RKPD Tahun 2013

(1)

PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 16 TAHUN 2012

TENTANG

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KOTA SEMARANG TAHUN 2013

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SEMARANG,

Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyusunan rencana pembangunan

Kota Semarang Tahun 2013 dan agar pelaksanaannya

dapat terencana, terarah, terpadu dan

berkesinambungan serta guna memberi pedoman dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) Tahun 2013, maka perlu ditetapkan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2013;

b. bahwa untuk melaksanakan maksud tersebut diatas, maka perlu dibentuk Peraturan Walikota Semarang tentang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2013.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Daerah-daerah Kota Besar dalam

Lingkungan Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 3851);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);


(2)

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355 );

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

Pemeriksaan, Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4410);

6. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

8. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

9. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1976 tentang Perluasan Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1976 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3079);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 1992 tentang

Pembentukan Kecamatan di Wilayah

Kabupaten-Kabupaten Daerah Tingkat II Purbalingga, Cilacap, Wonogiri, Jepara, dan Kendal serta Penataan Kecamatan di Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Semarang dalam wilayah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 89);


(3)

12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan Tata Cara Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

13. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010 – 2014;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

17. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012

tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan

Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013;

18. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 3 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Jawa Tengah Tahun 2005 – 2025 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 Nomor 3 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 9);

19. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 4 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2008 - 2013 ( Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Daerah Nomor 21 );

20. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan

Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota

Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13);


(4)

21. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43);

22. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010 –

2015 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun

2011Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 59);

23. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2011 – 2021(Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 61);

24. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran 2012 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2012 Nomor 1);

25. Peraturan Walikota Semarang Nomor 1 Tahun 2012 tentang Penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Semarang Tahun Anggaran 2012 (Berita Daerah Kota Semarang Tahun 2012 Nomor 1);

M E M U T U S K A N :

Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG RENCANA KERJA

PEMBANGUNAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2013.

Pasal 1

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2013 merupakan dokumen Perencanaan Tahunan yang berisi penjabaran visi, misi dan kebijakan Walikota Semarang yang penyusunannya berpedoman pada

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), Dokumen Perencanaan

Pembangunan Provinsi Jawa Tengah dan memperhatikan Rencana


(5)

Pasal 2

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2013 disusun dengan Sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

BAB VI PENUTUP

Pasal 3

Isi beserta uraian Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2013 sebagaimana tercantum dalam Lampiran Peraturan Walikota ini dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Walikota ini.

Pasal 4

Peraturan Walikota ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Walikota ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kota Semarang.

Ditetapkan di Semarang pada tanggal 24 Mei 2012

WALIKOTA SEMARANG ttd

H. SOEMARMO HS

Diundangkan di Semarang pada tanggal 24 Mei 2012

Plh. SEKRETARIS DAERAH KOTA SEMARANG

ttd

H. HADI PURWONO

ASISTEN ADMINISTRASI INFORMASI DAN KERJASAMA


(6)

LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR : 16

TANGGAL : 24 Mei 2012

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD)

KOTA SEMARANG TAHUN 2013

PEMERINTAH KOTA SEMARANG TAHUN 2012


(7)

DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Daftar Tabel ii

Daftar Gambar iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang I.1

1.2. Dasar Hukum Penyusunan I.2 1.3. Hubungan Antar Dokumen I.3 1.4. Sistematika Dokumen RKPD I.4 1.5. Maksud dan Tujuan I.5

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

II.1

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah II.1 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi II.1 2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat II.10 2.1.3. Aspek Pelayanan Umum II.13 2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah II.21 2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Berjalan dan

Realisasi RPJMD

II.24

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah II.98 2.3.1. Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas dan

Sasaran Pembangunan Daerah

II.98

2.3.2. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah

II.105

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN

DAERAH

III.1

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah III.2 3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012 III.5 3.1.2. Tantangan dan Prospek Perkonomian Daerah Tahun 2012 dan

Tahun 2013

III.6

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah III.8 3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan III.8 3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah III.15

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 IV.1

4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan IV.1 4.2. Prioritas Pembangunan IV.11

4.2.1. Isu Strategis dari Permaslahan Pembangunan th 2013 yang dimunculkan

IV.11

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH V.1

5.1. Program/Kegiatan Prioritas Daerah V.1 5.2. Rencana Kerja Tahun 2013 V.14


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kepadatan Penduduk Kota Semarang diperinci per Kecamatan Tahun 2011 II.9

Tabel 3.1. Kebutuhan Investasi Secara Natural Di Kota Semarang Untuk Tahun

2011-2012 (dalam juta Rp.)

III.3

Tabel 3.2. Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi per Tahun Kota Semarang Tahun

2005-2010

III.4

Tabel 3.3. Kebutuhan Investasi Kota Semarang Berdasarkan ICOR dan Laju

Pertumbuhan Ekonomi 6,25% Dirinci Menurut Sektor Lapangan Usaha (dalam Juta Rupiah)

III.5

Tabel 3.4. Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Kota Semarang Tahun 2009 s.d

tahun 2013

III.9

Tabel 3.5. Realisasi dan Proyeksi/Target Pendapatan Asli Daerah Tahun 2011 s/d 2013 III.11

Tabel 3.6. Realisasi dan Proyeksi/Target Dana Perimbangan Tahun 2011 s/d 2013 III.12

Tabel 3.7. Realisasi dan Proyeksi/Target Lain-lain Pendapatan Yang Sah Tahun 2011

s/d 2013

III.13

Tabel 3.8. Penerimaan Pendapatan Tahun 2012 dan Proyeksi Penerimaan Pendapatan

Tahun 2013

III.14

Tabel 3.9. Realisasi/Target/Proyeksi Belanja dan Proporsi Belanja Tahun 2010 s/d

2013

III.18

Tabel 3.10. Rencana Belanja Langsung Tahun 2013 III.20

Tabel 3.11. Proyeksi Kapasitas Riil Pembiayaan Tahun 2013 III.21

Tabel 4.1. Hubungan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran Pembangunan serta kesesuaian

dengan Sapta Program

IV.5

Tabel 4.2. Keselarasan Program Prioritas RPJMD dan RKPD IV.16

Tabel 5.1. Rekapitulasi Pagu/Indikatif Rencana Program/Kegiatan Tahun 2013

Berdasarkan Urusan Kewenangan Pemerintahan serta SKPD Kewenangan

V.3

Tabel 5.2. Rencana Program Kegiatan Pembangunan Tahun 2013 per Urusan dan

SKPD Kewenangan

V.5

Tabel 5.3. Usulan Kegiatan Kota Semarang Tahun 2013 ke Pemerintah Pusat (APBN) V.443

Tabel 5.4. Usulan Kegiatan Pendanaan Pembangunan Daerah (UKPPD) Kota Semarang

Tahun 2013

V.444


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Trend Pertumbuhan Pendapatan Kota Semarang Tahun 2010-2013 III.10

Gambar 3.2. Trend Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kota Semarang Tahun

2010-2013

III.12

Gambar 3.3. Trend Pertumbuhan Dana Perimbangan Kota Semarang Tahun 2010-2013 III.13

Gambar 3.4. Trend Pertumbuhan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah Tahun 2010-2013 III.14


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Rencana Kerja Pembangunan Daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan tahunan daerah. Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), yang mengamanatkan bahwa penyusunan RKPD mengacu kepada RPJMD.

Proses penyusunan RKPD Kota Semarang berdasarkan pada proses penjaringan aspirasi yang diformulasikan melalui mekanisme forum Musrenbang yang dimulai dari rembug warga, musrenbang Kelurahan, musrenbang Kecamatan serta memperhatikan hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan Kota Semarang pada tahun sebelumnya. Selanjutnya penyusunan dokumen RKPD disinergikan dengan prioritas pembangunan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah dan Pemerintah Pusat. Hal ini sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, pasal 2 bahwa Kabupaten/Kota merupakan bagian dari Provinsi serta mempunyai wewenang, keuangan, pelayanan umum pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya.

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara bahwa RKPD merupakan pedoman dalam penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) dalam rangka mewujudkan tercapainya tujuan bernegara sehingga Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) sebagai dokumen perencanaan operasional tahunan menjadi pedoman dalam penyusunan KUA dan PPAS serta Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Sebagai dokumen resmi daerah, RKPD Tahun 2013 mempunyai kedudukan yang strategis untuk menjembatani antara perencanaan strategis jangka menengah (RPJMD) dengan perencanaan dan penganggaran tahunan (KUA dan PPAS serta RAPBD Tahun 2013). RKPD 2013 berfungsi sebagai penjabaran RPJMD Tahun 2010-2015, khususnya merupakan pelaksanaan tahun ketiga dalam rencana operasional yang memuat Arah Kebijakan Ekonomi Daerah dan Keuangan Daerah, Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah,serta Rencana Program dan Kegiatan Prioritas Daerah.

Sejalan dengan proses penyusunan perencanaan pada tingkat Nasional dan Provinsi maka pada tingkat Kota Semarang juga dilakukan langkah yang sama sampai dengan penentuan prioritas pembangunan daerah. Prioritas pembangunan daerah tahunan disusun berdasarkan kriteria sebagai berikut:

1. Memiliki dampak yang besar terhadap pencapaian sasaran-sasaran pembangunan sesuai tema pembangunan;

2. Memiliki sasaran-sasaran dan indikator kinerja yang terukur sehingga langsung dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat;

3. Mendesak dan penting untuk segera dilaksanakan;

4. Merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah untuk melaksanakannya; 5. Realistis untuk dilaksanakan dan diselesaikan dalam kurun waktu satu tahun.

