusan penyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara;

p. Penyiapan pelelangan atas barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara;

q. Pelaksanaan urusan pemusnahan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara atau busuk;

r. Pelayanan dukungan teknis komunikasi data, pertukaran data elektronik, pengolahan data kapabean dan cukai, serta penyajian data dan file;

s. Pelayanan dukungan teknis komunikasi data, pertukaran data elektronik, pengolahan data kapabean dan cukai, serta penyajian data kapabean dan cukai;

t. Melakukan penerimaan, penelitian kelengkapan dan pendistribusian dokumen kapabean dan cukai.


(16)

Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis terdiri:

a. Subseksi Hanggar Pabean dan Cukai memiliki tugas melakukan pelayanan fasilitas dan perijinan di bidang kepabeanan, penelitian pemberitahuan impor dan ekspor, pemeriksaan dan pencacahan barang, pemeriksaan badan dan pengeperasian sarana deteksi, penelitian pemberitahuan klasifikasi barang, tarif bea masuk, tarif bea keluar, cukai, dan pajak dalam rangka impor dan pungutan negara lainnya, penetapan klasifikasi barang, tarif bea masuk, tarif bea keluar dan nilai pabean, pelayanan dan pengawasan pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbunan Berikat dan Tempat Penimbunan Pabean, pelayanan dan pengawsan pemasukan, penimbunan dan pemuatan barang ekspor ke saran pengaangkut, pengelolaan tempat penimbunan pabean, penatausahaan penimbunan, pemasukan dan pengeluaran barang di Tempat Penimbunan Berikat, pelaksanaan urusan pennyelesaian barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara, penyiapan pelelangan atas barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai negara, dan barang yang menjadi milik negara, pelaksanaan urusan pemusnahan barang yang dinyatakan tidak dikuasai, barang yang dikuasai, dan barang yang menjadi milik negara dan atau busuk, pelayanan fasilitas dan perijinan di bidang cukai, penatausahaan dan penelitian pemberitahuan dokumen cukai dan Pengusaha Barang Kena Cukai, penelitian kebenaran penghitungan cukai dan pungutan negara lainnya, pelaksanaan urusan pembukuan dokumen cukai, pelaksanaan urusan pemusnahan dan penukaran pita cukai, pemeriksaan Pengusaha Barang Kena Cukai, buku daftar


(17)

dan dokumen yang berhubungan dengan barang kena cukai, serta pelaksanaan pengawasan an pemantauan produksi, harga dan kadar barang kena cukai.

b. Subseksi Dukungan Teknis dan Distribusi Dokumen melakukan tugas pengoperasian komputer dan saran penunjangnya, pengelolaan dan penyimpanan data dan file, pelayanan dukungan teknis komunikasi data, pertukaran data elektronik, pengolahan data kepabeanan dan cukai, serta penyajian data kepabeanan dan cukai, melakukan pnerimaan, penelitian kelengkapan data pendistribusian dokumen kepabeanan dan cukai.

Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan mempunyai tugas melakukan pengawasan pelaksanaan tugas dan evaluasi kinerja di lingkungan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai dan bimbingan kepatuhan, konsultasi, dan layanan informasi di bidang kepabeanan dan cukai.

Dalam melaksanakan tugas nya, Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan menyelenggarakan fungsi:

a. pengawasan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepebanan dan cukai;

b. pengawasan pelaksanaan tugas di bidang administrasi;

c. pengawasan pelaksanaan tugas intelijen, penindakan dan penyidikan di bidang kepabeanan dan cukai;

d. evaluasi kinerja di bidang pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai;


(18)

f. pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat;

g. penyuluhan dan publikasi peraturan perundangan-undangan di bidang kepabeanan dan cukai;

h. pelayanan informasi di bidang kepabeanan dan cukai;

i. bimbingan kepatuhan pengguna jasa di bidang kepabeanan dan cukai; dan

j. konsultasi di bidang kepabeanan dan cukai.

Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan terdiri atas:

a. Subseksi Kepatuhan Pelaksanaan Tugas memiliki tugas melakukan pengawasan pelaksanaan tugas, evaluasi kinerja serta penyiapan bahan rekomendasi peningkatan pelaksanaan tugas di bidang pelayanan kepabeanan, cukai, dan administrasi, bidang intelijen, penindakan, penyidikan tindak pidana di bidang kepabenana dan cukai, serta pelaporan dan pemantauan tindak lanjut hasil pemeriksaan aparat pengawasan fungsional dan pengawasan masyarakat.

b. Subseksi Penyuluhan dan Layanan Informasi mempunyai tugas melakukan penyuluhan dan publikasi peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan dan cukai dan melakukan pelayanan informasi, bimbingan dan konsultasi dan kepatuhan pengguna jasa di bidang kepabeanan dan cukai.


(19)

III.4 Pengawasan Pabean

Pengawasan Pabean sebagai metode untuk mencegah dan mendeteksi adanya pelanggaran kepabeanan.

A. Pengawasan Dalam Registrasi Importir

1. Registrasi Importir adalah kegiatan pendaftaran yang dilakukan oleh importir ke Direktorat Jenderal Bea dan Cukai untu mendapatkan Nomor Identitas Kepabeanan (NIK).

2. NIK adalah nomor identitasi yang bersifat pribadi yang diberikan oleh DJBC kepada importir yang telah melakukan registrasi yntyk mengakses atau berhubungan dengan sistem kepabenan yang menggunakan teknologi informasi maupun secara manual.

3. Surat Pemberitahuan Registrasi (SPR) adalah surat pemberitahuan telah memenuhi syarat registrasi importir yang berisi NIK.

Tata Cara mendapat SPR :

1. Untuk melakukan registrasi importir, importir mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal dengan mengisi formulir isian yang meliputi data tentang :

a. eksistensi

b. identitas pengurus dan penanggung jawab


(20)

d. kepastian penyelenggaraan pembukuan

2. Formulir isian disampaikan melalui situs resmi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

3. Pejabat Bea dan Cukai melakukan penelitian formulir isian, meliputi penelitian administrasi dan dapat dilakukan pemeriksaan lapangan.

4. Hasil registrasi importasi diberitahukan kepada importir paling lama 30 (tiga puluh) hari diterimanya Formulir Isian secara lengkap dan benar.

5. Terhadap Importir yang tidak memenuhi ketentuan, diberikan pemberitahuan disertai alasan yang jelas melalui situs resmi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Setiap perubahan data mengenai alamat dan/atau identitas pengeurus dan penganggung jawab dan/atau jenis usaha dalam formulir isian (pada waktu diajukan registrasi) wajib diberitahukan secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bea dan Cukai u.p Direktur Audit.

B. Pengawasan Pabean Dalam Mekanisme Arus Pengeuaran Barang Impor

1. Pemberitahuan Pabean

a. Saat Kedatanan Sarana Pengangkut

Sarana Pengangkut dan muatannya yang memasuki daerah pabean diwajibkan memberitahukan kedatangannya, yaitu dengan cara membuat pemberitahuan. Hal yang mendasari saat kedatangan sarana pengangkut melalui


(21)

udara yaitu saat mendarat di landasan bandar udara. Pemberitahuan Pabean ini dapat diartikan sebagai pelaporan yang dilakukan paling lambat delapan jam sejak kedatangan sarana pengangkut melalui udara.

b. Tata Cara dan Dokumen

Sebelum sarana pengangkut tibda di pelabuhan tujuan, perusahaan pengangkutan atau agennya berkewajiban untuk :

- Menyerahkan Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut (RKSP) secara tertullis dalam rangkap dua lembar atau melalui media elektronik kepada Pejabat manifest di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai pelabuhan tujuan

Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut tersebut juga harus dilengkapi dengan :

- Manifest yaitu semua barang/muatan yang diangkut didalam sarana pengangkut, dapat diketahui secara rincimengenai jenis, jumlah, berat barang, nama

consignee,notify party, alamat, carrier, dan lainnya. - Pelabuhan asal

- Pelabuhan tujuan

- Rencana tanggal kedatangan

- Daftar penumpang dan atau awak sarana pengangkut


(22)

Setelah penyerahan Pemberitahuan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut, akan diberikan bukti penerimaan yang merupakan persetujuan pembongkaran barang impor.

C. Pembongkaran

Pembongkaran adalah menurunkan muatan sarana pengangkut yang datang dari luar daerah pabean untuk selanjutnya dibawa ke tempat penimbunan sementara atau tempat penimbunan lainnya. Pembongkaran harus atas permohonan pemilik barang/pengusaha/agen sarana pengangkut dan mendapatkan izin dari kepala kantor pabean. Jangka waktu pelaksanaan pembongkaran adalah paling lambat delapan jam sejak kedatangan sarana pengangkut melalui udara. Jangka waktu pelaksanaan pembongkaran dibatasi dengan pertimbangan bahwa kelancaran arus barang akan terhambat apabila kegiatan tersebut tidak segera dilaksanakan.

D. Penimbunan

Penimbunan diartikan sebagai kegiatan menyimpan barang untuk sementara waktu dengan tujuan untuk dipindahkan ke tempat lainnya. Barangbarang impor yang datang dari luar daerah pabean dan setelah dibongkar, harus ditimbun di tempat-tempat yang telah ditentukan. Adapun tempat-tempat penimbunan adalah Kawasan Pabean, Tempat Penimbunan Sementara, Gudang Berikat, Gudang Importir.


