Penggunaan Free Flap Pada Rekonstruksi Tumor Lidah

(1)

PENGGUNAAN

FREE FLAP

PADA REKONSTRUKSI

TUMOR LIDAH

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran gigi

Oleh :

IRA APRIANI PANE NIM : 080600010

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2014

Ira Apriani Pane

Penggunaan Free Flap Pada Rekonstruksi Tumor Lidah

x + 35 halaman

Tumor adalah suatu benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel. Ada dua

macam tumor yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas pada lidah adalah

suatu neoplasma maligna yang berasal dari jaringan epitel mukosa lidah dengan sel

berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepeng berlapis). Tumor ini dapat

menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara

limfogen dan hematogen.

Perawatan tumor lidah dapat dilakukan dengan pembedahan, radiografi, serta

kombinasi dari keduanya. Kecacatan yang dihasilkan dari tindakan bedah dengan

eksisi yang luas tentu dapat menghilangkan bentuk anatomi, fungsional lidah, serta

estetika. Pengembalian kecacatan pada lidah dapat dicapai melalui prosedur

rekonstruksi free flap. Free flap merupakan tindakan bedah rekonstruksi

pencangkokan jaringan dari bagian tubuh lain beserta pembuluh darahnya.


(3)

sudut pandang fungsional dan estetika dibandingkan dengan teknik rekonstruksi

lainnya.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 7 Februari 2014

Pembimbing : Tanda tangan

Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM NIP : 19530401 198003 1 006


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji

pada tanggal, 7 Februari 2014

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Olivia Avriyanti Hanafiah, drg., Sp.BM ANGGOTA: 1. Eddy A.Ketaren, drg., Sp.BM

2. Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT, Sang Maha hati dan Sang

Maha segalanya, sehingga skripsi ini dapat selesai disusun sebagai salah satu syarat

untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan

bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala

kerendahan hati penulis menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya

kepada yang terhormat.

1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM, selaku dosen pembimbing dan ketua

Departemen Bedah Mulut yang telah memberikan bimbingan, petunjuk

dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ariyani, drg, selaku pembimbing akademik yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi.

4. Seluruh staf pengajar FKG USU khususnya di Departemen Bedah Mulut

dan Maksilofasial yang telah memberikan ilmu dan bimbingan di bidang

kedokteran gigi, semoga Allah memberikan pahala yang tidak terputus.

5. Rasa hormat dan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua


(7)

inspirasi terbaik dalam hidup penulis dan semua pengorbanan yang telah

dilakukan dan hanya Allah saja yang dapat membalasnya.

6. Adik penulis Muhammad Ikhsan Pane dan Yenni Rahmalita Pane yang

selalu memberikan dukungan kepada penulis baik secara langsung

maupun tidak langsung.

7. Rasa terimakasih yang sebesarnya kepada Zamzamy Elwadiip atas setiap

waktu yang diluangkan untuk membantu penulis agar dapat

menyelesaikan skripsi ini, selalu setia mendoakan dan memberikan

motivasi dengan caranya sendiri kepada penulis.

8. Teman-teman angkatan 2008, dan orang-orang tak terduga yang selalu

memberikan semangat yang tidak dapat disebutkan semuanya.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat

memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan

masyarakat.

Medan, 7 Februari 2014 Penulis

(Ira Apriani Pane)

NIM: 080600010


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN TIM PENGUJI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... x

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 TUMOR LIDAH ... 3

2.1 Definisi Tumor Pada Lidah ... 3

2.2 Etiologi ... 4

2.3 Anatomi Lidah ... 5

2.4 Gambaran Klinis ... 8

2.5 Patofisiologi ... 9

2.6 Penatalaksanaan………... 13

BAB 3 FREE FLAP OPERATION 3.1 Definisi ... 15

3.2 Jenis Free Flap ... 15


(9)

BAB 4 PENGGUNAAN FREE FLAP PADA REKONSTRUKSI PASCA OPERASI TUMOR LIDAH

4.1 Tindakan Pra bedah ... 20

4.2 Tindakan bedah ... 21

4.3 Perawatan Pasca Bedah ... 29

4.4 Komplikasi ... 30

BAB 5 KESIMPULAN ... 31


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi lidah ... 5

2. Anatomi kelenjar limfe lidah ... 7

3. Ulser pada sisi lateral lidah dengan sel skuamus karsinoma ... 9

4. Tahap perjalanan sel menjadi tumor ... 11

5. Tabel jenis dan bagian flep yang digunakan serta indikasi dari jenis free flap ... 16

6. Skema jenis dan indikasi flep untuk rekonstruksi daerah defek di rongga mulut ... 19

7. a. Penjepit anastomosis b. Alat pembedahan free flap ... 21

8. Hemiglosektomi pada sisi lateral……… 22

9. Penggambaran daerah yang akan didonor pada lengan bawah .. 23

10. Insisi pada daerah lengan ... 24

11. Pengangkatan daerah donor ... 25

12. Bagian donor yang akan dicangkok ke daerah resipien ... 25

13. Penggunaan STSG ... 26

14. Penjahitan anastomosis arteri dan vena: a. end to end end to side ... 27


(11)

15. a. Pasca rekonstruksi dengan menggunakan radial forearm

b.Kondisi lidah pasca rekonstruksi 3 bulan pemulihan ... 28


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Perawatan tumor ganas pada lidah………. 14

2 . Anatomi fasiakutaneus flep beserta keuntungan dan

kerugiannya……… 17


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2014

Ira Apriani Pane

Penggunaan Free Flap Pada Rekonstruksi Tumor Lidah

x + 35 halaman

Tumor adalah suatu benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel. Ada dua

macam tumor yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas pada lidah adalah

suatu neoplasma maligna yang berasal dari jaringan epitel mukosa lidah dengan sel

berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepeng berlapis). Tumor ini dapat

menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara

limfogen dan hematogen.

Perawatan tumor lidah dapat dilakukan dengan pembedahan, radiografi, serta

kombinasi dari keduanya. Kecacatan yang dihasilkan dari tindakan bedah dengan

eksisi yang luas tentu dapat menghilangkan bentuk anatomi, fungsional lidah, serta

estetika. Pengembalian kecacatan pada lidah dapat dicapai melalui prosedur

rekonstruksi free flap. Free flap merupakan tindakan bedah rekonstruksi

pencangkokan jaringan dari bagian tubuh lain beserta pembuluh darahnya.


