Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Pada Masa Pubertas Tentang Perkembangan Organ Seks di SLTP Negeri 13 Medan Tahun 2010

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI PADA MASA

PUBERITAS TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS

DI SLTP NEGERI 13 MEDAN

OLEH :

RINA HAFNI LUBIS

095102079

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Rina Hafni Lubis

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Pada Masa Pubertas Tentang

Perkembangan Organ Seks di SLTP Negeri 13 Medan Tahun 2010

viii + 39 hal + 7 tabel + 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Masa pubertas remaja merupakan masa perkembangan fisik yang menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Seiring dengan masa perkembangan ini turut juga berkembang organ seksual, untuk itu perlu pengetahuan yang cukup tentang perkembangan organ seksual pada masa pubertas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sikap dan pengetahuan remaja puteri pada masa pubertas tentang perkembangan organ seks pada murid

SLTP.Penelitian ini menggunakan penelitian analisis deskriptif. Sampel

penelitian adalah murid kelas VII 1,2,3,4 dan 5 yang berjumlah 51 orang di SLTP Negeri 13 Medan. Hasil penelitian diperoleh tingkat pengetahuan tentang

perkembangan organ seks pada masa puberitas kategori cukup 56,9% dan sikap tentang perkembangan organ seks pada masa puberitas kategori cukup 56,9%. Disarankan kepada siswa diharapkan aktif menggali informasi tentang

perkembangan organ seks dari berbagai sumber yang dipercaya keakuratannya. Institusi pendidikan SLTP Negeri 13 Medan perlu bekerjasama kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan kegiatan sosialisasi secara rutin tentang kesehatan remaja.

Kata Kunci : Masa pubertas, perkembangan organ seksual Daftar Pustaka : 23 (1995 – 2009)


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Pada Masa Pubertas

Tentang Perkembangan Organ Seks di SLTP Negeri 13 Medan

Tahun 2010”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari banyak mengalami kesulitan, akan tetapi berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini, untuk itu perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Murniarti Manik, MSc, SpKK selaku Ketua Program Studi D IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ikhcwanul Adenin, Sp.OG.K selaku Dosen Pembimbing dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

4. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah.


(4)

5. Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Dosen Penguji yang telah memberikan masukan dan saran demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah.

6. Kepala Sekolah SLTP Negeri 13 Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

7. Kedua orang tua, Suamiku tercinta M. Fuad Syadzali lubis dan kedua anakku Fawaza Syafiq Lubis dan Fawazi Syafiq Lubis yang telah memberikan dukungan dan doa yang tiada henti selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi Program Studi D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

9. Seluruh teman-teman D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik isi maupun susunannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang turut membantu penulis selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini. Semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi para pembaca.

Medan, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1. Pengetahuan ... 6

2.2. Sikap ... 9

2.3. Pengertian Remaja ... 13

2.4. Perkembangan Remaja dan Ciri-cirinya... 14

2.5. Pubertas Pada Anak Perempuan ... 15

2.6. Perkembangan Organ Reproduksi Remaja ... 17

2.7. Anatomi Alat Reproduksi Wanita ... 18

BAB III KERANGKA PENELITIAN ... 20

3.1. Kerangka Konsep ... 20


(6)

BAB IV METODE PENELITIAN ... 23

4.1. Desain Penelitian ... 23

4.2. Populasi dan Sampel ... 23

4.2.1.Populasi ... 23

4.2.2.Sampel ... 24

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26

4.4. Pertimbangan Etik ... 26

4.5. Instrumen Penelitian... 26

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 28

4.7. Pengumpulan Data ... 30

4.8. Pengolahan Data ... 31

4.9. Analisis Data ... 31

BAB V HASIL PENELITIAN... 32

5.1. Hasil ... 32

5.2. Pembahasan ... 37

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

6.1. Kesimpulan ... 39

6.2. Saran ... 39


(7)

PROGRAM D IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010 Rina Hafni Lubis

Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri Pada Masa Pubertas Tentang

Perkembangan Organ Seks di SLTP Negeri 13 Medan Tahun 2010

viii + 39 hal + 7 tabel + 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Masa pubertas remaja merupakan masa perkembangan fisik yang menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Seiring dengan masa perkembangan ini turut juga berkembang organ seksual, untuk itu perlu pengetahuan yang cukup tentang perkembangan organ seksual pada masa pubertas. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sikap dan pengetahuan remaja puteri pada masa pubertas tentang perkembangan organ seks pada murid

SLTP.Penelitian ini menggunakan penelitian analisis deskriptif. Sampel

penelitian adalah murid kelas VII 1,2,3,4 dan 5 yang berjumlah 51 orang di SLTP Negeri 13 Medan. Hasil penelitian diperoleh tingkat pengetahuan tentang

perkembangan organ seks pada masa puberitas kategori cukup 56,9% dan sikap tentang perkembangan organ seks pada masa puberitas kategori cukup 56,9%. Disarankan kepada siswa diharapkan aktif menggali informasi tentang

perkembangan organ seks dari berbagai sumber yang dipercaya keakuratannya. Institusi pendidikan SLTP Negeri 13 Medan perlu bekerjasama kepada Dinas Kesehatan untuk melakukan kegiatan sosialisasi secara rutin tentang kesehatan remaja.

Kata Kunci : Masa pubertas, perkembangan organ seksual Daftar Pustaka : 23 (1995 – 2009)


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan reproduksi remaja terkait erat dengan perkembangan seksualnya. Sebagian remaja tidak mengalami masalah dalam perkembangan seksualnya, tapi tidak sedikit dari mereka karena proses tersebut kehidupan mereka dihari tua menjadi kurang menguntungkan. Saat ini sebagian besar kaum remaja lebih berani mengambil resiko yang mengancam kesehatan reproduksinya, tetapi mereka tidak mengetahui banyak informasi mengenai apa itu reproduksi (Ayurai, 2009).

Masa pubertas remaja adalah masa dimana perkembangan fisik mereka yang menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini (Akhmad, 2009).

Dalam masa perkembangannya, pribadi para remaja mengalami banyak masalah dalam penyesuaian diri bila dibandingkan dengan masa sebelumnya, karena ternyata pada masa anak-anak cukup tenang dan bahagia. Adapun dalam masa pertumbuhannya ia mengalami ketegangan batin akibat ingin lepas dari


(9)

ketergantungan dan pengawasan dari orang lain menuju kebebasan dari pengawasan dan pengekangan dari orang dewasa (Djaali, 2008).

Salah satu bentuk perkembangan yang menonjol pada masa remaja yaitu terjadi perubahan-perubahan fisik yang mempengaruhi perkembangan kehidupan seksualnya, ini ditandai masaknya organ seksual. Perkembangan fisik berjalan sangat cepat, sehingga pada masa berakhir mereka sudah memiliki organ seksual sebagaimana halnya orang dewasa. Masalah remaja hakikatnya bersumber pada perubahan organo-biologik akibat pematangan organ-organ reproduksi yang sering sekali tidak diketahui remaja itu sendiri (Soejoeti, 2001).