(23)

E. Pemeriksaan Pabean

Pemeriksaan pabean dimaksudkan sebagai pemeriksaan yang dilakukan berkaitan dengan pemasukan barang/impor. Pemeriksaan Pabean mencakup : 1. Pemeriksaan Administrasi, yaitu penelitian yang berkisar atas kelengkapan dokumen-dokumen induk dan pelengkap, cara pengisian pemberitahuan kebenaran nilai pabean/tarif, biaya pengangkutan, asuransi dan lainnya.

2. Pemeriksaan fisik atas barang dilakukan untuk mengetahui kebenaran pemberitahuan jenis, jumlah, tipe, bahan, dan sebagainya. Pemeriksaan yang dilakukan oleh Pejabat Pabean merupakan suatu sistem dan tata laksana dibidang pabean. Pemberitahuan menganut prinsip selfassessment dan dikaji dalam sistem pemeriksaan. Pemeriksaan administrasi dapat dilaksanakan melalui sistem EDI

(Electronic Data Interchange), atau dikenal dengan sistem pertukaran data

elektronik. Adapun prosedur dalam pemeriksaan administrasi yang dilakukan adalah sebagai berikut :

a. Pertama, memasukkan data-data importasi barang ke dalam disket, kemudian menyerahkan kepada pabean beserta dokumen pelengkap dan bukti pembayaran untuk diteliti.

b. Kedua, importir mempunyai hubungan langsung (on line) melalui komputer dengan kantor Pelayanan Pabean di pelabuhan pembongkaran dan mentransfer data-data ke dalam Pemberitahuan Impor Barang melalui program aplikasi PIB dan mencetak (print


(24)

c. Ketiga, menggunakan jasa dari penyedia jasa EDI di tempat-tempat tertentu dan mempunyai hubungan (link) ke sistem komputer di Kantor Pelayanan Bea dan Cukai.

Secara cepat data-data tersebut akan direspons, berupa penolakan atau reject yang berarti bahwa PIB harus diperbaiki atau dilengkapi, perlu ditambah kalau ada kekurangan dokumen yang diperlukan. Jika diterima atau accepted, PIB tersebut akan diberikan nomor pendaftaran oleh Pejabat yang mengelola sistem tersebut. Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengetahui jumlah dan jenis barang impor yang diperiksa. Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui Hi Co Scan yaitu alat penerawang dengan teknologi tinggi, tanpa membuka peti kemas dan cukup memasukkan truk pengangkut peti kemas yang berisi barang-barang impor ke dalam ruang penerawang berdaya tinggi. Kegiatan ini merupakan kegiatan untuk mencocokkan antara yang diberitahukan dengan kenyataan fisik yang sebenarnya dan mencegah adanya :

a. Uraian barang yang tidak benar (misdiscription) b. Barang yang tidak diberitahukan (unreported) c. Kesalahan pemberitahuan negara asal

e. Barang yang termasuk dilarang/dibatasi

f. Pemberitahuan klasifikasi barang dan nilai pabean yang tidak benar

Pemeriksaan fisik atas barang impor yang dikemas dalam kemasan petikemas dengan tingkat pemeriksaan fisik 10% atau 30 % adalah :


(25)

a. Dalam hal jumlah petikemas 5(lima) atau kurang, pemeriksaan fisik sebesar 10 % (sepuluh persen) atau 30% (tiga puluh persen) dari seluruh jumlah kemasan yang diberitahukan, dengan jumlah minimal dua kemasan.

b. Dalam hal jumlah kemasan lebih dari 5(lima), pemeriksaan fisik dilakukan sebesar 10% (sepuluh persen) atau 30% (tiga puluh persen) dari seluruh jumlah petikemas yang diberitahukan, dengan jumlah minimal 1(satu) peti kemas.

Pemeriksaan fisik 10%(sepuluh persen) atau 30% (tiga puluh persen) ditingkatkan menjadi 100% (seratus persen) dalam hal :

1. Jumlah atau jenis barang di packing list tidak jelas

2. Barang impor tidak dikemas dalam kemasan yang bernomor 3. Jumlah dan/atau nomor kemasan tidak sesuai dengan packing list

4. Jumlah dan/atau jenis barang yang diperiksa kedapatan tidak sesuai dengan

packing list.

Pemeriksaan fisik 100% (seratus persen) dilakukan terhadap : a. Pemeriksaan fisik karena jabatan

b. Terhadap barang impor terkena Nota Hasil Intelijen c. Barang impor dalam bentuk curah

F. Pengeluaran Barang dari Kawasan Pabean

Pengeluaran barang dimaksudkan sebagi pengeluaran dari Tempat Penimbunan Sementara atau tempat-tempat lainnya, dengan tujuan untuk ditimbun, disimpan atau dikeluarkan ke peredaran bebas. Pengeluaran dari Kawasan Pabean dilakukan dengan persyaratan sebagai berikut :


(26)

• Pengeluaran barang dilakukan setelah importir menyerahkan pemberitahuan pabean

Pengisian pemberitahuan diterapkan azas self assessment yaitu menghitung, melaporkan, dan membayar sendiri bea masuk serta pungutan dalam rangka impor yang harus dilunasi.

Pelaksanaan asas self assessment ini bertujuan untuk mempermudah importir dalam mengurus barang-barangnya, menyederhanakan prosedur penelitian administrasi dan kelancaran arus barang.


(27)

-BAB IV

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Setelah mengumpulkan data terkait dengan implementasi manajemen risiko di bidang impor di KPPBC Teluk Nibung Tanjungbalai dari berbagai informan, baik informan kunci, informan utama, maupun informan tambahan yakni beberapa pegawai di Teluk Nibung Tanjungbalai selaku pihak yang mengimplementasikan manajemen risiko dalam memfasilitasi kegiatan impor, maka dalam bab ini penulis akan menyajikan data yang telah diperoleh selama melakukan penelitian di lapangan untuk selanjutnya dapat dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dipaparkan di bab sebelumnya.

Adapun data yang telah dikumpulkan penulis diperoleh melalui proses wawancara terhadap beberapa informan dan melakukan observasi (pengamatan secara langsung). Informan kunci terdiri dari satu orang yaitu Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I.

Informan utama terdiri dari empat orang yaitu Bapak Aulia Arif Nasution selaku Kasubsi Penindakan dan Penyidikan,Bapak Andi Suhendri selaku Kasubsi Perbendaharaan, Bapak Nukman Manalu selaku Pelaksana Pemeriksa, Bapak Irvan Ardiyansyah Wijanarko selaku Pelaksana Pemeriksa.

Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada saat proses wawancara merupakan pertanyaan yang berasal dari pedoman wawancara yang telah disusun oleh penulis, namun penulis tidak hanya terpaku pada pertanyaan-pertanyaan yang ada. Dalam pelaksanaannya, pertanyaan-pertanyaaan tersebut berkembang sesuai dengan permasalahan penelitian ini.


(28)

Inti usaha Bea dan Cukai dalam hal pengawasan dan pelayanan sangat terkait dengan manajemen risiko. Fungsi pengawasan dan pelayanan yang dilakukan oleh Bea dan cukai bisa dikatakan saling kontradikftif. Pengawasan berhubungan dengan tugas untuk memastikan pergerakan arus barang dan dokumen sesuai dengan hukum yang berlaku, pengomptimalan penerimaan negara, sedangkan pelayanan berhubungan dengan kelancaran arus barang. Sehingga dibutuhkan sebuah terobosan untuk menjalankan kedua fungsi tersebut secara berdampingan. Penetapan jalur merah, kuning, hijau, dan sebagainya merupakan bagian dari implementasi manajemen risiko. Manajemen risiko telah lama dilaksanakan sejak berlakunya Undang-Undang No. 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan dalam pelayanan kepada pihak yang menggunakan jasa kepabeanan. Implementasi manajemen risiko ini banyak kebijakan, peraturan hingga undang-undang yang mengatur Bea dan Cukai.

IV.1 Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pabean Madya C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai

Sebagai perpanjangan tangan dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pusat yang berlokasi di Jakarta, Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Kepabeanan merupakan dasar hukum Bea Cukai melaksanakan tugas dan fungsinya. Untuk menerapkan prinsip-prinsip manajemen risiko di Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pabean Madya C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai terkait dengan dengan pusat, prinsip-prinsip ini diatur dalam


(29)

berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti. Mengenai prinsip “patuh terhadap peraturan perundang-undangan”, berikut pernyataan dari informan Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai:

“Manajemen risiko ini merupakan pendekatan yang efektif dan efisien dalam hal pengawasan barang impor. Manajemen risiko memiliki output penjaluran yaitu hijau, kuning, merah untuk di KPPBC TMP C Teluk Nibung. Pengawasan ini sudah diatur dalam peraturan kementerian keuangan dan peraturan direktorat jenderal bea dan cukai.”

Bea dan Cukai dalam pelaksanaan tugasnya berdasarkan kepada peraturan-peraturan, keputusan-keputusan, dan undang-undang tentang segala kegiatan impor, setiap pelanggaran yang dilakukan oleh importir tentunya begitu akan diterapkan sanksi pidana maupun sanksi administrasi kepada setiap pelanggar. Dalam pengendalian risiko juga Bea dan Cukai menggunakan INSW untuk pengawasan terhadap impor barang larangan dan/atau pembatasan. Dalam kecepatan pemeriksaan Bea dan Cukai mengacu kepada peraturan tentang manajemen risiko yang telah diputuskan dalam beberapa jalur.

