Ruang Lingkup Hari Wibowo, S.S., M.Pd.

Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional D 7 dan telinga merupakan persyaratan alamiah yang menghasilkan lafal, artikulasi, tekanan, nada, jeda, dan intonasi bahasa. Keterampilan ini juga dipengaruhi oleh kepercayaan diri untuk menyatakannya secara wajar, benar, dan bertanggung jawab. Prinsip-prinsip Berbicara 1. Berbicara sebagai Keterampilan Deskrit Kata „deskrit‟ discrete yang artinya terpisah atau tersendiri. Dalam hal ini berbicara diartikan sebagai keterampilan tersendiri yang tidak terintegrasi dengan keterampilan berbahasa yang lain menyimak, membaca, dan menulis. Untuk itu, merujuk pada pendapat Logan 1972, berbicara merupakan 1 proses adaptif, 2 gambaran perilaku dan perasaan, 3 dipengaruhi kekayaan pengalaman, 4 sarana memperluas cakrawala, dan 5 sebagai perilaku yang dapat dipelajari. Berikut uraian selengkapnya dari kelima aspek tersebut. a Berbicara merupakan proses adaptif Berbicara merupakan sarana komunikasi seseorang dengan lingkungannya. Berbicara digunakan sebagai sarana penyesuaian diri seseorang, termasuk dalam rangka mempelajari dan mengontrol kondisi dan lingkungan sekitar. Ketika seseorang ingin diakui sebagai bagian dari komunitas masyarakatnya, salah satu cara yang harus ia tempuh adalah dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan masyarakatnya itu. Demikian halnya apabila ingin mempelajari budaya sekitarnya, sesorang harus memahami pula bahasa masyarakat itu secara mendalam. Bagaimanapun bahasa merupakan mengejawantahan dari budaya suatu kelompok masyarakat. b Berbicara adalah gambaran perilaku dan perasaan Melalui kegiatan berbicara, seseorang tidak sekadar menyatakan ide, tetapi juga mengungkapkan sikap dan kepribadiannya. Dalam hal ini ada ungkapan, “bahasa adalah pembeda kelas.” Melalui pembicaraan seseorang akan tergambar banyak hal tentang keadaan jiwa orang itu, termasuk latar belakang sosial, tingkat pendidikan, dan kemampuan intelektualnya. 8 Modul Guru Pembelajar Bahasa Indonesia SMP Kelompok Kompetensi Profesional D c Berbicara dipengaruhi kekayaan pengalaman Berbicara juga sangat dipengaruhi oleh kekayaan ataupun keluasan pengalaman seseorang. Semakin kaya pengalaman seseorang, semakin mendalam dan berkualitas pembicaraan orang itu. Sebaliknya, sesorang yang kurang pengalaman, akan tampak kering dan dangkal pembicaraan orang itu. Pembicaraan orang itu pun tidak menarik. d Berbicara sarana memperluas cakrawala Di samping untuk menuangkan pengalaman, berbicara dapat menjadi sarana untuk mengetahui banyak hal. Dengan mengungkapkan pertanyaan, orang itu sesungguhnya sedang berusaha untuk memperluas sesuatu yang tidak diketahuinya. e Berbicara adalah tingkah laku yang dipelajari Seseorang yang ingin meningkatkan kemampuan berbicaranya, ia perlu belajar dengan orang lain yang lebih fasih. Baik itu dalam hal ekspresi, intonasi, lafal, dan unsur-unsur berbahasa lainnya, dapat ditingkatkan melalui proses pembelajaran. Semakin banyak berlatih berbicara, semakin dikuasai keterampilan itu. Dengan banyaknya sekolah-sekolah dan pelatihan berbicara, hal itu membuktikan bahwa keterampilan tersebut dapat dipelajari. Tidak ada orang yang langsung terampil berbicara tanpa proses latihan. Berbicara adalah tingkah laku yang harus dipelajari dan bisa dikuasai.

2. Berbicara Sebagai Keterampilan Terintegrasi

Berbicara memiliki kaitan dengan keterampilan berbahasa yang lainnya, yaitu dengan menyimak, membaca, dan menulis. a Hubungan Berbicara dengan Menyimak Berbicara dan menyimak adalah dua kegiatan yang berbeda, namun berkaitan erat dan tak terpisahkan. Kegiatan menyimak didahului oleh kegiatan berbicara. Kegiatan berbicara dan menyimak saling melengkapi dan berpadu menjadi komunikasi lisan, seperti dalam bercakap-cakap, diskusi, bertelepon, tanya-jawab, interview, dan sebagainya. b Hubungan Berbicara dengan Membaca Berbicara dan membaca berbeda dalam sifat, sarana, dan fungsinya. Berbicara bersifat produktif, ekspresif melalui sarana bahasa lisan dan