Peristiwa penting pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarche (haid pertama) dan perubahan psikis. Sedangkan indung telur (ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi hormon gonadotropin yang diproduksi kelenjer bawah otak. Pada saat yang sama kortex kelenjer supra renal mulai membentuk hormon androgen yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan badan. Pengaruh hormon-hormon inilah yang menyebabkan pertumbuhan genetalia interna, eksterna dan ciri kelamin skunder. Genetalia interna dan eksterna akan tumbuh terus untuk mencapai bentuk dan sifat seperti usia reproduksi. Secara psikis kedua hormon inilah yang membentuk karakter remaja menuju kedewasaan dan memunculkan libido (hasrat seksual), (Nurul, 2008).

Sejak lebih dari satu dekade terakhir ini telah terjadi perubahan dalam pandangan dan perilaku seks dikalangan remaja di Indonesia dan hasil penelitian telah menunjukan adanya perubahan tersebut. Pola pergaulan semakin bebas yang


(10)

berlanjut ke hubungan seksual (Wimpie Pangkahila, 1997). Ironisnya, disisi lain masyarakat khususnya remaja tidak menerima pendidikan seks yang benar dan bertanggung jawab atau pengetahuan mengenai masalah reproduksi yang sehat (Sunanti, 2001).

Perubahan-perubahan mendasar dalam sikap dan perilaku seksual reproduksi dikalangan remaja telah menjadi suatu masalah sosial yang memprihantinkan masyarakat Indonesia (Khesbiyah.Y.Dkk, 1997).

Jumlah Remaja di Indonesia yang berusia 10-24 tahun mencapai 65 juta orang atau 30% dari total penduduk Indonesia, 15-20%dari Remaja tersebut sudah melakukan seks bebas (Perdana, 2008). Sedangkan Jumlah Remaja di Sumut yang berusia 15 tahun keatas pada tahun 2008 mencapai 8.287.473 jiwa atau 68,15% (Okanegara, 2008).

Data menunjukan dari remaja usia 12-18 tahun, 16% mendapatkan informasi seputar seks dari teman, 35% dari film porno, 5% dari orang tua. Penelitian dari

Synovate Research dari 450 remaja Surabaya, Jakarta, Bandung dan Medan

menunjukkan 44% mendapat pengalaman seksual usia 16-18 tahun, 16%-nya usia 13-15 tahun. Remaja sering beranggapan bahwa makna seks dieksploitasikan oleh pandangan dan gaya yang di Islami. Remaja harus berani beda dengan fenomena gaya masa kini seperti gaul tidaknya seseorang dilihat dari pengalaman seksualnya, seks sebagai sesuatu yang menyenangkan dan perlu di coba (Nurul, 2009).

Perlunya remaja memahami organ reproduksinya merupakan sebuah proses yang berkelanjutan. Hal ini diselaraskan dengan kemampuan remaja untuk mencerna informasi seputar seks sehingga tidak berdampak penyalahgunaan informasi yang


(11)

membahayakan pembentukan karakter moralnya. Pendidikan seks tidak hanya mencakup pertanyaan dan jawaban seputar seks. Keteladanan orang tua dan pendidik, pembiasaan akhlak yang baik, penghargaan terhadap anggota tubuh terutama organ

reproduksinya serta penanaman tanggung jawab menjaga aurat organ reproduksinya. (Nurul, 2008).

Pengetahuan yang memadai dan adanya motivasi untuk menjalani masa remaja secara sehat diharapkan para remaja mampu memelihara kesehatan dirinya agar dapat memasuki masa kehidupan berkeluarga dengan reproduksi sehat (Fitramaya, 2009).

Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Bagaimana Sikap dan Pengetahuan Remaja Puteri Pada Masa Pubertas Tentang Perkembangan Organ Seks Di SLTP Negeri 13 Medan Tahun 2010” ?

1.2. Perumusan Masalah

Bagaimana Sikap dan Pengetahuan Remaja Puteri Pada Masa Pubertas Tentang Perkembangan Organ Seks di SLTP Negeri 13 Medan Pada Tahun 2010 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui Sikap dan Pengetahuan Remaja Puteri Pada Masa Pubertas Tentang Perkembangan Organ Seks di SLTP Negeri 13 Medan Tahun 2010.


(12)

a. Untuk Mengidentifikasi tingkat Pengetahuan Remaja Puteri Pada Masa Pubertas Tentang Perkembangan Organ Seks.

b. Untuk Mengidentifikasi Sikap Remaja Puteri Pada Masa Pubertas Tentang Perkembanganan Organ Seks.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Profesi Bidan Pendidik

Dapat menjadi sumber dan masukan bagi tenaga kesehatan terutama bidang yang menangani kesehatan reproduksi remaja sehingga dapat memberi penyuluhan kepada remaja.

1.4.2 Bagi Lahan Penelitian

a. Dapat mengetahui Pengetahuan Remaja Puteri tentang Bagaimana Perkembangan Organ seksnya.

b. Dapat mengetahui Sikap Remaja Puteri tentang Bagaimana Perkembangan Organ Seksnya.

1.4.3 Bagi Remaja

Dapat menambah informasi mengenai bagaimana Perkembangan Organ Seks mereka dan bagaimana cara menjaganya.


(13)

Dapat menjadi bahan bacaan dan refrensi untuk penelitian lebih lanjut.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pengetahuan

2.1.1 Pengertian Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2002), pengetahuan merupakan

hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan

terjadi melalui panca indera manusia, yakni indra penglihatan,

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

2.1.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga berhubungan dengan faktor internal dan eksternal. Menurut Roger (1974, dikutip dari Notoatmodjo, 2002), faktor internal yakni karakteristik orang yang bersangkutan seperti pendidikan, motivasi, persepsi dan pengalaman, yang bersifat given atau bawaan. Faktor eksternal yakni lingkungan, ekonomi, kebudayaan, informasi. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang.


(14)

Menurut Suhartono (2005), sumber dari pengetahuan

didapat melalui kepercayaan berdasarkan tradisi dan kesaksian

orang lain.


(15)

Kepercayaan berdasarkan tradisi yaitu pengetahuan itu

diperoleh dengan cara mewarisi apa saja yang hidup dan

berlaku dalam adat istiadat, kebiasaan dan kehidupan yang

dianut atau diyakini. Lalu sumber pengetahuan dapat diperoleh

melalui kesaksian orang lain yaitu melalui suasana yang

terdahulu terhadap orang yang dapat dipercaya, karena telah

dianggap memiliki pengetahuan yang benar, sehingga dapat

menjadi panutan bagi orang-orang pada umumnya dalam hal

bagaimana memandang, bersikap, cara hidup, dan bagaimana

bertingkah laku.

2.1.4 Tingkatan Pengetahuan

Menurut Suhartono (2005), pengetahuan adalah proses untuk menghasilkan sesuatu, pengetahuan merupakan hasil usaha manusia untuk tahu. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over

behavior) sehingga pengetahuan (Sunaryo, 2004) yang tercakup dalam 6 (enam)

tingkatan, yaitu : a. Tahu (Know)

Tahu artinya sebagai mengikat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan dan sebagainya.


(16)

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

d. Analisa (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,

dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),


(17)

e. Sintetis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya : dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

e. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan

wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi

yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

Kedalaman pengetahuan disesuaikan dengan tingkat-tingkat

tersebut di atas (Notoatmodjo, 2003).

