Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab II- H alaman 27 .
Tabel 2.7. Tingkat pengangguran terbuka TPT Kabupaten Ponorogo tahun 2005-2010.
Sumber: BPS Kabupaten Ponorogo, 2012
2.3. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan Tahun 2011 a. Bidang Pertanian
Di Kabupaten Ponorogo sektor Pertanian merupakan sektor yang strategis. Hal tersebut terbukti dari tingkat kontribusinya pada PDRB atas dasar harga
berlaku ADHB yang tinggi yaitu 36,12 pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 sebesar 35,26 . Secara demografis, lebih dari 48 penduduk
Ponorogo hidup dari sektor pertanian. Sisanya, meskipun tidak secara langsung berkecimpung dalam sektor Pertanian, kenyataanya tetap
bergantung pada sektor ini. Maka sangat tepat kiranya jika pembangunan Pertanian dalam arti luas, meliputi Tanaman Pangan dan Hortikultura,
Peternakan, Perikanan, Kehutanan dan Perkebunan, menjadi prioritas pembangunan saat ini. Hal ini disebabkan karena Pertanian merupakan
salah satu sektor utama yang mendukung pertumbuhan ekonomi. Bidang ini juga berkontribusi terhadap penyerapan tenaga kerja terutama di pedesaan.
Dapat dikatakan Pertanian merupakan sektor padat karya yang berpotensi menyerap tenaga kerja dan menanggulangi kemiskinan. Melalui berbagai
upaya, program pembangunan revitalisasi Pertanian telah menunjukkan
7.68 6.74 6.79
4.76 5.94
3.73 5.08
3.45 4.25
3.25 4.16
2.02 1.86 1.71
1 2
3 4
5 6
7 8
2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Propinsi
Ponorogo t arget
Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab II- H alaman 28 .
hasil yang menggembirakan. Hal ini ditunjukkan oleh tingkat pertumbuhan sektor Pertanian yang meningkat dari tahun ke tahun. Peningkatan
pertumbuhan sektor Pertanian juga memberikan dampak pada perbaikan tingkat kesejahteraan petani. Hal ini ditunjukkan dengan terus meningkatnya
Nilai Tukar Petani NTP. Nilai Tukar Petani NTP adalah merupakan perbandingan rasio antara indek harga yang diterima petani IT dengan
indek harga yang dibayar petani. Pada Tahun 2006 NTP Kabupaten Ponorogo adalah 112,23 kemudian pada Tahun 2007 meningkat menjadi
115,59. Untuk NTP Tahun 2008 adalah 118,89 dan meningkat kembali menjadi 118,20 pada tahun 2009. Hal ini selaras dengan tingkat
pertumbuhan produksi hasil Pertanian yang dari tahun ke tahun selalu mengalami
peningkatan. Beberapa
keberhasilan pelaksanaan
pembangunan di sektor Pertanian adalah: 1. Berhasil mempertahankan stabilitas harga komoditas pangan terutama
untuk komoditas padi sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani. Berdasar pada standar kualitas yang disyaratkan dalam Instruksi
Presiden No. 8 Tahun 2008 tentang Perberasan Nasional, harga gabah ditingkat petani di Kabupaten Ponorogo mampu mencapai 5 persen –
12 persen lebih tinggi daripada Harga Pembelian Pemerintah HPP, sehingga berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan petani yang
tercermin dari peningkatan Indek Nilai Tukar Petani NTP hingga 2,91 persen, dan Indek NTP total mencapai 115,59 persen pada tahun 2007.
Pada tahun 2008 NTP kabupaten Ponorogo sebesar 118,89 dan pada tahun 2009 menjadi 118,06 dan target pada RPJMD 2010-2015 untuk
tahun 2010 sebesar 116,01, target 2011 sebesar 117,10 2. Berhasil menjaga kontinuitas kebutuhan sarana produksi pertanian pada
standar mutu dan harga yang terjangkau sehingga tidak menyulitkan petani. Prestasi ini tercapai karena keberhasilan program pembangunan
sarana dan prasarana pertanian secara simultan dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo. Pada Sektor Pertanian melalui
beberapa program diantaranya Program Pengembangan Balai Benih
Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab II- H alaman 29 .