(14)

sudut pandang fungsional dan estetika dibandingkan dengan teknik rekonstruksi

lainnya.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

Tumor adalah suatu benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel. Ada dua macam tumor yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor ganas lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan selnya berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepeng berlapis), juga beberapa penyakit - penyakit tertentu (premaligna). Tumor ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen.1,5,7,8

Lokasi tumor ganas lidah yang sering terkena adalah tepi lateral pada perbatasan antara bagian tengah dengan 1/3 belakang lidah.1,5,7,8 Tumor ganas lidah mempunyai beberapa penyebab multifaktorial. Secara garis besar pemicu penyebab kanker lidah antara lain merokok, alkohol, infeksi virus dalam rongga mulut, oral higienis yang buruk, iritasi konis dari pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, iritasi kronis dari restorasi dan gaya hidup.10

Perawatan tumor lidah dapat dilakukan dengan pembedahan, radiografi, serta kombinasi dari keduanya. Pembedahan yang dilakukan bervariasi tergantung dari sifat lesinya dan juga memperhatikan kategori atau klasifikasi tumor serta pembesaran kalenjar limfenya.5

Kecacatan yang dihasilkan dari tindakan bedah dengan eksisi yang luas tentu dapat menghilangkan bentuk anatomi, fungsional lidah, serta estetika. Pengembalian kecacatan pada lidah dapat dicapai melalui prosedur rekonstruksi free flap. Free flap merupakan tindakan bedah rekonstruksi pencangkokan jaringan dari bagian tubuh lain beserta pembuluh darahnya. Penggunaan free flap pada rongga mulut, memberikan perbaikan yang signifikan dari sudut pandang fungsional dan estetika dibandingkan dengan teknik rekonstruksi lainnya.18,19

Rekonstruksi free flap dalam memperbaiki kecacatan dari hemiglosektomi dapat dilakukan dengan jenis flep yaitu flep fasiakutaneus, merupakan pencangkokan


(16)

tendon pada bagian ekstremitas. Daerah donor pada flep fasiakutaneus seperti radial forearm, lateral arm, lateral thigh, scapula dan parascapular. 20

Tujuan penulisan ini adalah untuk menjelaskan hal – hal yang perlu diketahui oleh seorang dokter gigi berkenaan dengan tindakan bedah rekonstruksi free flap dari kecacatan anatomis dan fungsi, serta mengembalikan estetika lidah setelah dilakukan perawatan kanker lidah. Manfaat penulisan ini adalah untuk menambah pengetahuan dan wawasan dokter gigi dan mahasiswa kedokteran gigi tentang cara teknik bedah rekonstruksi free flap. Untuk memudahkan pemahaman akan isi skripsi ini, maka penulis akan menguraikannya dalam beberapa bab yang membahas kanker lidah, etiologi, perawatan kanker lidah, penggunaan free flap, serta tindakan bedah dengan teknik rekonstruksi free flap.


(17)

BAB 2

TUMOR LIDAH

Tumor adalah suatu benjolan yang disebabkan oleh pertumbuhan sel. Ada dua macam tumor yaitu tumor jinak dan tumor ganas. Tumor jinak mempunyai ciri-ciri yaitu bentuknya bundar dan lonjong, pertumbuhannya terbatas dan lambat, mempunyai simpai atau kapsul, tidak menyebabkan kematian secara langsung, tidak mempunyai anak sebar. Tumor ganas mempunyai ciri – ciri yaitu tidak mempunyai bentuk, pertumbuhannya cepat dan tidak terbatas serta melewati batas anatominya, tidak mempunyai simpai, mempunyai anak sebar (metastasis).1

2.1 Definisi Tumor Pada Lidah

Tumor rongga mulut ialah tumor yang terdapat di daerah rongga mulut yang terletak mulai dari perbatasan kulit selaput lendir bibir atas dan bawah sampai ke perbatasan palatum durum - palatum mole di bagian atas.1 Tumor ganas rongga mulut dapat berasal dari jaringan epitel atau jaringan ikat. Tumor ganas yang berasal dari

jaringan epitel antara lain

sedangkan contoh yang berasal dari jaringan ikat adalah fibrosarkoma.1,2

Tumor ganas pada lidah adalah suatu neoplasma maligna yang berasal dari jaringan epitel mukosa lidah dengan sel berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepeng berlapis). Tumor ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen.1,2,3,4

Karsinoma sel skuamosa adalah jenis keganasan yang paling sering terjadi dalam rongga mulut, meliputi 95% dari seluruh kasus keganasan pada rongga mulut. Pada stadium dini tidak terasa sakit dan tampak sebagai lesi ulserasi, fisur, atau keratosis yang dapat diketahui dengan palpasi. Daerah pada lidah yang mempunyai frekuensi tinggi terhadap kelainan ini adalah lateral dan ventral lidah. Jika bagian 2/3 posterior lidah dan dasar lidah sudah terkena, maka prognosis menjadi buruk karena sulit mencapai daerah lesi dan lokasinya dekat dengan organ vital. Tindakan yang


(18)

tepat sangat diperlukan karena menurut data statistik 2/3 dari seluruh pasieini meninggal.2,4,5

2.2 Etiologi

Tumor ganas dapat disebabkan oleh faktor-faktor internal maupun eksternal. Kini telah diketahui bahwa hanya 5-10% dari semua tumor ganas disebabkan oleh defek genetik, sedangkan sisanya 90-95% disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan dan gaya hidup. Apabila dijabarkan, faktor lingkungan ini terdiri dari diet atau pola makan, tembakau, infeksi, obesitas atau inaktifitas, serta bahan polutan lingkungan, radiasi, dan alkohol. Menurut WHO, 43% kematian akibat tumor disebabkan oleh tembakau, diet dan infeksi. Tembakau merupakan penyebab tumor yang paling dapat dicegah. Di kebanyakan negara maju, rokok bertanggung jawab atas 30% dari seluruh kematian akibat tumor. Merokok juga meningkatkan resiko terjadinya paling sedikit 14 jenis tumor, antara lain tumor pada tenggorokan, mulut, lidah, pankreas, kandung kemih, lambung hati, dan ginjal. Hampir 90 % pasien yang didiagnosa menderita tumor adalah perokok, dan merokok yang dikombinasikan dengan minuman alkohol secara sinergis dapat berkontribusi terjadinya tumor pada lidah.6

Selain itu di beberapa negara, seperti India, Nepal, Pakistan dan juga termasuk Indonesia, memiliki kebiasaan makan sirih yang biasanya terdiri dari buah pinang (areca nut) yang dibungkus dengan daun sirih, dan memakan bersama-sama dengan tembakau. Kebiasaan makan buah pinang ini ternyata sudah lebih dulu dari pada pemakai tembakau. Buah pinang sendiri memiliki sifat adiktif dan dari penelitian saat ini terdapat bukti yang cukup bahwa buah pinang bersifat karsinogenik. Pemakaian bersama-sama dengan tembakau, campurannya menjadi lebih adiktif dan karsinogenik. Hal ini dapat menyebabkan tumor pada lidah.6

Hampir seperlima tumor di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit infeksi kronis, pada tumor lidah, khususnya infeksi virus HPV (Human Papillomavirus), dan sifilis. Infeksi yang dikaitkan dengan inflamasi adalah faktor resiko utama terjadinya tumor, hampir semua virus yang terkait dengan tumor memperlihatkan akan


(19)

mengaktifkan marker inflamasi, NF-kB sehingga mencapai keadaan patofisiologis seperti displasia, leukoplakia, dan menjadi malignan.6

Selain faktor-faktor diatas, tumor pada lidah dapat dipicu oleh pemakaian gigi palsu yang tidak sesuai, iritasi kronis dari restorasi, kebersihan rongga mulut yang buruk. Dan semua faktor-faktor tersebut bersinergis dan terpapar dalam waktu yang lama.5

2.3 Anatomi Lidah

Lidah secara anatomi terbagi atas 3 bagian, yaitu : 1. Apeks lingual (ujung lidah)

2. Korpus lingual (badan lidah) 3. Radiks lingual (akar lidah)


(20)

a) Struktur - struktur superfisial dari lidah

Membran mukosa yang melapisi lidah dijumpai pada bagian dorsal lidah, di pinggir kanan dan kiri; dan disebelah muka terdapat tonjolan yang kecil disebut dengan papila.