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap yang objek (Purwanto, 1999). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek


(18)

(Notoatmodjo, 2003). Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi atau perasaan (Azwar, 2007).

2.2.2 Ciri-ciri Sikap

Menurut Sunaryo (2004) adapun ciri-ciri sikap adalah :

a. Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan dibentuk atau dipelajari.

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek.

d. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan.

2.2.3 Struktur Sikap

Menurut Notoatmodjo (1997, dikutip dari Sunaryo, 2004) bahwa struktur sikap terdiri dari 3 komponen pokok yaitu :

a. Komponen kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek

b. Komponen yang meliputi kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.


(19)

c. Komponen predisposisi/kecenderungan individu untuk bertindak (tend to behave).

2.2.4 Tingkatan Sikap

Menurut Sunaryo (2004), adapun tingkatan sikap adalah : a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

b. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terbentuknya Sikap

a. Faktor internal yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan sendiri seperti fisiologis,

psikologis, dan motif (Sunaryo, 2004)

b. Faktor eksternal merupakan faktor diluar manusia, yaitu : sifat objek yang dijadikan sasaran sikap, kewibawaan

orang yang mengemukakan suatu sikap, sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut,

media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap, situasi pada saat sikap dibentuk (Purwanto,


(20)

2.2.6 Sikap Dapat Dibentuk Atau Berubah

Menurut Purwanto (1999), sikap dapat dibentuk atau

berubah melalui 4 (empat) macam cara, yaitu :

a. Adopsi

Kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang terjadi berulang dan terus menerus, lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya suatu sikap.

b. Diferensiasi

Dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya usia, maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, sekarang dipandang tersendiri lepas dari jenisnya. c. Integrasi

Pembentukan sikap disini terjadi secara bertahap, dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan satu hal tertentu.

d. Trauma

Pengalaman yang tiba-tiba, mengejutkan yang meninggalkan kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan.

2.2.7 Skala Sikap

Mengukur sikap seseorang adalah mencoba untuk menempatkan posisinya pada suatu kontinum afektif berkisar dari “sangat positif” hingga “sangat negatif” terhadap suatu objek sikap. Dalam teknik skala Likert kuantifikasi ini dilakukan


(21)

dengan mencatat (tally) penguatan respon dan untuk pernyataan kepercayaan positif dan negatif tentang objek sikap (Mueller, 1996).

Sikap ditunjukkan oleh luasnya rasa suka atau tidak suka terhadap objek sikap. Pengukuran sikap dibedakan di antara kepercayaan atau bulir kognitif,

perasaan atau bulir afektif dan kecenderungan perilaku atau bulir konatif. Bulir-bulir positif adalah bulir-bulir yang menyatakan kepercayaan yang baik tentang perasaan terhadap objek sikap (Mueller, 1996).

Dalam pernyataan bulir-bulir Likert menggunakan kategori jawaban berkisar dari “selalu, sering, kadang-kadang, tidak pernah”. Jadi, jawaban-jawaban yang menunjukkan sikap positif terhadap objek sikap (jawaban-jawaban selalu dan sering untuk bulir positif ; jawaban kadang-kadang dan tidak pernah untuk bulir negatif). Jawaban-jawaban yang menunjukkan sikap positif terhadap objek sikap

menghasilkan skor-skor skala tinggi. Jawaban-jawaban yang menunjukkan sikap negatif terhadap objek sikap menghasilkan skor-skor skala rendah (Mueller, 1996).

2.3 Pengertian Remaja

Remaja dikenal sebagai satu tahap perkembangan fisik dimana alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya.WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, dengan membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal berusia 10-14 tahun dan remaja akhir berusia 15-20 tahun. Indonesia menggunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah sebagai


(22)

Daradjat mendefenisikan remaja sebagai anak yang berbeda dalam masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Sedangkan menurut Hasan Basri, remaja sebagai kelompok manusia yang tengah meninggalkan masa kanak-kanak yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan yang penuh tanggung jawab (Ghifari, 2004).

Pada masa remaja tersebut terjadilah suatu perubahan

organ-organ fisik secara cepat, dan perubahan tersebut tidak

seimbang dengan perubahan kejiwaan (mental emocional).

Terjadinya perubahan besar ini umumnya membingungkan

remaja yang mengalaminya. Dalam hal inilah bagi para ahli

dalam bidang ini, memandang perlu akan adanya pengertian

bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar

dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan

perkembangan yang sehat secara jasmani, rohani dan sosial

(Tuti, 2009).

Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem reproduksi, merupakan suatu bagian penting dalam kehidupan remaja sehingga diperlukan perhatian khusus, karena bila timbul dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku seksual yang tidak bertanggung jawab. Inilah sebabnya maka para ahli dalam bidang ini berpendapat bahwa kesetaraan perlakuan terhadap remaja pria dan wanita diperlukan dalam mengatasi masalah kesehatan reproduksi remaja, agar dapat ditangani dengan tuntas (Tuti, 2009).


(23)

Berkaitan dengan kesehatan reproduksi remaja kita sangat perlu mengenal perkembangan remaja serta ciri-cirinya. Berdasarkan sifat atau ciri perkembangannya, masa (rentang waktu) remaja ada tiga tahap, yaitu:

1. Masa remaja awal (10-12 tahun)

a. Tampak dan memang merasa lebih dekat dengan teman sebaya. b. Tampak dan merasa ingin bebas

c. Tampak dan memang lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan mulai berpikir yang khayal (abstrak)

2. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun)

a. Tampak dan merasa ingin mencari identitas diri.

b. Ada keinginan untuk berkencan atau ketertarikan pada lawan jenis c. Timbul perasaan cinta yang mendalam.

d. Kemampuan berpikir abstrak (berkhayal) makin berkembang e. Berkhayal mengenai hal-hal yang berkaitan dengan seksual.

3. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun)

a. Menampakkan pengungkapan kebebasan diri b. Dalam mencari teman sebaya lebih selektif

c. Memiliki citra (gambaran, keadaan, peranan) terhadap dirinya d. Dapat mewujudkan perasaan cinta


(24)

2.5. Pubertas Pada Anak Perempuan

Pubertas merupakan proses saat seorang individu yang belum dewasa akan mendapatkan ciri-ciri fisik dan sifat yang memungkinkannya untuk mampu bereproduksi. Pada anak perempuan, pubertas sebagian besar merupakan respon tubuh terhadap kerja estrogen yang meluas, yang disekresi oleh ovarium yang baru aktif di bawah pengaruh gonadotropin yang disekresi oleh hipófisis anterior. Walaupun progresi perubahan pada pubertas dapat diprediksi, namun onset usia sangat berbeda-beda di berbagai tempat di dunia atau bahkan pada anak-anak dengan latar belakang etnik yang berbeda dalam wilayah yang sama. Perbedaan ekonomi juga dapat mempengaruhi onset usia reproduksi.

Perubahan fisik pada pubertas anak perempuan dibagi menjadi lima tahap menurut sistem yang dikembangkan oleh Marshal dan Tenner,yang memeriksa sekelompok anak perempuan Inggris saat mengalami pematangan seksual.

a. Adrenarke

Istilah ini menggambarkan peran kelenjer adrenal pada pubertas. Pada

adrenarke terdapat penigkatan síntesis dan sekresi anandrogen, yaitu;

androstenedion, dehidroepianandrosteron (DHEA), dan dehidropian drosteron sulfat

(DHEA-S).DHEA dan DHEA-S bertanggung jawab terhadap awal pertumbuhan rambut pubis dan aksila. Rambut aksila dan pubis tumbuh bersamaan dengan dimulainya perkembangan payudara dan menandai onset pubertas pada anak perempuan.


