meminta biaya administrasi. Sehingga PT Kutai Balian Nauli merasa terganggu atas biaya-biaya tersebut dan proses yang sangat lama tersebut.
3. Adanya tumpang tindih dengan perusahaan lain
Mengingat luasnya lahan PT Kutai Balian Nauli, maka penguasaan pisik lahan tersebut juga banyak yang dilakukan oleh perusahaan swasta maupun badan
hukum lainnya. Dari temuan dilapangan diperoleh fakta bahwa perusahaan swasta yang menguasai lahan sehingga terjadi tumpang tindih diantaranya PT
Sinar Mas. ”tumpang-tindih hak kepemilikan tanah” di areal yang telah dikeluarkan izin lokasinya, perusahaan harus melakukan proses pembebasan tanah
tersebut. Proses perolehan tanah diserahkan sepenuhnya kepada pihak perusahaan melalui negosiasi langsung dengan pemegang hak atas tanah. Bentuk dan
besarnya nilai ganti kerugian ditetapkan atas dasar kesepakatan antara pihak-pihak
yang besangkutan, bisa berupa hal berikut:
1. Uang pembayaran
2. Pemukiman kembali relokasikonsolidasi
3. Kesempatan kerja
4. Penyertaan sahammodal
5. Gabungan dari beberapa bentuk kompensasi di atas
Dalam pelaksanaan perolehan tanah, pengawasan dan pengendalaian dilakukan oleh tim yang diketuai oleh Kepala Kantor Pertanahan KabupatenKotamadya
sesuai dengan surat edaran Kepala BPN nomor 580.2-5568-D.III tanggal 6 Desember 1990. Tugas Tim ini antara lain sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Memberikan penyuluhan kepada kedua belah pihak dalam bidang
pertanahan 2.
Membantu kelancaran pembebasan tanah 3.
Membantu menciptakan suasana musyawarah 4.
Mencegah ikut campurnya pihak ketiga 5.
Menyaksikan pembayaran atau pemberian ganti rugi kepada para pemilik yang berhak.
4. Keadaan Sosial Ekonomi Penduduk Sekitar a. Penduduk
Data penduduk Tepian Langsat yang meliputi jumlah, kepadatan, laju pertumbuhan, dan mata pencaharian penduduk di sekitar area lokasi perekebunan
sangat penting diketahui. Pasalnya penduduk berpotensi sangat besar untuk operasional PT Kutai Balian Nauli yang membutuhkan banyak tenaga kerja. Jika
penduduk memadai, tenaga kerja mudah didapatkan dan lebih efektif. Ketika periode tanaman belum menghasilkan TBM kelapa sawit, memerlukan tenaga
kerja 0,2 – 0,3 HK hari kerjahectare. Saat periode tanaman menghasilkan TM mencapai 0,5-0,6 HK. Hal ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Peningkatan taraf hidup akan memberikan persepsi nilai positif terhadap kegiatan perkebunan dan pabrik kelapa sawit. Namun, penduduk di sekitar kebun juga
menimbulkan konflik social. Karena itu pihak PT Kutai Balian Nauli memikirkan pola kemitraan dengan penduduk sekitar Tepian Langsat yang efektif dan
membangun kebun plasma untuk masyarakat. Konflik social dapat berawal dari
Universitas Sumatera Utara
tekanan penduduk, yakni kebutuhan lahan dalam satu wilayah. Tekanan penduduk cenderung makin tinggi saat pembukaan lahan. Tetapi, tidak akan menjadi
masalah jika kehadiran perusahaan PT Kutai Balian Nauli dapat menyerap tenaga kerja dengan pola kemitraan.
b. Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar lahan perkebunan perlu diketahui. Pengambilan data primer social ekonomi dapat dilakukan dengan wawancara
langsung dengan responden dan informan. Responden diambil dari penduduk desa sekitar Tepian Langsat yang memiliki usia produktif dengan profesi yang
proporsional mewakili masyarakat. Contohnya petani, pedagang, dan Pegawai Negeri Sipil. Jumlah responden disesuaikan dengan banyaknya orang yang
berprofesi tersebut. Sementara itu informan merupakan tokoh masyarakat yang dipilih dan berpengetahuan luas mengenai perkembangan social ekonomi dan
budaya setempat. Selain data primer yang diperoleh langsung dari masyarakat, PT Kutai Balian Nauli juga menggunakan data sekunder yang diperoleh dari kantor
Bappeda dan Kantor Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Timur. Kondisi social ekonomi penduduk sekita perkebunan diharapkan tidak memiliki kesenjangan
social yang besar. Kondisi kesenjangan yang besar akan meningkatkan keresahan masyarakat dan konflik social. Hal ini merupakan indikasi rusaknya lingkungan
perkebunan yang dikhawatirkan menjadi salah satu penyebab terhentinya pengembangan dan pembangunan perkebunan. Karena itu, masyarakat disekitar
lokasi perkebunan harus diberdayakan dan sekaligus ditingkatkan
Universitas Sumatera Utara
kesejahteraannya. Pola kemitraan yang telah ada, perlu dikaji ulang agar lebih efektif, menguntungkan perusahaan dan masyarakat sekitar perkebunan.
5. Adanya Masyarakat Hukum Adat Yang Mengakui Lahan PT Kutai Balian Nauli Sebagai Tanah Ulayat Mereka
Masyarakat hukum adat menggarap tanah-tanah PT Kutai Balian Nauli dan bahkan tanah-tanah masih HGU aktif dan diusahakan lahan perkebunan mereka
anggap sebagai lahan milik mereka dan merupakan tanah adat mereka. Tuntutan hak ulayat sebenarnya telah lama diperjuangkan masyarakat hukum adat
khususnya yang ada di daerah Kalimantan Timur.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN