Latar Belakang KESIMPULAN DAN SARAN 37

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu dari beberapa tanaman golongan palm yang dapat menghasilkan minyak adalah kelapa sawit Elaeis guinensis JACQ. Buah kelapa sawit menghasilkan dua jenis minyak yakni minyak yang berasal dari daging buah mesokarp berwarna merah. Jenis minyak ini dikenal sebagai minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil CPO. Sedangkan minyak yang kedua berasal dari inti kelapa sawit atau palm kernel oil, PKO. Minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit yang digunakan sebagai bahan pangan diperoleh melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan hidrogenasi. Pada umumnya CPO sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi stearin padat. Fraksi olein digunakan untuk bahan pangan, sedangkan fraksi stearin untuk keperluan nonpangan. Pangan dengan bahan baku olein antara lain : minyak goreng, mentega margarine, lemak untuk masak shortening, bahan pengisi adatif, dan industri makanan ringan roti dan kue-kue dan lain – lain. Sebagai minyak atau lemak, minyak sawit adalah suatu trigliserida, yaitu ester antara senyawa gliserol dengan asam lemak. Minyak sawit terdiri atas berbagai trigliserida dengan rantai asam lemak yang berbeda-beda. Panjang rantai adalah antara 14-20 atom karbon. Dengan demikian sifat minyak sawit ditentukan oleh Universitas Sumatera Utara perbandingan dan kompoisi trigliserida tersebut. Karena kandungan asam lemak yang terbanyak adalah asam lemak tak jenuh yang terdiri dari oleat dan linoleat, minyak sawit termasuk golongan minyak asam oleat-linoleat. Standar mutu adalah merupakan hal yang penting untuk menentukan minyak yang berkualitas baik. Ada beberapa faktor yang digunakan sebagai parameter untuk menentukan standart mutu minyak sawit, antara lain adalah bilangan Iodin Iodine Value, titik kabut Cloud Point, bilangan penyabunan, titik lebur, asam lemak bebas, bilangan peroksida, kadar air, kadar kotoran, dan ukuran pemucatan. Pengolahan CPO menjadi Olein dilakukan dengan beberapa tahap yaitu tahap degumming, bleaching, deodorizing, dan fraksinasi. Pada tahap fraksinasi dilakukan pemisahan fraksi padat RBDP Stearin dengan fraksi cair RBDP Olein yang terdapat pada RBDPO Refined Bleached Deodorized Palm Oil . Dalam hal ini RBDP Olein Refined Bleached Deodorized Palm Olein yang terbentuk akan dianalisa iodine value dan cloud pointnya. Iodine Value adalah jumlah gram iod yang dapat diikat oleh 100 gram lemak. Ikatan rangkap yang terdapat pada asam lemak yang tidak jenuh akan bereaksi dengan iod atau senyawa – senyawa iod dan membentuk senyawa yang jenuh. Gliserida dengan tingkat ketidakjenuhan yang tinggi, akan mengikat iod dalam jumlah yang lebih besar. Besarnya jumlah iod yang diserap menunjukkan banyaknya ikatan rangkap atau ikatan tidak jenuh. Cloud Point adalah suhu dimana minyak mulai menjadi jenuh sebagai hasil dari kristalisasi menurut pengaturan pendinginan. Cloud berkaitan dengan tak Universitas Sumatera Utara jenuhnya suatu minyak. Secara umum, semakin tinggi ketidakjenuhan maka semakin rendah cloud point. Adanya pengaruh ketidakjenuhan suatu olein terhadap nilai bilangan iodin dan titik keruh maka dalam karya ilmiah ini dilakukan penelitian dengan judul ” Hubungan Harga Bilangan Iodin dan Titik Keruh terhadap Olein yang diperoleh dari Hasil Fraksinasi RBDPO pada PT. SMART Tbk.

1.2. Permasalahan