(25)

b. Menarke

Istilah ini digunakan untuk menggambarkan siklus menstruasi. Ini merupakan puncak dari rangkaian peristiwa yang kompleks yang meliputi pematangan

hipotalamus-hipofisis-ovarium (H-H-O) untuk memproduksi ovum sehingga dapat

mengundang zigot jika terjadi pembuahan. Yang meliputi : [i] peningkatan pelepasan FSH dan LH dari kelenjar hipofisis; [ii] pengenalan dan respon ovarium terhadap

gonadotropin sehingga memungkinkan terjadinya produksi steroid ovarium (estrogen

dan progesteron); [iii] terbentuknya pengaturan umpan balik positif pada kelenjer hipotalamus dan hipofisis oleh estrogen. Kombinasi dari peristiwa-peristiwa pematangan ini akan menyebabkan terjadinya ovulasi.

c. Perkembangan payudara (telarke)

Kelenjar mammae, atau payudara, merupakan turunan lapisan ektoderm. Jaringan payudara ini sangat sensitif terhadap hormon. Efek hormonal paling jelas terlihat selama perkembangan embrionik dan setelah pubertas. Setiap kelenjar

mammae terdiri atas massa jaringan yang berlobul. Setiap lobus mengandung lobulus-lobulus alveoli, pembuluh darah, dan duktus laktiferus. Pada saat pubertas, estrogen ovarium menginduksi pertumbuhan duktus laktiferus. Duktus-duktus ini

bercabang-cabang selama pertumbuhannya dan ujung duktus ini membentuk massa sel kecil dan padat. Struktur ini akan membentuk alvaeoli lobular. Payudara dan

alvaeoli kemudian membesar. Payudara terus membesar selama beberapa waktu

setelah menarke akibat timbunan lemak dan jaringan ikat tambahan. Diferensiasi dan pertumbuhan akhir payudara tidak akan terjadi sampai kehamilan.

d. Ciri-Ciri Seks Sekunder

Estrogen ovarium menghasilkan perubahan pada anak perempuan yang

mengalami pubertas sebagai berikut: 1. Rambut pubis


(26)

3. Pembesaran labia minor dan mayor

4. Peningkatan timbunan lemak di pinggul dan paha.

e. Pertumbuhan Somatik

Percepatan pertumbuhan pubertas pada anak perempuan biasanya dimulai 2 tahun sebelum anak laki-laki, yang menyebabkan terdapat sekitar 50% perbedaan tinggi rata-rata antara pria dan wanita sebanyak 12 cm .Mekanisme yang menyebabkan steroid seks menginduksi pertumbuhan tulang pada anak perempuan, dan berhenti pada usia 17 tahun (Heffner, 2008).

2.6. Perkembangan Organ Reproduksi Remaja

Sistem organ reproduksi merupakan bagian sistem organ tubuh yang menyokong fungsi tubuh sebagimana sistem organ pencernaan, pernafasan, pembuangan, dan lainnya. Untuk dapat berfungsi optimal memerlukan masa penyempurnaan pertumbuhan dan perkembangan.

Secara fisik organ reproduksi remaja perempuan (pubertas) dimulai dengan awal berfungsinya ovarium (kandung telur) sampai pada saat ovarium sudah berfungsi dengan sempurna dan teratur (memasuki usia reproduksi). Masa ini berkisar 4 tahunan (kira-kira umur 8-14 tahun). Awal usia pubertas di pengaruhi bangsa, iklim, gizi, dan kebudayaan. Peristiwa penting pada masa ini adalah pertumbuhan badan yang cepat, timbulnya ciri-ciri kelamin sekunder, menarke dan perubahab psikis. Sedangkan indung telur (ovarium) mulai aktif mengeluarkan estrogen yang dipengaruhi hormon gonadotropin yang diproduksi kelenjer bawah otak. Pada saat


(27)

yang sama kortek kelenjar supra renal mulai membentuk hormon androgen yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan badan. Pengaruh hormon-hormon inilah yang menyebabkan pertumbuhan genetalia interna,eksterna dan ciri kelamin sekunder. Genetalia interna dan eksterna akan tumbuh terus untuk mencapai bentuk dan sifat seperti usia reproduksi (Muzayyanah, 2009).

2.7. Anatomi Alat Reproduksi Wanita

2.7.1. Alat Kelamin Luar

a) Mons Veneris

Disebut juga gunung venus, menonjol kebagian depan menutup tulang kemaluan

b) Labia Mayora (Bibir besar)

Berasal dari mons veneris, bentuknya lonjong menjurus kebawah dan bersatu dibagian bawah. Bagian luar labia mayora terdiri dari kulit berambut.

c) Labia Minora (Bibir kecil)

Merupakan lipatan kecil dibagian dalam labia mayora. Bagian depannya mengelilingi klitoris. Kedua labia ini mempunyai pembuluh darah, sehingga dapat menjadi besar saat keingginan seks bertambah.

d) Klitoris

Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria. Mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sensitif saat berhubungan seks.


(28)

Bagian kelamin ini dibasahi oleh kedua labia kanan-kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora. Pada bagian vestibulum terdapat liang senggama, saluran kencing, kelenjer Bartholini dan skene (kelenjar-kelenjar ini akan mengeluarkan cairan pada saat memulai permainan sehingga memudahkan penetrasi penis).

2.7.2. Alat Kelamin Wanita Bagian Dalam

a) Vagina

Saluran senggama mempunyai fungsi penting sebagai jalan lahir, sebagai sarana hubungan seksual, saluran untuk mengalirkan lendir dan darah menstruasi. b) Rahim

Bentuk rahim seperti buah pir, dengan berat sekitar 30 gr. Terletak di panggul kecil antara rektum.

c) Tuba faloopii

Merupakan ujung ligamentum latum berjalan kearah lateral, dengan panjang sekitar 12 cm. Dan menjadi saluran spermatozoa dan ovum dan tempat terjadinya pembuahan.

d) Indung telur

Terletak antara rahim dan dinding panggul, digantung ke rahim oleh

ligamentum dan merupakan sumber hormonal wanita.

e) Parametrium (penyangga rahim)

Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan, yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul (Manuaba, 1999).


(29)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja puteri pada masa puberitas tentang perkembangan organ seks. Langkah pertama yang dilakukan peneliti adalah mengkaji tingkat pengetahuan dan sikap remaja puteri pada masa puberitas tentang perkembangan organ seks, yang dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Setelah data terkumpul dilakukan analisa data maka akan diperoleh tingkat pengetahuan dan sikap remaja puteri pada masa puberitas tentang perkembangan organ seks di SLTP Negeri 13 Medan Tahun 2010.

