Dilema UU Hak Cipta dalam memberantas praktek pembajakan kaset, CD, VCD

memasukkan banyak lagu kedalam satu MP3. Seharusnya harga MP3 asli sama mahalnya seperti CD impor, namun karena kecanggihan teknologi, sekarang ini dapat dengan mudah dibuat CD dan MP3 bajakan. Pemaparan bentuk wadah musik tadi dimaksudkan untuk memberi gambaran betapa kompleksnya masalah yang dihadapi para pelaku industri musik dalam memproduksi kaset dari berbagai alat untuk mendengarkan musik yang berimbas pada mahalnya biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk memproduksi kaset, hal ini terkait pula pada harga jual kaset hasil produksi yang menjadi jauh lebih mahal dari pada harga kaset bajakan yang tidak mempertimbangkan kualitas produksi. Akibatnya industri perekaman suara terancam secara financial akibat dari maraknya pembajakan.

B. Dilema UU Hak Cipta dalam memberantas praktek pembajakan kaset, CD, VCD

Pembajakan kaset, CD, dan VCD di Indonesia kian marak saja dari tahun ke tahun. Kenyataan ini sangat memprihatinkan, sebab tindakan pembajakan tersebut jelas-jelas merupakan pelanggaran terhadap hak cipta yang merupakan hak eksklusif pencipta atau penerima hak. Konsekuensinya, setiap penggandaan haruslah dengan seizin pemegang hak cipta. 6 Hak cipta sendiri merupakan bagian dari Hak Kekayaan Intelektual HaKI. Aturan hukum terbaru yang mengatur tentang hak cipta adalah UU No. 192002 6 Masalah Pembajakan rekaman video, Asirevi, Jakarta Universitas Sumatera Utara tentang Hak Cipta UUHC yang akan berlaku tanggal 29 Juli 2003. UU itu merupakan penyempurnaan dari UU No.121997 tentang Hak Cipta. Menurut UUHC, semua bentuk ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra termasuk di dalamnya lagu atau musik dengan atau tanpa teks, merupakan ciptaan yang dilindungi serta berlaku selama si pemegang hak cipta hidup, sampai dengan 50 lima puluh tahun setelah meninggal dunia. Tindak pidana hak cipta merupakan delik biasa. Artinya, penegak hukum dalam hal ini pihak Kepolisian, bisa melakukan tindakan hukum terhadap pelanggar hak cipta tanpa perlu adanya pengaduan dari pihak lain. Bagi mereka yang terbukti menjual atau mengedarkan produk bajakan dapat dikenakan denda minimal Rp. 500.000.000 lima ratus juta rupiah dan pidana penjara paling lama 5 tahun. Sedangkan bagi yang terbukti memperbanyak tanpa seizin pemegang hak cipta bisa dikenakan denda minimal Rp. 1.000.000 satu juta rupiah dan maksimal Rp. 5.000.000.000 lima miliar rupiah serta dipidana dengan pidana penjara sedikitnya 1 satu bulan dan paling lama 7 tujuh tahun Pasal 72 UUHC. Menurut UUHC, gugatan terhadap pelanggaran hukum hak cipta secara perdata diajukan kepada Pengadilan Niaga. Bila melihat pada substansi UUHC tersebut maka hak-hak pemegang hak cipta cukup terlindungi. Sanksi-sanksi, baik perdata maupun pidana yang akan dijatuhkan kepada pelanggar hak cipta juga dinilai telah memadai. Masalahnya sekarang adalah, apakah UUHC ini bisa menghentikan pelanggaran hak cipta dalam bentuk penjualan kaset, CD, dan VCD hasil bajakan seperti yang diharapkan para pencipta lagu dan produser? Tingginya tingkat pembajakan optical disc tidak hanya mengkhawatirkan pihak pemegang hak cipta, Universitas Sumatera Utara melainkan juga Pemerintah. Walaupun peraturan perundang-undangan mengenai hak cipta yang tersedia pada saat ini relatif sudah cukup memadai mengatur mengenai hal