Decision-making Process Understanding and Application of GCG Principles

242 BAKRIELAND • Laporan Tahunan 2012

3. Kecukupan Kerangka dan Praktik Manajemen Risiko

Mengenai manajemen risiko di Bakrieland, secara umum responden menyatakan mengetahui mengenai kebijakan dan prosedur penilaian terhadap risiko yang dihadapi Bakrieland, dan mayoritas responden setuju bahwa karyawan Bakrieland telah melakukan penilaian dan identiikasi terhadap risiko dengan memadai sesuai bidang kerja masing-masing.

4. Proses Pengambilan Keputusan

Mengenai proses pengambilan keputusan, sebagian besar responden menyatakan memahami proses pengambilan keputusan di Bakrieland, keberadaan prosedur dan mekanisme yang memfasilitasi pengambilan keputusan yang objektif, dan akses untuk informasi untuk mengetahui proses pengambilan keputusan di Bakrieland secara umum. Sebagian besar responden juga menyatakan bahwa atasan mereka dapat mengambil tindakan nyata jika proses pengambilan keputusan ternyata tidak objektif.

5. Pemahaman dan Penerapan GCG

Sebagian besar responden memahami konsep GCG dan meyakini Bakrieland telah mengimplementasikan GCG dengan baik. Responden juga yakin bahwa implementasi GCG memberikan manfaat bagi karyawan dan perusahaan. Salah satu poin baik yang ditemukan adalah sebagian besar responden ingin berpartisipasi aktif dalam kegiatan untuk meningkatkan kesadaran karyawan mengenai GCG. Karena itu direkomendasikan agar dalam mengembangkan rencana implementasi GCG, karyawan diberi kesempatan untuk mengungkapkan opini mereka dan kontribusinya terhadap rencana itu, hal ini dapat

3. Adequacy of Risk Management Framework and Practices

With regard to Bakrieland’s risk management approach, respondents are largely aware of existing Company policies and procedures for the assessment of risks that Bakrieland must deal with, and most of them agree that Bakrieland employees have adequately assessed and identiied risks according to their respective area of work.

4. Decision-making Process

The majority of respondents are knowledgeable of Bakrieland’s decision-making process and available Company procedures and mechanisms to facilitate objective decision-making, and in general have access to information on the Company’s decision-making process. Most respondents also informed that their supervisors are capable of taking concrete measures to rectify a biased decision-making process and ensure objectivity.

5. Understanding and Application of GCG Principles

Most respondents understand on the GCG concept and are convinced that its principles are well implemented by Bakrieland. Respondents also believe that the implementation of GCG principles has been beneicial for employees and the Company. A noteworthy observation is that the majority of respondents have expressed their willingness to actively participate in activities that will raise employee awareness on GCG. In developing the GCG implementation plan, it is therefore recommended that employees be aforded with the opportunity to articulate their views and inputs to inform the planning process. This shall help nurture a Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance 243 BAKRIELAND • Annual Report 2012 meningkatkan sense of belonging dan komitmen karyawan dalam implementasi praktik Corporate Governance di Bakrieland. Kesimpulan Survei Persepsi Praktik GCG Berdasarkan hasil survei, dapat disimpulkan bahwa mayoritas karyawan telah memahami GCG dan bentuk penerapannya di lingkungan Perusahaan. Hasil survei tahun 2012 yang mayoritas mengalami penurunan dibandingkan tahun 2011 bukan menunjukkan penurunan implementasi GCG. Bakrieland percaya bahwa penerapan GCG membutuhkan waktu dan harus melalui berbagai tahapan, karena hal tersebut bukan sesuatu yang instan. Oleh karena itu, sense of belonging and commitment among employees for the efective implementation of GCG principles in Bakrieland. Conclusion of GCG Perception Survey Based on survey results, it can be concluded that the majority of respondents understand on the GCG concept and the manner in which it is implemented within the Company. Survey results for 2012 that show a declining trend compared to 2011 is not an indication of less efective GCG implementation. Bakrieland is aware that the implementation of GCG principles cannot produce instantaneous results but requires considerable time as it needs to undergo diferent key stages. Bakrieland Persepsi karyawan Bakrieland dan Unit Usaha 2011 dan 2012 Perception of employees of Bakrieland and Subsidiaries 2011 and 2012 87 85 84 74 91 78 82 88 73 88 Dukungan Perusahaan