jenuhnya suatu minyak. Secara umum, semakin tinggi ketidakjenuhan maka semakin rendah cloud point.
Adanya pengaruh ketidakjenuhan suatu olein terhadap nilai bilangan iodin dan titik keruh maka dalam karya ilmiah ini dilakukan penelitian dengan judul ”
Hubungan Harga Bilangan Iodin dan Titik Keruh terhadap Olein yang diperoleh dari Hasil Fraksinasi RBDPO pada PT. SMART Tbk.
1.2. Permasalahan
- Bagaimana hubungan antara Iodine Value dan Cloud Point terhadap
RBDP Olein yang diperoleh dari hasil fraksinasi RBDPO pada proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng.
1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui hubungan antara Iodine Value dan Cloud Point
terhadap RBDP Olein yang diperoleh dari hasil fraksinasi RBDPO.
1.4. Manfaat
Dengan dilakukannya penentuan Iodine Value dan Cloud Point terhadap RBDP Olein, disamping dapat mengetahui kualitas dari minyak tersebut juga
memberikan informasi terhadap pentingnya penentuan iodine value dan cloud
point terhadap penentuan mutu suatu minyak goreng.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa Sawit
Kelapa sawit, didasarkan atas bukti – bukti fosil, sejarah, dan linguistik yang ada, diyakini berasal dari Afrika Barat. Di tempat asalnya ini, kelapa sawit yang
pada saat yang lalu dibiarkan tumbuh liar dihutan – hutan sejak awal telah dikenal sebagai tanamaan pangan yang penting. Oleh penduduk setempat kelapa sawit telah
diproses secara
amat sederhana
menjadi minyak
dan tuak
sawit. Tim penulis PS., 1992.
Kelapa sawit Elaeis guineensis saat ini telah berkembang pesat di Asia Tenggara, khususnya di Indonesia dan Malasyia, dan justru bukan di Afrika Barat
atau Amerika yang dianggap sebagai daerah asalnya. Masuknya bibit kelapa sawit ke Indonesia pada tahun 1984 hanya sebanyak 4 batang yang berasal dari Bourbon
Mauritus dan Amsterdam. Ke-empat batang bibit kelapa sawit tersebut ditanam di kebun Raya Bogor dan selanjutnya disebarkan ke Deli Sumatera Utara.
Risza,S., 1994 .
Universitas Sumatera Utara
2.1.1 Varietas Kelapa Sawit
Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, dikenal lima varietas kelapa sawit, yaitu :
1. Dura
Tempurung cukup tebal antara 2 – 8 mm dan tidak tedapat lingkaran sabut pada bagian luar tempurung. Daging buah relatif tipis dengan persentase daging buah
terhadap buah bervariasi antara 35 – 50 . Kernel daging biji biasanya besar dengan kandungan minyak yang rendah.
2. Pisifera
Ketebalan tempurumg sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, tetapi daging buahnya tebal. Persentase daging buah terhadap buah cukup tinggi, sedangkan daging
biji sangat tipis. Jenis Pisifera tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan jenis yang lain. Varietas ini dikenal sebagai tanaman betina yang steril sebab bunga betina gugur
pada fase dini. Oleh sebab itu, dalam persilangan dipakai sebagai pohon induk jantan. Penyerbukan silang antara Pisifera dengan Dura akan menghasilkan varietas Tenera.
3. Tenera
Varietas ini mempunyai sifat – sifat yang berasal dari kedua induknya, yaitu Dura dan Pisifera. Varietas inilah yang banyak ditanam di perkebunan – perkebunan
pada saat ini. Tempurung sudah menipis, ketebalannya berkisar antara 0,5 – 4 mm, dan terdapat lingkaran serabut disekelilingnya. Persentase daging buah terhadap buah
tinggi, antara 60 – 96 . Tandan buah yang dihasilkan oleh Tenera lebih banyak dari pada Dura, tetapi ukuran tandannya relatif lebih kecil.
Universitas Sumatera Utara
4. Macro carya
Tempurung sangat tebal, sekitar 5 mm, sedang daging buahnya tipis sekali. 5.
Diwikka - wakka Varietas ini mempunyai ciri khas dengan adanya 2 lapisan daging buah.
