Penatalaksanaan HIVAIDS Perbedaan kadar CD4 sebelum dan setelah penggunaan Highly Active Anti retroviral therapy (HAART) pada penderita HIV di RSUP Haji Adam Malik pada Tahun 2009

2.8. Penatalaksanaan HIVAIDS

. Menurut Djoerban dan Djauzi 2007 secara umum, penatalaksanaan ODHA terdiri dari beberapa jenis, yaitu: 1. Pengobatan untuk menekan replikasi HIV dengan obat anti retroviral ARV. 2. Pengobatan untuk mengatasi berbagai penyakit infeksi dan kanker yang menyertai infeksi HIVAIDS seperti jamur, tuberkulosis, hepatitis, sarkoma kaposi, limfoma, kanker serviks. 3. Pengobatan suportif, yaitu makanan yang mempunyai nilai gizi lebih baik dan pengobatan pendukung lain seperti dukungan psikososial dan dukungan agama serta tidur yang cukup dan menjaga kebersihan. Antiretroviral therapy ditemukan pada tahun 1996 dan mendorong suatu evolusi dalam perawatan penderita HIVAIDS. Replikasi HIV sangat cepat dan terus-menerus sejak awal infeksi, sedikitnya terbentuk 10 miliar virus setiap hari. Namun karena waktu paruh virus bebas virion sangat singkat maka sebagian besar virus akan mati. Penurunan CD4 menunjukkan tingkat kerusakan sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV. Pemeriksaan CD4 ini berguna untuk memulai, mengontrol dan mengubah regimen ARV yang diberikan Murtiastutik, 2008. Menurut Murtiastutik 2008 faktor yang harus diperhatikan dalam memilih regimen ART baik di tingkat program ataupun tingkat individual: - Efikasi obat - Profil efek samping obat - Persyaratan pemantauan laboratorium - Kemungkinan kesinambungan sebagai pilihan obat di masa depan - Antisipasi kepatuhan oleh pasien Universitas Sumatera Utara - Kondisi penyakit penyerta - Kehamilan dan risikonya - Penggunaan obat lain secara bersamaan - Infeksi strain virus lain yang berpotensi meningkatkan resistensi terhadap satu atau lebih ART. - Ketersediaan dan harga ART. Menurut WHO waktu diberikannya ART dibagi dalam dua kategori, apakah ada perhitungan CD4. Penghitungan TLC dapat digunakan sebagai pengganti hitung CD4, meskipun hal ini dianggap kurang bermakna pada pasien asimptomatis. • Ada perhitungan CD4 Stadium IV menurut kriteria WHO AIDS tanpa memandang hitung CD4 Stadium III menurut kriteria WHO dengan CD4 350 sel mm 3 Stadium I-II menurut kriteria WHO dengan CD4 ≤ 200 selmm 3 • Tidak ada perhitungan CD4 Stadium IV menurut WHO tanpa memandang TLC Stadium III menurut WHO tanpa memandang TLC Stadium II dengan TLC ≤ 1200 selmm 3 Pemberian ART tergantung tingkat progresivitas masing-masing penderita. Terapi kombinasi ART mampu menekan replikasi virus sampai tidak terdeteksi oleh PCR. Pada kondisi ini penekanan virus berlangsung efektif mencegah timbulnya virus yang resisten terhadap obat dan memperlambat progersifitas penyakit. Karena itu terapi kombinasi ART harus menggunakan dosis dan jadwal yang tepat Murtiastutik, 2008. Universitas Sumatera Utara Menurut Djoerban dan Djauzi 2007 obat anti retroviral terdiri dari beberapa golongan seperti nucleoside reverse transcriptase inhibitor, nleotide reverse transcriptase inhibitor, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor, dan inhibitor protease. Saat ini regimen pengobatan anti retroviral yang dianjurkan WHO adalah kombinasi dari 3 obat ARV. Terdapat beberapa regimen yang dapat dipergunakan dengan keunggulan dan kerugian masing-masing. Kombinasi ARV lini pertama yang umumnya digunakan di Indonesia adalah kombinasi zidovudinZDV, lamivudin 3TC, dengan nevirapin NVP. Kolom A Kolom B Lamivudin + zidovudin Evafirenz Lamivudin + didadosin Lamivudin + stavudin Lamivudin + zidovudin Nevirapin Lamivudin + stavudin Lamivudin + didadosin Lamivudin + zidovudin Nelvinafir Lamivudin + stavudin Lamivudin + didadosin Tabel 2.1. Kombinasi ART untuk Terapi inisial Djoerban dan Djauzi, 2007 Tidak dianjurkan pada wanita hamil trimester pertama atau wanita yang berpotensi tinggi untuk hamil Golongan