Prinsip manajemen risiko yang kedua adalah “memiliki orientasi jangka panjang”. Berikut pernyataan Bapak Irawan Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai:

Prinsip ini memiliki arti bahwa pengendalian risiko itu tidak untuk jangka pendek. Setiap kegiatan impor yang dilakukan oleh importir akan


(30)

dievaluasi secara terus menerus sehingga mempengaruhi track record importir itu sendiri. Dari track record itu maka akan diputuskan ke jalur apa kegiatan impor itu harus diletakkan. Jadi, kegiatan impor selalu diupdate dari track record importir tersebut.

Bea dan Cukai menerapkan manajemen risiko untuk orientasi waktu yang panjang. Dengan manajemen risiko maka setiap pelanggaran dalam kegiatan impor akan berdampak dalam track record profil importir tersebut. Track Record profil imporir tersebut akan dianalisa untuk diletakkan ke jalur importir yang baik atau buruk. Pengendalian risiko ini tentunya sangat bepengaruh akan kekuatan wilayah Indonesia untuk meblokir barang-barang ilegal, hak-hak negara yang didapat dari importir akan maksimal sehingga akan berdampak pada pendapatan negara yang lebih optimal.

Prinsip yang ketiga adalah manajemen risiko itu “berimbang”. Berikut pernyataan dari Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai:

“Kalau prinsip ini berarti setiap pelayanan kepada importir dilakukan secara adil, tidak mendahulukuan kepentingan-kepentingan tertentu. Importir juga harus melakukan self assesment yaitu di mana pengguna jasa diharuskan untuk menghitung, menetapkan dan membayar sendiri besarnya pungutan yang harus dibayarkan kepada bea dan cukai, semua importir wajib melakukan itu. Jika mereka tidak bisa maka mereka boleh memberikan kewajiban itu kepada broker yaitu PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) untuk mengurus penghitungan bea atas


(31)

barang-barang importir tersebut. Importir juga diwajibkan membuat dan mengisi atau mentransfer data pemberitahuan pabean secara manual maupun elektronik sebelum mengeluarkan barang-barang impornya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pemberitahuan ini yang disebut dengan Pemberitahuan Impor Barang dan Pemberitahuan Ekspor Barang. Dalam pemeriksaan barang yang dilakukan dalam rangka pengendalian risiko, jalur hijau, kuning, dan merah yang telah ditetapkan akan membuat tugas pejabat bea cukai menjadi efektif dan efisien yang berarti pejabat bea cukai tidak perlu memeriksa semua barang yang telah sampai di pelabuhan karena akan menimbulkan banyak kerugian seperti penimbunan barang karena ruang yang terbatas, kekurangan petugas untuk memeriksa, dan memperlambat ketersediaan barang di pasar. Dengan penerapan jalur tersebut maka barang-barang impor akan cepat untuk diperiksa tanpa menimbulkan kongesti (penumpukan barang akibat pemeriksaan yang lambat).”

Prinsip ini memiliki arti bahwa setiap pelayanan untuk kegiatan impor diberikan secara adil dan tidak mendahulukan kepentingan-kepentingan tertentu. Para pengguna jasa (importir) diwajibkan melakukan self assesment yaitu menghitung, menetapkan dan membayar sendiri pungutan yang harus dibayarkan kepada bea dan cukai. Jika importir tidak bisa melakukan kewajiban itu, maka boleh diberikan kepada PPJK (Pengusaha Pengurusan Jasa Kepabeanan) untuk menghitung bea atas barang-barang importir tersebut. Importir juga diwajibkan mengisi dan mentransfer data pemberitahuan pabean secara manual maupun


(32)

elektronik kepada bea cukai sesuai peraturan yang berlaku. Pemberitahuan ini akan ditindaklanjuti bea dan cukai untuk dilakukan pemeriksaan terhadap barang-barang tersebut sebelum dikeluarkan dari tempat penimbunan sementara. Pemeriksaan ini dilakukan dengan manajemen risiko sesuai dengan outputnya jalur hijau, kuning, dan merah untuk menciptakan kondisi pekerjaan yang efektif dan efisien. Untuk mengantisipasi terjadinya penimbunan barang akibat petugas bea cukai yang sedikit dibandingkan jumlah barang, kelambatan pemeriksaan, dan kerugian-kerugian lainnya.

IV.2 Implementasi Manajemen Risiko Bidang Impor di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pabean Madya C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai

Dalam pengimplementasian kebijakan maka peneliti menggunakan teori dari George Edward III untuk menganalisis manajemen risiko ini. Ada empat variabel yang digunakan dalam teori ini, yaitu komunikasi, sumberdaya, disposisi, dan struktur birokrasi. Dengan menggunakan empat variabel ini, akan dihasilkan penjelasan tentang penerapan manajemen risiko di bidang impor yang telah di laksanakan oleh KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai.

A. Komunikasi

Komunikasi yang efektif antara pembuat kebijakan, pelaksana kebijakan, dan kelompok sasaran akan mempermudah pencapaaian tujuan dari implementasi kebijakan. Komunikasi meliputi transmisi, kejelasan informasi, dan konsistensi informasi. Untuk mengetahui keberhasilan komunikasi dalam proses implementasi, dilakukan pengukuran berdasarkan penyaluran komunikasi yang


(33)

terjadi antara pembuat kebijakan kepada implementor kebijakan. Kejelasan informasi yang disampaikan kepada pelaksana mutlak harus dipahami agar kebijakan yang telah dibuat dapat dijalankan dengan baik. Kemudian, konsistensi informasi yang disampaikan kepada pelaksana kebijakan harus benar dan akurat agar tidak terjadi keraguan yang dapat merugikan sebuah organisasi pemerintah dikarenakan ketidaktegasan dalam mengambil keputusan yang baik dan benar.

Berdasarkan data hasil wawancara dengan Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I mengenai proses komunikasi yang terjadi dalam pengawasan dan pelayanan di bidang impor di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai terjalin dengan baik. Hal ini dibuktikan dengan pernyataan beliau :

“Komunikasi yang baik antara petugas dalam setiap seksi dari pelayanan dan pengawasan di bidang impor. Koordinasi tiap seksi untuk kegiatan impor telah berjalan sesuai SOP yang telah ada. Tidak terdapat kendala karena semuanya telah terukur dari pihak KPPBC, hanya melaksanakannya. Jadi, setiap tugas yang telah diembankan bisa kami laksanakan secara individu maupun berkerjasama antar seksi”

Dari pengamatan peneliti di lokasi, terlihat kesibukan para pegawai dengan perangkat bantu tugasnya masing-masing seperti meja kerja, komputer, alat tulis, pedoman-pedoman dalam melaksanakan tugasnya. Tidak seperti para pegawai negeri sipil yang biasa terlihat di kantor Pemda yang terkesan berleha-leha di ruang berkumpul yang pernah peneliti amati.

Di KPPBC TMP C Teluk Nibung ini terlihat para pegawai mengerjakan tugas dan fungsi mereka sesuai dengan jabatannya. Dari pengamatan yang telah terjadi terlihat Kasubsi Penindakan dan Penyidikan sibuk mondar-mandir


(34)

memegang berkas-berkas yang perlu ditangani dan memberikan perhatian hingga pengarahan kepada bawahannya untuk melaksanakan tugas dengan baik.

Dalam pelaksanaan pengawasan dan penelitian kegiatan impor, KPPBC TMP C mendapatkan Pemberitahuan Impor Barang untuk dilakukan pengawasan dan penelitian terhadap barang dan dokumen untuk mengantisipasi risiko yang tidak dapat dilakukan oleh DJBC Pusat. Dikarenakan pihak KPPBC TMP C lebih mendalami permasalahan yang ada di lapangan sehingga dituntut untuk memberikan laporan kepada DJBC Pusat atas permasalahan-permasalahan yang terjadi untuk di evaluasi risikonya. Instruksi yang jelas diberikan dalam pemeriksaan risiko atas barang-barang impor kepada pelaksana pemeriksa. Ketika Pemberitahuan Impor Barang datang, maka pelaksana pemeriksa akan melakukan pengawasan dan penelitian atas risiko barang-barang yang telah sampai di pelabuhan dan telah di timbun di gudang penyimpanan sementara. Hal tersebut dikatakan oleh Nukman Manalu selaku Pelaksana Pemeriksa :

“Instruksi pemeriksaan barang impor diberikan saat saat kapal datang setelah bongkar dari kapal dan dimasukkan ke gudang/tempat penimbunan sementara, sesuai dengan manifes tadi barang baru diperiksa.”

Terkait dengan koordinasi dengan lembaga lain mengenai risiko yang ada di dalam kegiatan impor, Bea Cukai bekerjasama dengan pihak aparat lainnya dan mengumpulkan berbagai informasi intelijen agar dapat melakukan penindakan atas pelanggaran oleh importir. Hal ini dilakukan untuk memaksimalkan penerapan manajemen risiko sehingga mampu memberikan efek jera kepada importir yang kurang baik track recordnya. Hal ini disebutkan oleh Bapak Aulia selaku Aulia Arif Nasution Kasubsi Penindakan dan Penyidikan :


(35)

“Pihak kami bekerja sama dengan instansi lain dalam melakukan penindakan hukum atas pelanggaran yang terjadi. Terkait dengan penerimaan negara maupun penegakan hukum serta pengawasan, kita berkoordinasi dengan pihak aparat lainnya dan menggalang informasi intelijen agar dapat melakukan penindakan atas pelanggatan yang terjadi.”