untuk berperilaku etis Bakrielands support encouraging employees ethical conduct Kepemimpinan dan komitmen manajemen Managements leadership and commitment Kecukupan kerangka dan praktik manajemen risiko Adequacy of risk management framework and practices Proses pengambilan keputusan Decision making process Pemahaman dan keterlibatan karyawan dalam penerapan GCG Employees understanding and involvement in GCG implementation 2011 2012 244 BAKRIELAND • Laporan Tahunan 2012 therefore plans to continually improve the quality of its GCG plan and its subsequent implementation in Bakrieland and business units to consistently generate added value for all stakeholders. Corporate Governance Perception Index CGPI Assessment – Indonesian Institute for Corporate Governance IICG In 2012, Bakrieland yet again participated in the GCG perception index on the theme “GCG through a Risk Perspective” organized by IICG and SWA magazine Corporate Governance Perception IndexCGPI. The assessment method covers 4 four stages: 1. Gathering documents required by the ratings committee 2. Distribution of self-assessment questionnaire to internal and external parties 3. Preparation of the required papers 4. Observation by the CGPI 2012 committee by inviting all Board of Directors, representatives from the Board of Commissioners and management. The CGPI committee assesses 13 thirteen key aspects: commitment; transparency; accountability; responsibility; independence; fairness; competence; leadership; teamwork; vision, mission and core values; strategies and policies; ethics; and ethical environment. In 2012, Bakrieland succeeded in maintaining its position as ‘ Trusted’ company from 46 forty six participating companies. Bakrieland berencana untuk secara berkesinambungan meningkatkan kualitas rencana GCG serta implementasinya di Bakrieland dan unit usaha agar dapat terus memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan. Penghargaan Penilaian Indeks Persepsi Tata Kelola Perusahaan – Indonesian Institute for Corporate Governance IICG Pada tahun 2012 Bakrieland kembali ikut serta dalam indeks pemeringkatan GCG dengan tema “GCG dalam Perspektif Risiko” yang diselenggarakan oleh IICG dan majalah SWA Corporate Governance Perception IndexCGPI. Metode penilaian meliputi 4 empat tahap, yaitu: 1. Pengumpulan dokumen yang diperlukan kepada panitia 2. Penyebaran kuesioner self- assessment kepada pihak internal dan eksternal 3. Penyusunan makalah 4. Observasi oleh Panitia CGPI 2012 dengan mengundang seluruh Direksi, perwakilan Dewan Komisaris, dan manajemen. Terdapat 13 tiga belas aspek penilaian yang dinilai oleh panitia CGPI, yaitu komitmen; transparansi; akuntabilitas; responsibilitas; independensi; keadilan; kompetensi; kepemimpinan; kemampuan bekerja sama; visi, misi, dan tata nilai; strategi dan kebijakan; etika; dan iklim etikal. Pada tahun 2012, Bakrieland berhasil mempertahankan peringkatnya sebagai perusahaan ‘Terpercaya’ dari 46 empat puluh enam perusahaan yang menjadi peserta. Tata Kelola Perusahaan Corporate Governance 245 BAKRIELAND • Annual Report 2012 Recognition and Certiication A range of awards of appreciation and other forms of recognition earned by Bakrieland concerning corporate governance relects serious Company eforts to continually heighten its adherence to GCG principles. Several awards and certiications that Bakrieland has received are presented in pages 20 and 21. Adoption of Indonesias Code of GCG Further information on Bakrieland corporate governance practices in accordance with Indonesias Code of GCG is presented in the following table: Penghargaan dan Sertiikasi Berbagai penghargaan dan pengakuan lain yang diterima dalam hal tata kelola perusahaan mencerminkan upaya Bakrieland untuk secara terus menerus meningkatkan penerapan GCG di lingkungan Perusahaan. Beberapa penghargaan dan sertiikasi yang berhasil didapatkan Bakrieland dapat dilihat pada halaman 20 dan 21. Adopsi Pedoman Umum GCG Indonesia Penjelasan mengenai praktik tata kelola perusahaan Bakrieland sesuai dengan Pedoman Umum GCG Indonesia disajikan pada tabel berikut: 246 BAKRIELAND • Laporan Tahunan 2012 Hasil Penerapan Adopsi Pedoman Umum GCG Indonesia Result of the Application of Indonesias Adopted Code of GCG No Adopsi Pedoman Adoption of Guideline Penuh Full Sebagian Partly Keterangan Description 1 Asas Good Corporate Governance Good Corporate Governance Principles √ Pada akhir tahun 2012, terjadi perubahan komposisi pemegang saham Bakrieland yang berjumlah di atas 5, namun pembaharuan di website belum dilakukan secara tepat waktu namun demikian