Dalam kerangka perencanaan pembangunan daerah, RKPD mempunyai fungsi pokok sebagai berikut:

1. Menjadi acuan bagi seluruh pelaku pembangunan, karena memuat seluruh kebijakan publik; 2. Menjadi pedoman dalam penyusunan APBD, karena memuat arah kebijakan pembangunan

daerah satu tahun; dan


(11)

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, terjadi perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi menjadi desentralisasi yang merupakan angin segar bagi Pemerintah Daerah di Indonesia termasuk bagi Pemerintah Kota Semarang. Perubahan tersebut membawa peluang bagi Kota Semarang untuk lebih mengoptimalkan kondisi atau potensi yang ada.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka penyusunan perencanaan pembangunan tahunan yang selanjutnya disebut RKPD menjadi dokumen yang sangat penting dalam rangka mengimplementasikan program dan kegiatan pembangunan tahunan. Melalui RKPD Kota Semarang Tahun 2013 akan dirumuskan program dan kegiatan pembangunan yang secara efisien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada serta membuat kesinambungan pembangunan.

Pada dasarnya RKPD Kota Semarang Tahun 2013 sebagai rujukan program dan kegiatan, melalui sebuah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan program dan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan yang dikehendaki pada Tahun 2013, berdasarkan pada RPJMD Kota Semarang Tahun 2010-2015.

1.2. DASAR HUKUM PENYUSUNAN

Dasar hukum penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, Nomor 4287); 2. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan penerapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 150, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82) ;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741) ;


(12)

10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2008 Tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Permendagri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja Pembangunan Daerah Tahun 2013;

16. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 9 Tahun 2007 tengan Tata Cara Penyusunan Dokumen Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2008 Nomor 3, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 13);

17. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah dan Badan Pelayanan Perijinan Terpadu Kota Semarang (Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 16 Tahun 2008, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 23);

18. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 6 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Semarang Tahun 2005 – 2025 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2010 Nomor 8, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 43);

19. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 12, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 59).

20. Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Semarang Tahun 2011-2031 (Lembaran Daerah Kota Semarang Tahun 2011 Nomor 14, Tambahan Lembaran Daerah Kota Semarang Nomor 61).

1.3. HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN

Dalam penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2013 berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang Tahun 2010-2015 yang merupakan pedoman pelaksanaan pembangunan lima tahunan. RKPD Kota Semarang Tahun 2013 ini merujuk pada perencanaan tahun ketiga dalam RPJMD Kota Semarang yang memperhatikan hasil penjaringan aspirasi masyarakat melalui Musrenbang dan evaluasi pembangunan tahun sebelumnya, serta memperhatikan pula kebijakan Walikota dan pokok-pokok pikiran DPRD.

Selain itu secara hirarki sesuai Undang-Undang 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, RKPD Kota Semarang Tahun 2013 dalam penyusunannya juga memperhatikan RKP Tahun 2013 dan RKPD Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013. Hal ini terkait dengan beberapa sumber dana program dan kegiatan Kota Semarang tahun 2013 yang berasal dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Selanjutnya RKPD Kota Semarang Tahun 2013 akan digunakan sebagai pedoman oleh SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Semarang dalam menyusun Rencana Kerja SKPD (Renja SKPD) Tahun 2013, serta sebagai dasar penyusunan Kebijakan Umum


(13)

Anggaran (KUA) Kota Semarang Tahun 2013 dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kota Semarang Tahun 2013. Penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2013 memperhatikan beberapa unsur pokok sebagai berikut: 1) Tujuan yang dikehendaki; 2) Sasaran-sasaran dan prioritas untuk mewujudkannya; 3) Masalah-masalah yang dihadapi dan sumberdaya yang akan digunakan serta pengalokasiannya; 4) Kebijakan-kebijakan untuk melaksanakannya; dan 5) SKPD pelaksananya.

Mengacu pada Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yang telah direvisi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007, maka pada rencana kerja dan pendanaan dalam RKPD Kota Semarang Tahun 2013 disusun berdasarkan urusanyang menjadi kewenangan daerah beserta program dan kegiatan yang menyertainya. Berdasarkan pada hal tersebut, untuk mempertajam program dan kegiatan yang akan direncanakan pada tahun 2013 perlu diketahui Visi dan Misi Daerah, Gambaran Kondisi Umum Daerah, serta Isu dan Masalah Kota Semarang tahun 2013.

1.4. SISTEMATIKA DOKUMEN RKPD

Sistematika Penyusunan Dokumen RKPD Kota Semarang 2013 adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.2. Dasar Hukum Penyusunan 1.3. Hubungan Antar Dokumen 1.4. Sistematika Dokumen RKPD 1.5. Maksud dan Tujuan

BAB II EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN

KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah 2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi 2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

2.1.4. Aspek Daya Saing Daerah

2.2. Evaluasi Pelaksanaan Program dan Kegiatan RKPD Tahun Berjalan dan Realisasi RPJMD

2.3. Permasalahan Pembangunan Daerah

2.3.1. Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

2.3.2. Identifikasi Permasalahan Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN

KEUANGAN DAERAH

3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah

3.1.1. Kondisi Ekonomi Daerah Tahun 2011 dan Perkiraan Tahun 2012

3.1.2. Tantangan dan Prospek Perkonomian Daerah Tahun 2012 dan Tahun 2013

3.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah

3.2.1. Proyeksi Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan 3.2.2. Arah Kebijakan Keuangan Daerah


(14)

3.2.2.2. Arah Kebijakan Belanja Daerah 3.2.2.3. Arah Kebijakan Pembiayaan Daerah

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013

4.1. Tujuan dan Sasaran Pembangunan 4.2. Prioritas Pembangunan

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

5.1. Program/Kegiatan Prioritas Daerah 5.2. Rencana Kerja Tahun 2013

BAB VI PENUTUP

1.5. MAKSUD DAN TUJUAN

RKPD Kota Semarang Tahun 2013 disusun dengan maksud sebagai upaya memenuhi kebutuhan daerah terhadap suatu rencana pembangunan tahunan daerah untuk tahun 2013, yang memberikan arah dan pedoman kepada seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) pembangunan Kota Semarang dalam pelaksanaan pembangunan daerah tahun 2013. RKPD tahun 2013 merupakan penjabaran RPJMD tahun 2010-2015, RKPD 2013 memuat kebijakan dan strategi untuk mendukung terwujudnya Visi Kota Semarang Sebagai Kota Perdagangan dan Jasa yang Berbudaya Menuju Masyarakat Sejahtera. Tema RKPD 2013 adalah Percepatan Pencapaian Sapta Program.

Sesuai dengan peraturan perundangan, maksud dan tujuan Penyusunan RKPD adalah untuk memberikan kerangka sistematis sebagai pedoman terhadap arah penyelenggaraan Pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat yang dituangkan dalam bentuk kebijakan APBD tahun 2013. Penyusunan ini juga bertujuan untuk merangsang partisipasi publik dalam merencanakan, melaksanakan, mengawasi proses pembangunan. Secara lebih sistematis, tujuan penyusunan RKPD Kota Semarang Tahun 2013 adalah sebagai berikut:

1. Diperolehnya suatu rencana pembangunan tahunan yang sesuai dengan kebutuhan daerah dan

perkembangan yang terjadi di daerah, dengan melihat sumber daya yang ada.

2. Diperolehnya program-program prioritas yang menjadi upaya konkrit untuk memenuhi

kebutuhan masyarakat Kota Semarang tahun 2013.

3. Tersedianya acuan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Kota Semarang Tahun 2013


(15)

BAB II

EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

2.1. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

Gambaran umum kondisi daerah akan menjelaskan tentang kondisi geografi dan demografi serta indikator capaian kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di Kota Semarang. Adapun indikator capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan yang penting dianalisis meliputi 3 (tiga) aspek utama yaitu aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah.

2.1.1. Aspek Geografi dan Demografi

Analisis pada aspek geografi di Kota Semarang perlu dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik lokasi dan wilayah, potensi pengembangan wilayah, dan kerentanan wilayah terhadap bencana. Sedangkan gambaran kondisi demografi, antara lain mencakup perubahan penduduk, komposisi dan populasi masyarakat secara keseluruhan atau kelompok dalam waktu tertentu di Kota Semarang.

2.1.1.1. Aspek Geografis

Gambaran umum pada aspek geografis akan menjelaskan tentang luas dan batas wilayah administrasi, letak dan kondisi geografis, topografi, geologi, hidrologi, klimatologi dan penggunaan lahan di Kota Semarang.

a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi

Luas wilayah Kota Semarang seluas 373,70 km2 dan merupakan 1,15% dari total luas daratan Provinsi Jawa Tengah dengan batas wilayah sebelah barat adalah Kabupaten Kendal, sebelah timur dengan Kabupaten Demak, sebelah selatan dengan Kabupaten Semarang dan sebelah utara dibatasi oleh Laut Jawa dengan panjang garis pantai mencapai 13,6 kilometer. Secara administrasi Kota Semarang terbagi atas 16 Kecamatan, secara rinci luas masing-masing kecamatan adalah Kecamatan Semarang Tengah seluas 6,14 km2, Semarang Utara seluas 10,97 km2, Semarang Timur seluas 7,70 km2, Semarang Selatan seluas 5,93 km2, Semarang Barat seluas 21,74 km2, Gayamsari seluas 6,18 km2, Pedurungan seluas 20,72 km2, Genuk seluas 27,39 km2, Gajahmungkur seluas 9,07 km2, Candisari seluas 6,54 km2, Banyumanik seluas 25,69 km2, Tembalang seluas 44,20 km2, Gunungpati seluas 54,11 km2, Ngaliyan seluas 37,99 km2, Mijen seluas 57,55 km2, dan Tugu seluas 31,78 km2. b. Letak dan Kondisi Geografis

Kota Semarang merupakan kota strategis yang berada di tengah-tengah Pulau Jawa yang terletak antara garis 60 50’ – 70 10’ Lintang Selatan dan garis 1090 35’ – 110050’ Bujur Timur. Kota Semarang memiliki posisi geostrategis karena berada pada jalur lalu lintas ekonomi pulau Jawa, dan merupakan koridor pembangunan Jawa Tengah yang terdiri dari empat simpul pintu gerbang yakni koridor pantai Utara; koridor Selatan ke arah kota-kota dinamis seperti Kabupaten Magelang, Surakarta yang dikenal dengan koridor Merapi-Merbabu, koridor Timur ke arah Kabupaten Demak/Grobogan; dan Barat menuju Kabupaten Kendal.