Komunikasi yang jelas dan konsisten yang berada di internal KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai terjalin dengan baik sehingga para pelaksa mampu mengerti instruksi pengawasan dan penelitian kegiatan impor, begitu juga dengan koordinasi dengan instansi pemerintah yang lain terjalin dengan baik sehingga mampu menindak dan menyidik risiko-risiko yang dapat merugikan dan juga memberikan efek jera bagi importir yang nakal.

B. Sumber Daya

Kelancaran dalam pengimplementasian kebijakan membutuhkan dukungan sumber daya manusia yang berkompetensi dan sumberdaya finansial yang dianggarkan dengan tepat. Tanpa sumberdaya yang mencukupi, maka kebijakan akan sulit untuk dilaksanakan secara efektif dan efisien. Meskipun isi kebijakan telah dikomunikasikan secara jelas dan tepat, tetapi jika implementor masih memiliki kekurangan dari segi sumber daya, maka kebijakan tidak akan berjalan dengan baik. Sumber daya ini meliuti jumlah staf, keahlian dari para pelaksana, informasi yang relevan dan cukup untuk mengimplementasikan kebijakan, dan pemenuhan sumber-sumber terkait dalam pelaksanaan program, adanya kewenangan yang menjamin bahwa program dapat diarahkan kepada sebagaimana yang diharapkan, serta adanya fasilitas-fasilitas pendukung yang dapat dipakai untuk melakukan kegiatan program seperti dana, sarana, dan prasarana.


(36)

Berdasarkan data sekunder yang peneliti dapatkan mengenai para pegawai di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai, para pegawai didominasi oleh lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) jurusan Bea dan Cukai yang menjabat sebagai Pelaksana Pemeriksa, Kasubsi, Kasi, Kaur, Kasubag, Hingga Kepala Kantor. Kemudian, pegawai lainnya merupakan lulusan dari Sekolah Tinggi Lanjutan Atas (SLTA) yang pada umumnya menjadi Pelaksana Pemeriksa di seksi berbagai seksi. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti saat berada di dalam ruangan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis, peneliti melihat dan mendengar saat pejabat bea cukai berbicara dengan seseorang yang mengurus biaya pabean, mereka membicarakan biaya pembayaran yang harus disetorkan kepada bea can cukai, peneliti mengamati pejabat tersebut sangat cepat menghitung biaya yang harus dibayarkan tersebut. Begitu juga saat peneliti mengamati seorang pegawai yang bernama Nukman Manalu mengambil lembaran pedoman Kurs yang berubah-ubah setiap saat untuk dipakai saat dilapangan untuk menghitung biaya-biaya yang harus didapatkan dan disetor ke pabean.

Ada permasalahan yang peneliti dapatkan melalui informan bernama Aulia Nasution selaku Aulia Arif Nasution Kasubsi Penindakan dan Penyidikan mengenai jumlah personil yang kurang mencukupi untuk Seksi yang dijabatinya, dikarenakan terlalu banyak tugas yang diemban seksi tersebut, dari tugas di dalam kantor hingga tugas patroli di laut dalam rangka mengawasi penyelundupan.

“Berdasarkan Analisis Beban Kerja, jumlah pegawai yang ada di Seksi Penindakan dan Penyidikan kurang, karena kegiatan patroli rutin yang membutuhkan banyak tenaga. Sedangkan seksi lainnya saja tidak mengetahui”.


(37)

Kecukupan jumlah pegawai dalam melaksanakan beban kerja perlu disesuaikan agar tidak terjadi kelebihan beban kerja maupun kelebihan jumlah pegawai untuk beban kerja yang sedikit. Jumlah pegawai yang sesuai dengan beban kerja akan mempengaruhi kinerja sebuah organisasi.

Selain sumber daya manusia, sarana dan prasarana juga menentukan dalam keberhasilan implementasi sebuah kebijakan. Keberhasilan sumberdaya manusia dalam melaksanakan tugasnya dipengaruhi oleh keberadaan sarana dan prasarana. Banyak Sarana dan prasarana yang dimiliki KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai dalam pencapaian visi misnya. Sarana seperti kapal patroli, kendaraan dinas, komputer, meja kerja, dan sebagainya. Prasarana seperti gedung kantor, gedung penimbunan, ruangan kerja, aula, X-Ray, dan sebagainya. Terkait dengan penerapan manajemen risiko saat pemeriksaan barang impor. Sarana dan prasarana digunakan untuk mendukung pelaksanaan tugas pemeriksaan seperti yang disebutkan oleh Bapak Nukman Manalu selaku Pelaksana Pemeriksa :

“Untuk mendukung tugas pemeriksaan yang akan dilakukan di sini ada sumberdaya manusia ditambah peralatan pemeriksaan contohnya fourclift, tenaga orang untuk memindahkan barang biar bisa diperiksa, baru alat-alat untuk menunjang pemeriksaan barang. Jika ada barang mencurigakan di gudang penyimpanan sementara baru kadang dipakai anjing pelacak.”

Untuk meningkatkan kehandalan para pegawai, maka kegiatan pelatihan/diklat perlu dilaksanakan. Seperti yang disebutkan oleh Bapak Aulia dari Seksi Penindakan dan Penyidikan:


(38)

“Diklat dalam kegiatan intelijen analis maupun taktis dapat memilah profil pengguna jasa yang juga sebagai bagian dari manajemen risiko.”

Berbagai sumberdaya yang dimiliki oleh KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai masih memiliki kekurangan untuk pelaksanaan tugasnya. Terlebih pada formasi di Seksi Penindakan dan Penyidikan yang terasa kekurangan jumlah pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

C. Disposisi

Kebijakan yang berjalan dengan efektif membutuhkan hubungan yang saling mendukung antara pembuat kebijakan dengan para pelaksana kebijakan (implementor). Disposisi ini menyangkut karakter yang dimiliki oleh implementor yaitu dari segi komitmen dan kejujuran saat mengimplementasikan suatu kebijakan.

Informasi yang didapatkan dari hasil wawancara dengan setiap informan menunjukkan sikap yang baik dengan tidak ada penolakan dari para pegawai dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan dalam pengawasan dan pelayanan bidang impor. Karena semuanya sudah diatur dalam SOP sehingga tugas-tugas yang diemban wajib dilaksanakan dengan baik. Hal itu terbukti dengan pernyataan dari Bapak Irawan selaku informan kunci bahwa hampir tidak ada kendala dalam pelaksanaan tugas-tugas yang diemban dalam pengawasan dan pelayanan di kegiatan impor.


(39)

Berdasarkan pengamatan yang diperoleh saat di lokasi penelitian, setiap pegawai di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai Asahan melaksanakan tugas-tugasnya secara maksimal. Hal itu dapat dilihat dari kesibukan-kesibukan diantara pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

D. Struktur Birokrasi

Variabel terkahir dalam proses implementasi adalah struktur birokrasi. Birokrasi merupakan alat yang dibuat oleh pemerintah untuk menyediakan pelayananan publik dan perencana, pelaksana, dan pengawas kebijakan. Struktur birokrasi yang dimiliki oleh pelaksana kebijakan (implementor) mempengaruhi lancar tidaknya sebuah implementasi. Pada umumnya birokrasi yang panjang dan berbelit akan menciptakan kualitas pelayanan publik yang tidak baik. Sehingga dalam pelayanan publik diperlukan struktur birokrasi yang efektif dan efisien. Aparat birokrasi yang ideal adalah aparat birokrasi yang tidak dibebani oleh tugas-tugas kantor lain diluar tugas-tugas pelayanan kepada masyarakat. Selain itu, aparat yang ideal seharusnya juga tidak memiliki pekerjaan atau kegiatan lain, seperti pekerjaan sambilan di luar pekerjaan kantor yang dapat mengganggu kewajiban tugas-tugas penyelenggaraan pelayanan. Kinerja pelayanan aparat birokrasi akan dapat maksimal apabila semua waktu dan konsentrasi untuk melayani masyarakat.

Dalam hal ini, Bea dan Cukai yang berada di bawah naungan Kementerian Keuangan Republik Indonesia sebagai alat yang digunakan pemerintah untuk memungut hak-hak negara dari berbagai pajak dan sebagai pintu masuk dan keluarnya komoditas ekspor impor. KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai


(40)

memiliki struktur organisasi yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 131/PMK.01/2011 tentang organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yaitu Sub Bagian Umum, Seksi Penindakan dan Penyidikan, Seksi Perbendaharaan Seksi Pelayanan Kepabeanan dan Cukai dan Dukungan Teknis, Seksi Kepatuhan dan Penyuluhan, Kelompok Jabatan Fungsional. Dalam Menjalankan tugas pokok dan fungsinya sebagai pelayanan ekspor dan impor KPPBC TMP C Teluk Nibung berupaya untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

Struktur organisasi KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai yang relatif pendek mendukung proses implementasi manajemen risiko dalam kegiatan impor. Karena dengan struktur yang jelas tugas dan fungsinya dan relatif pendek memberikan kemudahan bagi Kepala Kantor maupun Kasi atau Kasub untuk mengkoordinir dan mengawasi bawahnya.