Bakrieland tetap dan selalu mengirimkan informasi perubahan kepada Bursa Efek Indonesia dan Bapepam. Bakrieland menyadari bahwa website adalah sarana penyajian informasi yang paling mudah diakses oleh publik. Oleh karena itu pada awal tahun 2013 pembaharuan telah dilakukan pada website dan Corporate Afairs secara rutin melakukan pemantauan atas informasi yang disajikan di website Perusahaan. Mengacu pada part 1 dan 4 At the end of year 2012, a change in Bakrielands stockholder composition of above 5 has occurred, yet the change was not updated on time on the website, however Bakrieland always update the information to Indonesia Stock Exchange and Bapepam. Bakrieland realizes that the website is the most convenient and accessible means of public information dissemination. For this reason the website was updated at the beginning of 2013 and the Corporate Afairs regularly monitors all information provided on the Company’s website. Refer to part 1 and 4 2 Etika Bisnis dan Pedoman Perilaku Business Ethics and Code of Conduct √ Bakrieland telah memiliki standar etika yang secara rinci dijelaskan dalam Pedoman Perilaku. Setiap tahun, karyawan Bakrieland wajib menandatangani Surat Pernyataan Ketaatan terhadap Pedoman Perilaku. Pada tahun 2012, terdapat beberapa karyawan yang belum menandatangani Surat Pernyataan tersebut dikarenakan administrasinya belum dikelola dengan memadai. Bakrieland berencana meningkatkan pengawasan terhadap aktivitas penandatanganan pada tahun-tahun berikutnya. Mengacu pada part 1, 2, 3 dan 5 Ethical standards in Bakrieland is explained in detail in the Code of Conduct. Every year Bakrieland’s employees are obligated to sign a Statement of Compliance to the Code of Conduct. In year 2012, a number of employees did not sign the Statement as its administration was not properly managed. Bakrieland plans to improve the monitoring of the signing of this document in the future year. Refer to part 1, 2, 3, and 5 3 Organ Perusahaan The Company Organ √ Penilaian kinerja Direksi, Dewan Komisaris, dan anggota Komite Bakrieland pada tahun 2012 belum dilakukan secara optimal karena masih dalam tahap penyempurnaan perumusan Key Performance Indicator KPI dan prosedur penilaian kinerja. Untuk tahun 2013, Perusahaan diusahakan melaksanakan penilaian kinerja sesuai dengan kebijakan dan menerapkannya secara konsisten. Mengacu pada part 1, 3 dan 6 Performance assessment of Bakrielands Board of Directors, Board of Commissioners, and members of Committees in year 2012 has not been implemented optimally as the Key Performance Indicator KPI and assessment procedures formulation was still at completion stage. For 2013, the company shall establish work assessment according to the policy and apply consistently. Refer to part 1, 3 and 6 247 BAKRIELAND • Annual Report 2012 Hasil Penerapan Adopsi Pedoman Umum GCG Indonesia Result of the Application of Indonesias Adopted Code of GCG No Adopsi Pedoman Adoption of Guideline Penuh Full Sebagian Partly Keterangan Description 4 Hak dan Tanggung Jawab Pemegang Saham Rights and Responsibilities of Shareholders √ Bakrieland telah memiliki Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan tahun 2012 yang disusun pada awal tahun. Namun dokumen tersebut belum ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris karena persetujuan dilakukan secara lisan pada saat rapat gabungan Direksi dan Dewan Komisaris. Untuk tahun 2013 dokumen Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan telah ditandatangani oleh seluruh anggota Direksi dan Dewan Komisaris Bakrieland pada awal tahun 2013 sebagai bentuk komitmen dan persetujuan bersama. Bakrielands 2012 Work Plan and Budget was set early on the year, however it was not signed by all members of the Boards of Commissioners and Directors as approval was attained verbally at the Board of Commissioners and Directors joint meeting. The 2013 Work Plan and Budget has been signed by all members of Bakrieland Boards of Commissioners and Directors at the beginning of 2013 as a form of joint commitment and agreement. 5 Hak dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Rights and Responsibilities of Stakeholders √ Penjelasan sama dengan poin nomor 2. Refer to description in point number 2. 