yang berkaitan dengan pendayagunaan optical disc, koordinasi dengan semua pihak yang berkompeten perlu lebih diintensifkan guna menekan tingginya produk hasil bajakan yang pada saat ini beredar di masyarakat luas. Kegiatan sosialisasi dan penyuluhan yang terprogram dengan baik bagi berbagai pihak masih perlu terus ditingkatkan. Di samping itu, langkah-langkah yang bersifat lebih konkrit perlu segera dipersiapkan dan ditindaklanjuti secara sistematis. Penegakan hukum atas hak cipta biasanya dilakukan oleh pemegang hak cipta dalam hukum perdata namun ada pula sisi hukum pidana. Sanksi pidana secara umum dikenakan kepada aktivitas pemalsuan yang serius, namun kini semakin lazim pada perkara-perkara lain. Sanksi pidana atas pelanggaran hak cipta di Indonesia secara umum diancam hukuman penjara paling singkat satu bulan dan paling lama tujuh tahun yang dapat disertai maupun tidak disertai denda sejumlah paling sedikit satu juta rupiah dan paling banyak lima miliar rupiah, sementara ciptaan atau barang yang merupakan hasil tindak pidana hak cipta serta alat-alat yang digunakan untuk melakukan tindak pidana tersebut dirampas oleh Negara untuk dimusnahkan UU 192002 bab XIII. Memuat Pasal 1 butir 1 No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah : Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang- undangan yang berlaku. Universitas Sumatera Utara Barang-barang yang diproduksi palsu dan dijual ke pasar, selain merugikan bagi penerimaan royalti para pencipta juga mengurangi pendapatan pajak negara dan penurunan kualitas barang yang dapat dinikmati oleh masyarakat konsumen. Kerugian ini jelas harus ditanggulangi dengan melakukan penegakan hukum atas pelanggaran hak cipta tersebut sehingga dapat tercipta perlindungan yang diharapkan oleh semua pihak, terutama para penciptapemegang izin. Daya kreatif dan inovatif para pencipta akan mengalami penurunan, jika pelanggaran hak cipta terus berlangsung tanpa ada penegakan hukum yang memadai dengan menindak para pelakunya. Negara melalui aparat penegak hukum, baik secara langsung maupun tidak langsung harus bertanggung jawab dengan adanya peristiwa ini dengan berupaya keras melakukan penanggulangan merebaknya pelanggaran hak cipta. Apabila tidak ada penegakan hukum yang konsisten terhadap para pelanggar, maka akan sulit terwujudnya suatu perlindungan hukum terhadap hak cipta yang baik. Masalah ini telah menjadi tuntutan masyarakat internasional terhadap bangsa dan negara Indonesia yang dinilai masih rendah untuk menghargai HAKI. 7 Pengaturan standar minimum perlindungan hukum atas ciptaan-ciptaan, hak- hak pencipta dan jangka waktu perlindungan dalam Konvensi Bern adalah sebagai berikut. Pertama, ciptaan yang dilindungi adalah semua ciptaan di bidang sastra, ilmu pengetahuan dan seni dalam bentuk apa pun perwujudannya. Kedua, kecuali jika ditentukan dengan cara reservasi, pembatasan atau pengecualian yang tergolong sebagai hak-hak ekslusif seperti: 7 M. Djumhana R. Djubaedillah, Hak Milik Intelektual sejarah, teori prakteknya di Indonesia, Citra Aditya Banti, Bandung, 1993, hlm 66 Universitas Sumatera Utara a hak untuk menerjemahkan, b hak mempertunjukkan di muka umum ciptaan drama musik dan ciptaan musik, c hak mendeklamasikan di muka umum suatu ciptaan sastra, d hak penyiaran, e hak membuat reproduksi dengan cara dan bentuk perwujudan apa pun, f hak menggunakan ciptaannya sebagai bahan untuk ciptaan, dan g hak membuat aransemen dan adapsi dari suatu ciptaan. 