Dalam perkembangan dan pertumbuhan Jawa Tengah, Semarang sangat berperan terutama dengan adanya pelabuhan, jaringan transport darat (jalur kereta api dan jalan) serta transport udara yang merupakan potensi bagi simpul transportasi Regional Jawa Tengah dan Kota Transit Regional Jawa Tengah. Posisi lain yang tak kalah pentingnya adalah kekuatan hubungan dengan luar Jawa, secara langsung sebagai pusat wilayah nasional bagian tengah.


(16)

c. Topografi

Secara topografis Kota Semarang terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai, dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan dan tonjolan. Daerah pantai 65,22% wilayahnya adalah dataran dengan kemiringan 25% dan 37,78 % merupakan daerah perbukitan dengan kemiringan 15-40%. Kondisi lereng tanah Kota Semarang dibagi menjadi 4 jenis kelerengan yaitu Lereng I (0-2%) meliputi Kecamatan Genuk, Pedurungan, Gayamsari, Semarang Timur, Semarang Utara dan Tugu, serta sebagian wilayah Kecamatan Tembalang, Banyumanik dan Mijen. Lereng II (2-5%) meliputi Kecamatan Semarang Barat, Semarang Selatan, Candisari, Gajahmungkur, Gunungpati dan Ngaliyan. Lereng III (15-40%) meliputi wilayah di sekitar Kaligarang dan Kali Kreo (Kecamatan Gunungpati), sebagian wilayah kecamatan Mijen (daerah Wonoplumbon) dan sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik, serta Kecamatan Candisari. Sedangkan lereng IV (> 50%) meliputi sebagian wilayah Kecamatan Banyumanik (sebelah tenggara), dan sebagian wilayah Kecamatan Gunungpati, terutama disekitar Kali Garang dan Kali Kripik. Kota Bawah yang sebagian besar tanahnya terdiri dari pasir dan lempung.

Pemanfaatan lahan lebih banyak digunakan untuk jalan, permukiman atau perumahan, bangunan, halaman, kawasan industri, tambak, empang dan persawahan. Kota Bawah sebagai pusat kegiatan pemerintahan, perdagangan, perindustrian, pendidikan dan kebudayaan, angkutan atau transportasi dan perikanan. Berbeda dengan daerah perbukitan atau Kota Atas yang struktur geologinya sebagian besar terdiri dari batuan beku. Wilayah Kota Semarang berada pada ketinggian antara 0 sampai dengan 348,00 meter dpl (di atas permukaan air laut). Secara topografi terdiri atas daerah pantai, dataran rendah dan perbukitan, sehingga memiliki wilayah yang disebut sebagai kota bawah dan kota atas. Pada daerah perbukitan mempunyai ketinggian 90,56 - 348 mdpl yang diwakili oleh titik tinggi yang berlokasi di Jatingaleh dan Gombel, Semarang Selatan, Tugu, Mijen, dan Gunungpati, dan di dataran rendah mempunyai ketinggian 0,75 mdpl. Kota bawah merupakan pantai dan dataran rendah yang memiliki kemiringan antara 0% sampai 5%, sedangkan dibagian Selatan merupakan daerah dataran tinggi dengan kemiringan bervariasi antara 5%-40%.

Kota Semarang sangat dipengaruhi oleh keadaan alamnya yang membentuk suatu kota yang mempunyai ciri khas yaitu terdiri dari daerah perbukitan, dataran rendah dan daerah pantai. Dengan demikian topografi Kota Semarang menunjukkan adanya berbagai kemiringan tanah berkisar antara 0% - 40% (curam) dan ketinggian antara 0,75 – 348,00 mdpl.

d. Geologi

Kondisi Geologi Kota Semarang berdasarkan susunan stratigrafinya adalah terdiri dari Aluvium (Qa), Batuan Gunungapi Gajahmungkur (Qhg), Batuan Gunungapi Kaligesik (Qpk), Formasi Jongkong (Qpj), Formasi Damar (QTd), Formasi Kaligetas (Qpkg), Formasi Kalibeng (Tmkl), Formasi Kerek (Tmk). Pada dataran rendah berupa endapan aluvial sungai, endapan fasies dataran delta dan endapan fasies pasang-surut. Endapan tersebut terdiri dari selang-seling antara lapisan pasir, pasir lanauan dan lempung lunak, dengan sisipan lensa-lensa kerikil dan pasir vulkanik. Sedangkan daerah perbukitan sebagian besar memiliki struktur geologi berupa batuan beku.

Berdasarkan struktur geologi yang ada di Kota Semarang terdiri atas tiga bagian yaitu struktur joint (kekar), patahan (fault), dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu (tak teratur), heterogen, sehingga mudah bergerak atau longsor. Pada daerah sekitar aliran Kali Garang merupakan patahan Kali Garang, yang membujur arah utara sampai selatan, di sepanjang Kaligarang yang berbatasan dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante, ke arah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser, yang memotong formasi Notopuro, ditandai adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan Kali Garang serta beberapa mata air di Bendan Duwur. Daerah patahan lainnya adalah Meteseh, Perumahan Bukit Kencana Jaya, dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan.


(17)

Sedangkan wilayah Kota Semarang yang berupa dataran rendah memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam. Jenis Tanah di Kota Semarang meliputi kelompok mediteran coklat tua, latosol coklat tua kemerahan, asosiasi alluvial kelabu, Alluvial Hidromorf, Grumosol Kelabu Tua, Latosol Coklat dan Komplek Regosol Kelabu Tua. Kurang lebih sebesar 25% wilayah Kota Semarang memiliki jenis tanah mediteranian coklat tua. Sedangkan kurang lebih 30% lainnya memiliki jenis tanah latosol coklat tua. Jenis tanah lain yang ada di wilayah Kota Semarang memiliki geologi jenis tanah asosiasi kelabu dan alluvial coklat kelabu dengan luas keseluruhan kurang lebih 22% dari seluruh luas Kota Semarang. Sisanya merupakan jenis tanah alluvial hidromorf dan grumosol kelabu tua.

e. Hidrologi

Kondisi Hidrologi potensi air di Kota Semarang bersumber pada sungai - sungai yang mengalir di Kota Semarang antara lain Kali Garang, Kali Pengkol, Kali Kreo, Kali Banjirkanal Timur, Kali Babon, Kali Sringin, Kali Kripik, Kali Dungadem dan lain sebagainya. Kali Garang yang bermata air di gunung Ungaran, alur sungainya memanjang ke arah Utara hingga mencapai Pegandan tepatnya di Tugu Soeharto, bertemu dengan aliran Kali Kreo dan Kali Kripik. Kali Garang sebagai sungai utama pembentuk kota bawah yang mengalir membelah lembah-lembah Gunung Ungaran mengikuti alur yang berbelok-belok dengan aliran yang cukup deras. Setelah diadakan pengukuran debit Kali Garang mempunyai debit 53,0 % dari debit total dan kali Kreo 34,7 % selanjutnya Kali Kripik 12,3 %. Oleh karena Kali Garang memberikan airnya yang cukup dominan bagi Kota Semarang, maka langkah-langkah untuk menjaga kelestariannya juga terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan air minum warga Kota Semarang.

Air Tanah Bebas ini merupakan air tanah yang terdapat pada lapisan pembawa air (aquifer) dan tidak tertutup oleh lapisan kedap air. Permukaan air tanah bebas ini sangat dipengaruhi oleh musim dan keadaan lingkungan sekitarnya. Penduduk Kota Semarang yang berada di dataran rendah, banyak memanfaatkan air tanah ini dengan membuat sumur-sumur gali (dangkal) dengan kedalaman rata-rata 3 - 18 m. Sedangkan untuk peduduk di dataran tinggi hanya dapat memanfaatkan sumur gali pada musim penghujan dengan kedalaman berkisar antara 20 - 40 m.

Air Tanah Tertekan adalah air yang terkandung di dalam suatu lapisan pembawa air yang berada diantara 2 lapisan batuan kedap air sehingga hampir tetap debitnya disamping kualitasnya juga memenuhi syarat sebagai air bersih. Debit air ini sedikit sekali dipengaruhi oleh musim dan keadaan di sekelilingnya. Untuk daerah Semarang bawah lapisan aquifer di dapat dari endapan alluvial dan delta sungai Garang. Kedalaman lapisan aquifer ini berkisar antara 50 - 90 meter, terletak di ujung Timur laut Kota dan pada mulut sungai Garang lama yang terletak di pertemuan antara lembah sungai Garang dengan dataran pantai. Kelompok aquifer delta Garang ini disebut pula kelompok aquifer utama karena merupakan sumber air tanah yang potensial dan bersifat tawar. Untuk daerah Semarang yang berbatasan dengan kaki perbukitan air tanah artois ini terletak pada endapan pasir dan konglomerat formasi damar yang mulai diketemukan pada kedalaman antara 50 - 90 m. Pada daerah perbukitan kondisi artosis masih mungkin ditemukan, karena adanya formasi damar yang permeable dan sering mengandung sisipan-sisipan batuan lanau atau batu lempung.

f. Klimatologi

Secara Klimatologi, Kota Semarang seperti kondisi umum di Indonesia, mempunyai iklim tropik basah yang dipengaruhi oleh angin monsun barat dan muson timur. Dari bulan November hingga Mei, angin bertiup dari arah Utara Barat Laut (NW) menciptakan musim hujan dengan membawa banyak uap air dan hujan. Sifat periode ini adalah curah hujan sering dan berat, kelembaban relatif tinggi dan mendung. Lebih dari 80% dari curah hujan tahunan turun di periode ini. Dari Juni hingga Oktober angin bertiup dari Selatan Tenggara (SE) menciptakan musim kemarau, karena membawa sedikit uap air. Sifat periode ini adalah sedikit jumlah curah hujan, kelembaban lebih rendah, dan jarang mendung.