IV.2.1 Manajemen Risiko di KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai

Manajemen risiko yang berkembang sejak tahun 1970 di negara-negara maju dan baru diterapkan di Indonesia pada akhir tahun 2005, telah dikenal dalam lingkungan DJBC sejak tahun delapan puluhan. Risiko dapat diperkirakan dan dihitung melalui analisis resiko berdasarkan teori probabilitas. Manajemen risiko merupakan penerapan prosedur manajemen secara sistematik untuk mengidentifikasikan, menganalisis, menghitung/memperkirakan, serta mengambil tindakan untuk meminimalkan atau membatasi risiko. Manajemen risiko


(41)

diterapkan untuk mempermudah tugas inti Bea Cukai yaitu memeriksa barang yang masuk daerah pelabuhan agar risiko-risiko pelanggaran bisa diperkecil dan juga tidak menghambat proses perdagangan internasional dikarenakan pemeriksaan yang lambat. Seperti wawancara peneliti kepada Bapak Irawan selaku Kasubsi Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I :

“Ini kan wilayah pabean kita, jadi barang-barang yang masuk ke sini sudah dianggap barang impor, wajib bayar kalau barang akan dipakai. Karena Bea Cukai tugas intinya memeriksa barang agar tidak ada pelanggaran dan tugas inti ini gak boleh menghambat perdagangan internasional maka diperlukan penjaluran impor barang sesuai manajemen risiko yang telah ditentukan Bea Cukai pusat yang di Jakarta. Kalau udah dikasih jalur kan meriksa nya lebih cepat. Ada jalur hijau, kuning, merah. Sekali Pemberitahuan Impor Barang masuk ke kantor itu kan ratusan box yang sampai dipelabuhan, kan gak mungkin diperiksa satu-persatu dengan jumlah petugas yang terbatas. Kalau importir mangeluarkan barangnya dari pelabuhan harus ada izin dari Bea Cukai dulu. Di semua negara juga begitu, gak diperiksa semua barang yang masuk.

Berikut adalah sistem manajemen risiko :

1. Identifikasi Risiko

Pada tahap ini, identifikasi risiko apa saja yang akan dihadapi. Adapun tindakan yang harus dilakukan adalah dengan melakukan analisis berkepentingan.


(42)

Pihak berkepentingan ini adalah pengirim barang, penerima barang, sarana pengangkut, pelabuhan tujuan, pemerintah, dan manajemen itu sendiri.

2. Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mengacu pada dua faktor, kuantitas risiko dan kualitas risiko. Kuantitas risiko terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemngkinan suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, semakin tinggi pula risikonya. Penetapan tingkat risiko ini dilakukan dengan membagi risiko ke dalam tiga tingkatan, yaitu Hi-risk, Medium-risk, dan Low-risk.

3. Solusi Manajemen Risiko

Ada beberapa model yang bisa diterpkan dalam mengelola risiko. Ada yang pengelolaan risiko secara teknikal, penetapan modal risiko, dan struktur organisasi pengelolaan.

4. Evaluasi dan Audit

Manajemen perlu memastikan bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana. Selain itujuga, risiko itu sendiri berkembang monitor dan pengendalian bertujuan untuk memantau perkembangan terhadap kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko.


(43)

5. Pengukuran Kinerja

Model yang diterapkan sesuai dengan tujuan pengelolaan risiko. Perubahan ini berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis pada perubahan prioritas risiko.

6. Tinjauan

Dapat diartikan sebagai penilaian kembali atas objek, sistem, dan solusi yang diberikan oleh manajemen. Dalam tinjauan ini juga dapat dipertimbangkan dalam hal penerapan sistem yang belum tepat serta peningkatan solusi dalam manajemen risiko. Skema manajemen risiko ini sebagai suatu rangkaian yang berulang.

Gambar 4.1 Skema Manajemen Risiko Sumber: DJBC 1. Identifikasi

Risiko

2. Pengukuran

Risiko

3. Solusi Manajemen

Risiko

4. Evaluasi dan Audit 5.

Pengukuran Kinerja 6. Tinjauan


(44)

Adapun informasi yang didapat dari informan tentu terkait dengan penerapan manajemen risiko di bidang impor di KPPBC Teluk Nibung Tanjungbalai. Dalam perdagangan internasional, dalam hal ini kegiatan impor sangat berkaitan dengan peran dan fungsi Bea dan Cukai sebagai “pintu utama” masuk ke wilayah Indonesia. Tentunya kegiatan impor memiliki berbagai ancaman yang dapat mengganggu hingga membahayakan wilayah Indonesia seperti berlebihnya jumlah komoditas di pasar yang dapat mengganggu kestabilan pasar, terjadi penyelundupan yang termasuk ke dalam kegiatan impor ilegal, penerimaan pajak atas impor yang tidak sesuai yang mengakibatkan tidak terpenuhinya hak-hak negara secara maksimal, dan sebagainya. Untuk itu diperlukan sebuah terobosan untuk menghadapinya.

Bea dan Cukai sebagai “ujung tombak” yang terbiasa menghadapi berbagai risiko ini memerlukan suatu praktik ilmu yang jitu untuk diterapkan. Manajemen risiko merupakan suatu praktik ilmu yang jitu dalam usaha mencegah dan menangangi risiko. Penerapan manajemen risiko di bidang impor mampu memperkecil/mehilangkan risiko pelanggaran yang akan masuk ke dalam wilayah pabean Indonesia. Hal ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I:

“Praktek manajemen risiko ini sangat baik untuk menghadapi risiko-risiko pelanggaran. Dalam penerapannya manajemen risiko-risiko ini mampu mempersempit/menghilangkan pelanggaran di bidang risiko impor, terpenuhinya hak-hak negara pungutan bea masuk, pajak dalam rangka impor, dan pungutan negara lainnya.”


(45)

Dengan mengimplementasikan manajemen risiko, Bea dan cukai mampu mengantisipasi dan menangani risiko dalam kegiatan impor secara efektif dan efisien. Tugas untuk melaksanakan pengawasan dan pemeriksaan dokumen hingga komoditi impor secara efektif dan efisien dengan sumber daya terbatas yang dimiliki Bea dan Cukai. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Bapak Aulia Nasution sebagai Kasubsi Penindakan dan Penyidikan:

“Tujuan penerapan manajemen risiko adalah agar pelaksanaan pekerjaan pengawasan dalam kegiatan impor dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan sumber daya terbatas.”

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Irvan Ardiyansyah Wijanarko selaku Pelaksana Pemeriksa:

“Tujuan untuk mengantisipasi dan menangani risiko adanya kesalahan dalam hal impor secara efektif dan efisien, mampu untuk mengidentifikasi, mengukur, dan mengendalikan risiko dalam kegiatan impor, mampu mengintegrasikan proses manajemen risiko ke dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kerja untuk mengurangi risiko pelanggaran dalam impor.”

Risiko adalah suatu ketidakpastian yang dapat merugikan sebuah organisasi dalam menyukseskan visi dan misinya. Pencegahan dan penanggulangan/mitigasi yang matang diperlukan untuk menghadapi setiap risiko pelanggaran dalam kegiatan impor. Beberapa risiko-risiko pelanggaran yang biasa dihadapi oleh Bea dan Cukai adalah importir salah menentukan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor (PDRI), pencantuman jumlah, jenis, klasifikasi yang tidak sesuai antara dokumen dengan barang yang diimpor, tidak memenuhi aturan larangan pembatasan, kurangnya kelengkapan dokumen, kerusakan barang atau kemasan barang, pembongkaran barang di luar kawasan pabean, dan lain sebagainya. Hal


(46)

ini sesuai dengan yang disebutkan oleh Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I:

“Risiko yang biasa kita hadapin dari kegiatan impor ini seperti terjadinya praktek manipulasi jumlah, jenis, klasifikasi, dan harga barang impor sehingga tidak terpenuhinya hak-hak negara pungutan bea masuk, pajak dalam rangka impor, dan pungutan negara lainnya. Ada juga kecurangan yang sengaja dilakukan dengan maksud memperkecil bea masuk padahal nilai impornya itu besar, karena pada dasarnya gak ada orang yang mau bayar pajak tinggi. Kalau sudah terdeteksi pelanggaran begini maka importir bisa kena sanksi dan kena tambah bayar. Track recordnya juga berpengaruh misalnya biasa dia masuk medium-risk jadi ke high-risk.”

Hal senada juga dikatakan oleh Bapak Irvan Ardiyansyah Wijanarko selaku Pelaksana Pemeriksa:

“Risiko pelanggaran yang biasa terjadi adalah importir yang salah menentukan tarif Bea Masuk dan PDRI, barang yang diangkut tidak sesuai dengan yang diberitahukan, kurangnya kelengkapan dokumen, kerusakan barang yang sebenarnya dan atau kerusakan kemasan barang.

IV.2.2 Risiko Pelanggaran di Bidang Impor

Ada banyak risiko/pelanggaran yang harus mampu dicegah dan dimitigasi oleh Bea Cukai. Setiap risiko memiliki dampaknya tersendiri, dari risiko kecil hingga besar yang berdampak pada eksistensi institusi Bea dan Cukai hingga membahayakan negara. Berikut adalah jenis-jenis pelanggaran dalam bidang impor di yang harus dicegah oleh Bea dan Cukai, yakni :


(47)

1. Penyelundupan

Penyelundupan adalah barangsiapa yang melakukan kegiatan mengimpor atau mengekspor barang tanpa mengindahkan atau sama sekali tidak memenuhi ketentuan atau prosedur sebagaimana yang telah ditetapkan oleh Undang-undang No.10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan.