Skema 1. Kerangka Konsep Pengetahuan

Sikap

Perkembangan Organ seks


(30)

DEFENISI OPERASIONAL

No Variabel Defenisi

Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1 Variabel independent -Pengetahuan Remaja Puteri

Pengetahuan : - Sejauhmana

remaja puteri pada masa puberitas mengetahui bagaimana perkembangan organ seks nya meliputi waktu : - Pertama kali

mendapat menstruasi - Perubahan fisik yang dihadapi - Ciri –ciri

reproduksi yang sehat itu

- Bagaimana proses terjadinya menstruasi - Apa saja

yang dimaksud dengan organ reproduksi itu

- Cara

membersihkan organ reproduksi Kuesioner sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban bentuk pilihan ganda.

a. Baik : bila benar 9-10 pertanyaan

b. Cukup baik: bila benar 6-8 pertanyaan

c. Kurang baik: bila benar < 5 pertanyaan


(31)

2 Sikap

Remaja Puteri

Sikap : Pandangan atau perasaan remaja puteri pada masa puberitas dalam menanggapi dan merespon perkembangan organ seksnya

Kuesioner sebanyak 10 pertanyaan dengan pilihan jawaban :

1. Sangat setuju 2. Setuju

3. Tidak setuju 4. Sangat tidak

setuju

1. Negatif : 10-24 2. Positif : 25-40


(32)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1

Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran

pengetahuan dan sikap Remaja Puteri Pada Masa Pubertas

Tentang Perkembangan Organ Seks Di SLTP Negeri Medan

Tahun 2010.

4.2

Populasi dan Sampel

4.2.1

Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah siswi kelas VII yang

berusia antara 10 sampai 14 tahun yang jumlah keseluruhan

dari siswi kelas VII adalah 103 orang siswi.

Tabel 4.1

Tabel Populasi

No Kelas Jumlah Siswi

1. Kelas VII 1 20

2. Kelas VII 2 24

3. Kelas VII 3 19

4. Kelas VII 4 20

5. Kelas VII 5 20


(33)

4.2.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik Random

Sampling untuk menentukan kelas mana yang akan diteliti,

dipakai tehnik penarikan sampel acak sederhana, yaitu dengan

cara mengundi. adapun yang termaksud kategori yang akan

diteliti adalah remaja puteri , kelas VII 1,2,3,4 dan 5 yang

berusia antara 10-15 tahun di SLTP Negeri 13 Medan.

Sedangkan berdasarkan data populasi yang ada maka

untuk menghitung jumlah sampel digunakan rumus sampel

dengan presisi 10% dengan tingkat kepercayaan 100%.

1

. 2+ = d N N n 73 , 50 03 , 2 103 1 01 , 0 103 103 = = + x

Keterangan : n : Sampel N : Populasi

d2 : Tingkat presisi diantara ± 100%

Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 51 orang. Dimana mencari sampel ini digunakan rumus propesional random sampling Rahmat (1993:79).

N n ni

ni = .

Dimana : ni : Jumlah setiap Kelas n : Sampel


(34)

9 , 9 103 51 20 9 , 9 103 51 20 4 , 9 103 51 19 8 , 11 103 51 24 9 , 9 103 51 20 = = = = = = = = = = x ni x ni x ni x ni x ni

Total = 51 orang

Sampel dipakai karena dalam penelitian ini dijumpai populasi homogen. Pada sampel ini dari setiap strata diambil sampel yang sebanding dengan besar dari setiap strata, maka populasi yang bersangkutan harus dibagi-bagi dalam lapisan (strata) yang seragam dan dari setiap lapisan dapat diambil sample secara acak maka peluang untuk terpilih antara satu strata dengan yang lain mungkin sama, mungkin pula berbeda.

Tabel 4.2

Tabel Proportional Random Sampling

No. Kelas Populasi Sample

1. Kelas VII 1 20 10

2. Kelas VII 2 24 12

3. Kelas VII 3 19 9

4. Kelas VII 4 20 10

5. Kelas VII 5 20 10

Jumlah 103 51 orang


(35)

Lokasi penelitian di lakukan di SLTP Negeri 13 Medan. Penelitian ini dilakukan mulai dari bulan Januari-Maret 2010.

4.4 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, etik penelitian bertujuan untuk

melindungi hak-hak subjektif untuk menjamin kerahasiaan

identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman

terhadap responden. Sebelum pelaksanaan penelitian, peneliti

memperkenalkan diri terlebih dahulu serta menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian kepada responden. Responden

membaca serta memahami isi dan surat persetujuan yang telah

dibuat oleh peneliti, lalu diminta untuk menandatangani surat

persetujuan (informed consent) terlebih dahulu sebagai bukti

menjadi responden. Responden berhak menolak ataupun

mengundurkan diri selama proses penelitian. Untuk menjaga

kerahasiaan responden, peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner)


(36)

yang diisi oleh responden. Lembar tersebut hanya diberikan

kode tertentu.

4.5

Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

dalam penelitian ini berupa angket (kuesioner). Kuesioner

terdiri dari 3 bagian yaitu : pertama data demografi yang berisi

identitas remaja puteri, kedua kuesioner pengetahuan remaja

puteri pada masa pubeitas tentang perkembangan organ seks,

ketiga kuesioner sikap remaja puteri pada masa pubertas

tentang perkembangan organ seks.

4.5.1

Data Demografi Responden

Data demografi responden yang terdiri dari no urut,

umur, dan kelas, dan apakah responden pernah mendapatkan


(37)

responden tidak akan dianalisis hanya untuk mengetahui

karakteristik responden.

4.5.2 Pengetahuan Remaja Puteri pada Masa Pubertas

Bentuk pertanyaan yang peneliti gunakan adalah

pertanyaan pilihan berganda dengan pilihan jawaban yang

diberikan oleh peneliti kepada remaja puteri yang telah

dipersiapkan sebelumnya, sehingga responden tinggal memilih

atau membubuhkan tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang

sesuai menurut responden (Arikunto, 2006).

Kuesioner terdiri dari 10 pertanyaan tertutup dengan

jenis pertanyaan multiple choice dengan memilih jawaban a, b,

dan c. Setiap kategori pertanyaan dengan jawaban yang benar

diberi skor 1 (satu) dan pertanyaan dengan jawaban yang salah

diberi skor 0 (nol).

4.5.3 Sikap Remaja Puteri pada Masa Pubertas

Aspek pengukuran sikap dilakukan terhadap sikap berdasarkan jawaban responden dari semua pertanyaan sikap yang diberikan dengan menggunakan skala Likert yang terdiri dari 4 kategori jawaban yaitu sangat setuju (ST), setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Jumlah pertanyaan sebanyak 10 soal.

- Untuk pertanyaan positif

Untuk jawaban sangat setuju (SS) = 4

Untuk jawaban setuju (S) = 3


(38)

Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) = 1

- Untuk pertanyaan negatif

Untuk jawaban sangat setuju (SS) = 1

Untuk jawaban setuju (S) = 2

Untuk jawaban tidak setuju (TS) = 3

Untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) = 4

Total skor diperoleh nilai terendah =10 dan nilai tertinggi = 40.

4.6

Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

a.

Uji validitas

Uji validitas, dimaksudkan agar pertanyaan yang termuat

dalam kuesioner bias mengungkapkan sesuatu yang akan

diukur oleh instrument atau kuesioner bias

mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

instrument atau kuesioner tersebut. Uji validitas sudah

dilakukan dengan content validity index oleh dr.Riza

Rivany, SpOG. Pada tanggal 12 februari, penelitian

dilakukan setelah content validity didapatkan nilai

koifisien validitas 0,7.

b.