(18)

Curah hujan di Kota Semarang mempunyai sebaran yang tidak merata sepanjang tahun, dengan total curah hujan rata-rata 9.891 mm per tahun. Ini menunjukkan curah hujan khas pola di Indonesia, khususnya di Jawa, yang mengikuti pola angin muson SENW yang umum. Suhu minimum rata-rata yang diukur di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 21,1 °C pada September ke 24,6 °C pada bulan Mei, dan suhu maksimum rata-rata berubah-ubah dari 29,9 °C ke 32,9 °C. Kelembaban relatif bulanan rata-rata berubah-ubah dari minimum 61% pada bulan September ke maksimum 83% pada bulan Januari. Kecepatan angin bulanan rata-rata di Stasiun Klimatologi Semarang berubah-ubah dari 215 km/hari pada bulan Agustus sampai 286 km/hari pada bulan Januari. Lamanya sinar matahari, yang menunjukkan rasio sebenarnya sampai lamanya sinar matahari maksimum hari, bervariasi dari 46% pada bulan Desember sampai 98% pada bulan Agustus.

g. Penggunaan Lahan

Penggunaan lahan di Kota Semarang meliputi penggunaan lahan sawah, lahan non sawah dan lahan kering. Penggunaan lahan sawah terdiri dari irigasi teknis (198 Km2), setengah teknis (530 Km2), irigasi sederhana/irigasi desa/non PU (45 Km2), tadah hujan (2,031 Km2), dan yang tidak diusahakan (267 Km2). Penggunaan lahan sawah dan lahan non sawah meliputi lahan pekarangan (38%), ladang (21%), tegalan (14%), lainnya (11%), perkebunan (5%), tambak dan kayu-kayuan (4%), padang rumput (2%), tidak diusahakan (1%). Sedangkan lahan kering meliputi pekarangan dan bangunan (42%), padang gembala (5%), tambak/rawa, tegalan dan kebun (27%), tambak/kolam, lainnya/tanah kering (26%).

Penggunaan lahan, sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Semarang Nomor 14 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, rencana pola pemanfaatan ruang meliputi: Kawasan lindung yakni kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan; dan Kawasan Budidaya yakni kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan.

2.1.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah

Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah, dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwasata, industri, pertambangan dan lain-lain dengan berpedoman pada rencana tata ruang wilayah.

a. Rencana Kawasan Perdagangan dan Jasa

Kawasan Perdagangan dan Jasa, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan komersial perdagangan dan jasa pelayanan. Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa dilakukan dalam rangka mewujudkan Kota Semarang sebagai sentra perdagangan dan jasa dalam skala regional dan nasional.

Kawasan perdagangan dan jasa ditetapkan tersebar pada setiap Bagian wilayah Kota (BWK) terutama di pusat-pusat BWK sehingga dapat mengurangi kepadatan dan beban pelayanan di pusat kota. Arahan pemanfaatan ruang kawasan perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut:

1. Pusat kawasan perdagangan dan jasa dengan lingkup pelayanan skala regional, nasional maupun internasional, berada di kawasan Peterongan, Tawang dan Siliwangi;

2. Kawasan perdagangan dan jasa khusus, yaitu kawasan perdagangan dan jasa dengan perlakuan dan komoditas khusus. Kawasan perdagangan dan jasa dengan perlakuan khusus adalah kawasan Pasar Johar. Kawasan pasar Johar merupakan pasar tradisional skala pelayanan regional yang terletak di pusat kota, selain itu Pasar Johar merupakan bagian dari ikon Kota Semarang. Kawasan perdagangan dan jasa dengan komoditas khusus adalah Pasar Agro yang direncanakan di BWK V. Pasar agro ini digunakan untuk memasarkan produk-produk pertanian yang ada di Kota Semarang dan daerah-daerah yang ada di sekitarnya. Pasar agro ini dirancang untuk memiliki skala pelayanan regional, sehingga diperlukan dukungan jalan sekurang-kurang kolektor sekunder.


(19)

3. Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan sebagian wilayah kota sampai dengan kota tersebar pada setiap pusat BWK dengan memperhatikan daya dukung dan daya tampung ruang serta lingkup pelayanannya;

4. Kawasan perdagangan dan jasa dengan skala pelayanan lingkungan dapat berlokasi dimanapun sepanjang memiliki dukungan akses jalan sekurang-kurangnya jalan lokal sekunder.

5. Kawasan perdagangan dan jasa direncanakan secara terpadu dengan kawasan sekitarnya dan harus memperhatikan kepentingan semua pelaku sektor perdagangan dan jasa termasuk pedagang informal atau pedagang sejenis lainnya;

6. Pada pembangunan fasilitas perdagangan berupa kawasan perdagangan terpadu, pelaksana pembangunan/ pengembang wajib menyediakan prasarana lingkungan, utilitas umum, area untuk pedagang informal dan fasilitas sosial dengan dengan proporsi 40% (empat puluh persen) dari keseluruhan luas lahan dan selanjutnya diserahkan kepada Pemerintah Daerah;

7. Pembangunan fasilitas perdagangan dan jasa harus memperhatikan kebutuhan luas lahan, jenis-jenis ruang dan fasilitas pelayanan publik yang harus tersedia, kemudahan pencapaian dan kelancaran sirkulasi lalu lintas dari dan menuju lokasi.

b. Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa

Potensi pergeseran peruntukan non komersial ke arah komersial ini harus diantisipasi dalam kebijakan penataan ruang wilayah Kota Semarang. Hal ini bertujuan untuk mengarahkan perkembangan yang ada agar konflik antar kegiatan kawasan, antar pelaku kegiatan, dan antar jenis kegiatan ekonomi tidak terjadi.

Arahan pemanfaatan ruang kawasan permukiman, perdagangan dan jasa adalah sebagai berikut: 1. Pengembangan Fungsi Rencana Kawasan Permukiman, Perdagangan dan Jasa dilakukan di

kawasan pusat kota (Central Bussiness Distric/CBD) Peterongan – Tawang – Siliwangi;

2. Pengembangan jenis kegatan ini di kawasan Peterongan – Tawang – Siliwangi bertujuan untuk mendukung terwujudnya kawasan Peterongan – Tawang – Siliwangi sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala pelayanan regional/ nasional/ internasional;

3. Pengembangan kawasan permukiman, perdagangan dan jasa di kawasan Peterongan – Tawang – Siliwangi tetap mempertahankan Kampung Heritage sebagai kawasan permukiman dan pariwisata;

4. Pengembangan kegiatan permukiman di kawasan ini dilakukan secara vertikal dengan pola rumah susun/ apartemen/ kondominium.

c. Rencana Kawasan Pendidikan

Dalam hal pendidikan, Kota Semarang diharapkan dapat berperan sebagai pusat pendidikan khususnya pendidikan tinggi di wilayah Jawa Tengah. Mempertimbangkan hal tersebut, maka rencana pengembangan kawasan pendidikan tinggi di Kota Semarang dilakukan sebagai berikut :

1. Mengarahkan pengembangan pendidikan tinggi/akademi dengan skala regional nasional yang berada di kawasan Tembalang, Pedurungan, Sekaran, dan Mijen. Pengembangan fasilitas pendidikan tinggi skala pelayanan regional/ nasional perlu didukung dengan penyediaan infrastruktur dan fasilitas pendukung yang memadai.

2. Kawasan Pendidikan Bendan perlu ada pembatasan pengembangan karena kondisi fisiknya yang rawan bencana alam dan kegiatan pendidikannya yang kurang berkembang. Kawasan ini akan dialihkan sebagai kawasan jasa pelayanan untuk penginapan, rapat, pertemuan, seminar, dan sebagainya.

3. Pembangunan fasilitas pendidikan menengah dan pendidikan tinggi di pusat kota diarahkan pada lokasi atau kawasan atau ruas jalan yang memadai serta tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan.

4. Pembangunan fasilitas pendidikan ditepi ruas jalan utama harus mempertimbangkan kelancaran pergerakan pada ruas jalan tersebut.


(20)

5. Untuk pendidikan dasar dan menengah diarahkan sebagai fasilitas pelayanan lokal, jadi fasilitas ini akan dikembangkan disetiap BWK sebagai bagian dari fasilitas lingkungan dan bagian wilayah kota.

d. Rencana Kawasan Pemerintahan dan Perkantoran

Kawasan Pemerintahan, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk penyelenggaraan kegiatan Pemerintahan, baik Pemerintah Pusat, regional Provinsi, maupun Pemerintah kota. Rencana kawasan pemerintahan dan perkantoran dalam RTRW Kota Semarang ini adalah :

1. Kawasan perkantoran Pemerintah Provinsi

Kawasan perkantoran utama Pemerintah Provinsi direncanakan berada di Jalan Pahlawan dan Jalan Madukoro. Lokasi pengembangan kantor Pemerintah Provinsi dapat dilakukan dilokasi lain dengan tetap mempertimbangkan kemudahan jangkauan pelayanan bagi pengguna dan masyarakat Provinsi Jawa Tengah.

2. Kawasan perkantoran Pemerintah Kota Semarang

Kawasan Pemerintah Kota Semarang direncanakan di Jalan Pemuda dan Jalan Soekarno-Hatta (di dekat kawasan kawasan Masjid Agung Jawa Tengah). Kawasan perkantoran yang ada di Jalan Pemuda direncanakan untuk Kantor Walikota dan DPRD Kota Semarang, kawasan ini sekaligus berfungsi sebagai balaikota. Sedangkan kawasan perkantoran Pemerintah Kota Semarang yang ada di Jalan Soekarno-Hatta diperuntukkan untuk pelayanan pemerintahan.

3. Kawasan Perkantoran Swasta

Kawasan perkantoran menengah dan besar diarahkan pada kawasan perdagangan dan jasa, sedangkan kawasan perkantoran kecil lokasinya dapat di kawasan permukiman dengan memperhatikan akses pelayanan.

e. Rencana Kawasan Industri

Kawasan Industri, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan-kegiatan di bidang industri seperti pabrik dan pergudangan. Dalam RTRW Kota Semarang 2010-2030 pengembangan kawasan industri lebih dibatasi, hal ini sesuai dengan visi Kota Semarang yang akan lebih mengedepankan pengembangan sektor tersier (perdagangan dan jasa) sebagai penopang utama perekonomian kota. Kawasan industri direncanakan di BWK III (Kawasan industri dan pergudangan Tanjung Emas), BWK IV (Genuk), BWK X (Kawasan Industri Tugu dan Mijen). Kegiatan industri diprioritaskan untuk pengembangan industri modern dengan kadar polusi rendah.