Ikan Air Tawar, mampu memproduksi benih berbagai jenis ikan hingga 3 juta ekor per tahun; Program Pengembangan Pembenihan Padi yang
berhasil memproduksi benih padi hingga 15 ton per tahun; Program Pengembangan Perkebunan dan Kehutanan Rakyat yang berhasil
menyediakan berbagai jenis bibit perkebunan dan kehutanan hingga 15.000 batang per tahun; Program Pengembangan Inseminasi Buatan
yang berhasil memasok kebutuhan benih sapi unggul hingga 2.500 straw per tahun; dan Program Stabilisasi Pupuk.
3. Berhasil mengakselerasi peningkatan produksi komoditas pangan unggulan non beras sehingga mengantarkan Kabupaten Ponorogo
sebagai daerah prospektif pengembangan palawija. Komoditas pangan unggulan non beras tersebut adalah jagung dan kedelai dengan
produktivitas masing-masing mencapai 5,6 tonhektar dan 1,3 tonhektar. Komoditas pangan unggulan di Jawa Timur selain jagung
dan kedelai yang berhasil dikembangkan dengan baik di Kabupaten Ponorogo diantaranya adalah pada kelompok tanaman pangan antara
lain ubi kayu dan ubi jalar dengan produktivitas mencapai 20 tonhektar dan 10 tonhektar, dan pada kelompok hortikultura antara lain kacang
tanah 1,8 tonhektar, kacang panjang 22,7 tonhektar, dan cabe 20,3 tonhektar.
4. Berhasil meningkatkan produksi unggulan perkebunan seperti tebu, kelapa, dan tembakau melalui perluasan areal tanam dan panen lebih
dari 4.000 hektar, 6.275 hektar, dan 35 hektar. Peningkatan ini memicu perkembangan industri pengolahan berbasis tembakau dan gula seperti
industri pembuatan rokok linting dan industri makanan, yang berarti pula meningkatkan penyerapan angkatan kerja di sektor industri sebagai
efek multiplier dari keberhasilan di sektor perkebunan. Hingga awal tahun 2009 penyerapan tenaga kerja tersebut telah mencapai lebih dari
500 orang di sektor industri dan lebih dari 65.250 orang di sektor perkebunan.
Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab II- H alaman 30 .
5. Berhasil merintis pemulihan citra daerah sebagai salah satu pemasok utama kebutuhan daging nasional karena keberhasilan Program
Pengembangan Inseminasi Buatan yang sudah diluncurkan sejak tahun 2005, dan pada tahun 2009 produk daging sapi yang dihasilkan
mencapai lebih dari 818.350 kg per tahun. Produksi daging ayam juga tinggi kendati usaha peternakan ini banyak mendapat ancaman avian
influenza, rata-rata populasi ayam buras pedaging lebih dari 470.513 ekor dan ayam ras petelur tingkat produksi telor hingga 579.430 kg per
tahun. Bahkan di sektor peternakan ini pula, Pemerintahan Kabupaten Ponorogo berhasil mengembangkan sentra pemeliharaan sapi perah di
Kecamatan Pudak, Kecamatan Pulung dan Kecamatan Sooko. Jumlah sapi perah pada awal tahun 2007 hanya 40 ekor, naik sangat significant
pada tahun 2008 populasi sapi perah menjadi 525 ekor dan pada tahun 2009 meningkat sangat besar sekali menjadi 1.525 ekor dengan
distribusi untuk Kecamatan Pudak berjumlah 770 ekor, Kecamatan Pulung 615 ekor dan di Kecamatan Sooko berjumlah 110 ekor.
Sedangkan kambing, domba, kerbau perkembangannya relatif stabil. 6. Berhasil mengakselerasi potensi perikanan daerah dan berhasil
melakukan ekspor ikan nila ke Luar Negeri. Produksi ikan Kabupaten Ponorogo terus mengalami peningkatan sebesar 1,35 persen per tahun.
Peningkatan ini turut disumbang oleh keberhasilan promosi budidaya ikan sistem karamba dan jaring apung rakyat yang berkembang akibat
desimenasi melalui Program Pengembangan Perikanan Air Tawar yang didukung oleh pemenuhan pasokan benih melalui Program
Pengembangan Balai Benih Ikan Air Tawar. Prestasi ini berdampak pada peningkatan penyerapan tanaga kerja di sektor perikanan hingga
126 persen dari 520 orang pada tahun 2002 menjadi 1.177 pada akhir tahun 2008, juga berdampak meningkatkan konsumsi ikan dari 7
kgkapitatahun pada tahun 2002 menjadi 8,3 kgkapitatahun pada tahun 2008.Peningkatan produksi pangan, termasuk Perikanan telah
mendorong perbaikan ketersediaan dan akses masyarakat yang lebih
Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab II- H alaman 31 .
luas terhadap pangan. Sebagian besar wilayah Kabupaten Ponorogo dimanfaatkan untuk areal sawah pertanian. Luas lahan sawah pada
tahun 2008 sebesar 34,800 Ha, yang terdiri dari lahan irigasi teknis seluas 30.091 Ha, irigasi setengah teknis seluas 625 Ha. Irigasi
nonteknis sederhana seluas 2.228 Ha dan irigasi tadah hujan seluas 1.856 Ha.