2. Uraian barang tidak benar

Uraian Barang Tidak Benar dilakukan untuk memperoleh keuntungan dari bea masuk yang rendah atau menghindari peraturan larangan dan pembatasan

3. Pelanggaran nilai barang

Dapat terjadi nilai barang sengaja dibuat lebih rendah untuk menghindari bea masuk atau sengaja dibuat lebih tinggi untuk memperoleh restitusi

(draw-back) yang lebih besar.

4. Pelanggaran negara asal barang

Memberitahukan negara asal barang dengan tidak benar misalkan negara asal Jepang diberitahukan Thailand dengan maksud memperoleh preferensi tarif di negara tujuan. Pelanggaran Fasilitas Keringanan Bea Masuk Atas Barang Yang Diolah. Yaitu tidak mengekspor barang yang diolah dari bahan impor yang memperoleh keringanan bea masuk.


(48)

5. Pelanggaran impor sementara

Tidak mengekspor barang seperti dalam keadaan semula.

6. Pelanggaran perizinan impor

Misalnya memperoleh izin mengimpor bibit bawang putih ternyata dijual ke pasaran bebas sabagai barang komnsumsi.

7. Pelanggaran transit barang

Barang yang diberitahukan transit ternyata di impor untuk menghindari bea.

8. Pemberitahuan jumlah muatan barang tidak benar

Tujuannya agar dapat membayar bea masuk lebih rendah atau untuk menghindari kuota.

9. Pelanggaran tujuan pemakaian

Misalnya memperoleh pembebasan bea masuk dalam rangka Penanaman Modal Asing (PMA) tetapi dijual untuk pihak lain.

10. Pelanggaran spesifikasi barang dan perlindungan konsumen

Pemberitahuan barang yang menyesatkan untuk menghindari persyaratan dalam Undang-Undang Spesifikasi Barang atau Perlindungan Konsumen.


(49)

11. Barang melanggar hak atas kekayaan intelektual

Yaitu barang palsu atau bajakan yang diimpor disuatu negara atau diekspor dari suatu negara.

12. Transaksi gelap

Transaksi yang tidak dicatat dalam pembukuan perusahaan untuk menyembunyikan kegiatan ilegal. Pelanggaran ini dapat diketahui dengan mengadakan audit ke perusahaan yang bersangkutan.

13. Pelanggaran pengembalian bea

Klaim palsu untuk memperoleh pengembalian bea/pajak dengan mengajukan dokumen ekspor yang tidak benar.

14. Usaha fiktif

Usaha fiktif diciptakan untuk mendapatkan keringanan pajak secara tidak sah. Contohnya adalah perusahaan yang melakukan ekspor fiktif yang ternyata tidak mempunyai pabrik dan alamat kantornya tidak dapat ditemukan.

15. Likuidasi palsu

Perusahaan beroperasi dalam periode singkat untuk meningkatkan pendapatan dengan cara tidak membayar pajak. Kalau pajak terhutang sudah menumpuk kemudian menyatakan bangkrut untuk menghindari pembayaran. Pemiliknya kemudian mendirikan perusahaan baru. Di Indonesia praktek ini


(50)

dipakai oleh Importir yang sudah sering dikenakan tambah bayar supaya bisa memperoleh jalur hijau maka ia mendirikan perusahaan baru.

Sistem self-assesment memberikan kepercayaan yang besar kepada para pengguna jasa kepabeanan. Namun, kepercayaan tersebut harus diimbangi dengan tanggung jawab, kejujuran, dan kepatuhan dalam pemenuhan ketentuan undang-undang yang berlaku. Dalam hal pengguna jasa kepabeanan melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan dalam undang-undang kepabeanan, maka penanganan atas pelanggaran ketentuan kepabeanan lebih dititikberatkan pada penyelesaian secara fiskal yaitu berupa pembayaran sejumlah uang kepada negara dalam bentuk denda. Sanksi administrasi selain ditujukan untuk memulihkan hak-hak negara juga dimaksudkan untuk menjamin ditaatinya aturan yang secara tegas telah diatur dalam perundang-undangan.

Tabel 4.1 Data Pelanggaran Impor di KPPBC TMP C Teluk Nibung

Tahun Jenis Pelanggaran Detil Barang Lokasi

2013 1.Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

2. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

3. Barang tersebut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

4. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

5. Barang tersebut diangkut tanpa di

1. a. Kursi Santai b. Roti Jagung

c. Kursi Mobil d. Ban kereta e. Milo f. Tilam g. Ban Dalam h. Shampo Summer 2. Bawang Merah 3. Bawang Merah 4. Bawang Merah 5. a. Bawang Merah b. Bawang Bombay 6. Bawang Merah

1. Gudang Pelindo 2. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung

3. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung

4. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung

5. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung

6. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung


(51)

cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

6. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

2014 1. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

2. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

3. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

4. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

1. a. Bawang merah b. Ban Bekas

c. Kasur Bekas 2. Plastik Toys 3. Plastik Toys 4. Plastik Toys

1. Dermaga Pelabuhan Teluk Nibung

2. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung 3. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung 4. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung

2015 1. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

2. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar Wijaya

3. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

4. Barang tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

5. Barang tersebut diangkut dengan tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar

6. Barang tersebut diangkut dengan tanpa di cantumkan dalam manifets dan/atau dengan sengaja diberitahukan

1. Bawang Merah 2. Stationery (alat tulis) 3. Stationery (alat tulis) 4. Stationery (alat tulis) 5.a. Mata ikan merek

sago produk thailand b. Wafer coklat merek

Vfood produk thailand c. Biskuit merek

Majestik produk

Malaysia d. Karpet tanpa merek

warna ungu dalam

keadaan bekas e. lingkar sepeda motor

tanpa merek dalam

keadaan bekas f. Ban luar merek

Bridgestone made ini Indonesia dan merek goodyear made in malaysia dalam keadaan bekas

1. Kanwil Sumut 2. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung 3. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung 4. Gudang PT. Pelindo Pelabuhan Teluk Nibung 5. Pelabuhan Teluk Nibung

6. Pelabuhan Teluk Nibung


(52)

secara tidak benar

7. a. Diduga terkena aturan lartas b. Terdapat perbedaan jumlah dan jenis barang

c. Kekurangan pembayaran

g. Ban Dalam mobil dalam keadaan bekas 6. Jaring Ikan

7. Sparepart of water pump, Motorcycle part, Bicycle, Esppreso Maker Dll

2016 1. Tidak Tercantum dalam manifes 2. Tidak Tercantum dalam manifes 3. Tidak Tercantum dalam manifes 4. Tidak Tercantum dalam manifes 5. Tidak Tercantum dalam manifes

1. Roti

2. Pakaian bekas 3. Pakaian bekas 4. Pakaian bekas

5. Minuman mengandung Etil Alkohol

1. Pelabuhan Pelindo Teluk Nibung

2. Tempat Penimbunan Pabean Bagan Asahan 3. Tempat Penimbunan Pabean Bagan Asahan 4. Tempat Penimbunan Pabean Bagan Asahan 5. KPPBC TMP C Teluk Nibung

Sumber : KPPBC TMP C Teluk Nibung

Dari tabel pelanggaran impor di KPPBC TMP C Teluk Nibung diatas, kerap terjadi jenis pelanggaran yang impor sama di sepanjang tahun 2013 hingga 2016. Undang-undang kepabeanan pada dasarnya menganut asas menghitung dan menyetor sendiri bea masuk atau bea keluar yang terhutang oleh importir atau eksportir (self-assesment). Berikut uraian tentang pelanggaran impor yang pernah terjadi di KKPBC TMP C Teluk Nibung :

1. barang yang diimpor tersebut diangkut tanpa di cantumkan dalam manifes (daftar barang) dan/atau dengan sengaja diberitahukan secara tidak benar yang diangkut ke pelabuhantujuannya agar dapat membayar bea masuk lebih rendah atau untuk menghindari kuota.

2. barang yang diangkut terkena aturan lartas (larangan pembatasan), berarti tersebut adalah barang yang dilarang dan/atau dibatasi impornya sehingga barang lartas tersebut harus di awasi untuk arus keluar maupun masuk ke


(53)

negara ini. Tidak sembarangan. Harus ada izin dan/atau rekomendasi dari instansi yang berwenang.

3. terdapat perbedaan jumlah dan jenis barang, berarti uraian pelanggaran ini dilakukan untuk memperoleh keuntungan dari bea masuk yang rendah/tindakaningin membayar pajak lebih besar ke Bea & Cukai atas barang yang diangkut.

4. dan kekurangan pembayaran, berarti importir tidak membayar penuh kewajibannya atas barang yang sudah diangkut, sehingga menyebabkan tidak terpenuhinya hak negara atas pajak barang yang diimpor tersebut.

Pelanggaran-pelanggaran dalam kegiatan impor di atas merupakan risiko-risiko yang diantisipasi oleh Bea Cukai untuk bisa diatasi sehingga tidak merugikan negara karena hak-hak pajak atas barang impor tersebut bisa ditagih oleh petugas Bea Cukai dan barang-barang yang berbahaya bisa dicegah peredarannya oleh Bea Cukai. Sistem sanksi yang dianut oleh UU no.17 tahun 2006 yang menggantikan UU No. 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan sanksi atau hukuman akumulatif yaitu disamping dikenakan pidana penjara paling lama 8 tahun juga dikenakan sanksi administrasi berupa denda paling banyak lima ratus juta rupiah.