6 Pernyataan tentang Penerapan Pedoman GCG Statement on GCG Application √ Bakrieland selalu berkomitmen untuk melakukan aktivitas dalam upaya menerapkan asas GCG. Pada tahun 2011 masih terdapat beberapa aspek dalam asas GCG yang belum diterapkan dan alasannya belum diungkapkan pada Laporan Tahunan Bakrieland 2011. Pada Laporan Tahunan 2012, Bakrieland mengungkapkan asas GCG yang belum diterapkan dan alasannya untuk memenuhi prinsip transparansi. Bakrieland is always committed to comply to GCG principles in all of its activities. In 2011, some aspects of the GCG Principles were not implemented and the reasons were not explained in Bakrielands 2011 Annual Report. In 2012 Annual Report, Bakrieland revealed the GCG Principles which were not implemented and explained the reasons behind it in line with transparency principle. 7 Internalisasi Penerapan GCG GCG Practices Internalization √ - 248 BAKRIELAND • Laporan Tahunan 2012 Manajemen Risiko Kepatuhan Risk Management Compliance Penerapan corporate governance berbasis risiko adalah suatu metode untuk memberikan jaminan bahwa risiko akan dikelola dengan baik sehingga menjadi risiko yang dapat diterima organisasi. Setiap proses bisnis yang dilakukan perusahaan akan mempunyai risiko yang dapat mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan. Manajemen risiko yang efektif merupakan usaha untuk meminimalisasi risiko tersebut. Selain itu, manajemen risiko merupakan salah satu bagian dari implementasi tata kelola perusahaan yang baik. Sebagai upaya memenuhi kedua tujuan tersebut, maka Divisi Corporate Risk Management Compliance RMC mengembangkan sistem pengelolaan risiko melalui dua pendekatan yaitu Enterprise Risk Management ERM dan Transaction Based Risk Management. Disamping dua pendekatan di atas, fungsi lain yang sangat erat hubungannya dengan manajemen risiko yang dilaksanakan oleh Divisi RMC antara lain: adalah sebagai penyusun dan reviewer kebijakan, pengelola Task Monitoring System TMS, Quality Management Representative QMR untuk penerapan dan pelaksanaan ISO 9001:2008 tentang Sistem Manajemen Mutu, serta implementasi dan penilaian tata kelola perusahaan yang baik. Enterprise Risk Management ERM merupakan sebuah pendekatan yang komprehensif untuk mengelola risiko perusahaan secara menyeluruh, meningkatkan kemampuan perusahaan untuk mengelola ketidakpastian, meminimalisasi ancaman, dan memaksimalkan peluang. ERM juga merupakan proses pengelolaan yang mengidentiikasi, mengukur, dan memonitor risiko secara sistematis, serta didukung oleh kerangka kerja In order to ensure that risks are well managed, a risk-based corporate governance approach is adopted as a means to minimize risks to an acceptable level. Every business operation that the Company undertakes carries with it risks that may afect the accomplishment of Company goals. Efective risk management thereby helps minimize these risks. In addition, risk management is an essential part of the implementation of good corporate governance. Therefore, Corporate Risk Management Compliance RMC Division is speciically established to develop an appropriate risk management system by adopting two key approaches known as Enterprise Risk Management ERM and Transaction Based Risk Management. In addition to the two foregoing approaches, other functions are inextricably linked to risk management as implemented by the RMC Division, including as policy maker and reviewer, manager of Task Monitoring System TMS, Quality Management Representative QMR for the implementation of ISO 9001:2008 regarding Quality Management System, and the implementation and assessment of good corporate governance. Enterprise Risk Management ERM is a comprehensive approach for managing corporate risks as well as enhancing corporate capacity to manage uncertainties, minimize threats and maximize opportunities. ERM also functions as an essential management process that helps identify, measure and monitor corporate risks in a systematic manner, and supported by risk management framework that allows for further sustainable improvements 248 BAKRIELAND • Laporan Tahunan 2012 Transaction Based Risk Management is implemented to identify risks and offer mitigation recommendations to ensure that transaction objectives are met in an optimal manner. Transaction Based Risk Management bertujuan untuk mengidentifikasi risiko dan memberikan rekomendasi mitigasi agar tujuan transaksi dapat tercapai secara optimal. 