Pada bagian dasar papila ini terdapat kuncup - kuncup pengecap sehingga kita dapat menerima sensasi atau merasa cita rasa. Ada empat macam papila, yaitu: papila filiformis, papila fungiformis, papila sirkumvalata dan papila foliata.

Area dibawah lidah disebut dasar mulut. Membran mukosa disini bersifat licin, elastis dan terdapat banyak pembuluh darah yang menyebabkan lidah ini mudah bergerak. Mukosa dasar mulut tidak mengandung papila. Dasar mulut dibatasi oleh otot-

otot lidah dan otot - otot dasar mulut yang berinsertio di sebelah dalam mandibula. Di sebelah dalam mandibula ini terdapat kelenjar - kelenjar ludah sublingualis dan submandibularis.7,8,9

b) Otot - otot pada lidah

Lidah adalah organ otot dengan kekenyalan yang baik sekali sewaktu bergerak, hal ini dapat dilihat pada waktu mengunyah. Lidah sebagian besar terdiri dari dua kelompok otot. Otot intrinsik lidah melakukan semua gerakan halus, sementara otot ekstrinsik melekatkan lidah pada bagian sekitarnya serta melaksanakan gerakan - gerakan kasar yang sangat penting pada saat mengunyah dan menelan.7,8

c) Persarafan pada lidah

Lidah memiliki persarafan yang majemuk. Otot - otot lidah mendapat suplai dari nervus hipoglosus (nervus XII). “Taste bud” pada lidah dibagi menjadi dua bagian, yaitu perasaan umum, menyangkut taktil perasa seperti membedakan ukuran, bentuk, susunan, kepadatan suhu, dan sebagainya, serta rasa pengecap khusus. Implus perasaan umum berada pada bagian anterior lidah pada serabut saraf lingual yang merupakan sebuah cabang nervus kranial V, sementara implus indera pengecap


(21)

d) Kelenjar limfe pada lidah8,9

Kelenjar limfe penting untuk diketahui oleh karena berhubungan dengan proses penyebaran karsinoma lidah.

Penyaluran limfe melalui lidah terjadi melalui 4 jalur yaitu:

1) Limfe dari bagian 1/3 posterior lidah disalurkan ke bagian servikalis profunda superior di kedua sisi.

2) Limfe dari bagian medial 2/3 anterior lidah disalurkan langsung ke bagian servikalis profunda inferior.

3) Limfe dari bagian lateral 2/3 anterior lidah disalurkan ke submandibularis 4) Limfe dari ujung lidah disalurkan ke submentalis.


(22)

2.4 Gambaran Klinis

Tanda-tanda yang spesifik pada tumor lidah adalah suatu massa atau ulkus yang merupakan jaringan epitel yang terkoyak. Jaringan epitel yang hilang bersifat menyeluruh sehingga jaringan ikat di bawahnya menjadi terbuka. Untuk menentukan diagnosa suatu ulkus di lidah diperlukan pemeriksaan yang tepat dan rinci serta anamnesa pasien. Langkah selanjutnya diperlukan pemeriksaan ulkus dengan menggunakan pendekatan yang sistematis seperti pemeriksaan lokasi ulkus, jumlah ulserasi, ukuran, bentuk, dasar lesi, dan tepi lesi.11

Di dalam mulut, ulkus biasanya disertai rasa sakit, kecuali tumor mulut yang ganas mempunyai gejala dan tanda yaitu:11

• Di awal pembentukannya lesi sering tidak sakit, sehingga tidak terlalu diperhatikan oleh penderitanya. Lesi akan terasa sakit bila terjadi infeksi atau bila tumor menginvasi jaringan saraf.

• Di daerah leher ditemukan pembesaran kelenjar yang tidak nyeri.

• Dengan semakin berkembangnya lesi, akan terjadi kesulitan menelan, mengunyah dan bicara, yang disertai rasa sakit.

• Lokasi: pada lidah, dasar mulut, mukosa bukal, linggir alveolar ( merupakan > 60% lesi kanker mulut ).

• Bentuk: bulat, berliku-liku, atau tidak beraturan, dengan tepi: tinggi, bergulung dan menonjol.

• Dasar lesi: granular dan kasar, dapat dengan mudah berdarah, dan pada jaringan di bawah lesi: ditemukan indurasi dan perlekatan dengan jaringan yang lebih dalam.

Penyebaran melalui pembuluh limfe:

• Terjadi penyebaran melalui nodus limfatik regional. Tiga puluh persen pasien datang dengan keluhan adanya keterlibatan nodus limfatik.

• Nodus yang membesar menjadi semakin padat atau keras, tidak ada nyeri tekan, dan melekat dengan jaringan di sekitarnya.


(23)

Tes diagnostik

• Pemeriksaan: biopsi dan histopatologi, radiologi umum, tomografi menggunakan komputer (CT), pencitraan resonansi magnetik (MRI).

2.5Patofisiologi

Neoplasma atau tumor adalah transformasi sejumlah gen yang menyebabkan gen tersebut mengalami mutasi pada sel DNA. Karsinogenesis akibat mutasi materi genetik ini menyebabkan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan pembentukan tumor atau neoplasma. Gen yang mengalami mutasi disebut proto-onkogen dan gen supresor tumor, yang dapat menimbulkan abnormalitas pada sel somatik. Usia sel normal ada batasnya, sementara sel tumor tidak mengalami kematian sehingga multiplikasi dan pertumbuhan sel berlangsung tanpa kendali. Sel neoplasma mengalami perubahan morfologi, fungsi, dan siklus pertumbuhan, yang akhirnya menimbulkan disintegrasi dan hilangnya komunikasi antarsel. Tumor diklasifikasikan

Gambar 3. Terlihat ulser pada sisi lateral lidah dengan sel skuamus karsinoma pada penderita laki-laki berumur 80 tahun yang merupakan perokok dan peminum alkohol berat.12


(24)

sebagai benigna, yaitu kejadian neoplasma yang bersifat jinak dan tidak menyebar ke jaringan sekitarnya. Sebaliknya, maligna disinonimkan sebagai tumor yang melakukan metastatis, yaitu menyebar dan menyerang jaringan lain sehingga dapat disebut tumor ganas.13

Untuk terjadinya karsinogenesis diperlukan lebih dari satu mutasi. Bahkan kenyataannya, beberapa serial mutasi terhadap kelas gen tertentu diperlukan untuk mengubah suatu sel normal menjadi sel – sel tumor. Hanya mutasi pada gen tertentu yang berperan penting pada divisi sel, apoptosis sel dan DNA repair yang akan mengakibatkan suatu sel kehilangan regulasi terhadap poliferasinya.13

Hampir semua sel neoplasma berasal dari satu sel yang mengalami mutasi karsinogenik. Sel tersebut mengalami proses evolusi klonal yang akan menambah resiko terjadinya mutasi ekstra pada sel desendens mutan. Sel – sel yang hanya memerlukan sedikit mutasi untuk menjadi ganas diperkirakan bersumber dari tumor jinak. Ketika mutasi berakumulasi, maka sel tumor jinak itu akan menjadi tumor ganas.13

Proses karsinogenesis adalah proses bertahap suatu multisteps process. Sedikitnya ada tiga tahapan, yaitu:6,14

1. Inisiasi, proses inisiasi ini:

1. Karsinogen yang merupakan inhibitor adalah mutagen 2. Cukup terkena sekali paparan karsinogen

3. Keadaan ini permanen dan irreversible 4. Proses ini tidak mengubah ekspresi gen 2. Promosi, sifat – sifat promoter adalah:

1. Mengikuti kerja inisiator 2. Perlu paparan berkali – kali 3. Keadaan dapat reversible

4. Dapat mengubah ekspresi gen seperti: hiperplasia, induksi enzim, induksi diferensiasi


(25)

3. Progresi

Pada progresi ini terjadi aktivasi, mutasi, atau hilangnya gen. pada progresi ini timbul perubahan benigna menjadi pre-maligna dan maligna.