IV.2.3 Penetapan Tingkat Risiko (Risk Ranking) di Bidang Impor

Untuk menetapkan tingkat risiko atas kegiatan impor maka dapat dilihat dari perkembangan risiko dan permasalahan-permasalahan yang terjadi saat ini. Dalam


(54)

hal pengawasan dan pemeriksaan barang impor ini sangat mempengaruhi peredaran banyaknya komoditas di pasar. Barang yang masuk ke dalam KPPBC akan dipilah menggunakan sistem penjaluran manajemen risiko dengan acuan profil risiko yang dimiliki importir. Jika barang impor masuk ke jalur merah maka barang-barang tersebut akan semakin lama berada di pelabuhan untuk diperiksa dari dokumen hingga pemeriksaan fisik barang impor tersebut. Jika barang impor masuk jalur hijau maka barang-barang tersebut boleh segera bongkar dari gudang penimbunan. Semakin tinggi risiko barang impor tersebut maka akan semakin lama barang tersebut bisa dibongkar dari gudang penimbunan. Hal ini senada dengan yang disebutkan Bapak Aulia Nasution selaku Kasubsi Penindakan dan Penyidikan

“Manajemen risiko sangat berpengaruh pada kegiatan impor. Sebagai contohnya dibuat penetapan penjaluran, apabila tidak ada penjaluran dapat terjadi kongesti (barang menumpuk akibat pemeriksaan lambat) sehingga mempengaruhi harga barang yang ada dipasaran, inikan sangat mengganggu untuk penjual dan konsumen.”

Hal yang senada disebutkan oleh Bapak Andi Suhendri selaku Kasubsi Perbendaharaan:

“Penjaluran dalam penerapan manajemen risiko dalam kegiatan importir berguna untuk mengeliminasikan dana dan waktu yang terbuang sia-sia. Selain itu penerapan manajemen risiko diharapkan dapat mengefisienkan penggunaan waktu dalam pemeriksaan barang dan dokumen impor.”

Tugas dan fungsi DJBC adalah berkaitan erat dengan pengelolaan keuangan

impor (PDRI) meliputi dan


(55)

penerimaan) ke dalam kas negara adalah dari sektor dalamnya adalah bea masuk dan cukai yang dikelola oleh DJBC. Penerimaan negara dari sektor pabean pada umumnya meningkat, namun ditahun 2016 mengalami penurunan dari tahun 2015. Berikut ini adalah data penerimaan negara sektor pabean dari tahun 2015 sampai 2016.

Tabel 4.2 Penerimaan Negara Sektor Pabean

No. Jenis Penerimaan

2015 2016

Target Penerimaan Realisasi

(%) Target Penerimaan

Realisasi (%) 1. Bea Keluar 12,053,020.00 3,815,536.82 31.66 2,882,234.00 906,940.81 31.46 2. Bea Masuk 37,203,870.00 31,559,920.89 84.43 37,203,870.00 14,551,010.99 39.11 3. Cukai 145,739,923.24 144,561,592.25 99.19 146,439,923.00 32,154,027.71 21.96 Total 194,996,813.24 354,106,927.75 181.60 186,527,027.00 118,625,768.97 63.60

Sumber : www.beacukai.go.id

Penerimaan negara ini merupakan hasil dari usaha pengawasan dan pemeriksaan yang DJBC yang berdasarkan tingkat risiko impor. Manajemen risiko mampu mengantisipasi kehilangan hak-hak negara untuk pungutan bea masuk. Sesuai dengan yang disebutkan Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I:

“bahwa manajemen risiko mampu mempersempit/menghilangkan pelanggaran di bidang risiko impor, terpenuhinya hak-hak negara pungutan bea masuk, pajak dalam rangka impor, dan pungutan negara lainnya.”

Dalam penerimaan hak-hak negara di kegiatan impor tidak tertutup kemungkinan terjadinya pelanggaran-pelanggaran. Dari sekian banyaknya Pemberitahuan Impor Barang maka harus ditentukan tingkat-tingkat risiko atas importir tersebut. Hal ini terkait dengan fungsi pengawasan dan pelayanan yang diberikan oleh Pihak Bea dan Cukai dalam memastikan pergerakan arus barang,


(56)

dokumen tidak melanggar aturan-aturan kepabeanan yang telah ditetapkan serta memberikan pelayanan yang prima. Banyaknya jumlah kegiatan importasi sepanjang tahun 2015 yang dilakukan di KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai, seperti data yang ditunjukkan dalam Pemberitauhan Impor Barang berikut ini :

Tabel 4.3 Komposisi Penjaluran Risiko Pemberitahuan Impor Barang (PIB) Pada Tahun 2015 di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai

No.

Jalur

Status Importir

Importir Umum Importir Produsen Importir Terdaftar

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Hijau 15 7.7 0 0 0 0

2. Kuning 162 83.6 0 0 0 0

3. Merah 17 8.7 0 0 0 0

Total

194 100 0 0 0 0

Sumber: KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai

Berdasarkan profil importir yang berada di KPPBC TMP C Teluk Nibung, terlihat bahwa PIB yang tergolong risiko sedang dan tinggi lebih besar bila dibandingkan dengan PIB yang memiliki risiko lebih rendah. Jumlah PIB yang tergolong memiliki tingkat risiko sedang (jalur kuning) sebesar 83.6 %, tingkat risiko tinggi (jalur merah) sebesar 8.76 %, sedangkan tingkat risiko rendah sebesar 7.7 % dari keseluruhan jumlah PIB.


(57)

1. Profil Importir

Profil importir adalah suatu sistem pengelompokan importir yang didasarkan pada beberapa elemen yang digunakan sebagai dasar penilaian untuk penetapannya. Importir pertama kali melakukan registrasi kepada DJBC untuk mendapatkan Nomor Induk Kepabeanan (NIK). NIK ini yang akan menjadi sumber data bagi DJBC untuk mendata seluruh perusahaan importir yang ada di Indonesia. Berdasarkan data awal ini, pihak Bea dan Cukai pusat akan melakukan penelitian formulir isian, meliputi penelitian administrasi dan dapat dilakukan pemeriksaan lapangan. Disamping itu, pihak Bea dan Cukai akan melakukan penilaian apakah importir layak untuk diproses selanjutnya. Proses registrasi yang dilakukan oleh importir akan memudahkan DJBC untuk mendapatkan informasi mengenai jenis barang yang diimpor, nilai pabean yang dilaporkan, jenis usahanya, identitas pengurus dan penanggungjawab, kepastian penyelenggaraan pembukuan, dan sebagainya. Informasi-informasi inilah yang akan dianalisis oleh DJBC untuk melihat apakah importir tersebut berisiko tinggi atau rendah. Senada dengan yang dikatakan oleh Bapak Irawan selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I berikut:

“Untuk menentukan tingkat tinggi rendahnya risiko suatu importir itu dapat dianalisis dari berbagai elemen-elemen mengenai profil importir yaitu eksistensi perusahaan, modal perusahaan, Nature Of Bussiness (NOB), Track Record audit.”

Hal yang senada juga dikatakan oleh Bapak Aulia Nasution dari Kasubsi Penindakan dan Penyidikan berikut:


(58)

“Elemen-elemen profil importir misalnnya laporan keuangan, bentuk perusahaan, eksistensi perusahaan, pernah/tidak melakukan pelanggaran, memiliki ahli kepabeanan, audit akuntan publik, spesifikasi pegawai, yang membawahi bagian keuangan, dan lain-lain.”

Berdasarkan data awal ini, pihak Bea dan Cukai dapat mengamati dan melakukan penilaian pada saat melakukan kegiatan importasi. Dari sini dapat dilihat jumlah pelanggaran, nilai pabean, tarif, barang-barang yang diimpornya, negara asal, dan lain sebagainya. Penetapan tingkat risiko dilakukan berdasarkan Profil Importir dan Profil Komoditi. Adapun yang dimaksud dengan Profil Importir adalah :

Profil Importir adalah kumpulan elemen yang dapat mengindikasikan tingkat risiko importir. Secara umum profil importir dapat digolongkan ke dalam empat golongan risiko yaitu low-risk, medium-risk, high -risk, very high-risk. Kriteria-kriteria yang menjadi acuan tinggi rendahnya risiko impor, sebagai berikut :

1. Jumlah Pelanggaran 2. Masalah Tambah Bayar

3. Nilai Impor dalam suatu Pemberitahuan Barang Impor 9PIB) 4. Besarnya Denda

5. Frekuensi Pelanggaran 6. Frekuensi Impor 7. Umur Perusahaan


(59)

Elemen-elemen profil ini terkait dengan jumlah pelanggaran yang dilakukan dalam importasi yang dapat mengakibatkan tambah bayar karena adanya pelanggaran dalam pemberitahuan tentang nilai impor. Hal ini disebabkan oleh adanya kewajiban pengamanan hak-hak negara. Pelanggaran administratif maupun pidana sangat mempengaruhi profil risiko tersebut. Sebagaimana disebutkan oleh Bapak Irawan Selaku Kasubsi Hanggar Pabean dan Cukai I:

“Jika pelanggarannya mengakibatkan kekurangan pembayaran Bea masuk dan pajak dalam rangka impor, maka dibuatkan penagihan atau kekurangan tersebut, sampai dibuka penyitaan aset apabila tidak dipenuhinya kekurangan pembayaran tersebut, jika pelanggarannya terkait pidana maka dipidanakan. Hal ini akan mempengaruhi tingkat profil risiko tersebut. Biasanya akan langsung dinaikkan ke jalur merah.”