Uji Realibilitas

Uji realibilitas, uji dimaksudkan untuk mengukur tingkat

kestabilan atau kekonsistenan jawaban yang diberikan


(39)

Uji validitas dilakukan pada 10 0rang remaja puteri yang

kriteria sama dengan responden di SLTP Negeri 13

Medan dilakukan pada bulan desember 2009.

Lalu data diolah menggunakan program SPSS dengan

mencari nilai koefisien realibilitas.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner

oleh responden untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap

remaja puteri pada masa pubertas di SLTP Negeri 13 Medan.

Prosedur pengumpulan data yang dilakukan adalah :

mengajukan surat permohonan izin penelitian pada institusi

pendidikan Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas

Keperawatan USU, dan mengajukan permohonan izin

pelaksanaan penelitian kepada kepala sekolah SLTP Negeri 13

Medan, setelah mendapat izin maka meminta persetujuan

responden menjadi responden secara sukarela, setelah

responden bersedia maka diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan (infoemed consent), menjelaskan cara

pengisian kuesioner kepada responden dan selanjutnya

dipersilahkan untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur

dan agar mengisi seluruh pertanyaan. Peneliti dibantu oleh

guru BP yang ada di sekolah tersebut kemudian peneliti

mendampingi responden dalam pengisian kuesioner, lembar

kuesioner diisi oleh masing-masing siswi dengan waktu 30

menit, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data. Dalam

pengumpulan data dilakukan selama 1 hari saja. Pengumpulan


(40)

a. Editing

Melakukan pengecekan terhadap item isian kuisioner, apakah sudah lengkap. Bila terdapat kesalahan atau kekurangan maka dilakukan perbaikan.

b. Coding

Data yang telah di edit, diubah ke dalam bentuk angka (kode)

c. Entry

Entry dilakukan dengan cara memasukkan data ke komputer dengan

menggunakan software SPSS.

d. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data

yang sudah di entry apakah ada kesalahan atau tidak. Pemeriksaan semua data ke komputer yang telah dimasukkan ke dalam komputer guna menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

4.9

Analisis Data

Analisis data yang dilakukan adalah analisa univariat, semua variabel dianalisis deskriptif dengan menghitung frekuensinya.

Dari pengolahan data deskriptif, data demografi disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan presentase. Hasil analisis data disajikan dalam bentuk data tabel distribusi frekuensi untuk melihat pengetahuan dan sikap remaja putri pada masa pubertas tentang perkembangan organ seks di SLTP Negeri 13 Medan Tahun 2010.


(41)

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan penelitian mengenai pengetahuan dan sikap remaja puteri pada masa pubertas di SLTP Negri 13 Medan. Penelitian ini telah dilakukan di SLTP Negri 13 Medan dengan jumlah responden 51 orang.

Untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap remaja putri pada masa pubertasa tentang perkembangan organ seks, peneliti menggunakan kuesioner yang berisikan sepuluh pertanyaan untuk pengetahuan dan sepiluh pertanyaan untuk sikap. Berikut ini akan dijabarkan mengenai hasil penelitian tersebut yaitu karakteristik responden, pengetahuan dan sikap remaja putrid pada masa pubertas tentang perkembangan organ seks diSLTP Negri 13 Medan tahun 2010.

1. Karakteristik Responden

Pada penelitian ini karakteristik responden mencakup kelas dan umur. Secara rinci sebagai berikut:


(42)

Tabel 5.I

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Remaja Putri Pada Masa

Pubertas Tentang Perkembangan Organ Seks Di SLTP Negri

13 Medan Tahun 2010

No Karakteristik n %

1 Kelas Responden VIII VIIII VIIIII VIIIV VIIV 10 12 9 10 10 19,6 23,5 17,6 19,6 19,6

Total 51 100

2 Umur Responden 13 tahun 14 tahun 15 tahun 4 44 3 7,8 86,3 5,9

Total 51 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa kelas terbanyak pada kelas VII -2 yaitu 12 responden (23,5%) sedangkan terendah berada di kelas VII-3 yaitu 9 responden (17,6%).sementara untuk kelas VII-1,4,5 masing-masing 10 responden (19,6%)

2. Pengetahuan Responden

Pengetahuan (Knowledge) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.

Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, 32


(43)

pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Berdasarkan jawaban responden atas pertanyaan pengetahuan remaja putri pada masa pubertas tentang perkembangan organ seks secara rinci dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 5.2.

Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Tentang

Perkembangan Organ Seks Di SLTP Negri 13 Medan Tahun 2010

No Kuesioner Benar Salah Total

n % n % n %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Organ reproduksi Makna masa pubertas

Perubahan fisik masa pubertas Hormon-hormon seks

Maksud organ reproduksi Sperma bertemu dengan sel telur Memasuki masa pubertas Proses terjadinya menstruasi Organ reproduksi perempuan yang membesarkan bayi selama 9 bulan Menyebabkan kebanyakan remaja puteri kram sewaktu mens

50 17 47 30 46 51 43 42 47 44 98,0 33,3 92,2 58,8 90,2 100 83,3 82,4 92,2 86,3 1 34 4 21 5 0 8 9 4 7 2 66,7 7,8 41,2 9,8 0 19,7 17,6 7,8 13,7 51 51 51 51 51 51 51 51 51 51 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui siswi paling banyak menjawab benar pada pertanyaan nomor enam sebanyak 51 orang (100%), kemudian pada soal nomor satu sebanyak 50 orang (98,0%), sedangkan soal nomor tiga yang menjawab benar


(44)

ada 47 orang (92,2%), soal nomor lima ada 46 orang (90,2%) sementara siswi yang paling banyak menjawab salah adalah pada soal nomor empat yaitu 30 orang (58,8%)

Tabel 5.3.

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Remaja Putri Tentang

Perkembangan Organ Seks di SLTP Negri 13 Medan Tahun 2010

No Kategori n %

1 2 3

Baik Cukup Kurang

21 29 1

41,2 56,9 2,0

Total 51 100

Berdasarkan kategori pengetahuan menunjukkan terbanyak siswi

pengetahuan cukup yaitu sebanyak 29 orang (56,9%) sedangakan pengetahuan baik yaitu sebanyak 21 orang (41,2%) dan pengetahuan kurang ada 1 orang (2,0%)

3. Sikap Responden

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu.


(45)

Berdasarkan jawaban responden atas pernyataan sikap tentang perkembangan organ seks dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.4.