Gambar 4. Tahap perjalanan sel menjadi tumor yang tergambar dari tiga tahap yaitu inisiasi, promosi, dan progresi.6


(26)

Staging tumor pada rongga mulut

Sistem yang dipakai adalah American Join Commite For Cancer Staging and End Result reporting (AJCCS). Sistem yang dipakai adalah T.N.M yaitu: T:Tumor primer, N: Kelenjar getah bening regional, M: Metastasis jauh tumor primer dan dipakai pada rongga mulut:2,3,4,15,16

T – Tumor primer

TX : Tumor yang belum dapat dideteksi T0 : Tidak ada bukti tumor primer

TIS : Karsinoma insitu (tumor permukaan) T1 : Tumor besarnya 2 cm atau lebih kecil

T2 : Tumor lebih besar dari 2 cm tetapi lebih kecil dari 4 cm T3 : Tumor lebih besar dari 4 cm

T4 : Tumor telah melibatkan struktur di sekitarnya seperti tulang kortikal atau otot – otot lidah

N – Kelenjar getah bening regional

NX : Kelenjar getah bening regional tidak dapat diperkirakan N0 : Tidak ada metastatis ke kelenjar getah bening regional

N1 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran kurang dari 3 cm

N2 : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6 cm atau bilateral atau melibatkan kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6 cm atau melibatkan kelenjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6 cm

N2a : Metastatis ke kelenjar getah bening unilateral tunggal dengan ukuran 3 - 6 cm

N2b : Metastatis ke kelenjar getah bening multiple dengan ukuran kurang dari 6 cm

N2c : Metastatis ke kelanjar getah bening kontra lateral dengan ukuran kurang dari 6 cm


(27)

M – Metastatis jauh tumor primer

MX : Adanya metastatis jauh tidak dapat diperkirakan M0 : Tidak ada metastatis jauh dari tumor primer M1 : Ada metastasis jauh dari tumor primer

Dari TNM sistem di atas, maka derajat tumor dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Stage 1 : T1 N0 M0

Stage 2 : T2 N0 M0 Stage 3 : T3 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0 T3 N1 M0 Stage 4 : T4 N0 M0

T1, T2, atau T3 dengan N2 atau N3 dan M0 T1, T2 atau T3 N2 atau N3 dan M1

2.6Penatalaksanaan

Tujuan utama dari perawatan tumor ganas lidah adalah kontrol dari tumor primer. Menurut Epstein (1994), pilihan perawatan tergantung pada beberapa yaitu:2,3,4,16

1.Tipe sel dan derajat diferensiasi

2. Bagian yang terlibat, ukuran serta lokasi dari tumor primer 3. Keterlibatan jaringan getah bening

4. Ada tidaknya keterlibatan tulang

5. Kemampuan tercapainya tepi tumor pada waktu operasi 6. Kemampuan mempertahankan fungsi komunikasi 7. Kemampuan mempertahankan fungsi menelan 8. Status fisik dan mental pasien

9. Komplikasi yang mungkin terjadi 10. Kerja sama (kooperatif ) pasien


(28)

Beberapa tipe perawatan dari tumor pada rongga mulut yaitu: 1. Pembedahan

2. Radioterapi 3. Kemoterapi

4. Pembedahan dan radioterapi 5. Kemoradioterapi

6. Cryosurgery 7. Laser

Tabel 1. Tabel perawatan tumor ganas pada lidah2,3,4

Stage Tumor Perawatan

1 Bedah dengan eksisi luas dengan batas sayatan bebas tumor + radioterapi

2 Bedah dengan eksisi luas dengan batas sayatan bebas tumor + radioterapi

3 Pembedahan ( Diseksi profilaksis leher ) + Radioterapi + kemoterapi

4 Pembedahan ( RND ) + Radioterapi + Kemoterapi


(29)

BAB 3

FREE FLAP OPERATION

Pada umumnya bentuk sel tumor pada lidah adalah kasinoma sel skuamous. Tindakan perawatan terdiri dari pembedahan, radioterapi, kemoterapi, dan kombinasinya. Hasil dari perawatan sering berbuah kecacatan. Kecacatan yang dihasilkan harus ditangani dengan tindakan bedah rekonstruksi antara lain dengan free flap. Tujuan dari rekonstruksi setelah tindakan bedah adalah penyembuhan luka secara konsisten, membangun bentuk asli dan mengembalikan fungsi yang telah hilang.18 Pada bab ini akan dibahas mengenai defenisi, jenis free flap, dan juga indikasi serta kontraindikasi.

3.1 Definisi

Pembedahan free flap merupakan suatu tindakan bedah rekonstruksi dengan melakukan transfer jaringan bebas ( kulit, lemak, otot, dan tulang ) beserta pembuluh darah ke bagian tubuh lain yang mengalami kecacatan. Kemampuan untuk transplantasi jaringan hidup dari satu daerah ke daerah tubuh yang lain telah sangat memfasilitasi rekonstruksi cacat kompleks. Berbagai keuntungan dari teknik rekonstruksi ini seperti cakupan luka yang stabil, meningkatkan estetika dan fungsional, serta meminimalisir morbiditas daerah donor. Sejak diperkenalkan transfer jaringan bebas pada tahun 1960 tingkat keberhasilan bedah rekonstruksi telah meningkat secara substansial dan saat ini 95 - 99 % tingkat keberhasilan telah diraih oleh tim ahli bedah.18

Flep dianggap sebagai metode pilihan pertama rekonstruksi jaringan yang melibatkan kepala, dan leher. Pemakaian free flap dalam merekonstruksi daerah kecacatan dapat menghasilkan pemulihan fungsi dan kualitas hidup yang baik.18,19

3.2 Jenis Free Flap

Klasifikasi flep dapat dibagi menjadi tiga bagian seperti lokasi dari daerah donor, berdasarkan jaringan yang dipindahkan dan berdasarkan suplai darah.


(30)

Klasifikasi flep berdasarkan lokasi dari daerah donor yaitu:,18,20

1. Local flep merupakan pencangkokan yang masih berada pada satu daerah defek.

2. Regional flep merupakan pencangkokan yang dilakukan berjauhan dari daerah defek tetapi masih dalam satu tubuh dan aliran darah masih berhubungan.

3. Distant flep merupakan pencangkokan dengan daerah donor dan penerima yang berbeda.

Klasifikasi flep berdasarkan jaringan yang dipindahkan yaitu:

1. Kutaneus flep merupakan pencangkokan hanya pada satu jaringan yaitu kulit dan fasia yang dangkal, biasanya untuk memperbaiki cacat yang kecil.

2. Fasiakutaneus flep merupakan pencangkokan pada daerah subkutan dan fasia profunda sehingga suplai darah lebih terjamin. Bagian flep ini untuk memperbaiki daerah defek yang besar.

3. Muskulokutaneus flep merupakan pencangkokan untuk daerah yang memerlukan daerah donor yang besar.

4. Osteokutaneus flep merupakan pencangkokan kompleks yang disertai dengan tulang seperti untuk pencangkokan daerah rahang.

