Gambaran Klinis Patofisiologi TUMOR LIDAH

2.4 Gambaran Klinis

Tanda-tanda yang spesifik pada tumor lidah adalah suatu massa atau ulkus yang merupakan jaringan epitel yang terkoyak. Jaringan epitel yang hilang bersifat menyeluruh sehingga jaringan ikat di bawahnya menjadi terbuka. Untuk menentukan diagnosa suatu ulkus di lidah diperlukan pemeriksaan yang tepat dan rinci serta anamnesa pasien. Langkah selanjutnya diperlukan pemeriksaan ulkus dengan menggunakan pendekatan yang sistematis seperti pemeriksaan lokasi ulkus, jumlah ulserasi, ukuran, bentuk, dasar lesi, dan tepi lesi. 11 Di dalam mulut, ulkus biasanya disertai rasa sakit, kecuali tumor mulut yang ganas mempunyai gejala dan tanda yaitu: 11 • Di awal pembentukannya lesi sering tidak sakit, sehingga tidak terlalu diperhatikan oleh penderitanya. Lesi akan terasa sakit bila terjadi infeksi atau bila tumor menginvasi jaringan saraf. • Di daerah leher ditemukan pembesaran kelenjar yang tidak nyeri. • Dengan semakin berkembangnya lesi, akan terjadi kesulitan menelan, mengunyah dan bicara, yang disertai rasa sakit. • Lokasi: pada lidah, dasar mulut, mukosa bukal, linggir alveolar merupakan 60 lesi kanker mulut . • Bentuk: bulat, berliku-liku, atau tidak beraturan, dengan tepi: tinggi, bergulung dan menonjol. • Dasar lesi: granular dan kasar, dapat dengan mudah berdarah, dan pada jaringan di bawah lesi: ditemukan indurasi dan perlekatan dengan jaringan yang lebih dalam. Penyebaran melalui pembuluh limfe: • Terjadi penyebaran melalui nodus limfatik regional. Tiga puluh persen pasien datang dengan keluhan adanya keterlibatan nodus limfatik. • Nodus yang membesar menjadi semakin padat atau keras, tidak ada nyeri tekan, dan melekat dengan jaringan di sekitarnya. • Limfadenopati dapat merupakan gambaran klinis awal pada karsinoma lidah. Universitas Sumatera Utara Tes diagnostik • Pemeriksaan: biopsi dan histopatologi, radiologi umum, tomografi menggunakan komputer CT, pencitraan resonansi magnetik MRI.

2.5 Patofisiologi

Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali. Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel. Tumor diklasifikasikan Gambar 3. Terlihat ulser pada sisi lateral lidah dengan sel skuamus karsinoma pada penderita laki-laki berumur 80 tahun yang merupakan perokok dan peminum alkohol berat. 12 Universitas Sumatera Utara sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat jinak dan tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. Sebaliknya, maligna disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastatis, yaitu menyebar dan menyerang jaringan lain sehingga dapat disebut tumor ganas. 13 Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi. Bahkan kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen tertentu diperlukan untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel – sel tumor. Hanya mutasi pada gen tertentu yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA repair yang akan mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi terhadap poliferasinya. 13 Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel – sel yang hanya memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari tumor jinak. Ketika mutasi berakumulasi, maka sel tumor jinak itu akan menjadi tumor ganas. 13 Proses karsinogenesis adalah proses bertahap suatu multisteps process. Sedikitnya ada tiga tahapan, yaitu: 6,14 1. Inisiasi, proses inisiasi ini: 1. Karsinogen yang merupakan inhibitor adalah mutagen 2. Cukup terkena sekali paparan karsinogen 3. Keadaan ini permanen dan irreversible 4. Proses ini tidak mengubah ekspresi gen 2. Promosi, sifat – sifat promoter adalah: 1. Mengikuti kerja inisiator 2. Perlu paparan berkali – kali 3. Keadaan dapat reversible 4. Dapat mengubah ekspresi gen seperti: hiperplasia, induksi enzim, induksi diferensiasi Universitas Sumatera Utara 3. Progresi Pada progresi ini terjadi aktivasi, mutasi, atau hilangnya gen. pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna. Gambar 4. Tahap perjalanan sel menjadi tumor yang tergambar dari tiga tahap yaitu inisiasi, promosi, dan progresi. 6 Tumor Universitas Sumatera Utara Staging tumor pada rongga mulut Sistem yang dipakai adalah American Join Commite For Cancer Staging and End Result reporting AJCCS. Sistem yang dipakai adalah T.N.M yaitu: T:Tumor primer, N: Kelenjar getah bening regional, M: Metastasis jauh tumor primer dan dipakai pada rongga mulut: 2,3,4,15,16 T – Tumor primer TX : Tumor yang belum dapat dideteksi T0 : Tidak ada bukti tumor primer TIS : Karsinoma insitu tumor permukaan T1 : Tumor besarnya 2 cm atau lebih kecil T2 : Tumor lebih besar dari 2 cm tetapi lebih kecil dari 4 cm T3 : Tumor lebih besar dari 4 cm T4 : Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau otot – otot lidah N – Kelenjar getah bening regional NX : Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperkirakan N0 : Tidak ada metastatis ke kelenjar getah bening regional N1 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran kurang dari 3 cm N2 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6 cm atau bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6 cm atau melibatkan kelenjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6 cm N2a : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6 cm N2b : Metastatis ke kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6 cm N2c : Metastatis ke kelanjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6 cm N3 : Metastatis ke kelenjar getah bening dengan ukuran lebih dari 6 cm Universitas Sumatera Utara M – Metastatis jauh tumor primer MX : Adanya metastatis jauh tidak dapat diperkirakan M0 : Tidak ada metastatis jauh dari tumor primer M1 : Ada metastasis jauh dari tumor primer Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Stage 1 : T1 N0 M0 Stage 2 : T2 N0 M0 Stage 3 : T3 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0 T3 N1 M0 Stage 4 : T4 N0 M0 T1, T2, atau T3 dengan N2 atau N3 dan M0 T1, T2 atau T3 N2 atau N3 dan M1

2.6 Penatalaksanaan