Rencana sebaran industri Kota Semarang adalah sebagai berikut: 1. Kawasan Industri Genuk

2. Kawasan Industri Tugu 3. Kawasan Industri Candi

4. Kawasan industri dan Pergudangan Tanjung Emas 5. Kawasan Industri Mijen

6. Kawasan Industri Pedurungan f. Rencana Kawasan Olah Raga

Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan lapangan olahraga, maka selain lapangan olahraga yang resmi dan dikelola oleh Pemerintah, diperlukan areal terbuka, yang dapat difungsikan sebagai lapangan olah raga yang ada di lingkungan masyarakat. Lapangan olah raga yang ada di Kota Semarang antara lain stadion olahraga GOR Jatidiri di Kecamatan Gajahmungkur yang berskala regional/nasional, stadion yang berskala kota Stadion Citarum dan Stadion Diponegoro.

g. Rencana Kawasan Wisata / Rekreasi

Kawasan Wisata, merupakan kawasan yang dominasi pemanfaatan ruangnya untuk kegiatan wisata dan rekreasi. Sesuai dengan potensi yang dimiliki, fasilitas rekreasi Kota Semarang direncanakan meliputi:


(21)

1. Wisata bahari/pantai ditetapkan pada BWK III (Kawasan Marina) dan BWK X (direncanakan di kawasan pantai di Kecamatan Tugu) dimana pembangunannya harus tetap memperhatikan kelestarian lingkungan dan ekosistem di wilayah pantai/pesisir;

2. Wisata satwa berada pada di BWK X, yaitu di Kawasan Kebun Binatang yang ditekankan pada upaya pelestarian satwa dan lingkungan alam di dalamnya;

3. Wisata pertanian (agrowisata) berada pada BWK VI (Kecamatan tembalang), BWK VIII (Kecamatan Gunungpati), dan BWK IX (Kecamatan Mijen) juga berfungsi sebagai pusat penelitian dan pengembangan pertanian perkotaan dan budidaya pertanian.

4. Lokasi yang ditetapkan dan rencana pengembangan kawasan wisata Religi dan Religi:

 BWK III : Kawasan Gereja Blenduk dan Kuil Sam Po Kong

 BWK V : Kawasan Masjid Agung Jawa Tengah

 BWK VII : Kawasan Vihara Watugong 5. Wisata alam dan cagar budaya

 BWK I : Kampung Pecinan dan Kampung Melayu

 BWK III : Museum Ronggowarsito, kawasan Maerokoco, kawasan Kota Lama Semarang

 BWK VII : Kawasan Hutan Wisata Tinjomoyo

 BWK VIII : Gua Kreo, Waduk Jatibarang, Lembah Sungai Garang.

 BWK X : Taman lele

6. Wisata belanja dikembangkan di Kawasan Johar, Simpang Lima dan koridor Jalan Pandanaran. 7. Wisata Mainan Anak berada di Wonderia (BWK II) , WaterPark (BWK IX dan BWK III)

Pengembangan kawasan wisata ini direncanakan untuk dapat mendukung fungsi kotaSemarang sebagai Kawasan Perkotaan dengan skala regional/ nasional/ internasional.

h. Rencana Kawasan Perumahan dan Permukiman

Kawasan Perumahan dan permukiman, adalah kawasan yang pemanfaatannya untuk perumahan dan permukiman, serta berfungsi sebagai tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Kawasan ini terdiri dari kawasan perumahan yang dibangun oleh penduduk sendiri dibangun oleh perusahaan pembangunan perumahan dan dibangun oleh pemerintah.

i. Rencana Kawasan Pemakaman Umum

Pembangunan Tempat Pemakaman Umum dilakukan dalam rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat dan memenuhi kebutuhan tempat pemakaman umum di KotaSemarang. Kawasan Tempat Pemakaman Umum dapat menjadi bagian dari Ruang Terbuka Hijau yang pelaksanaan pembangunannya dilakukan sebagai berikut :

1. Pembangunan Tempat Pemakaman Umum dilakukan dengan pengembangan makam-makam yang telah ada maupun pembangunan makam baru, dan didukung dengan penyediaan prasarana dan sarana permakaman;

2. Pembangunan Tempat Pemakaman Umum skala kota berada di Bergota yang termasuk di BWK I dan Pemakaman di Kecamatan Gayamsari yang termasuk di BWK V;

3. Pada skala lingkungan pembangunan tempat pemakaman umum dilakukan dengan pembangunan makam baru pada lahan fasilitas umum atau dengan optimalisasi dan pengembangan lahan makam yang telah ada sesuai dengan kapasitas, kebutuhan, dan lingkup pelayanannya;

4. Untuk mendukung penyediaan tempat pemakaman umum setiap perusahaan pembangunan perumahan yang melaksanakan pembangunan perumahan, diwajibkan menyediakan lahan pemakaman umum seluas 2% (dua persen) dari keseluruhan luas lahan;

5. Penyediaan tempat pemakaman umum dapat dilakukan dengan penyediaan lahan pemakaman di sekitar lokasi pembangunan atau berpartisipasi dengan menyerahkan uang yang akan digunakan untuk pengembangan makam Kepada Pemerintah Kota Semarang senilai harga tanah seluas 2% (dua persen) dari keseluruhan luas lahan.


(22)

j. Rencana Kawasan Khusus

Kawasan Khusus, merupakan kawasan dengan kondisi dan karakteristik yang bersifat khusus karena jenis kegiatan yang diwadahi memiliki kondisi dan perlakuan tertentu. Dalam Kebijakan penataan ruang Kota Semarang, kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan khusus adalah kawasan militer dan kawasan pelabuhan.

Kawasan militer berada di BWK III (Kawasan Bandara Militer A Yani) dan BWK VII (Kawasan Kodam). Kawasan Pelabuhan berada di wilayah BWK III yaitu di Kawasan Pelabuhan Laut Tanjung Emas. Pelaksanaan pembangunan di kawasan khusus harus tetap memperhatikan keterpaduan dengan lingkungan sekitarnya.

k. Rencana Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH)

Ruang Terbuka Non Hijau (RTNH) adalah adalah ruang terbuka di bagian wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori Ruang Terbuka Hijau (RTH), berupa lahan yang diperkeras atau yang berupa badan air, maupun kondisi permukaan tertentu yang tidak dapat ditumbuhi tanaman atau berpori.

2.1.1.3. Wilayah Rawan Bencana

Kota Semarang dengan karakteristik wilayah tersebut berpotensi terhadap terjadinya bencana alam dengan dominasi bencana banjir, rob dan tanah longsor. Bila ditelaah lebih jauh, ketiga macam bencana di Semarang ini saling terkait, dengan sebab baik karena kondisi awal alamnya maupun karena dampak pembangunan.

Banjir sering terjadi di sekitar aliran sungai dan di bagian utara kota yang morfologinya berupa dataran pantai. Kawasan potensi bencana banjir secara umum diklasifikasikan menjadi:

a. Kawasan Pesisir/ Pantai

Merupakan salah satu kawasan rawan banjir karena kawasan tersebut merupakan dataran rendah dimana ketinggian muka tanahnya lebih rendah atau sama dengan ketinggian muka air laut pasang rata-rata (Mean Sea Level, MSL), dan menjadi tempat bermuaranya sungai-sungai. Di samping itu, kawasan pesisir/pantai dapat menerima dampak dari gelombang pasang yang tinggi, sebagai akibat dari badai angin topan atau gempa yang menyebabkan tsunami.

b. Kawasan Dataran Banjir (Flood Plain Area)

Adalah daerah dataran rendah di kiri dan kanan alur sungai, yang kemiringan muka tanahnya sangat landai dan relatif datar. Aliran air dari kawasan tersebut menuju sungai sangat lambat, yang mengakibatkan potensi banjir menjadi lebih besar, baik oleh luapan air sungai maupun karena hujan lokal. Kawasan ini umumnya terbentuk dari endapan sedimen yang sangat subur, dan terdapat di bagian hilir sungai. Seringkali kawasan ini merupakan daerah pengembangan kota, seperti permukiman, pusat kegiatan ekonomi, perdagangan, industri dan lain sebagainya. Kawasan ini bila dilalui oleh sungai yang mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) cukup besar, seperti Kali Garang/ Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur di Kota Semarang, memiliki potensi bencana banjir yang cukup besar juga, karena debit banjir yang cukup besar yang dapat terbawa oleh sungai tersebut. Potensi bencana banjir akan lebih besar lagi apabila terjadi hujan cukup besar di daerah hulu dan hujan lokal di daerah tersebut, disertai pasang air laut.

c. Kawasan Sempadan Sungai

Merupakan daerah rawan bencana banjir yang disebabkan pola pemanfaatan ruang budidaya untuk hunian dan kegiatan tertentu.

d. Kawasan Cekungan

Merupakan daerah yang relatif cukup luas baik di daerah dataran rendah maupun dataran tinggi (hulu sungai) dapat menjadi daerah rawan bencana banjir. Pengelolaan bantaran sungai harus benar-benar dibudidayakan secara optimal, sehingga bencana dan masalah banjir dapat dihindarkan.


(23)

Potensi banjir di Kota Semarang sebagian besar berada di daerah pesisir/pantai dan daerah sempadan sungai, berdasarkan aspek penyebabnya, jenis banjir yang ada dapat diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu: banjir limpasan sungai/banjir kiriman; banjir lokal; dan banjir pasang (rob).

Banjir pasang (rob) terjadi karena pasang air laut yang relatif lebih tinggi daripada ketinggian permukaan tanah di suatu kawasan. Biasanya terjadi pada kawasan di sekitar pantai. Penurunan tanah disebabkan empat hal, yaitu eksploitasi air tanah berlebihan, proses pemampatan lapisan sedimen (yang terdiri dari batuan muda) ditambah pembebanan tinggi oleh bangunan di atasnya serta pengaruh gaya tektonik. Dampak penurunan tanah dapat dilihat adanya luasan genangan rob yang semakin besar.