Klasifikasi flep yang berdasarkan suplai darah yaitu:

1. Axial flep merupakan pencangkokan untuk daerah yang luas dan disuplai oleh aliran daerah yang bernama (arteri dan vena).

2. Random flep merupakan pencangkokan yang sederhana dimana aliran darah hanya dipasok oleh aliran darah generik.


(31)

Paska operasi tumor ganas pada lidah jenis rekonstruksi flep yang dipilih adalah fasiokutaneus flep. Dimana daerah donor dapat dibagi menjadi beberapa bagian anatomi seperti :20,21

Tabel 2. Bagian anatomi fasiokutaneus flep beserta keuntungan dan kerugiannya.20

Tipe flep Keuntungan Kerugian

Radial forearm flep - Tipis, kulit lentur, dan memanjang,serta posisi mudah.

- Berpotensi mempunyai sensorik.

- Untuk bentuk flep yang kompleks.

- kemudahan evaluasi praoperasi.

- Memungkinkan

terjadinya iskemia, tendon terpapar, disfungsi motorik.

- Kurang estetik.

Lateral arm flep - Daerah donor tipis dan lembut, posisi mudah. - Berpotensi sensorik.

- Morbiditas daerah donor rendah.

- Kaliber arteri kecil.

- Valibilitas lemak di subkutan.

Lateral thigh flep - Daerah donor luas dan sedikit rambut.

- Morbiditas daerah donor rendah, posisi mudah.

- Berpotensi sensorik. - Digunakan pada daerah

defek yang luas.

- Mempunyai pedikel yang pendek.

- Diseksi yang rumit.

Scapula dan parascapula flep

- Daerah donor luas, morbiditas daerah donor rendah.

- Kaliber besar. - Ketersediaan tulang.

- Kulit yang tebal.

- Posisi daerah yang sulit.


(32)

3.3Indikasi dan kontraindikasi

• Indikasi

Dalam melakukan pembedahan rekonstruksi menggunakan free flap tentu terdapat prinsip – prinsip dasar dan konsep rekonstruksi yang sangat penting yang harus direncanakan oleh tim ahli bedah didasarkan pada pelaksanaan prosedur sederhana untuk memperbaiki kondisi tertentu. Pertimbangan fungsional dan estetika menjadi alasan prosedur yang harus dipatuhi agar kembalinya fungsi dan estetik. Maka diperlukan indikasi yang tepat seperti menentukan tipe flep, menentukan daerah donor sesuai daerah defek yang diperlukan agar tercapainya kualitas hidup pasien paska operasi rekonstruksi. Seperti contoh penggunaan free flap dalam rekonstruksi mandibula memerlukan jenis flep yang kompleks yaitu osteokutaneous flep karena membutuhkan donor tulang untuk menghasilkan penampilan fungsi dan estetika yang lebih baik.22


(33)

Decision Making in Oral Cavity Reconstruction

Defect Type

Soft Tissue Bone

Floor of Mouth Buccal Mucosa Tongue

Anterior Defect Lateral Defect

Small STSG Moderate Regional Flaps Fasciocutaneous Free Flaps

Large

Pedicled Fasciocutaneous flap Fasciocutaneous free flaps

Superficial Primary Closure Skin/Mucosal Grafts

Full Thickness Regional Flaps Fasciocutaneous Free Flaps

Large Full Thickness Fasciocutaneous Free Flaps Pedicled musculocutaneous flaps

Osseocutaneous free flaps

Regional/Distant Flap and Mandibular Swing Reconstruction Plate and

Regional/Distant Flaps Osseocutaneous Free Flaps <50% Loss

Primary Closure Skin Graft Combined Defects Fasciocutaneous free flaps

Total Glossectomy Myocutaneous free flaps Pedicled musculocutaneous flaps

Gambar 6. Skema jenis dan indikasi flep untuk rekonstruksi daerah defek di rongga mulut.21

• Kontraindikasi

Kontraindikasi dalam melakukan rekonstruksi dengan menggunakan free flap ini merupakan kontraindikasi mutlak yaitu ketidakmampuan pasien dalam mentolerir prosedur bedah panjang risiko tinggi komplikasi atau kematian. Oleh karena itu, kondisi medis dan kemampuan tubuh pasien untuk menerima anestesi yang berkepanjangan harus diperhitungkan, seperti antara lain kondisi pasien dengan penyakit pernafasan akut, dan penyakit ginjal. Usia juga merupakan faktor risiko dalam keberhasilan atau kegagalan free flap dimana rendahnya imunitas merupakan prediktor kuat kegagalan rekonstruktif dan morbiditas dan mortalitas pasien.22,23


(34)

BAB 4

PENGGUNAAN FREE FLAP DALAM REKONSTRUKSI

PASCA OPERASI TUMOR LIDAH

Dalam melakukan rekonstruksi pasca operasi tumor lidah dengan melakukan pembedahan free flap tentunya memiliki tahap-tahap yang prosedural dalam melaksanakannya. Terdiri dari tahap tindakan pra bedah, tindakan bedah, dan pasca tindakan bedah.

4.1 Tindakan Pra bedah

Sebelum melakukan tindakan bedah yang harus dipersiapkan terlebih dahulu adalah:22

1. Flep harus direncanakan dengan berdasakan pada jumlah daerah donor, ukuran, dan jenis jaringan yang akan diperlukan (tulang, jaringan lunak, lemak, didaerah eksternal maupun internal). Alternatif flep ini harus betul-betul dipertimbangkan.

2. Penilaian kepada daerah donor apakah ada sejarah operasi atau terluka yang akan menjadi pertimbangan dalam perencanaan.

3. Riwayat penyakit pasien.

4. Tingkat morbiditas dari daerah donor.

5. Kondisi tubuh pasien saat operasi yang akan berlangsung selama 8 jam atau lebih lama.

6. Pasien dan keluarga harus memahami sejauh mana prosedur serta semua komplikasi yang kemungkinan terjadi, termasuk komplikasi yang kemungkinan akan kegagalan atau kehilangan flep dan kerusakan daerah donor.

7. Pemilihan pasien harus dilihat seperti:


(35)

• Penyakit arterioskerosis pada pasien.

• Pasien yang aktif dalam penggunaan tembakau. • Penyakit pengapuran pembuluh darah.

• Koagulapati serta status hiperkoagulasi.

4.2 Tindakan bedah22

1. Perencanaan bedah harus didiskusikan dengan tim operasi, termasuk tim anastesi dan juga perawat. Semua ini mencakup prosedur yang panjang, untuk membantu prosedur dan apa yang dibutuhkan selama dilakukannya operasi.

2. Menguraikan rencana kepada semua tim yang akan melakukan operasi, jika memakai dua tim bedah yang ikut beroperasi secara bersamaan, dipastikan tenaga medis atau perawat harus memadai.

3. Mempersiapkan peralatan: • Mikroskop operasi • Instrumen mikro

• Benang mikro ( 9-0 dan 10-0 nilon ) • Vena kopler

• Dan steril Doppler

• Serta alat pembedahan lainnya


(36)

4. Kerjakan pasien antara lain :

• Penutupan semua daerah titik donor. • Pasang kateter foley.

• Apabila daerah donor di bagian ekstremitas bawah dilakukan pemasangan perangkat kompresi pada kaki untuk mencegah trombosis pada dalam vena.