Distribusi Responden Pernyataan Sikap Remaja Puteri Pada Masa Pubertas

Tentang Perkembangan Organ Seks di SLTP Negri 13 Medan Tahun 2010

No Pernyataan

Jawaban

SS Setuju Tidak Setuju STS

n % n % n % n %

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Sikap seks bebas disebut anak gaul Sikap terhadap haid

Sikap terhadap organ reprouksi

Sikap selalu membersihkan alat kelamin Sikap cara membersihkan alat kelamin Sikap saat haid

Sikap remaja wajib mengetahui fungsi dari perkembangan organ reproduksi Sikap sebelum menikah jangan melakukan hubungan seks dahulu. Sikap kesehatan reproduksi tidak penting diketahui

Sikap melakukan seks terlalu muda mengakibatkan kanker servik

51 32 40 44 23 1 24 40 0 27 100 62,7 78,4 86,3 45,1 2,0 47,1 78,4 0 52,9 0 19 9 7 26 0 27 11 0 20 0 37,3 17,6 13,7 51,0 0 52,9 21,6 0 39,2 0 0 0 0 2 27 0 0 20 3 0 0 0 0 3,9 52,9 0 0 39,2 5,9 0 0 2 0 0 22 0 0 31 1 0 0 3,9 0 0 43,1 0 0 60,8 2,0

Berdasarkan hasil pilihan sikap siswi, ditemukan bahwa responden lebih banyak menjawab pernyataan sangat setuju ada pada nomor 1 sebanyak 51 orang (100%),pernyatan nomor empat ada 44 orang (86,3%) sedangkan soalnomor tiga dan


(46)

27 orang (52,9%) sedangkan soal nomor lima ada 26 orang (51,0%). Responden lebih banyak menjawab tidak setuju terhadap soal nomor enam yaitu sebanyak 27 0rang (52,9%). Sementara responden lebih banyak menjawab sangat tidak setuju ada pada soal nomor Sembilan sebanyak 31 orang (60,8%).

Tabel 5.5.

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Remja Puteri Pada Masa

Pubertas Tentang Perkenbangan Organ Seks di SLTP Nageri 13 Medan Tahun

2010

No Variabel Frekuensi %

1 2

Positif Negatif

51 0

100% 0,0

Total 51 100

Berdasarkan kategori sikap menunjukkan bahwa responden seluruhnya mempunyai sikap positif terhadap perkembangan organ seks nya pada masa pubertas yaitu sebnayak 51 orang ( 100%)


(47)

B. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian, pengetahuan dan sikap remaja puteri pada masa pubertas tentang perkembnagn organ seks di SLTP Negeri 13 Medan pada tahun 2010 adalah sebagai berikut:

A. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu dasar dari perilaku seseorang. Pengetahuan tentang perkembangan organ seks pada usia remaja sangat perlu diberikan perhatian khusus, untuk menghindari akibat dorongan-dorongan seksual yang tidak sehat akan menimbulkan perilaku yang tidak bertanggung jawab.

Pada penelitian yang dilakukan di SlTP Negeri 13 Medan, diperoleh bahwa tingkat pengetahuan siswa di SLTP tersebut kategori cukup 56,9%. Hal ini mempunyai arti siswa di SMP Negeri 13 Medan cukup memahami pentingnya pengetahuan tentang perkembangan organ seks pada usia remaja, tetapi masih diperlukan peningkatan.

Berdasarkan kuesioner yang diberikan kepada responden menunjukkan pengetahuan responden tentang makna masa pubertas masih kurang, oleh karena perlu diadakan sosialisasi melalui kegiatan sekolah dan bekerjasama dengan instansi terkait untuk menambah pengetahuan dan wawasan siswa tentang perkembangan organ seks.

Menurut peneliti, bahwa bukan sepenuhnya hal diatas faktor utama penentu tingkat pengetahuan seseorang, karena kemampuan belajar dari diri sendirilah sebagai


(48)

factor utama pengetahuan seseorang. Jadi pendidikan juga bias didapat secara informa, yaitu berupa informasi-informasi dari orang lain khususnya orang tua.

2. Sikap

Menurut pendapat Maulana (2009) Sikap itu respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Sikap dapat diketahui dari penerimaan, respon, menghargai dan bertanggung jawab terhadap tindakan yang didasari dari pengetahuan yang diperoleh seseorang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden tentang perkembangan organ seks pada siswa SLTP Negeri 13 Medan kategori positif. Hal ini menunjukkan bahwa siswi SLTP Negeri 13 menerima bahwa perlu menyikapi tentang perkembangan organ seks. Berdasarkan hasil kuesioner hampir semua pernyataan yang diberikan responden memberi jawaban yang positif. Perlu pengembangan sikap terhadap organ seks sehingga siswi SLTPN 13 Medan lebih bersikap positif dengan melalui penyuluhan organ reproduksi oleh dinas kesehatan dan dinas pendidikan.

. Untuk itu diperlukan sosialisasi dengan metode-metode yang membuat para siswa tertarik tentang perkembangan organ seks, sehingga memotivasi siswa untuk bersikap lebih baik.


(49)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. (2009). Kenakalan Remaja : WIB.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asnah, Asiah dan Manik. (2008). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan: Program D IV Bidan Pendidik.

Ayurai. (2009). Remaja Putri dan Permasalahannya.

Azwar S, 2007 : Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya : Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Fitramaya. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.

Heffner, L.J., & Schut, D.J. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta : Erlangga.

Hidayat A.H, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Ed 1. Jakarta: Salemba Medika

Laurike. (2003). Pentingnya Pemahaman Kesehatan Reproduksi. http://www.alsindonesia.or.id.

Manuaba, IBG. (2002). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arca.

Muller J, 1996 : Mengukur Sikap Sosial Pegangan Untuk Peneliti dan Praktisi. Jakarta, Bumi Aksara.


(50)

Nurul Muzayyanah. (2009). Perkembangan Organ Seks Remaja. http://ma-wali9.jpr.blogspot. com.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed. Ke- 1. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Okanegara, (2009). Remaja dan Perubahan

Biopsikososial.http://www.bappenas.go.id. Purwanto, H : 1999 : Pengantar Prilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta EGC.

Purwanto, H : 1999 : Pengantar Prilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta EGC. Sudjana, 2002 : Metode Statistika. Bandung, Tarsito.

Suhartono, 2005 : Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta, Arruzz. Sunaryo, 2004 : Psikologi Untuk Perawat. Jakarta, EGC Utamadi, G. (2007). Kesehatan Seksual. http://www.pkbi.id. www.BKBN.go.id/hqweb/Ceria/index.html. 2009.

Zulkifli & Eddy. (1999). Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.


(51)

KUESIONER PENELITIAN TENTANG PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS PADA

MASA PUBERITAS DI SLTP NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2010

Nomor Responden :

Diisi oleh peneliti Petunjuk :

Jawablah pertanyaan di bawah ini, serta beri tanda silang (x)

untuk salah satu jawaban anda.

Data Identitas

No.urut :

Umur :

Kelas :

Pertanyaan Pengetahuan

1. Menurut anda, apakah pengertian organ reproduksi itu?

a. Bagian organ tubuh yang sangat penting dalam proses reproduksi b. Alat kelamin bagian luar

c. Alat kelamin bagian dalam

2. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan masa pubertas itu? a. Masa dimana remaja menuju dewasa

b. Masa peralihan remaja ke dewasa

b. Masa dimana tubuh sedang mengalami perubahan besar-besaran dari struktur tubuh anak menjadi tubuh orang dewasa.