Nama Obat Dosis Nucleoside RTI NRTIs Abacavir 300 mg setiap 12 jam Didadosine ddI 40 mg sekali sehari 250 mg sekali sehari jika BB 60kg 250 mg sekali sehari bila diberikan bersama TDF Universitas Sumatera Utara Lamivudine 3TC 150 mg setiap 12 jam atau 300 mg sekali sehari Stavudine d4T 40 mg setiap 12 jam 30 mg setiap 12 jam bila BB 60kg Zidovudine ZDVAZT 300 mg setiap 12 jam Nucleotide RTI NtRTIs Tenofovir TDF 300 mg sekali sehari catatan: interaksi obat dengan ddI, perlu mengurangi dosis ddI Non-Nucleotise RTIs NNRTIs Efavirenz EFV 600 mg sekali sehari Nevirapine NVP 200 mg sekali sehari selama 14 hari, kemudian 200 mg setiap 12 jam. Protease Inhibitors PIs Indinavirritonavir IDVr 800 mg100mg setiap 12 jam Lopinavirritonavir LPVr 400 mg100 mg setiap 12 jam 533mg133mg setiap 12 jam bila dikombinasi dengan EFV atau NVP Nelfinavir NFV 1250 mg setiap 12 jam Saquinavirritonavir SQVr 1000 mg100mg setiap 12 jam atau 1600 mg200mg sekali sehari RitonavirRTV,rf Kapsul 100 mg, larutan oral 400mg5 ml Tabel 2.2. Dosis ARV untuk penderita HIVAIDS dewasa Murtiastutik, 2007 Regimen Toksisitas Obat Pengganti AZT3TCNVP Intoleransi GI yang persisten oleh karena AZT atau toksisitas hematologis yang berat Ganti AZT dengan d4T Universitas Sumatera Utara Hepatoksisitas berat oleh NVP Ganti NVP dengan EFV kalau hamil ganti dengan NFV, LPVr atau ABC Ruam kulit berat karena NVP tetapi tidak mengancam jiwa yaitu tanpa pustula dan tidak mengenai mukosa Ganti NVP dengan EFV Ruam kulit berat yang mengancam jiwa Steven-Johnson Syndrome oleh karena NVP Ganti NVP dengan protease inhibitor AZT3TCEFV Intoleransi GI yang persisten oleh karena AZT atau toksisitas hematologis yang berat Ganti AZT dengan d4T Toksisitas susunan saraf pusat menetap oleh karena EFV Ganti EFV dengan NVP D4T3TCNVP Neuropati oleh karena d4T atau pankreatitis Ganti d4T dengan AZT Lipoatrofi oleh karena d4T Ganti d4T dengan TDF atau ABC Ruam kulit berat karena NVP tetapi tidak mengancam jiwa yaitu tanpa pustula dan tidak mengenai mukosa Ganti NVP dengan EFV Ruam kulit berat yang mengancam jiwa Steven-Johnson Syndrome oleh karena NVP Ganti NVP dengan protease inhibitor Universitas Sumatera Utara D4T3TCEFV Neuropati oleh karena d4T atau pankreatitis Ganti d4T dengan AZT Lipoatrofi oleh karena d4T Ganti d4T dengan TDF atau ABC Toksisitas susunan saraf pusat menetap oleh karena EFV Ganti EFV dengan NVP Tabel 2.3. Toksisitas Utama pada Regimen ARV lini pertama dan anjuran obat penggantinya Murtiastutik, 2007 Tanda Klinis Kriteria CD4 - Timbulnya infeksi oportunistik baru atau keganasan yang memperjelas perkembangan penyakit yang memburuk. Hal tersebut harus dibedakan dengan IRIS yang dapat saja timbul pada 3 bulan pertama setelah ARV dimulai. IRIS bukan merupakan tanda kegagalan terapi dan infeksi oportunistik harus diterapi seperti biasa, tanpa mengganti regimen ARV. - Kambuhnya IO yang pernah diderita -Munculnya atau kambuhnya penyakit- penyakit pada stadium III termasuk HIV wasting syndrome, diare kronis yang tidak jelas penyebabnya, terulangnya infeksi bakterial invasif, atau kandidiasis mukosa - CD4 kembali ke jumlah sebelum terapi atau bahkan dibawahnya tanpa adanya infeksi penyerta yang lain yang dapat menjelaskan terjadinya penurunan CD4 sementara. - Penurunan jumlah CD4 50 dari jumlah tertinggi yang pernah dicapai selama terapi tanpa infeksi penyerta lainnya yang dapat menjelaskan terjadinya penurunan CD4 sementara. Universitas Sumatera Utara yang kambuh atau menetap Tabel 2.4. Definisi Kegagalan Terapi secara klinis dan kriteria CD4 pada ODHA dewasa Murtiastutik, 2007 Obat ARV juga diberikan pada beberapa kondisi khusus seperti pengobatan profilaksis pada orang yang terpapar dengan cairan tubuh yang mengandung HIV post exposure prophylaxis. Selain itu juga digunakan untuk pencegahan penularan dari ibu ke bayi Djoerban dan Djauzi, 2007.

2.9. Prognosis HIVAIDS