• Sterilisasi daerah donor dan juga daerah penerima. 5. Rincian pembedahan seperti:

• Tindakan operasi selalu dimulai terlebih dahulu dengan pengangkatan atau reseksi tumor atau daerah yang sakit yang tereksplorisasi dari tumor yang akan menjadi daerah resipien.

• Lakukan pengendalian infeksi dan juga debrimen sebelum dilakukan pembedahan transfer jaringan bebas.

Gambar 8. Pemotongan lidah sebagian atau Hemiglosektomi pada sisi lateral.

• Pada daerah donor dilakukan sterilisasi daerah donor. Tarik daerah kulit yang akan dilakukan pengambilan. Lengan diangkat sementara kemudian


(37)

dipasangkan manset tornikuet dan dipompa dengan tekanan ( 270 mm Hg ) agar dapat menandai pembuluh darah yang terlihat.

Ukuran dan bentuk flep donor yang akan diambil disesuaikan dengan kebutuhan dari daerah resipien. Penggambaran dilakukan dengan ukuran yang sesuai dari yang dibutuhkan, seperti pada radial forearm diukur 2 cm dari proksimal di dekat daerah lipatan tangan, dan juga pada daerah ulnar. Dengan posisi yang telah digambarkan ini sangat membantu pembedahan dan telah membentuk daerah yang akan menggunakan plat perangkat keras fiksasi internal. Selanjutnya daerah lengan yang tidak ikut dalam tindakan, dilakukan penutupan.23

Gambar 9. Penggambaran daerah yang akan didonor pada lengan bawah, ukuran harus disesuaikan dengan daerah resipien.23

• Seperti pada radial forearm flep hal pertama yang dilakukan yaitu melakukan sayatan di daerah medial dari lengan dengan cara longitudinal. Lakukan pembedahan dengan pisau bedah no 15. Kemudian lakukan sayatan superfisial dari medial ke arah lateral menggunakan gunting tenotomi. Lakukan sayatan di daerah proksimal dan distal. Pada saat melakukan sayatan di proksimal, hati – hati terhadap nervus antebracial kutaneus media pada otot fasialis. Dan pada saat melakukan penyayatan bagian distal hati-hati dengan


(38)

fleksor karpi ulnaris untuk menghindari kerusakan pada arteri ulnaris yang mempunyai cabang bunga. Lakukan kembali insisi daerah radial secara longitudinal. Hati – hati dalam mempertahankan nervus radialis.23

Gambar 10. Insisi pertama yang dilakukan pada daerah lengan.25

• Tandai daerah bagian donor dari sisi ulnaris ke sisi radial menuju fleksor karpi radialis yang berada tepat di atas otot fasia. Melakukannya dengan hati-hati agar paratenon utuh pada tendon. Tandai kembali daerah radial ke sisi ulnar menuju daerah tendon brakioradialis. Berhati – hatilah dalam melakukannya agar tidak mengenai cabang superfisial saraf radial, kemudian sisihkan vena sephalik. Bagi arteri radial dan vena komiten distal. Luasnya jaringan subkutan yang akan diambil tergantung pada kebutuhan rekonstruksi. Kemudian setelah di evaluasi, potong daerah yang telah ditandai seperti bagian donor yang telah terdapat vaskular gagang bunga dinaikkan dari distal ke proksimal begitu juga arteri radial dan vena komitan serta kulit dan subkutan yang akan menjadi donor.23


(39)

Gambar 11. Pengangkatan daerah donor.25

Gambar 11. Pengangkatan daerah donor.25

Gambar 12. Bagian donor yang akan di cangkok ke daerah resipien.25

• Penutupan luka di lengan dapat dilakukan dengan mencangkok kulit 0,018 inci untuk menutupi daerah donor. Tepi kulit radial harus maju untuk menutupi saraf radial yang terbuka, kulit ulnaris yang maju harus dihindari karena arteri ulnaris mungkin terluka. Jika paratenon regang terhadap tendon fleksor karpi, maka dapat dijahit bersamaan. Kemudian luka ditutup dengan bahan pembalut yang adaptik dan kasa steril atau dapat menggunakan STSG (Split-thickness skin graft). STSG merupakan tindakan yang definitif sebagai penutup kelainan yang permanen atau hanya sebagai tindakan yang sementara sambil menunggu tindakan yang definitif. Tindakan sementara ini dimaksudkan untuk rnengontrol, mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dan menutup struktur vital, kemungkinan nanti dapat diganti dengan FTSG (Full-Thickness Skin Graft) dan dipasang plat agar posisi tangan tidak bisa bergeser.26


(40)

Gambar 13. Bagian yang luka dilakukan pembalutan kedap udara dengan menggunakan STSG.26

Langkah dengan daerah resipien, setelah bagian daerah donor diangkat maka dilakukan anastomosis pada daerah resipien.

Prinsip dasar prosedur anastomosis seperti :22

a. Menyiapkan dan memeriksa instrumen mikro dan mikroskop untuk memastikan fungsi yang tepat.

b. Diameter arteri dan vena baik untuk daerah donor dan resipien harus 1-3 mm untuk memungkinkan aliran masuk dan keluar yang cukup.

c. Pembuluh darah harus bebas dari semua adventitia longgar, dan pendekatan vaskular harus bebas dari ketegangan.

d. Anastomosis baik dengan menggunakan coupler vascular atau menjahit dengan tangan. Coupler lebih banyak digunakan terutama untuk anastomosis vena dalam meningkatkan patensi dan mengurangi waktu operasi.

e. Anastomosis dijahit dengan menggunakan benang jahit nilon 8-0, 9-0, atau 10-0 yang dilakukan dengan metode interrupted. Secara umum, anastomosis pembuluh darah yang besar (2-3 mm) dengan benang 8-0 atau 0 dan pembuluh darah yang lebih kecil (1-2 mm) dengan benang


(41)

9-f. Pada penjahitan arteri dan vena dapat dilakukan dengan beberapa teknik seperti pada penjahitan arteri dan dilakukan teknik end to end, end to side, arteri graft maupun vena graft.

a. b. b.

Gambar 14. Penjahitan anastomosis arteri dan vena a. end to end b. end to side.27

g. Tindakan operasi ini dilakukan dibawah mikroskop atau kaca pembesar operasi dengan pembesaran minimum 3,5 daya.

h. Waktu terjadinya iskemia pada flep yang ditoleransi tergantung pada komposisi dari jaringan yang ditransfer. Secara umum, flep perforator mentolelir waktu yang lama untuk terjadinya iskemia karena tidak ada otot yang terlibat. Waktu iskemia diatas 4 jam untuk flep perforator dapat ditoleransi dengan baik. Flep muskuluskutaneus, disisi lain, tidak mentolelir waktu iskemia yang berkepanjangan karena kebutuhan metabolik otot. Secara umum, 2-3 jam iskemia adalah waktu maksimum yang ditoleransi.

i. Setelah penyelesaian anastomosis, flep harus dengan benar disisipkan. Periksa pedikel pembuluh darah dengan Klinks, diputar, kompresi, dan untuk memastikan bahwa tidak ada ketegangan sepanjang anastomosis. Periksa bagian distal flep untuk perdarahan arteri dan vena. Gunakan unit Doppler untuk menilai aliran arteri dan vena melalui pedikel pembuluh darah untuk memastikan dengan baik, tentunya aliran nontwisting sebelum


(42)

menyelesaikan penjahitan akhir flep, terutama jika posisi pasien telah berubah.

j. Tempatkan sebuah penghisap untuk menghisap darah dari pembuluh darah dan jahit flep pada posisinya.