Diwikka –
wakka dapat dibedakan menjadi dwikka-wakkadura, dwikka-wakkapisifera, dwikka-wakkatenera. Perbedaan ketebalan daging buah
kelapa sawit menyebabkan perbedaan persentase atau rendemen minyak yang dikandungnya. Rendemen minyak tertinggi terdapat pada varietas Tenera yaitu
sekitar 22 – 24 , sedangkan pada varietas Dura antara 16 – 18 . Jenis kelapa sawit yang diusahakan tentu saja yang mengandung rendemen minyak tinggi sebab minyak
sawit merupakan hasil olahan yang utama. Sehingga tidak diherankan jika lebih banyak perkebunan yang menanam kelapa sawit dari varietas Tenera.
Tim Penulis PS, 1992
2.2 Pengolahan Minyak Kelapa Sawit dari Tandan Buah Segar Kelapa Sawit
Pengolahan minyak kelapa sawit dari tandan buah segar kelapa sawit terdiri dari beberapa tahap yaitu :
a. Sterilisasi dan perontokan
Sterilisasi bertujuan untuk menghentikan aktivitas enzimatis dan mengumpulkan protein dalam buah sawit serta membunuh mikroba. Terhentinya
proses enzimatis akan mengurangi kerusakan bahan, antara lain akibat penguraian minyak menjadi asam lemak bebas. Penggumpalan protein bertujuan agar tidak ikut
terekstrak pada waktu pengepresan minyak ekstraksi . Sterilisasi juga bermanfaat
Universitas Sumatera Utara
untuk pengawetan dan memudahkan perontokan buah. Tandan buah yang telah disortir direbus dengan uap panas selama 2 – 2,5 jam
Akhir perebusan ditandai ditandai dengan beberapa gejala, antara lain bau buah yang gurih, empuk, dan mudah rontok. Setelah direbus selanjutnya dimasukkan
kedalam alat perontok. b.
Pengempaan Buah dalam bak penumpukan diamasukkan dalam tangki penghancur.
Sebagai pembantu dalam proses ini dipakai uap air panas, dan hasil hancurnya disebut jladren.
Jladren dimasukkan kedalam alat pengepres yang berbentuk silinder tegak. Pengepresan dilakukan pada tekanan sebesar 200 – 300 kg per cm
2
dengan kecepatan penekanan 5 sampai 6 kali dalam satu menit.
Ampas yang dihasilkan diangkut dengan pengangkut berulir auger ke proses selanjutnya. Minyak sawit dari stasiun kempa dialirkan dalam sebuah
tangki yang disebut monteyues. c.
Perebusan Minyak yang berada dalam monteyues dipanaskan dengan uap air supaya
tidak membeku. Dari monteyues minyak dipompakan dalam bak tunggu dengan bantuan tekanan uap sebesar 2 kg per cm
2
, dan dari bak tunggu dialirkan kedalam tangki pengendapan.
Didalam tangki pengendapan, minyak dipanaskan dengan uap air selama kurang lebih 4 jam, kemudian didinginkan selama 3 jam. Perebusan bertujuan untuk
Universitas Sumatera Utara
memecahkan struktur emulsi, memasak minyak dan memisahkan kotoran dan air dari minyak. Pendinginan selama 3 jam, akan memisahkan minyak dari air dn kotoran.
d. Penjernihan
Minyak sawit dipompakan dari bak tunggu kedalam tangki penjernihan kalrifikator . Didalam tangki penjernihan ini minyak kelapa sawit dimasak lagi
dengan uap air panas selama lebih kurang 60 menit, kemudian didinginkan selama 60 menit.
e. Penyaringan
Minyak yang dialirkan dari tangki penjernihan, disaring didalam alat penyaring sentrifugal. Dari penyaringan sentrifugal minyak bersih dipompakan
kedalam tangki penimbunan, sedangkan air dan kotoran dikembalikan kedalam tangki pengendapan.
f. Pemisahan Ampas dan Biji Sawit
Ampas yang keluar dari stasiun kempa diangkut oleh pengangkut berulir auger ke alat pemisah ampas luchschreider . Selama pengangkutan, ampas
dipanasi dengan uap yang dicacah dengan pisau sehingga ampas yang dihasilkan lebih halus.
Alat pemisah ampas ini merupakan sebuah drum yang berputar dilengkapi oleh sebuah kipas. Prinsip pemisahan berdasarkan atas perbedaan bobot jenis biji
sawit dan ampas. Ketaren, S., 2005 .
Universitas Sumatera Utara
2.3 Pengolahan CPO Menjadi Minyak Goreng