BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi HIVAIDS
Acquired Immunodeficiency Syndrome AIDS adalah kumpulan gejala yang timbul akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang didapat, disebabkan
oleh infeksi human immunodeficiency virus HIV. AIDS ini bukan merupakan suatu penyakit saja, tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang disebabkan oleh
infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti, infeksi bakteri, virus, jamur, bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita
Murtiastutik, 2008. Pada 5 Juni 1981, kasus pertama AIDS dilaporkan di Los Angeles pada
lima orang laki-laki homoseksual yang menderita Pneumonia Pneumocystis carinii PPC dan infeksi opotunistik lainnya Stine, 2000. Pada tahun 1983,
ilmuwan Prancis, Luc Montagnier Institut Pasteur, Paris mengisolasi virus dari pasien dengan gejala limfadenopati dan menemukan virus HIV dan virus ini
dinamakan lymphadenopathy assosiated virus LAV. Pada tahun 1984, Gallo National Institute of Health, USA menemukan virus human T lymphotropic virus
HTLV-III yang juga menyebabkan AIDS. LAV dan HTLV-III adalah virus penyebab HIV yang sama dan dikenal sebagai HIV-1. Phair et al 1997.
2.2. Etiologi HIVAIDS
HIV adalah suatu retrovirus anggota subfamili lentivirinae Brooks et al, 2005. Retrovirus berdiameter 70-130 nm Lango dan Fauci, 2005. Masa
inkubasi virus ini selama sekitar 10 tahun Kayser et al, 2005. Virion HIV matang memiliki bentuk hampir bulat. Selubung luarnya, atau
kapsul viral, terdiri dari lemak lapis ganda yang banyak mengandung tonjolan protein. Duri-duri ini terdiri dari dua glikoprotein; gp120 dan gp41. Terdapat
Universitas Sumatera Utara
suatu protein matriks yang disebut gp17 yang mengelilingi segmen bagian dalam membran virus. Sedangkan inti dikelilingi oleh suatu protein kapsid yang disebut
p24 Lan, 2005. Di dalam kapsid terdapat dua untai RNA identik dan molekul preformed
reverse transcriptase, integrase dan protease yang sudah terbentuk. Reverse transcriptase adalah enzim yang mentranskripsikan RNA virus menjadi DNA
setelah virus masuk ke sel sasaran Lan, 2005.
2.3. Penularan HIV AIDS
Penularan utama HIV dapat melalui beberapa cara yaitu melalui hubungan seksual, pemindahan darah atau produk darah, proses penyuntikan dengan alat-
alat yang yang terkontaminasi darah dari penderita HIV dan juga melalui transmisi vertikal dari ibu ke anak. Sekali terinfeksi, maka orang tersebut akan
tetap terinfeksi dan dapat menjadi infeksius bagi orang lain Rook et al, 2005. 1. Penularan seksual
Penularan seksual merupakan cara infeksi yang paling utama diseluruh dunia, yang berperan lebih dari 75 dari semua kasus penularan HIV Mitchell
dan Kumar, 2007. Penularan seksual ini dapat terjadi dengan hubungan seksual genitogenital ataupun anogenital antara heteroseksual ataupun homoseksual.
Risiko seorang wanita terinfeksi dari laki-laki yang seropositif lebih besar jika dibandingkan seorang laki-laki yang terinfeksi dari wanita yang seropositif Rook
et al, 1998. 2. Transfusi darah dan produk darah
HIV dapat ditularkan melalui pemberian whole blood, komponen sel darah, plasma dan faktor-faktor pembekuan darah. Kejadian ini semakin
berkurang karena sekarang sudah dilakukan tes antibodi-HIV pada seorang donor. Apabila tes antibodi dilakukan pada masa sebelum serokonversi maka
antibodi-HIV tersebut tidak dapat terdeteksi Rook et al, 1998.
Universitas Sumatera Utara
3. Penyalah guna obat-obat intravena Penggunaan jarum suntik secara bersama-sama dan bergantian semakin
meningkatkan prevalensi HIVAIDS pada pengguna narkotika. Di negara maju, wanita pengguna narkotika jarum suntik menjadi penularan utama pada populasi
umum melalui pelacuran dan transmisi vertikal kepada anak mereka Rook et al, 1998.
4. Petugas Kesehatan Menurut Murtiastutik 2008 petugas kesehatan sangat berisiko terpapar
bahan infeksius termasuk HIV. Berdasarkan data yang didapat dari 25 penelitian retrospektif terhadap petugas kesehatan, didapatkan rata-rata risiko transmisi
setelah tusukan jarum ataupun paparan perkutan lainnya sebesar 0,32 CI 95 atau terjadi 21 penularan HIV setelah 6.498 paparan, dan setelah paparan melalui
mukosa sebesar 0,09 CI 95. 5. Maternofetal
Sebelum ditemukan HIV, banyak anak yang terinfeksi dari darah ataupun produk darah atau dengan penggunan jarum suntik secara berulang. Sekarang ini,
hampir semua anak yang menderita HIVAIDS terinfeksi melalui transmisi vertikal dari ibu ke anak. Diperkirakan hampir satu pertiga 20-50 anak yang
lahir dari seorang ibu penderita HIV akan terinfeksi HIV. Peningkatan penularan berhubungan dengan rendahnya jumlah CD4 ibu. Infeksi juga dapat secara
transplasental, tetapi 95 melalui transmisi perinatal Rook et al, 1998. 6. Pemberian ASI
Peningkatan penularan melalui pemberian ASI pada bayi adalah 14. Di negara maju, ibu yang terinfeksi HIV tidak diperbolehkan memberikan ASI
kepada bayinya Rook et al, 1998.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Epidemiologi HIVAIDS