Gambar 15. a. pasca rekonstruksi dengan menggunakan radial forearm flep b. kondisi lidah pasca rekonstruksi dengan menggunakan radial forearm flep dalam waktu 3 bulan pemulihan.27

Gambar 16. Kondisi lidah pasca rekonstruksi dengan menggunakan radial forearm flep setelah 1 tahun pemulihan.27


(43)

4.3 Perawatan Pasca Bedah

Secara umum, perawatan pasca tindakan bedah rekonstruksi free flap terdiri dari :22

1. Pemantauan khusus dan perawatan umum oleh perawat yang memang sudah ahli dan berpengalaman terhadap pasien paska operasi mikrovaskular.

2. Mengontrol rasa nyeri pada pasien setelah operasi.

3. Cairan dalam tubuh serta suhu tubuh pasien paska operasi harus tetap dikontrol.

4. Daerah pasca bedah harus tetap dikontrol agar tidak terjadi drainase vena dan juga untuk meminimalkan pembengkakan.

5. Memberikan obat antikoagualan, tergantung dari operasi dan prefensi ahli bedah. Obat antikoagulan dapat berupa:

• Dextran 40 • Heparin • Lovenox • Aspirin

6. Pemantauan daerah free flap dengan pemeriksaan klinis seperti perubahan dari warna kulit. Penusukan dengan jarum juga dapat memberi petunjuk, warna darah yang baik adalah merah cerah.

7. Iskemia pada flep, bisa berkembang sangat cepat atau lebih lambat. Ketika iskemia terjadi tiba-tiba, pasien harus segera dibawa ke ruang operasi untuk eksplorasi situs anastomosis. Jika iskemia masih bertahap dapat dilakukan tindakan seperti berikut :

1. Reposisi pasien

2. Penekanan pada daerah yang didressing 3. Melepaskan jahitan yang ketat

5. Jika tindakan sederhana di sisi tempat tidur tidak berhasil, segera kembali eksplorasi di ruang operasi


(44)

4.4 Komplikasi22,28,29

Setelah dilakukannya tindakan bedah operasi rekonstruksi pemindahan jaringan bebas tentu terdapat beberapa komplikasi yang terjadi baik pada waktu cepat maupun dalam waktu yang bertahap.

Komplikasi secara umum yang dapat terjadi yaitu:

1. Rasa sakit pasca bedah 2. Hematom

3. Nekrosis dari jaringan lemak 4. Infeksi

5. Adanya kerusakan luka atau luka berlubang 6. Komplikasi luka pada daerah donor

7. Komplikasi sistemik yang berkaitan dengan anastesi 8. Emboli paru


(45)

BAB 5 KESIMPULAN

Tumor ganas pada lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan sel berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepeng berlapis). Tumor ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen.

Tembakau merupakan penyebab tumor yang paling dapat dicegah. Di kebanyakan negara - negara maju, rokok bertanggung jawab atas 30% dari seluruh kematian akibat tumor. Merokok juga meningkatkan resiko terjadinya paling sedikit 14 jenis tumor, antara lain tumor pada tenggorokan, mulut, lidah, pankreas, kandung kemih, lambung hati, dan ginjal. Hampir 90% pasien yang didiagnosa menderita tumor adalah perokok, dan merokok dikombinasikan dengan minuman alkohol secara sinergis dapat berkontribusi terjadinya tumor pada lidah.

Perawatan tumor lidah dapat dilakukan dengan pembedahan, radiografi, serta kombinasi dari keduanya. Pembedahan yang dilakukan bervariasi tergantung dari sifat lesinya dan juga memperhatikan kategori atau klasifikasi tumor serta pembesaran kalenjar limfenya.

Kecacatan yang dihasilkan dari tindakan bedah dengan eksisi yang luas tentu dapat menghilangkan bentuk anatomi, fungsional lidah, serta estetika. Pengembalian kecacatan pada lidah dapat dicapai melalui prosedur rekonstruksi free flap. Free flap merupakan tindakan bedah rekonstruksi pencangkokan jaringan dari bagian tubuh lain beserta pembuluh darahnya. Penggunaan free flap pada rongga mulut, memberikan perbaikan yang signifikan dari sudut pandang fungsional dan estetika dibandingkan dengan teknik rekonstruksi lainnya. Flep dianggap sebagai metode pilihan pertama rekonstruksi jaringan yang melibatkan kepala, dan leher. Pemakaian free flap dalam merekonstruksi daerah kecacatan dapat mencapai pemulihan fungsi dan kualitas hidup yang baik.


(46)

Komplikasi merupakan hal yang lazim dalam suatu tindakan perawatan bedah. Komplikasi yang dapat terjadi akibat dilakukannya teknik rekonstruksi free flap dapat seperti pendarahan, infeksi, atau reaksi yang merugikan. Kriteria keberhasilan dapat dievaluasi dengan pemeriksaan klinis.


(47)

DAFTAR PUSTAKA

1. Lawler W, Ahmed A, Hume WJ. Buku pintar patologi untuk kedokteran gigi.1st ed. Jakarta: EGC, 1996: 51-56.

2. Syafriadi M. Patologi mulut tumor neoplastik dan non neoplastik rongga mulut. 1st ed. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2008: 73-89.

3. Dyntya T. Karsinoma lidah.

2013).

4. Pindborg JJ. Kanker dan prakanker. 1st ed. Jakarta: EGC, 1991: 77-83.

5. Schwartz SI, Shires TB, Husser WC. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. 6th ed. Jakarta: EGC, 2000: 147-249.

6. Aman RA, Gondhowiardjo S, Suriadiredja A. Ilmu onkologi dasar. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2010: 295-394.

7. Dubrul EL. Oral anatomy. 8th ed. America: Ishiyaku Euro America, 1980: 168-72.

8. Sicher H. Oral anatomy. 3th ed. St.Louis: The CV Mosby Company, 1980:126-7. 9. Johnston TB, davies DV, Davies F. Gray’s anatomy descriptive and applied. 32nd

ed.London: Longmascom. 1985.207-9.

10. Balaram P. Immunology of oral cancer a review. Singapore Dental Journal, 1996: 21(1): 6.

11. Birnbaum W, Dunne SM. Diagnosis kelainan dalam mulut petunjuk dalam klinis. 1st ed. Jakarta: EGC, 2009: 242-245.

12. Gosselin BJ. Malignant tumors of the mobile tongue.

13. Lubis FR. Tumor ganas rongga mulut. <

Agustus 2013).


(48)

14. Sukardja ID. Onkologi klinik. 1st ed. Surabaya: Airlangga University Press, 1996: 72-77.

15. Sobin LH, Wittekind CH. TNM classification of malignant tumours. 6th ed. Jerman: Willey liss, 2002: 23-26

16. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. 1st ed. Jakarta: EGC, 1996: 157-162.

17. Regezy JA, Sciubba JJ. Oral pathology: clinical pathologic correlation. 5th ed. St louise: Saunders Elvisier, 1999: 203-13.

18. Nahabedian MY. Free tissue transfer flap.

Juni 2013).

19. Chandu A. Reconstructive techniques for the repair of oral and maxillofacial oncological procedures: What are they, how do they work and what do they look. Australian Dental Journal 2002;47(2): 99-105.

20. Lalwani AK. Current diagnosis & treatment in otolaryngology-head & neck surgery. 1st ed. New York: Medical Mc Grawhill, 2008: 923-939.

21. Underbrink M, Pou A. Reconstruction of the oral cavity.<

2013).