(52)

3. Menurut anda, perubahan fisik apa yang terjadi pada remaja puteri pada saat memasuki masa pubertas?

a. Tumbuh payudara, pinggul membesar, dan datang haid pertama b. Tubuh menjadi lebih gemuk

c. Semua benar

4. Perubahan fisik dan psikologis disebabkan bekerjanya hormon-homon. Pada masa itu hormon-hormon tersebut akan berfungsi membuat hormon seks, sebutkan apa hormon-hormon seks tersebut?

a. Hormon progesterone dan testitoran b. Hormon estrogen

c. Hormon estrogen dan progesteron

5. Sebutkan apa saja yang termaksud organ reproduksi itu? a. Payudara, perut, dan mulut

b. Labia mayor/minor, vulva, klitoris, dan vagina c. Payudara, vagina, klitoris, dan telinga

6. Apabila sperma laki bertemu dengan sel telur perempuan kemudian keduanya bersatu, apa yang akan terjadi ?

a. Kehamilan

b. Perdarahan tiba-tiba c. Tidak terjadi apa-apa

7. Pada usia berapakah seorang remaja memasuki masa puberitas? a. 17-20 tahun

b. 11-12 tahun c. 12-15 tahun


(53)

a. Merupakan proses pelepasan darah dan cairan encer dari uterus melalui vagina

b. Merupakan proses keluar nya darah c. Semua salah

9. Sebutkan organ reproduksi perempuan yang tugasnya membesarkan bayi selama 9 bulan?

a. Rahim (uterus)

b. Liang kemaluan (vagina) c. Indung telur (ovarium).

10.Apa yang menyebabkan kebanyakan remaja puteri sering mengalami keram sewaktu menstruasi?

a. Karena hormone seks yang meningkat

b. Karena otot-otot rahim berkontraksi di dinding uterus c. Karena darah yang banyak keluar


(1)

factor utama pengetahuan seseorang. Jadi pendidikan juga bias didapat secara informa, yaitu berupa informasi-informasi dari orang lain khususnya orang tua.

2. Sikap

Menurut pendapat Maulana (2009) Sikap itu respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat dan merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Sikap dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.

Sikap dapat diketahui dari penerimaan, respon, menghargai dan bertanggung jawab terhadap tindakan yang didasari dari pengetahuan yang diperoleh seseorang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap responden tentang perkembangan organ seks pada siswa SLTP Negeri 13 Medan kategori positif. Hal ini menunjukkan bahwa siswi SLTP Negeri 13 menerima bahwa perlu menyikapi tentang perkembangan organ seks. Berdasarkan hasil kuesioner hampir semua pernyataan yang diberikan responden memberi jawaban yang positif. Perlu pengembangan sikap terhadap organ seks sehingga siswi SLTPN 13 Medan lebih bersikap positif dengan melalui penyuluhan organ reproduksi oleh dinas kesehatan dan dinas pendidikan.

. Untuk itu diperlukan sosialisasi dengan metode-metode yang membuat para siswa tertarik tentang perkembangan organ seks, sehingga memotivasi siswa untuk bersikap lebih baik.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akhmad. (2009). Kenakalan Remaja : WIB.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Pratik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asnah, Asiah dan Manik. (2008). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan: Program D IV Bidan Pendidik.

Ayurai. (2009). Remaja Putri dan Permasalahannya.

Azwar S, 2007 : Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya : Yogyakarta, Pustaka Pelajar

Fitramaya. (2009). Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.

Heffner, L.J., & Schut, D.J. (2008). At a Glance Sistem Reproduksi. Jakarta : Erlangga.

Hidayat A.H, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Ed 1. Jakarta: Salemba Medika

Laurike. (2003). Pentingnya Pemahaman Kesehatan Reproduksi. http://www.alsindonesia.or.id.

Manuaba, IBG. (2002). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Arca.

Muller J, 1996 : Mengukur Sikap Sosial Pegangan Untuk Peneliti dan Praktisi. Jakarta, Bumi Aksara.


(3)

Nurul Muzayyanah. (2009). Perkembangan Organ Seks Remaja. http://ma-wali9.jpr.blogspot. com.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Ed. Ke- 1. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, S (2005). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

Okanegara, (2009). Remaja dan Perubahan Biopsikososial.http://www.bappenas.go.id. Purwanto, H : 1999 : Pengantar

Prilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta EGC.

Purwanto, H : 1999 : Pengantar Prilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta EGC. Sudjana, 2002 : Metode Statistika. Bandung, Tarsito.

Suhartono, 2005 : Dasar-dasar Filsafat. Yogyakarta, Arruzz. Sunaryo, 2004 : Psikologi Untuk Perawat. Jakarta, EGC Utamadi, G. (2007). Kesehatan Seksual. http://www.pkbi.id. www.BKBN.go.id/hqweb/Ceria/index.html. 2009.

Zulkifli & Eddy. (1999). Dasar-dasar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat USU.


(4)

KUESIONER PENELITIAN TENTANG PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG PERKEMBANGAN ORGAN SEKS PADA

MASA PUBERITAS DI SLTP NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2010

Nomor Responden : Diisi oleh peneliti Petunjuk :

Jawablah pertanyaan di bawah ini, serta beri tanda silang (x)

untuk salah satu jawaban anda.

Data Identitas

No.urut :

Umur :

Kelas :

Pertanyaan Pengetahuan

1. Menurut anda, apakah pengertian organ reproduksi itu?

a. Bagian organ tubuh yang sangat penting dalam proses reproduksi b. Alat kelamin bagian luar

c. Alat kelamin bagian dalam

2. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan masa pubertas itu? a. Masa dimana remaja menuju dewasa

b. Masa peralihan remaja ke dewasa

b. Masa dimana tubuh sedang mengalami perubahan besar-besaran dari struktur tubuh anak menjadi tubuh orang dewasa.


(5)

3. Menurut anda, perubahan fisik apa yang terjadi pada remaja puteri pada saat memasuki masa pubertas?

a. Tumbuh payudara, pinggul membesar, dan datang haid pertama b. Tubuh menjadi lebih gemuk

c. Semua benar

4. Perubahan fisik dan psikologis disebabkan bekerjanya hormon-homon. Pada masa itu hormon-hormon tersebut akan berfungsi membuat hormon seks, sebutkan apa hormon-hormon seks tersebut?

a. Hormon progesterone dan testitoran b. Hormon estrogen

c. Hormon estrogen dan progesteron

5. Sebutkan apa saja yang termaksud organ reproduksi itu? a. Payudara, perut, dan mulut

b. Labia mayor/minor, vulva, klitoris, dan vagina c. Payudara, vagina, klitoris, dan telinga

6. Apabila sperma laki bertemu dengan sel telur perempuan kemudian keduanya bersatu, apa yang akan terjadi ?

a. Kehamilan

b. Perdarahan tiba-tiba c. Tidak terjadi apa-apa

7. Pada usia berapakah seorang remaja memasuki masa puberitas? a. 17-20 tahun

b. 11-12 tahun c. 12-15 tahun


(6)

a. Merupakan proses pelepasan darah dan cairan encer dari uterus melalui vagina

b. Merupakan proses keluar nya darah c. Semua salah

9. Sebutkan organ reproduksi perempuan yang tugasnya membesarkan bayi selama 9 bulan?

a. Rahim (uterus)

b. Liang kemaluan (vagina) c. Indung telur (ovarium).

10. Apa yang menyebabkan kebanyakan remaja puteri sering mengalami keram sewaktu menstruasi?

a. Karena hormone seks yang meningkat

b. Karena otot-otot rahim berkontraksi di dinding uterus c. Karena darah yang banyak keluar