8 Penggunaan hak cipta tidak melampaui pada batas-batas ketentuan yang telah ditetapkan undang-undang. Keempat, jangka waktu. Penggunaan hak cipta dilakukan dalam jangka waktu perlindungan tertentu yang telah ditetapkan oleh undang-undang atau berdasarkan perjanjian tertulis lisensi. Perlindungan hukum terhadap hak cipta merupakan suatu sistem hukum yang terdiri dari unsur-unsur sistem berikut. Pertama, subyek perlindungan. Subyek yang dimaksud adalah pihak pemilik atau pemegang hak cipta, aparat penegak hukum, pejabat pendaftaran dan pelanggar hukum. Kedua, obyek perlindungan. Obyek yang dimaksud adalah semua jenis hak cipta yang diatur dalam undang-undang. Ketiga, pendaftaran perlindungan. Hak cipta yang dilindungi hanya yang sudah terdaftar dan dibuktikan pula dengan adanya sertifikat pendaftaran, kecuali apabila undang-undang mengatur lain. Keempat, jangka waktu. Jangka waktu adalah adanya hak cipta dilindungi oleh undang-undang hak cipta, yakni selama hidup ditambah 50 tahun setelah pencipta meninggal dunia. Kelima, tindakan hukum perlindungan. Apabila 8 Saidin, OK, Aspek hukum hak kekayaan intelektual, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm 72 Universitas Sumatera Utara terbukti terjadi pelanggaran hak cipta, maka pelanggar harus dihukum, baik secara perdata maupun pidana. Setiap pelanggaran hak cipta akan merugikan pemilikpemegangnya danatau kepentingan umumnegara. Pelaku pelanggaran hukum tersebut harus ditindak tegas dan segera memulihkan kerugian yang diderita oleh pemilikpemegang hak atau negara. Penindakan atau pemulihan tersebut diatur dalam UU No. 19 Tahun 2002. Penindakan dan pemulihan pelanggaran hak cipta melalui penegakan hukum secara : 1 perdata berupa gugatan a. ganti kerugian, b. penghentian perbuatan pelanggaran, c. penyitaan barang hasil pelanggaran untuk dimusnahkan. 2 pidana berupa tuntutan a. pidana penjara maksimal 7 tahun penjara, dan atau b. pidana denda maksimum sebesar Rp. 5 miliar, c. perampasan barang yang digunakan melakukan kejahatan untuk dimusnahkan, 3 administratif berupa tindakan a. pembekuanpencabutan SIUP, b. pembayaran pajakbea masuk yang tidak dilunasi, c. re-ekspor barang-barang hasil pelanggaran. Selama ini, pelanggaran hak cipta termasuk dalam delik aduan klachtdefict. Artinya, penyelidikan dan penyidikan oleh pihak kepolisian bersama instansi terkait atau tuntutan sanksi pidana dapat dilakukan oleh penuntut umum atas dasar Universitas Sumatera Utara pengaduan dari pihak-pihak yang dirugikan, baik para pencipta, pemegang izin, warga masyarakat sebagai konsumen ataupun negara sebagai penerima pajak. Delik aduan ini adalah dalam bentuk delik aduan mutlak absolute klachidelict, yakni peristiwa pidana yang hanya dapat dituntut bila ada pengaduan. Berlakunya UU No. 19 Tahun 2002, pelanggaran hak cipta menjadi Delik Biasa yang dapat diancam pidana bagi siapa saja yang melanggarnya. Adanya perubahan ini sebagai upaya pemerintah mengajak masyarakat untuk menghargai dan menghormati HKI mengingat masalah pelanggaran hak cipta telah menjadi bisnis ilegal yang merugikan para pencipta dan pemasukan pajakdevisa negara di samping masyarakat internasional menuding Indonesia sebagai “surga” bagi para pembajak. 9

D. Dasar tindak pidana karena perbuatan pembajakan Hak Cipta