22. Janz BA. Principles of microsurgery.

2013).

23. Tsue TT. Osteocutaneous radial forearm flap free tissue transfer. .

24. Gaut M, Tang T, Walsh S. General surgery outpatients decisions. 2nd ed. London: Stephen Brearley, 2010: 126

25. Yap HL, Butler CE. Principles of microsurgery. 6th ed. London: Lippincott Wiliam and Wipin, 2007:66.

26. Skandalakis LJ, Skandalakis JE, Skandalakis, PN. Surgical anatomy and technique. 3th ed. Georgia: Springer, 2010: 665-684.


(49)

28. Nealon TF, Nealon WH. Keterampilan pokok ilmu bedah. 4th ed. Jakarta: EGC, 1996: 4-11.


(1)

4.4 Komplikasi22,28,29

Setelah dilakukannya tindakan bedah operasi rekonstruksi pemindahan jaringan bebas tentu terdapat beberapa komplikasi yang terjadi baik pada waktu cepat maupun dalam waktu yang bertahap.

Komplikasi secara umum yang dapat terjadi yaitu:

1. Rasa sakit pasca bedah 2. Hematom

3. Nekrosis dari jaringan lemak 4. Infeksi

5. Adanya kerusakan luka atau luka berlubang 6. Komplikasi luka pada daerah donor

7. Komplikasi sistemik yang berkaitan dengan anastesi 8. Emboli paru


(2)

BAB 5 KESIMPULAN

Tumor ganas pada lidah adalah suatu neoplasma maligna yang timbul dari jaringan epitel mukosa lidah dengan sel berbentuk squamous cell carcinoma (sel epitel gepeng berlapis). Tumor ini dapat menginfiltrasi ke daerah sekitarnya, di samping itu dapat melakukan metastase secara limfogen dan hematogen.

Tembakau merupakan penyebab tumor yang paling dapat dicegah. Di kebanyakan negara - negara maju, rokok bertanggung jawab atas 30% dari seluruh kematian akibat tumor. Merokok juga meningkatkan resiko terjadinya paling sedikit 14 jenis tumor, antara lain tumor pada tenggorokan, mulut, lidah, pankreas, kandung kemih, lambung hati, dan ginjal. Hampir 90% pasien yang didiagnosa menderita tumor adalah perokok, dan merokok dikombinasikan dengan minuman alkohol secara sinergis dapat berkontribusi terjadinya tumor pada lidah.

Perawatan tumor lidah dapat dilakukan dengan pembedahan, radiografi, serta kombinasi dari keduanya. Pembedahan yang dilakukan bervariasi tergantung dari sifat lesinya dan juga memperhatikan kategori atau klasifikasi tumor serta pembesaran kalenjar limfenya.

Kecacatan yang dihasilkan dari tindakan bedah dengan eksisi yang luas tentu dapat menghilangkan bentuk anatomi, fungsional lidah, serta estetika. Pengembalian kecacatan pada lidah dapat dicapai melalui prosedur rekonstruksi free flap. Free flap merupakan tindakan bedah rekonstruksi pencangkokan jaringan dari bagian tubuh lain beserta pembuluh darahnya. Penggunaan free flap pada rongga mulut, memberikan perbaikan yang signifikan dari sudut pandang fungsional dan estetika dibandingkan dengan teknik rekonstruksi lainnya. Flep dianggap sebagai metode pilihan pertama rekonstruksi jaringan yang melibatkan kepala, dan leher. Pemakaian free flap dalam merekonstruksi daerah kecacatan dapat mencapai pemulihan fungsi dan kualitas hidup yang baik.


(3)

Komplikasi merupakan hal yang lazim dalam suatu tindakan perawatan bedah. Komplikasi yang dapat terjadi akibat dilakukannya teknik rekonstruksi free flap dapat seperti pendarahan, infeksi, atau reaksi yang merugikan. Kriteria keberhasilan dapat dievaluasi dengan pemeriksaan klinis.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

1. Lawler W, Ahmed A, Hume WJ. Buku pintar patologi untuk kedokteran gigi.1st ed. Jakarta: EGC, 1996: 51-56.

2. Syafriadi M. Patologi mulut tumor neoplastik dan non neoplastik rongga mulut. 1st ed. Yogyakarta: ANDI Yogyakarta, 2008: 73-89.

3. Dyntya T. Karsinoma lidah.

2013).

4. Pindborg JJ. Kanker dan prakanker. 1st ed. Jakarta: EGC, 1991: 77-83.

5. Schwartz SI, Shires TB, Husser WC. Intisari prinsip – prinsip ilmu bedah. 6th ed. Jakarta: EGC, 2000: 147-249.

6. Aman RA, Gondhowiardjo S, Suriadiredja A. Ilmu onkologi dasar. 1st ed. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2010: 295-394.

7. Dubrul EL. Oral anatomy. 8th ed. America: Ishiyaku Euro America, 1980: 168-72.

8. Sicher H. Oral anatomy. 3th ed. St.Louis: The CV Mosby Company, 1980:126-7. 9. Johnston TB, davies DV, Davies F. Gray’s anatomy descriptive and applied. 32nd

ed.London: Longmascom. 1985.207-9.

10. Balaram P. Immunology of oral cancer a review. Singapore Dental Journal, 1996: 21(1): 6.

11. Birnbaum W, Dunne SM. Diagnosis kelainan dalam mulut petunjuk dalam klinis. 1st ed. Jakarta: EGC, 2009: 242-245.

12. Gosselin BJ. Malignant tumors of the mobile tongue.

13. Lubis FR. Tumor ganas rongga mulut. <

Agustus 2013).


(5)

14. Sukardja ID. Onkologi klinik. 1st ed. Surabaya: Airlangga University Press, 1996: 72-77.

15. Sobin LH, Wittekind CH. TNM classification of malignant tumours. 6th ed. Jerman: Willey liss, 2002: 23-26

16. Pedersen GW. Buku ajar praktis bedah mulut. 1st ed. Jakarta: EGC, 1996: 157-162.

17. Regezy JA, Sciubba JJ. Oral pathology: clinical pathologic correlation. 5th ed. St louise: Saunders Elvisier, 1999: 203-13.

18. Nahabedian MY. Free tissue transfer flap.

Juni 2013).

19. Chandu A. Reconstructive techniques for the repair of oral and maxillofacial oncological procedures: What are they, how do they work and what do they look. Australian Dental Journal 2002;47(2): 99-105.

20. Lalwani AK. Current diagnosis & treatment in otolaryngology-head & neck surgery. 1st ed. New York: Medical Mc Grawhill, 2008: 923-939.

21. Underbrink M, Pou A. Reconstruction of the oral cavity.< 2013).

22. Janz BA. Principles of microsurgery.

2013).

23. Tsue TT. Osteocutaneous radial forearm flap free tissue transfer. .

24. Gaut M, Tang T, Walsh S. General surgery outpatients decisions. 2nd ed. London: Stephen Brearley, 2010: 126

25. Yap HL, Butler CE. Principles of microsurgery. 6th ed. London: Lippincott Wiliam and Wipin, 2007:66.

26. Skandalakis LJ, Skandalakis JE, Skandalakis, PN. Surgical anatomy and technique. 3th ed. Georgia: Springer, 2010: 665-684.


(6)

28. Nealon TF, Nealon WH. Keterampilan pokok ilmu bedah. 4th ed. Jakarta: EGC, 1996: 4-11.