Rata-rata produksi tanaman padi mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006 rata-rata produksi padi sebesar
57,17 KuHa, dan pada tahun 2007 naik menjadi 62,57 KuHa dan pada Tahun 2008 naik menjadi 62,76 KuHa. Kita patut bersyukur, karma
kabupaten Ponorogo selama ini mengalami surplus beras, dan karenanya menjadi salah satu pemasok beras potensial di Jawa Timur.
Kabupaten Ponorogo berada pada posisi ke 11 dari 38 KabupatenKota di Jawa Timur, dengan tingkat kontribusi 3,55 dari total produksi beras
Jawa Timur. Sepanjang tahun, produksi beras di Ponorogo bisa mencapai 219.000 ton, dengan tingkat surplus mencapai 122.000 ton
atau lebih 55. Surplus ini tentunya dinikmati oleh petani. Begitu pula dengan produksi kedelai, tahun 2006 sebesar 14,28 KuHa menjadi
15,58 KuHa pada Tahun 2007 dan pada Tahun 2008 menjadi 15,83 KUHa. Tanaman Jagung dan Kacang tanah juga mengalami
peningkatan dengan sebelumnya. Hal ini dipengaruhi oleh pengelolaan lahan Pertanian dengan teknik yang lebih baik. Produksi tanaman
perkebunan mengalai perubahan yang fluktuatif seiring dengan perubahan luas panennya. Nilai produksi komoditi Kelapa dan Cengkeh
relative stabil, sedangkan untuk komoditi kopi Arabika, kopi Robusta dan jambu Mete mengalami peningkatan yang cukup signifikan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kopi Arabika produksi tahun 2006 sebesar 63 Ku menjadi 219,60 Ku pada Tahun 2007 dan Pada
Tahun 2008 menjadi 314,80 Ku. Kopi Robusta dari 295,90 Ku pada Tahun 2006 menjadi 1.104,80 Ku pada Tahun 2007 dan pada Tahun
2008 menjadi 1.170,80 Ku. Dan untuk komoditi jambu mete mengalami kenaikan dari 1.647,60 Ku menjadi 3.303,00 Ku. Produksi buah buahan
Lampiran RKPD kabupaten Ponorogo Tahun 2013. Bab II- H alaman 32 .
yang menjadi andalan Kabupaten Ponorogo diantaranya nangka, papaya, jeruk, mangga dan pisang. Sedangkan produksi tanaman
sayuran yang menjadi andalan adalah petai, sawi, tomat, cabe, terong, dan kacang panjang. Produktifitas komoditi sapi perah, sapi potong,
kerbau, dan domba mengalai perubahan yang signifikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sedangkan produktifitas
unggas relative stabil . 7. Berhasil mempertahankan swasembada pangan melalui peningkatan
produktivitas padi hingga 5,8 tonhektar sehingga mampu melebihi rata- rata produktivitas padi di Jawa Timur 5,6 tonhektar dan Nasional 5,3
tonhektar, dan menyebabkan Kabupaten Ponorogo menjadi daerah dengan surplus beras hingga 55 persen dari total produksi per tahun
sekitar 230.000 ton gabah kering giling atau setara 120.000 ton beras setahun. Prestasi ini mengantarkan Kabupaten Ponorogo menerima
penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2009 sebagai daerah yang berhasil meningkatkan produktivitas padi
dan mempertahankan swasembada pangan. Dalam upaya untuk tetap menjadikan Kabupaten Ponorogo sebagai
kabupaten yang mampu berswasembada beras, maka pada tahun 2010 dilakukan pembangunan lumbung desa di 3 tiga lokasi yaitu di Desa
Kupuk Kecamatan Bungkal, di Desa Ngumpul Kecamatan Balong dan di Desa Gelang Lor Kecamatan Sukorejo.
b. Bidang Infrastruktur