Disamping mengetahui data kegiatan dari importir, juga dapat dilihat dari tempat/lokasi berupa gedung sebagai tempat importir melakukan aktivitas pekerjaannya. Karena status gedung sewa hingga permanen bisa memberikan tingkat kepercayaan Bea dan Cukai untuk menentukan tingkat risiko atas profil importir tersebut. Hal ini juga dikatakan oleh bapak Aulia Nasution selaku Kasubsi Penindakan dan Penyidikan :

“Dalam menentukan profil impotir juga bisa dilihat dari gedung yang dimiliki importir. Gedung sewa atau permanen. Kalau gedungnya sewa kan bisa saja dia pindah kapanpun. Kalau sudah permanen itu risikonya lebih kecil”


(60)

Gambar 4.4 Proses Penentuan Profil Importir

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijelaskan bahwa penentuan profil importir dimulai saat registrasi importir. Dengan acuan registrasi inilah didapatkan data awal sehingga bisa dilakukan pemeriksaan ke lapangan oleh pihak Bea dan Cukai. Dari isian data yang dilaporkan importir tersebut juga didapatkan data-data terkait jenis barang, kebenaran jumlah barang, negara asal barang, nilai pabean, tarif, dan sebagainya. Data-data inilah yang akan diinput dalam penentuan profil importir. Secara umum penilaian terhadap profil importir itu berlangsung terus menerus, dalam artian DJBC melakukan update profil importir secara bertahap sehingga perusahaan yang awalnya berada pada level importir berisiko tinggi tidak selamanya akan berada pada level tersebut tetapi

Registrasi Importir Importasi

Data Awal

Data Impor : 1. Barang 2. Negara Asal 3. Supplier 4. Dan lain-lain Pelanggaran : 1. Jumlah/Jenis 2. Harga &Nilai

Pabean 3. Tarif Profil Importir


(61)

dapat naik ke level yang lebih tinggi tergantung dari performa dari perusahaan tersebut selama melakukan kegiatan impor.

2. Profil Komoditi

Pengelompokkan tingkat risiko atas komoditi yang masuk ke dalam daerah pabean Indonesia dilakukan dengan banyak pertimbangan. Adapun yang menjadi kumpulan elemen profil komoditi antara lain adalah sebagai berikut :

1. Kategori tingkat risiko

a. Very High Risk : adalah komoditi yang berdasarkan aturan-aturan tertentu kegiatannya impornya harus diawasi oleh pemerintah karena menyangkut kebutuhan orang banyak atau sangat terkait dengan ekonomi nasional misalnya tepung, beras, dan gula dan juga termasuk barang-barang yang ada sangkut pautnya dengan barang-barang prekursor (narkotik termasuk bahan pembuatnya)

b. High Risk : adalah komoditi yang dalam pengimporannya membutuhkan izin-izin tertentu, misalnya barang-barang elektronik (handphone, earphone,

compressor, dan sebagainya), barang-barang kesehatan dan barang-barang

sejenis lainnya. Pertimbangan komoditi dalam kategori Hi-risk karena masih terkait dengan sejumlah peraturan dari Departemen lain yang terkait.

c. Low Risk : adalah komoditi yang tidak termasuk dalam kedua kelompok tersebut di atas, barang ini biasanya adalah bahan baku untuk pabrik yang bersifat umum.


(1)

15. Teman-teman dari “The Last Panzer”, tim yang telah memberikan kenangan seru ketika mengikuti turnamen futsal yang diadakan IMDIAN, terimakasih untuk keseruan dan rekor juara bertahan kita selama 3 tahun terkahir. Salam sukses!

16. Tak lupa juga dengan teman-teman dari Ilmu Administrasi Negara khususnya dari stambuk 2012. Terimakasih atas kebersamaannya selama perkuliahan. Salam Sukses untuk kita semua!

Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 12 Agustus 2016 Penulis


(2)

vi ABSTRAK

Nama : Johannes Bosco Manalu

Program Studi : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

Risiko pelanggaran dalam kegiatan impor merupakan ancaman yang harus dicegah dan diantisipasi oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Manajemen risiko merupakan sistem pengawasan dan pelayanan yang telah diterapkan DJBC untuk mengurangi tindak pelanggaran meskipun masih kerap terjadi pelanggaran dalam kegiatan impor.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi manajemen risiko di bidang impor (Studi Kasus Pada KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan yang bersifat deskriptif. Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan wawancara mendalam dan studi literatur. Hasil penelitian ini adalah (1) (1) penetapan tingkat risiko yang berada di KPPBC TMP C Teluk Nibung adalah jalur merah, jalur kuning, dan jalur hijau; (2) penetapan tingkat risiko melalui analisa profil importir, profil komoditi, dan profil negara pemasok; (3) masih kerap terjadi pelanggaran dalam kegiatan impor

Kata Kunci : kepabeanan, manajemen risiko, impor


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... i

ABSTRAK... ii

DAFTAR ISI... iii

BAB I PENDAHULUAN I.1 Penelitian Terdahulu... 1

I.2 Latar Belakang... 2

I.3 Rumusan Masalah... 6

I.4 Tujuan Penelitian... 6

I.5 Manfaat Penelitian... 6

I.6 Kerangka Teori... 7

1.6.1 Kebijakan Publik... 8

I.6.1.1 Definisi Kebijakan Publik... 8

I.6.1.2 Proses Kebijakan Publik... 9

I.6.1.3 Implementasi Kebijakan Publik... 13

I.6.2 Manajemen Risiko... 21

I.6.2.1 Tujuan dan Manfaat Penerapan Manajemen Risiko... 22

I.6.2.2 Proses Manajemen Risiko... 23

I.6.2.3 Prinsip Manajemen Risiko... 29

I.6.2.4 Manajemen Risiko Dalam Pabean... 31

I.6.3 Definisi Pengawasan Pabean... 38

I.6.4 Perdagangan Internasional... 43

I.6.5 Sistem Informasi Manajemen... 46

I.7 Definisi Konsep... 48


(4)

viii BAB II Metode Penelitian

II.1 Metode Penelitian... 52

II.2 Lokasi Penelitian... 53

II.3 Informan Penelitian... 53

II.4 Teknik Pengumpulan Data... 54

II.5 Teknik Analisis Data... 55

BAB III Gambaran Umum Deskripsi Lokasi Penelitian Dan Pengawasan Pabean III.1 Latar Belakang/Sejarah Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai... 57

III.2 Visi Misi Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai... 58

III.3 Tugas & Fungsi Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai... 59

III.4 Struktur Organisasi Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai... 60

III.5 Pengawasan Pabean... 73

BAB IV Penyajian dan Analisis Data IV.1 Prinsip-Prinsip Manajemen Risiko di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pabean Madya C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai... 77

IV.2 Implementasi Manajemen Risiko Bidang Impor di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Pabean Madya C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai... 83

IV.2.1 Manajemen Risiko di KPPBC TMP C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai... 95

IV.2.2 Risiko Pelanggaran di Bidang Impor... 101

IV.2.2 Penetapan Tingkat Risiko (Risk Ranking) di Bidang Impor... 108

BAB V Kesimpulan dan Saran V.1 Kesimpulan... 125

V.2 Saran... 127


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu... 2 Tabel 4.1 Data Pelanggaran Impor di KPPBC TMP C Teluk Nibung... 104 Tabel 4.3 Penerimaan Negara Sektor Pabean... 109 Tabel 4.3 Komposisi Penjaluran Risiko Pemberitahuan Impor Barang (PIB)

Pada Tahun 2015 di KPPBC TMP C Teluk Nibung Tanjungbalai... 110 Tabel 4.4 Perbandingan Jalur Impor di KPPBC TMP C Teluk


(6)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Faktor Penentu Implementasi Menurut Edwards III... 20

Gambar 1.2 Tahapan Manajemen Risiko... 26

Gambar 1.3 Kemungkinan dan Dampak Risiko... 29

Gambar 1.4 Sistem Informasi Manajemen... 47

Gambar 3.1 Wilayah Kerja KPPBC TMP C Teluk Nibung... 58

Gambar 3.2 Struktur Organisasi KPPBC TMP C Teluk Nibung... 61

Gambar 4.1 Skema Manajemen Risiko... 97


Dokumen yang terkait

Penerapan Electronic Government Dalam Pelayanan Publik Pada Kantor Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan

10 101 114

JAMINAN KEPABEANAN PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN SURAKARTA

2 10 73

APLIKASI NOTA PELAYANAN EKSPOR BERBASIS WEB STUDI KASUS : KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SIDOARJO.

0 0 15

SISTEM PELAYANAN INFORMASI BERBASIS WEB STUDI KASUS : KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SIDOARJO.

0 0 4

SISTEM OTOMATISASI KANTOR DI KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN B SURAKARTA.

0 1 15

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 1 11

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 1

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 50

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 5

Implementasi Manajemen Risiko di Bidang Impor (Studi Kasus Pada Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung Kota Tanjungbalai)

0 0 2