249 BAKRIELAND • Annual Report 2012 to the Company’s management-related activities. ERM process is structured according to a predetermined framework for the purpose of ensuring its efective implementation. ERM framework becomes the main source of reference for RMC Division in applying the risk management process in the Company- wide since the end of 2008. ERM is essentially divided into 3 three major phases: risk identiication, risk measurement and risk management. Through ERM approach, Bakrieland can better identify and manage risks by developing a reliable risk management and monitoring system that in turn will efectively and systematically minimize corporate risks. The implementation of ERM in Bakrieland has been most beneicial for the Company, among others it helps build common understanding on risk management for all employees, facilitates the development of a Company risk proile that sets priorities according to risk levels, and makes available a risk management strategy that reduces risk occurrence and mitigates risk impact. RMC Division speciically facilitates ERM implementation by ofering inputs to all organizational functions in a comprehensive and continual manner, primarily during risk identiication and implementation of the risk control strategy that involves the risk owner. In the process of sustainable ERM, every risk owner is expected to conduct its own risk management starting from risk identiication and assessment until recommendation and implementation of control strategies as well as risk mitigation. The main purpose is to manajemen risiko yang memungkinkan adanya proses perbaikan yang berkesinambungan atas kegiatan manajemen itu sendiri. Proses ERM yang dilakukan diletakkan dalam suatu kerangka kerja agar dapat berjalan efektif. Kerangka kerja ERM menjadi acuan utama bagi Divisi RMC dalam menerapkan proses manajemen risiko di Perusahaan yang diterapkan sejak akhir tahun 2008. Pada dasarnya ERM dibagi menjadi 3 tiga tahapan kerja, yaitu identiikasi risiko, pengukuran risiko dan pengelolaan risiko Perusahaan. Melalui pendekatan ERM, Bakrieland dapat mengidentiikasi dan mengelola risiko dengan mengembangkan sistem pengelolaan dan pengawasan risiko yang handal, sehingga dapat meminimalisasi besarnya risiko perusahaan secara sistematis dan efektif. Implementasi ERM di Bakrieland antara lain memberikan manfaat terciptanya pemahaman yang sama mengenai manajemen risiko bagi semua karyawan, terbentuknya proil risiko Perusahaan yang mampu memberikan gambaran prioritas tingkatan risiko, serta tersedianya strategi penanggulangan risiko untuk mengurangi kejadian dan dampak risiko. Divisi RMC secara fokus memfasilitasi pelaksanaan ERM melalui pemberian masukan kepada seluruh fungsi organisasi secara menyeluruh dan berkesinambungan, terutama pada saat tahapan identiikasi risiko dan pelaksanaan strategi kontrol terhadap risiko yang melibatkan pemilik risiko. Pada proses ERM yang berkesinambungan, setiap pemilik risiko diharapkan melakukan sendiri proses pengelolaan risiko mulai dari identiikasi dan penilaian atas risiko hingga mengusulkan dan menerapkan kontrol 250 BAKRIELAND • Laporan Tahunan 2012 serta melakukan mitigasi terhadap risiko tersebut. Tujuan utamanya adalah untuk lebih meminimalkan potensi kerugian dan yang terpenting adalah untuk lebih memaksimalkan pencapaian tujuan di masing-masing fungsi dan struktur Perusahaan. Divisi RMC menerapkan ERM di Bakrieland secara bertahap. Kerangka kerja ERM yang telah disusun dituangkan ke dalam kebijakan ERM, kemudian diikuti oleh implementasi dan sosialisasi pendekatan ERM yang dimulai pada unit usaha sebagai proyek percontohan. Hasil yang diperoleh dari proyek percontohan tersebut digunakan sebagai masukan dalam penyempurnaan kebijakan ERM dan pendekatan implementasi ERM, untuk selanjutnya diterapkan ke seluruh unit usaha di Bakrieland. Pemahaman yang sama oleh semua fungsi di Bakrieland mengenai risiko yang dihadapi dan strategi yang ditempuh untuk mengendalikannya merupakan tahapan terpenting yang harus dipenuhi demi tercapainya efektivitas pelaksanaan manajemen risiko. Karena itu, sosialisasi mengenai kepedulian dan kesadaran akan risiko- risiko yang dihadapi oleh Bakrieland merupakan langkah penting. Tahapan berikutnya adalah melakukan identiikasi atas semua risiko yang ada di Bakrieland dengan melibatkan pemilik risiko, serta melakukan pemetaan risiko yang mungkin terjadi di Perusahaan. Hasil dari proses pemetaan risiko ini kemudian diaplikasikan ke dalam suatu matriks risiko yang mampu menunjukkan prioritas risiko yang akan dihadapi dan harus dikontrol oleh Bakrieland. Metode yang digunakan dalam implementasi ERM adalah metode workshop yang berfungsi untuk mengidentiikasi risiko yang terdapat pada proses operasi bisnis, dengan melibatkan karyawan di unit usaha dan fungsi-fungsinya. further minimize potential losses, and most importantly to maximize objective achievement of each Company functions and structures. RMC Division applies ERM in Bakrieland gradually. The ERM framework is compiled into ERM policies, followed by the