5 Menggunakan pembalut yang bersih dan berbahan yang lembut, menyerap
dengan baik serta tidak membuat alergi dengan baik pada celana dalam. 6
Mengganti pembalut sesering mungkin sekitar 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari pertumbuhan bakteri yang berkembang biak pada pembalut serta
menghindari bakteri masuk ke vagina. 7
Memilih celana dalam dari bahan alami katun dan tidak ketat. sehingga dapat menyerap keringat.
8 Mengganti celana dalam 2 kalilebih dalam sehari untuk menjaga kelembaban
yang berlebihan. 9
Cukur Rambut Kemaluan Secara RutinBerkala. Bagi yang memiliki rambut kemaluan panjang sebaiknya melakukan pangkas rambut kemaluan untuk
menjaga tetap pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. 10
Tidak membersihkan bagian liang senggama dengan bahan kimia atau sabun. 11
Bila ada kelainan misalnya terlalu banyak darah keluar dan tidak teratur, periksakanlah ke Dokter. Siswono, 2001
2.5.4 Hal yang Mempengaruhi higienis Saat Menstruasi
Secara umum menjaga kesehatan berawal dari menjaga kebersihan diri, terutama menjaga kebersihan organ reproduksi. Udara panas cenderung lembab dan
berkeringat membuat tubuh menjadi lembab, terutama daerah alat reproduksi yang menyebabkan bakteri lembab, terutama alat reproduksi. Daerah yang menyebabkan
bakteri mudah berkembang biak, sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap yang dan mudah menimbulkan penyakit. Solin, 2000
Universitas Sumatera Utara
Tampon dan pembalut wanita sangat mempengaruhi kebersihan saat menstruasi. Hampir semua gadis lebih suka memakai pembalut saat menstruasi
karena mudah penggunaannya, sehingga tidak perlu memasukkannya kedalam vagina. Selain itu juga pembalut sangat efektif. Pembalut umumnya diproduksi
dengan alat penyerap untuk menjaga agar tidak menyebabkan infeksi pada vagina, maka hendaknya mengganti pembalut 4 atau 5 kali dalam sehari.
Untuk jenis tampon, hanya sedikit wanita yang dapat menyangkal bahwa mereka lebih lupa ketika memakai tampon dibandingkan dengan jika memakai
pembalut Bila tampon dibiarkan terlalu lama dalam vagina, gulungan serat-seratnya dapat menjadi terlalu lama dalam vagina gulungan, serat-seratnya dapat menjadi
tempat persemaian infeksi vagina. Tampon sebisa mungkin harus diganti setiap 4 jam sekali karena tampon lebih cenderng memberikan efek kering yang tidak alamiah
pada vagina, sehingga membuat vagina peka terhadap infeksi. Solin, 2000.
2.5.5 Cara Untuk Menghindari Alergi Kulit Organ Intim Saat Menstruasi
Cara untuk menghindari alergi kulit organ intim saat menstruasi Dwikarya, 2005 sebagai berikut :
1 Ganti jenis atau merek pembalut jika terjadi alergi atau iritasi kulit, mungkin saja
iritasi tersebut karena pembalut yang digunakan. 2
Saat mandi, daerah radang atau iritasi jangan dibilas dengan air ledeng, pakailah air aquadest.
3 Hindari pemakaian sabun untuk sementara waktu hingga radang atau iritasi
mereda.
Universitas Sumatera Utara
4 Pilihlah sabun lunak yang ber-PH rendah.
5 Gunakan sabun cuci pakaian yang lembut untuk mencuci celana dalam dan
oleskan krim anti alergi dengan lembut dan hati-hati. 6
Jangan menggaruk daerah iritasi jika terasa gatal. Sebagai ganti Sebagai Ganti garukan, kompres dengan menggunakan handuk yang dicelup air es pada bagian
gatal. 7
Hindari penyebab alergi dan iritasi.
2.5.6 Dampak kesehatan reproduksi dengan tidak menjaga kebersihan Alat Kelamin wanita saat menstruasi
Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual atau reproduksi, merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan tubuh secara umum.
Kebersihan di area vagina sering diabaikan kaum hawa, padahal jika berlarut-larut akan lebih rentan terinfeksi virus berbahaya. Infeksi vagina yang umum terjadi,
seperti vaginitis bacterial, trichomonas vaginalis, dan kandidiasis vulvovaginal dapat terjadi sepanjang kehidupan wanita. Sindroma syok toksik, suatu gangguan system
yang tidak umum. Di daerah yang cukup panas membuat tubuh kita sering berkeringat, keringat
ini meningkatkan kadar kelembaban tubuh, terutama sekali pada organ seksual dan reproduksi yang tertutup dan berlipat. Akibatnya bakteri mudah berkembang biak dan
ekosistem vagina terganggu sehingga menimbulkan bau tak sedap dan infeksi. Ekosistem vagina adalah lingkaran kehidupan yang ada di vagina dan dipengaruhi
oleh dua faktor utama yaitu : Estrogen dan Laktobasilus bakteri baik. Jika
Universitas Sumatera Utara
keseimbangan ini terganggu, bakteri laktobasilus akan mati dan bakteri patogen akan tumbuh sehingga tubuh akan rentan terhadap infeksi. Dalam keadaan normal, vagina
mampu mempunyai bau yang khas. Tetapi bila ada infeksi dapat menimbulkan bau yang mengganggu seperti bau yang tidak sedap, menyengat dan amis yang
disebabkan jamur, bakteri atau kuman lainnya. Jika infeksi di vagina ini dibiarkan bisa masuk sampai kedalam rahim. Bobak, 2004.
Vaginitis peradangan pada vagina adalah salah satu yang paling dikeluhkan wanita. Gejala seperti pruritus vulva, iritasi, inflamasi, sekresi vaginal, dan rasa perih,
biasanya diakibatkan oleh salah satu organisme berikut : Candida albican, Trichomonas vaginalis, dan Gardnerella vaginalis. Sekitar 25 dari kasus yang ada
disebabkan oleh C. Albican dan T. vaginalis, dan sisanya oleh G. Vaginalis Baradero, 2007.
Kurangnya informasi dan malu memeriksakan diri merupakan dua masalah klasik yang membuat wanita mengabaikan ketidaknyamanan di area organ intim.
Penelitian di Inggris menyebutkan 50 wanita mengalami ketidaknyamanan pada vagina dan hampir separuhnya mengabaikannya. Padahal, mereka menyadari adanya
gangguan, seperti gatal, kotor dan berbau. Selain kurangnya pengetahuan tentang cara merawat organ intim yang benar, banyak wanita tidak mengetahui bagaimana
mengidentifikasi, menangani atau mencegah masalah organ intim secara tepat. Informasi terkait aspek kesehatan reproduksi belum banyak tersedia. Apalagi
umumnya wanita masih merasa malu untuk meminta bantuan atau berdiskusi dengan ahli medis. Lady, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Penyakit-penyakit infeksi pada organ reproduksi bila tidak diobati dengan sempurna, akan menimbulkan komplikasi berupa penyakit radang panggul PRP dan
bisa berdampak kemadulan, gangguan pada kehamilan abortus, lahir prematur atau bahkan menyebabkan bayi lahir cacat, serta kemungkinan terjadinya kanker leher
rahim. Tito, 2001
2.6. Kerangka Konsep