Selain banjir, bencana yang berkaitan dengan musim hujan adalah longsor. Kota Semarang pada beberapa wilayah menunjukkan potensi bencana longsor yang mengancam masyarakat yang juga perlu mendapatkan perhatian.

Perubahan iklim global berpengaruh terhadap kondisi iklim di Kota Semarang, musim kemarau menjadi lebih panjang daripada musim hujan sehingga menyebabkan kekeringan di daerah dengan cadangan air tanah yang minimum. Sebagian besar daerah yang mengalami kekeringan terdapat di Semarang atas. Berdasarkan data yang ada pada Buku Rencana Aksi Nasional 2010-2014, potensi bencana yang ada di Kota Semarang adalah banjir, kekeringan, longsor, kebakaran hutan, erosi, kebakaran gedung dan permukiman dan risiko cuaca ekstrim.

2.1.1.4. Demografi

Jumlah penduduk berdasarkan data statistik Kota Semarang pada tahun 2011 sebesar 1.544.358 jiwa atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,11 % dibanding tahun 2010 yang sebesar 1.527.433 jiwa. Persebaran penduduk jika dilihat dari jumlah penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan mengalami kepadatan penduduk yang tidak merata. Kepadatan penduduk yang paling tinggi berada pada wilayah perkotaan antara lain meliputi kecamatan Semarang Selatan sebesar 14.024 jiwa /km2, Candisari sebesar 12.225 jiwa/km2, Gayamsari sebesar 11.826 jiwa/km2, Semarang Tengah sebesar 11.812 jiwa/km2, Semarang Utara sebesar 11.615 jiwa/km2, Semarang Timur sebesar 10.340 jiwa/km2 dan secara rinci jumlah kepadatan penduduk pada masing-masing wilayah kecamatan sebagaimana tabel 2.1. di bawah ini, terlihat bahwa kepadatan paling rendah berada di wilayah kecamatan yang berada di wilayah pinggiran yang merupakan wilayah pertanian, tegalan dan tambakan yakni Kecamatan Tugu sebesar 938 jiwa/km2, Kecamatan Mijen sebesar 954 jiwa/km2, dan Gunungpati sebesar 1.358 jiwa/km2.

Tabel 2.1

Jumlah Penduduk Kota Semarang diperinci per KecamatanTahun 2011 No. Kecamatan Luas

(Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan (Jiwa/Km2)

Juml. Pend. Lahir

Juml. Pend. Mati

Juml. Pend. Datang

Juml. Pend. Pindah

1 Mijen 57,55 54.875 954 872 346 2.262 876

2 Gunung Pati 54,11 73.459 1.358 1.003 418 1.794 946 3 Banyumanik 25,69 127.287 4.955 1.969 684 3.724 3.624 4 Gajahmungkur 9,07 63.182 6.966 973 411 1.432 1.576 5 Semarang

Selatan

5,93 83.133 14.024 1.220 734 1.658 2.366 6 Candisari 6,54 79.950 12.225 1.277 591 1.583 2.425 7 Tembalang 44,2 138.362 3.130 2.243 818 6.538 3.035 8 Pedurungan 20,72 174.133 8.404 2.706 918 5.709 4.891

9 Genuk 27,39 88.967 3.248 1.657 427 3.215 `


(24)

No. Kecamatan Luas (Km2)

Jumlah Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan (Jiwa/Km2)

Juml. Pend. Lahir

Juml. Pend. Mati

Juml. Pend. Datang

Juml. Pend. Pindah 11 Semarang

Timur

7,70 79.615 10.340 1.284 802 1.552 2.746 12 Semarang

Utara

10,97 127.417 11.615 2.284 1.115 2.338 3.447 13 Semarang

Tengah

6,14 72.525 11.812 927 637 1.287 2.225 14 Semarang

Barat

21,74 160.112 7.365 2.532 1.144 3.490 4.878

15 Tugu 31,79 29.807 938 429 195 650 593

16 Ngaliyan 37,99 118.482 3.119 2.109 686 4.301 2.684 Total 373,70 1.544.358 4.133 24.746 10.392 43.752 40.308

Sumber: Profil Kependudukan Kota Semarang 2011

Peningkatan jumlah penduduk Kota Semarang tahun 2011 sangat dipengaruhi oleh jumlah migrasi dan penduduk yang lahir/mati. Walaupun dikatakan laju pertumbuhan penduduk mengalami penurunan dari tahun 2010 yaitu 1,36% menjadi 1,11% di tahun 2011, tetap saja terjadi kenaikan jumlah penduduk ditunjukkan dengan tingkat atau laju pertumbuhan penduduk yang bernilai positif. Pertumbuhan penduduk yang masih cukup tinggi tersebut sangat dipengaruhi proses alami yaitu kelahiran dikurangi kematian penduduk, selain itu juga dipengaruhi oleh daya tarik Kota Semarang sebagai ibu kota Provinsi Jawa Tengah yang sekaligus sebagai pusat perekonomian dan pusat pendidikan yang berimbas makin banyaknya pendatang di Kota Semarang.

Komposisi penduduk kota Semarang ditinjau dari aspek pendidikan (di atas umur 5 tahun) adalah: tidak punya ijazah SD sebesar 21,16%; tamat SD/MI sederajat sebesar 26,10%; tamat SMP/MTs sederajat sebesar 13,71%; tamat SMA/MA sederajat sebesar 26,83%; dan tamat Perguruan Tinggi sebesar 12,20%. Hal ini menggambarkan masih cukup tinggi komposisi penduduk usia >5th yang belum/tidak tamat SD.

Komposisi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kota Semarang berturut-turut adalah Buruh Industri dengan persentase sebesar 24,76%, PNS/ABRI sebesar 14,11%, Lainnya sebesar 12,24%, Pedagang sebesar 11,92%, Buruh Bangunan 1,80%, Pengusaha sebesar 8,52%, Pensiunan sebesar 5,33%, Petani sebesar 4,27%, Angkutan sebesar 3,60%, Buruh Tani sebesar 3,05%, dan Nelayan sebesar 0,40 %.

Tingkat ketergantungan penduduk berdasarkan kelompok usia < 15 tahun dan > 64 tahun adalah 433.048 pada tahun 2010 serta meningkat menjadi 594.247 pada tahun 2011. Sedangkan tingkat ketergantungan penduduk berdasarkan kelompok usia 15 – 64 tahun pada tahun 2010 adalah 1.094.384 serta meningkat menjadi 1.107.967 pada tahun 2011. Rasio Ketergantungan Total (perbandingan antara penduduk usia tidak produktif dengan penduduk usia produktif) di Kota Semarang pada tahun 2011 mencapai 53,6%, dengan rasio ketergantungan muda mencapai 45,6% dan rasio ketergantungan tua sebesar 7,9%.

2.1.2. Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Aspek kesejahteraan masyarakat merupakan gambaran atau ukuran keberhasilan dari penyelenggaraan pembangunan daerah, dalam hal ini muara/ tujuan akhir dari pembangunan daerah pada upaya menciptakan kondisi kesejahteraan masyarakat yang lebih baik. Aspek kesejahteraan masyarakat meliputi (1) aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, (2) aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan sosial dan; (3) aspek kesejahteraan fokus pada Seni Budaya dan Olahraga. Kinerja masing-masing aspek kesejahteraan masyarakat sampai dengan tahun


(25)

2011 adalah sebagai berikut:

2.1.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi

Aspek kesejahteraan fokus pada kesejahteraan dan pemerataan ekonomi dapat dilihat dari indikator-indikator pertumbuhan PDRB, laju inflasi, PDRB per kapita dan indeks gini serta rasio penduduk miskin. Kinerja sampai dengan tahun 2011 adalah sebagai berikut:

a. Pertumbuhan PDRB

Kondisi perekonomian Kota Semarang dapat dikatakan membaik, hal ini dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan PDRB Konstan dalam 2 tahun terakhir yang mengalami pertumbuhan. Untuk PDRB konstan tahun 2011 naik menjadi sebesar Rp 22.640.410 (juta) dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 21.365.818 (juta), sehingga Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Semarang naik dari 5,87% dari tahun 2010 menjadi 5,97% di tahun 2011.

b. Laju Inflasi

Laju inflasi merupakan ukuran untuk menggambarkan kenaikan/penurunan harga dari sekelompok barang dan jasa yang berpengaruh terhadap kemampuan daya beli masyarakat. Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif, tergantung dari tingkat keparahan inflasi tersebut. Apabila inflasi itu ringan justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan daerah dan mendorong masyarakat untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Namun sebaliknya pada inflasi yang tinggi masyarakat menjadi tidak bersemangat untuk bekerja, menabung atau mengadakan investasi dan produksi yang disebabkan harga meningkat dengan cepat.