implementation and socialization of ERM approach which started in business units as pilot projects. The outcomes from these pilot projects then serve as input for improving ERM policies including the ERM implementation approach to be subsequently applied across all business units within Bakrieland. The most important step that must be completed in order to achieve the efective implementation of risk management is the common understanding of all functions within Bakrieland on facing the risks and the strategies to manage the risk. Therefore, the socialization regarding the concern and awareness of the risk faced by Bakrieland is an important step. The next stage is to identify all risks that exist in Bakrieland through the involvement of risk owners as well as the mapping of risks that may occur in the Company. Results of the risk mapping process are then applied to the risk matrix that can indicate the risk priority to be faced and controlled by Bakrieland. The method used in the implementation of the ERM is a workshop method that serves to identify the risks inherent in the process of business operations, with the involvement of employees in the business units and functions. Throughout 2011 several workshops were held to assess project risks in business units and the activities of divisions in the parent Company. Manajemen Risiko Kepatuhan Risk Management Compliance 251 BAKRIELAND • Annual Report 2012 Following the implementation of ERM, Internal Audit division conducted a risk- based audit that is able to provide input and perform monitoring towards the efectiveness of the risk management process, including the evaluation and risk control strategy. The evaluation conducted over the entire range of risk management process has resulted in a recommendation that is valuable for the subsequent renewal of the risk control process. ERM activities in 2012 were: • Conducted workshops on risk assessment of division activities within the parent Company. • Re-evaluation of previous risk assessment. Transaction Based Risk Management A diferent approach that is utilized by Bakrieland in managing risk is Transaction Based Risk Management. In this approach, the risk management is performed through a comprehensive review of all investment proposal, business development plan, loan, guarantee, review of agreements contracts, divestment, and other strategic decisions of the parent Company or business unit. The aim of Transaction Based Risk Management is to identify risks and provide recommendations for mitigation to achieve a maximum transaction target. The RMC division has to conduct prior review and recommendation of all transactions, plans or other strategic decisions, before being submitted to the management. During 2011, RMC division has completed a review of 56 ifty six transactions, including project proposals, banking transactions, contracts agreements, investments, divestments and others. The following provides an overview of reviews and recommendations through Transaction Setelah ERM dilaksanakan, Divisi Corporate Internal Audit melakukan audit berbasis risiko, yang dapat memberikan masukan dan melakukan monitor terhadap efektivitas proses manajemen risiko, termasuk didalamnya evaluasi dan strategi pengendalian risiko. Evaluasi dilakukan atas seluruh rangkaian proses manajemen risiko, sehingga menghasilkan suatu rekomendasi yang berguna bagi proses pembaruan pengendalian risiko berikutnya. Kegiatan ERM pada tahun 2012 adalah: • Menyelenggarakan workshop dalam rangka melakukan risk assessment pada aktivitas divisi di induk Perusahaan. • Melakukan evaluasi kembali atas risk assessment yang telah dilaksanakan. Transaction Based Risk Management Pendekatan lain yang digunakan Bakrieland dalam mengelola risiko adalah Transaction Based Risk Management. Melalui pendekatan ini, pengelolaan risiko dilakukan dengan penelaahan secara komprehensif atas setiap proposal investasi, rencana pengembangan usaha, pinjaman, penjaminan, review perjanjian kontrak, divestasi, laporan kepada regulator dan keputusan strategis lainnya baik dari induk Perusahaan maupun dari unit-unit usaha. Transaction Based Risk Management tersebut bertujuan untuk mengidentiikasi risiko dan memberikan rekomendasi mitigasi agar tujuan transaksi dapat tercapai secara maksimal. Setiap transaksi, rencana maupun keputusan strategis lainnya terlebih dahulu mendapatkan tinjauan dan rekomendasi dari Divisi RMC, sebelum akhirnya diajukan kepada manajemen untuk pengambilan keputusan. Selama tahun 2012, Divisi RMC telah menyelesaikan tinjauan terhadap 155 seratus lima