5 Tablet Cetak untuk Penggunaan Lain
a. Tablet Triturat untuk Dispensing: tablet yang dihaluskan terlebih dulu atau
disiapkan untuk tujuan penggunaan tertentu. Digunakan sebagai tablet sublingual atau dilepaskan di atas lidah dan ditelan dengan air minum.
b. Tablet Sublingual: tablet kempa yang dibuat dari bahan mudah
larutmelarut sempurna dalam air. Umumnya digunakan untuk membuat sediaan injeksi steril dalam ampul dengan penambahan pelarut.
c. Tablet Dispensing: tablet yang digunakan oleh apoteker dalam meracik obat
bentuk sediaan padatcair.
6.4 Komposisi Umum Sediaan Tablet Lachmann, dkk., 1989
Secara umum, tablet memiliki komposisi sebagai berikut:
1. Zat aktif dimana zat aktif dapat terdiri dari satu atau lebih komponen.
2. Pengisi: zat inert yang ditambahkan dalam formula tablet yang ditujukan
untuk membuat bobot tablet sesuai dengan yang diharapkan. 3.
Pengikat: bertanggung jawab untuk menjaga kekompakan dan daya tahan tablet. Bahan pengikat berperan dalam penyatuan bersama dari partikel serbuk
dalam sebuah butir granula. 4.
Lubrikan Pelicir : fungsinya untuk menghilangkan gesekan atau friksi saat pengempaan dan penarikan tablet keluar cetakan. Semakin kecil ukuran
granul, semakin banyak lubrikan yang dibutuhkan. 5.
Glidant Bahan Pelicin: digunakan untuk memacu aliran serbuk atau granul dengan jalan mengurangi gesekan antar partikel. Contoh: talkum, corn starch,
aerosil.
Universitas Sumatera Utara
6. Disintegrants Penghancur: ditambahkan untuk memudahkan pecahnya tablet
ketika berkontak dengan cairan saluran pencernaan. 7.
Zat pewarna dan Pemanis: gunanya adalah untuk menutupi warna tablet yang kurang baik, memudahkan identifikasi hasil produksi, dan membuat suatu
produk tampak lebih menarik.
6.5 Metode Pembuatan Tablet
Sediaan tablet dapat dibuat melalui tiga macam metode, yaitu granulasi basah, granulasi kering dan kempa langsung. Pemilihan metode pembuatan
sediaan tablet ini biasanya disesuaikan dengan karakteristik zat aktif yang akan dibuat tablet, apakah zat tersebut tahan terhadap panas atau lembab,
kestabilannya, besar kecilnya dosis, dan lain sebagainya.
a. Granulasi Basah
Memproses campuran partikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebih besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumlah yang tepat
sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat
aktif yang sulit dicetak langsung karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik. Prinsip dari metode granulasi basah adalah membasahi masa tablet dengan
larutan pengikat tertentu sampai mendapat tingkat kebasahan tertentu pula,
kemudian masa basah tersebut digranulasi. b.
Granulasi Kering
Proses ini disebut juga slugging, yaitu memproses partikel zat aktif dan eksipien dengan mengempa campuran bahan kering menjadi massa padat yang
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya dipecah lagi untuk menghasilkan partikel yang berukuran lebih besar dari serbuk semula granul.
Dengan metode ini, baik bahan aktif maupun pengisi harus memiliki sifat kohesif agar massa yang jumlahnya besar dapat dibentuk. Metode ini khususnya
untuk bahan-bahan yang tidak dapat diolah dengan metode granulasi basah, karena kepekaannya terhadap uap air atau suhu tinggi Ansel,1989.
Contoh tablet dengan teknik granulasi kering antara lain tablet desogestrel, alendronat sodium, alupurinol, amitryprilin.
c. Kompresi Langsung