Inflasi Kota Semarang di tahun 2011 menurun dibanding 2010 yaitu 2,87%. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional namun masih lebih tinggi daripada inflasi Jawa Tengah yang hanya berkisar 2,68 %. Turunnya angka inflasi khususnya di Kota Semarang pada tahun 2011 disebabkan banyak faktor antara lain kondisi kota yang relatif damai tidak ada kejadian krisis keamanan yang begitu berdampak serta kondisi harga barang-barang yang cenderung stabil. Hal ini menunjukkan kondisi perekonomian di Kota Semarang pada kurun waktu 2 tahun terakhir ini cenderung membaik.

c. PDRB per Kapita

Jika dilihat dari jumlah PDRB Perkapita pada tahun 2010-2011 Kota Semarang mengalami pertumbuhan yang cukup signifikan dari Rp 27.891.155 (juta) di tahun lalu menjadi Rp 30.868.237 (juta) atau naik sekitar 10,67% di tahun 2011 ini. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran merupakan sektor yang berperan paling tinggi menyumbang PDRB di Kota Semarang dengan persentase menyentuh 27,92% di tahun 2010 dan 27,70% di tahun 2011. Sub sektor yang paling berperan adalah sub sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang mencapai lebih dari 80% dari keseluruhan sektor. d. Indeks Gini

Indeks gini adalah ukuran ketimpangan ekonomi dalam pendapatan distribusi yang ditentukan dengan koefisien gini rasio antara 0 - 1 ( > 0 dan < 1), semakin rendah koefisien gini maka pendapatan pada suatu wilayah/daerah semakin merata. Kategori ketimpangan tinggi apabila indeks gini besar dari 0,5 dan kategori rendah dengan indeks gini dibawah 0,5 (tinggi > 0,5 dan rendah < 0,5). Dari data Susenas tahun 2010, indeks Gini Ratio Kota Semarang lebih tinggi dari Jawa Tengah, dengan angka mencapai 0,3224 yang berarti ketimpangan pemerataan penduduk di Kota Semarang mencapai level sedang. Sedangkan menurut kriteria bank dunia, masyarakat kelompok I (kurang beruntung) menyentuh angka 21,68% , masyarakat kelompok II (menengah) mencapai 35,13% dan masyarakat kelompok III (kaya) mencapai persentase tertinggi yaitu diatas 43%.

e. Rasio Penduduk Miskin


(26)

lalu yaitu dari 26,41% menjadi 26,44% atau dari 398.009 jiwa/111.558 KK menjadi 448.398 jiwa/128.647 KK (dasar: Keputusan Walikota Semarang tentang Penetapan Warga Miskin Kota Semarang Th. 2010 & Th. 2011). Hal ini dikarenakan data warga miskin di tahun sebelumnya masih belum bisa dijadikan ukuran hasil akhir, terlihat dari banyaknya jumlah warga yang tergolong miskin belum terdata di data base kota. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian khusus, karena berdasarkan dokumen RPJMD Kota Semarang tahun 2010-2015 angka kemiskinan pertahun ditargetkan turun 2% sehingga target th 2011 yang dipatok sebesar 24,41% tidak tercapai dan ini juga akan memperberat kinerja pemerintah Kota Semarang di tahun-tahun kedepan. Namun hal tersebut berlawanan jika yang menjadi acuan adalah data base yang terdata di Badan Pusat Statistik (BPS), berdasarkan data versi BPS, Juli 2010 rasio penduduk miskin Kota Semarang hanya menyentuh angka 5,12% dan bahkan jauh lebih rendah bila dibandingkan angka kemiskinan Jawa Tengah 16,56% maupun angka kemiskinan nasional yang mencapai 13,33% di tahun yang sama.

2.1.2.2. Fokus Kesejahteraan Sosial

Pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial meliputi pembangunan yang berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat antara lain pendidikan, kesehatan dan pemenuhan kebutuhan dasar sosial masyarakat lainnya. Kondisi pembangunan pada fokus kesejahteraan sosial sampai dengan tahun 2011 pada masing-masing indikator adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan

Pembangunan pendidikan dapat dilihat dari beberapa indikator pendidikan antara lain Angka Melek Huruf, Angka Rata-Rata Lama Sekolah, Partisipasi Murni (APM), Angka Putus Sekolah (APS), dan Angka Pendidikan Yang Ditamatkan. Kondisi makro Kota Semarang dari sisi pendidikan semakin membaik dari tahun lalu. AMH pada tahun 2011 naik menjadi 99,76% dibanding tahun 2010. Angka rata-rata lama sekolah untuk pendidikan wajib belajar 9 tahun cenderung tetap. Sedangkan rata-rata Angka Partisipasi Kasar Sekolah di Kota Semarang naik sekitar 14% yaitu menjadi 108,97% lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Angka Partisipasi Murni yang juga mengalami kenaikan sekitar 4% dibanding tahun lalu yaitu menjadi sebesar 78,32%. Untuk angka pendidikan yang ditamatkan, pada tahun 2011 ini mengalami kenaikan yang cukup signifikan terutama pada jenjang SMA/SMK yaitu menjadi 99,85% atau mengalami kenaikan lebih dari 43% dibandingkan tahun 2010 yang hanya sebesar 56,52%. Dalam bidang kesehatan dilihat dari indikator Angka Kelangsungan Hidup Bayi dan Angka Usia Harapan Hidup (UHH) mengalami pertumbuhan, meski tidak terlalu signifikan yaitu dari 82% menjadi 82,75% untuk Angka Hidup Bayi dan 72,15 (th) menjadi 72,22 (th) untuk UHH.

b. Kesehatan

Kondisi pembangunan kesehatan secara umum dapat dilihat dari derajat kesehatan masyarakat yang meliputi indikator Angka Kelangsungan Hidup Bayi dan Angka Usia Harapan Hidup. Berdasarkan indikator Angka Kelangsungan Hidup Bayi dan Angka Usia Harapan Hidup (UHH) mengalami pertumbuhan, meski tidak terlalu signifikan yaitu dari 82% menjadi 82,75% untuk Angka Hidup Bayi dan 72,15 (tahun) menjadi 72,22 (tahun) untuk UHH.

c. Kemiskinan

Kemiskinan adalah keadaan di mana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuhan kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan perhitungan versi Kota Semarang, sampai dengan tahun 2010 angka kemiskinan di Kota Semarang tercatat sebesar 398.009 jiwa atau sebesar 26,41 % dari jumlah penduduk Kota Semarang. Angka tersebut mengalami penurunan dibanding tahun 2009 yang sebesar 491.747 jiwa (33,16%). Sedangkan untuk tahun 2011 angka kemiskinan di Kota Semarang tercatat sebesar 26,44% hal ini dimungkinkan karena belum optimalnya verifikasi warga yang tergolong masyarakat miskin pada tahun sebelumnya. Namun jika dilihat melalui perhitungan versi BPS, angka kemiskinan di Kota Semarang pada tahun 2009 hanya menyentuh angka 4,84% dan sedikit meningkat


(27)

di tahun 2010 menjadi 5,12% dan angka ini merupakan angka kemisikinan Kab/Kota terkecil se-Provinsi Jawa Tengah.

d. Kepemilikan Tanah

Berdasarkan sumber dari Kantor Pertanahan Kota Semarang tahun 2010, persentase luas lahan bersertifikat yang tercatat di Kota Semarang mencapai angka rasio 72,8 %, sedangkan untuk rasio kepemilikan tanah mencapai 40,30. Dilihat dari jumlah kepemilikan tanah yang mempunyai sertifikat, menggambarkan bahwa sebagian besar kepemilikan hak atas tanah/ lahan di Kota Semarang belum memperoleh legalitas ataupun masih dikuasai oleh mayarakat yang tinggal di luar Kota Semarang. e. Kesempatan Kerja

Angka kesempatan kerja dapat dihitung dari jumlah penduduk yang bekerja dibanding dengan angkatan kerja dalam satu wilayah. Jumlah angkatan kerja di Kota Semarang pada tahun 2009 sebanyak 709.464 orang dengan jumlah Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 64,75%. Sedangkan jumlah pengangguran berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja Kota Semarang Tahun 2009 tercatat sebesar 107.333 orang (survey pengangguran tahun 2009).

f. Angka Kriminalitas

Dinamika perkembangan Kota Semarang yang pesat dengan kemajemukan masyarakat akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakat. Disisi lain peningkatan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas akan berdampak negatif seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran, bertambahnya angka kemiskinan, akan memicu meningkatnya angka kriminalitas. Sampai dengan tahun 2010 rasio kriminalitas Kota Semarang tercatat sebesar 0,07% atau sama dengan tahun sebelumnya. Angka kriminalitas pada suatu daerah semakin rendah menggambarkan tingginya rasa aman masyarakat dan begitu pula sebaliknya. Tingkat kriminalitas di Kota Semarang selama lima tahun terakhir termasuk dalam kategori rendah, hal tersebut ditunjukkan oleh kondisi dikalangan masyarat yang aman, nyaman dan tentram tidak adanya gejolak di masyarakat.

2.1.2.3. Fokus Seni Budaya dan Olahraga

Kondisi lain dalam fokus kesejahteraan sosial adalah usaha meningkatkan ekspresi masyarakat dalam melestarikan seni budaya dan olahraga. Kondisi makro bidang kesenian dan budaya pada tahun 2011 mengalami pertumbuhan yang cukup baik terlihat dari pertumbuhan jumlah sanggar seni budaya yang terdata meningkat dari 60 sanggar menjadi 200 sanggar di tahun 2011 ini, serta untuk jumlah gedung kesenian bertambah satu unit dibanding tahun lalu. Sedangkan dari bidang keolahragaan meski tidak terlalu signifikan tetapi tetap menunjukkan pertumbuhan terlihat dari jumlah organisasi olahraga yang bertambah menjadi 48 dibanding tahun lalu yang hanya 41 organisasi. Animo masyarakat untuk berolahraga juga meningkat terlihat dari event-event olahraga bersama yang sering digelar pemerintah kota, seperti acara Car Free Day (CFD) yang rutin tiap akhir pekan, juga acara bersepeda (gowes) maupun jalan sehat bersama Walikota.

2.1.3. Aspek Pelayanan Umum

Pemerintah Daerah Kota Semarang dalam rangka memberikan pelayanan, meningkatkan peran serta, prakarsa, dan memberdayakan masyarakat secara eksplisit terlihat pada kinerja pelaksanaan pembangunan pada masing-masing urusan yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kota Semarang yang terdiri dari fokus layanan urusan wajib dan fokus layanan urusan pilihan.

2.1.3.1. Fokus Layanan urusan Wajib a. Urusan Pendidikan

Penyelenggaraan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh Pemerintah Kota Semarang. Kinerja urusan pendidikan selama tahun 2011 dapat terlihat dari beberapa indikator, yaitu Angka Melek Huruf (AMH) Angka Partisipasi Murni (APM), serta Angka Partisipasi Kasar (APK). Secara umum, kinerja selama tahun 2011 menunjukkan peningkatan.