puluh lima transaksi, diantaranya proposal 252 BAKRIELAND • Laporan Tahunan 2012 proyek, transaksi perbankan, kontrak perjanjian, investasi, divestasi dan lain- lain. Adapun perbandingan tinjauan dan rekomendasi melalui pendekatan Transaction Based Risk Management dengan tahun 2011 sebagai berikut: Keterangan 2011 2012 Remarks Tinjauan dan rekomendasi melalui pendekatan Transaction Based Risk Management 56 transaksi transactions 155 transaksi transactions Review and recommendations through Transaction Based Risk Management approach Kepatuhan Budaya kepatuhan adalah nilai, perilaku, dan tindakan yang mendukung terciptanya kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan yang berlaku. Sementara aspek kepatuhan adalah serangkaian tindakan atau langkah- langkah yang bersifat preventif untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem dan prosedur, serta kegiatan usaha yang dilakukan oleh Perusahaan telah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Lingkup suatu aturan dapat bersifat internasional maupun nasional. Kepatuhan merupakan suatu aspek penting di dalam menjalankan usaha, baik untuk menjamin kelancaran kegiatan operasional maupun menjaga reputasi suatu perusahaan sebagai warga korporasi yang baik. Guna mendukung terciptanya kepatuhan dalam suatu perusahaan diperlukan peran aktif dari seluruh karyawan perusahaan. Setiap karyawan wajib memahami dan secara bertanggung jawab melaksanakan seluruh ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku untuk setiap fungsi operasional yang dijalankannya. Ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dapat berakibat teguran dari pihak regulator dan dapat mencemarkan reputasi perusahaan. Based Risk Management approach compared to the year 2011: Manajemen Risiko Kepatuhan Risk Management Compliance Compliance A culture of compliance is indicated by corporate values, behavior and conduct that are highly conducive for nurturing conformity towards corporate policies and prevailing laws and regulations. Compliance itself refers to a series of preventive actions or measures to guarantee that policies, rules, systems and procedures, and business activities undertaken by the Company are in conformity with existing laws and regulations. A policy may be of international or national in scope. Compliance is an essential element in conducting business, both as a means to guarantee smooth operational activities and to maintain the reputation of a company as a good corporate citizen. In order to build compliance in a company, the active role of all employees is paramount. Every employee has the obligation to understand and responsibly implement all applicable policies and legislation for each operational function being carried out. Non-compliance toward laws and regulations may result in a warning issued by the regulator which can tarnish the reputation of the company. 253 BAKRIELAND • Annual Report 2012 Sebagai salah satu bentuk penerapan aspek kepatuhan di atas, sejak tahun 2009 Bakrieland telah menerapkan TMS. Penerapan TMS bertujuan untuk dapat meminimalisir risiko dan meningkatkan kelancaran kegiatan operasional. Selama tahun 2012, masing-masing divisi semakin aktif melakukan tindak lanjut atas task monitoring. Hal ini ditunjukkan dengan terdapatnya peningkatan partisipasi dan kesadaran terhadap pelaksanaan kepatuhan dan ketertiban administrasi dari setiap divisi sebagai berikut: Keterangan 2011 2012 Remarks Total dokumen monitoring 1,437 dokumen 1,754 dokumen Total of monitoring documents Jumlah dokumen monitoring yang ditindaklanjuti. 943 dokumen 1,109 dokumen Number of follow-up monitoring documents Penyusun Reviewer Kebijakan Fungsi lain Divisi RMC adalah sebagai penyusun dan reviewer kebijakan, hal ini sangat berhubungan erat dengan pelaksanaan manajemen risiko. Dengan adanya kebijakan-kebijakan Perusahaan, maka jalannya operasional Perusahaan menjadi lebih tertib, disiplin dan terarah sehingga dapat meminimalisir risiko yang dihadapi Perusahaan. Pencapaian Tahun 2012 Selama tahun 2012, Divisi RMC melakukan kegiatan berikut: 1. Menerapkan ERM melalui risk assessment workshop terhadap aktivitas induk Perusahaan. Hasil rekomendasi penerapan ERM melalui workshop, antara lain menyatakan bahwa semua kontrol yang telah diterapkan harus dijaga konsistensinya dan semua tindak lanjut harus dievaluasi dengan rincian kelayakan implementasinya. As a form of compliance, Bakrieland has applied TMS since 2009. TMS implementation is intended to minimize risks and further improve the smooth running of operational activities. Throughout 2012, each