(1)

KEGIATAN (Rp.000) SEKTORAL (Rp.000) BANKEU (Rp.000) KEGIATAN (Rp.000)

Bantuan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP) di Kota Semarang 4 paket

Fasilitasi Bantuan Lembaga Kursus dan Pelatihan (LKP)

62 Bantuan Pendidikan

Bantuan Kesejahteraan Pendidik Wiyata Bhakti Pendidikan Formal di Kota Semarang sbnyk 2000 orang

Fasilitasi Bantuan Kesejahteraan Pendidik Wiyata Bhakti Pendidikan Formal

63 Bantuan Pendidikan

Bantuan Kesejahteraan Pendidik PAUD Pendidikan Non Formal di Kota Semarang sbnyk 300 orang

Fasilitasi Bantuan Kesejahteraan Pendidik PAUD Pendidikan Non Formal

64 Bantuan Pendidikan

Peningkatan Kualifikasi S1 Pendidik non Formal di Kota Semarang sbnyk 300 org

Fasilitasi Peningkatan Kualifikasi S1 Pendidik non Formal

65 Bantuan Pendidikan

Bantuan Peningkatan Kualifikasi S1 Pendidik PAUD Pendidikan non Formal di Kota Semarang 10 orang

Fasilitasi Bantuan Peningkatan

Kualifikasi S1 Pendidik PAUD Pendidikan non Formal

66 Bantuan Pendidikan

Kesejahteraan Pendidik Wiyata Bhakti Pendidikan Formal masih rendah

Bantuan Pendidikan

4.550.000 -

Kesejahteraan Pendidik PAUD Pendidikan Non Formal masih rendah

Bantuan Pendidikan

585.000 -

Kualitas tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi belum optimal 100 %

Bantuan Pendidikan

600.000 -

kualitas tenaga pendidik yang memenuhi kualifikasi belum optimal 100 %

Bantuan Pendidikan

20.000 -


(2)

KEGIATAN (Rp.000) SEKTORAL (Rp.000) BANKEU (Rp.000) KEGIATAN (Rp.000)

Penyelenggaraan Jambore Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik non Formal di Kota Semarang 1 paket

Penyelenggaraan Jambore Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidik non Formal

67 Bantuan Pendidikan

Pengembangan Profesi Pendidik Formal di Kota Semarang 30 paket

Fasilitasi

Pengembangan Profesi Pendidik Formal

68 Bantuan Pendidikan

Bantuan Manajemen Pendataan Pendidikan di Kota Semarang 1 paket

Fasilitasi Bantuan Manajemen Pendataan Pendidikan

69 Bantuan Pendidikan

Bantuan fasilitasi Penyelenggaraan UN, UASBN dan UNPK di Kota Semarang 1 paket

Fasilitasi Bantuan fasilitasi

Penyelenggaraan UN, UASBN dan UNPK

70 Bantuan Pendidikan

di Ko Bantuan

Pengarusutamaan Gender dan Fasilitasi Pengembangan PUS di Kota Semarang 1 paket

Fasilitasi Bantuan Pengarusutamaan Gender dan Fasilitasi Pengembangan PUS memenuhi kualifikasi belum optimal

100 %

Pendidikan

kualitas pendidik yang memenuhi kualifikasi belum optimal 100 %

Bantuan Pendidikan

105.000 -

- masih rendah kualitas dan kuantitas

database pendidikan

Bantuan Pendidikan

150.000 -

belum optimalnya kualitas hasil didik

Bantuan Pendidikan

500.000 -

Masih rendahnya Pengarusutamaan Gender dan pemerataan pendidikan

Bantuan Pendidikan


(3)

KEGIATAN (Rp.000) SEKTORAL (Rp.000) BANKEU (Rp.000) KEGIATAN (Rp.000)

Fasilitasi pembinaan nasionalisme pendidikan di Kota Semarang sbnyk 60 orang

Fasilitasi pembinaan nasionalisme pendidikan

73 sarana dan prasarana masih rendah Rehab Pagar Bumi

SD 01 & 02 Kel Kedungpane Kec. Mijen lokasi Jl. Untung Suropati RT 02.II dan Jl. Dawung RT 04.III Kelurahan Kedungpane Kecamatan Mijen, Kota Semarang

25.000 Fasilitasi Rehab Pagar Bumi SD 01 & 02 Kel Kedungpane Kec. Mijen

8 PN : 5 Ketahanan Pangan PP : 2 Meningkatkan Ketahanan Pangan

74 Keterbatasan Ketersediaan Cadangan Pangan

Cadangan Pangan Pemerintah di Kota Semarang 3 paket (gudangn penyimpanan, lantai jemur 1 paket, gabah

1.000.000

75 Keterbatasan Ketersediaan Cadangan Pangan

Cadangan Pangan Masyarakat di Kota Semarang 3 paket (Peralatan dan

300.000

76 Keterbatasan Ketersediaan Cadangan Pangan

Kelurahan Mandiri Pangan di Kota Semarang 3 paket (Kambing 100 ekor di 2 lokasi, kandang dan


(4)

KEGIATAN (Rp.000) SEKTORAL (Rp.000) BANKEU (Rp.000) KEGIATAN (Rp.000)

77 Keterbatasan Ketersediaan Cadangan Pangan

Penumnuhan LDPM (Lembaga Distribusi Pangan Masyarakatdi )Kota

Semarang Kec. Gunung Pati, Kec Mijen, Kec.

150.000

78 Keterbatasan Ketersediaan Cadangan Pangan

Pengembangan Outlet di Kota Semarang 2 kelompok

18.000

79 Keterbatasan Ketersediaan Cadangan Pangan

Penanganan Daerah Rawan Pangan di Kota Semarang Kel. Terboyo Wetan, Kel. Sukorejo, Kel. Tinjomoyo 200 KK

90.000

80 Keterbatasan Ketersediaan Cadangan Pangan

P2KP (Percepatan Penganekaraga man Konsumsi Pangan) di Kota Semarang (Kantin sekolah, kebun sekolah,

50.000

81 Keterbatasan Ketersediaan Cadangan Pangan

Optimalisasi Pekarangan Terpadu di Kota Semarang 10 lokasi

160.000

82 Keterbatasan Ketersediaan Cadangan Pangan

Pengembangan Kewirausahaan Agribisnis di Kota Semarang 1 paket

35.000


(5)

KEGIATAN (Rp.000) SEKTORAL (Rp.000) BANKEU (Rp.000) KEGIATAN (Rp.000)

KEGIATAN (Rp.000) SEKTORAL (Rp.000) BANKEU (Rp.000) KEGIATAN (Rp.000)

1 2 9 10 11

PN 6 : Infrastruktur PP 4 :Meningkatkan Daya Saing Jateng

1 Bantuan Sarana

Prasarana

Bantuan Sarana Prasarana Pembangunan

akses jalan masuk ke Bandara Ahmad Yani

FasilitasiPerbaikan akses jalan baru ke Bandara Ahmad Yani lokasi jalan tembus sebelah resto Kampung Laut 2 sarana prasarana perdagangan &

jasa yang belum optimal

Bantuan Sarana Prasarana

Bantuan Sarana Prasarana Pembangunan

Pasar Bulu (lanjutan/ upper structure)

Fasilitasi

Pembangunan Pasar Bulu (lanjutan/ upper structure)

3 Bantuan Sarana

Prasarana

Bantuan Sarana Prasarana Pembuatan shelter

BRT koridor 2 sebanyak 20 paket

Fasilitasi Pembuatan shelter BRT koridor 2 sebanyak 20 paket

JUMLAH TOTAL - - - - 42.674.000 28.500.000

sarana prasarana perhubungan yang belum optimal

2.000.000 500.000

KOTA

1 peningkatan akses jalan masuk ke

Bandara Ahmad Yani

29.000.000 19.000.000

11.674.000 9.000.000

USULAN BANTUAN PEMBANGUNAN KOTA SEMARANG TAHUN 2013

(tambahan)

No PRIORITAS NASIONAL PRIORITAS PROVINSI ISU STRATEGIS PRIORITAS KOTA

DUKUNGAN PENDANAAN


(6)

PENUTUP

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2013 ini merupakan acuan

dan pedoman dalam rangka menyusun Rencana Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (RAPBD)

atau Rencana Kerja Anggaran (RKA) bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan

Pemerintah Kota Semarang untuk Tahun Anggaran 2013. Namun dalam penyusunan berbagai

dokumen tersebut didahului dengan penyusunan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (KUA) dan Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS) Kota Semarang Tahun 2013.

Pedoman ini disusun agar setiap SKPD dalam melaksanakan tugas-tugas pemerintahan umum,

tugas pembangunan dan tugas pelayanan kepada masyarakat dapat terlaksana secara holistik dan

berkelanjutan, dengan menjalankan fungsi manajemen yang terintegrasi dan selalu mengutamakan

koordinasi demi terlaksananya pembangunan yang menyeluruh, berkesinambungan dan berkelanjutan

serta tepat sasaran.

Koordinasi pembangunan tersebut dilakukan secara lintas sektor dan lintas daerah baik antar

Kabupaten/Kota, Provinsi maupun Pusat dengan berpihak pada pemangku kepentingan pembangunan

serta berlandaskan pada prinsip untuk mencapai kinerja yang dapat dipertanggungjawabkan kepada

masyarakat.

Selain itu perencanaan pembangunan secara hirarki telah ditempuh dengan berbagai pihak yang

berintikan proses komunikasi antar lembaga perencana dan antar lembaga perencana dengan

pemangku kepentingan pembangunan dilakukan melalui forum regular yang telah terprogram dari

tingkat Kecamatan (Musrenbang Kecamatan) hingga tingkat Kota (Musrenbang Kota) maupun forum

parsial atau forum terfokus melalui Focus Group Discussion (FGD) antar pelaku pembangunan.

Penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kota Semarang Tahun 2013 pada

akhirnya akan menjadi ukuran kinerja bagi SKPD yang terangkum dalam Rencana Kerja SKPD, dengan

maksud agar pelaksanaan pembangunan dapat memenuhi harapan dan aspirasi masyarakat serta

dapat memberikan pemecahan masalah mendesak bagi masyarakat pada tahun yang direncanakan.

WALIKOTA SEMARANG,