division has become more actively involved in eforts to ensure compliance with the task monitoring. This is relected in their increasing participation and awareness towards ensuring compliance and administrative orderliness from each division as explained below: Policy Maker Reviewer RMC Division also functions as a policy maker and reviewer. This is closely linked with the implementation of risk management. With the appropriate Company policies in place, Company operations shall become increasingly in order, disciplined and focused; which in turn will minimize Company risks. Achievements in 2012 In 2012, the RMC Division conducted the following activities: 1. Implementation of ERM through a risk assessment workshop on activities of the parent Company. Recommendations on ERM implementation generated through the workshop among others highlighted on the need to maintain the consistency of all controls and to evaluate all follow-up actions including the feasibility of their implementation. 254 BAKRIELAND • Laporan Tahunan 2012 2. Membuat beberapa kebijakan terkait manajemen risiko antara lain dalam bentuk penyempurnaan Financial Authorization Approval, Kebijakan Pengadaan Barang dan atau Jasa, Kebijakan Sirkulasi Review Transaksi dan Dokumen, Kebijakan Pemilihan Kantor Akuntan Publik untuk Penugasan Audit Tahunan, Kebijakan Pengelolaan dan Back up Data, Kebijakan Manajemen Dokumen dan Standardisasi Kebijakan. 3. Melakukan kajian atas transaksi- transaksi perbankan, investasi, divestasi, laporan regulator dan kontrakperjanjian, baik dari induk Perusahaan maupun unit usaha. 4. Melanjutkan implementasi TMS sehingga membantu proses kerja operasional Perusahaan. 5. Bakrieland berhasil memperpanjang sertiikasi ISO 9001:2008 dari Badan Sertiikasi SGS Indonesia untuk 2 dua kali masa surveillance, yaitu pada bulan April dan November 2012. 6. Bakrieland berhasil mendapatkan predikat ‘Terpercaya’ pada indeks pemeringkatan tata kelola perusahaan 2011 Corporate Governance Perception Index – CGPI 2011 yang diselenggarakan oleh Indonesian Institute for Corporate Governance IICG bersama majalah SWA dengan tema “GCG Dalam Perspektif Risiko”. Selain itu, Perusahaan juga telah menunjuk konsultan independen untuk melaksanakan penilaian GCG sebagai bagian dari penyusunan Laporan Tahunan 2012. 2. Making of several policies related to risk management, including for ensuring further improvements to the Financial Authorization Approval, Goods andor Services Procurement Policy, Transaction and Document Review Circulation Policy, Policy on Appointment Selection of the Public Accounting Firm for Annual Audit, Data Management and Back-up Policy, Document Management Policy and Policy Standardization. 3. Review of banking transactions, investments, divestments, reports submitted to the regulator and contractsagreements from the parent Company and business units. 4. Continue the implementation of TMS to facilitate the operational activities of the Company. 5. Bakrieland has succeeded in securing the extension of its ISO 9001:2008 certiication from the Indonesia SGS Certiication Agency for two surveillance period, April and November 2012. 6. Bakrieland ranked as Trusted in the Corporate Governance Perception Index – CGPI 2011 rating conducted by the Indonesian Institute for Corporate Governance IICG in collaboration with SWA magazine with the theme “GCG through a Risk Perspective.” In addition, the Company has also appointed an independent consultant to conduct an assessment of GCG as a vital component for preparing the Annual Report for 2012. Manajemen Risiko Kepatuhan Risk Management Compliance 255 BAKRIELAND • Annual Report 2012 Risiko Usaha dan Antisipasi Risiko-risiko usaha yang dihadapi oleh Bakrieland dan anak perusahaannya antara lain: Risiko Finansial 1. Risiko Mata Uang Merupakan risiko kerugian pada saat terjadinya apresiasi atau depresiasi mata uang asing yang disebabkan oleh adanya posisi transaksi yang masih terbuka. Kinerja keuangan Bakrieland dapat dipengaruhi oleh perubahan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing. Karena penggunaan beberapa komponen dalam konstruksi bangunan diimpor dari luar negeri, maka naiknya nilai tukar mata uang asing dapat meningkatkan biaya konstruksi dan mengurangi tingkat laba, yang pada akhirnya akan mempengaruhi kinerja keuangan Bakrieland. Untuk mengurangi risiko atas perubahan mata uang asing, Bakrieland menerapkan kebijakan hedging, yaitu dengan mengutamakan penggunaan material bangunan produksi dalam negeri serta menghindari pinjaman dalam mata uang asing.

2. Risiko Suku Bunga