Memberikan besarnya ganti rugi kepada masyarakat adat melalui musyawarah

3. Memberikan besarnya ganti rugi kepada masyarakat adat melalui musyawarah

Musyawarah menurut Pasal 1 ayat 5 Keppres No. 55 Tahun 1993 adalah suatu kegiatan saling mendengar dengan sikap saling menerima pendapat dan keinginan yang didasarkan atas kesukarelaan antara pihak pemegang hak atas tanah dan pihak yang memerlukan tanah, untuk memperoleh kesepakatan mengenai bentuk dan besarnya ganti kerugian. Musyawarah merupakan sarana yang paling menentukan berhasil tidaknya dengan baik pengambilan tanah dalam rangka pelaksaan pengadaan tanah. Tidak akan terelakkan perbedan pendapat antara kedua belah pihak terutama kesediaan si pemilik unutuk melepaskan tanahnya, apalagi tentang besar dan ganti rugi. PT Kutai Balian Nauli dalam hal ini mengadakan musyawarah dengan masyarakat adat setempat agar masyarakat adat setempat melepaskan tanah mereka dengan ganti rugi yang layak.. Tidak boleh ada anggapan bahwa pengambilan tanah mereka yang digunakan untuk kepentingan umum yang lebih luas itu harus ”menghadap” kepada orang-orang masyarakat hukum adat yang pengetahuan dan tingkat kehidupannya yang masih rendah. Disini bukan persoalan ” orang pandai harus menghadap kepada orang yang rendah pendidikannya, bukan persoalan pejabat menghadap bawahannya bukan persoalan orang atasan meminta kepada bawahannya”. Jadi musyawarah dilakukan untuk menjelaskan kepada masyarakat hukum adat setempat tentang mengapa dan untuk apa tanah hak ulayat itu diambil. Melalui forum musyawarah itu diupayakan secara maksimal agar masyarakat hukum adat yang bersangkutan memberi Universitas Sumatera Utara persetujuan dan rela tanah ulayat itu diambil. Hal inilah sebagai wujud konkrit dari ketentuan UUPA Pasal 3 bahwa tanah ulayat itu diakui keberadaanya eksistensinya jika kenyataan masih ada. Dan ” kenyataanya masih ada ” itu harus dimaknai bahwa lembaga hak ulayat itu masih hidup, diakui dan dipatuhi oleh masyarakt hukum adat itu dan hak ulayat yang tidak ada tidak boleh dihidupkan kembali. Namun, hak ulayat itu harus tunduk kepada kepentingan nasional dan negara, persatuan bangsa, dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Persoalan mengenai ganti rugi adalah menyangkut masalah hak-hak dari si pemilik tanah yang tanahnya dibebaskan, sehingga dapatlah dikatakan bahwa unsur mutlak harus ada dalam pelaksanaan pengadaan tanah harus mengadakan musyawarah dengan para pemilikpemegang hak atas tanah dan atau bendatanaman yang ada di atasnya berdasarkan harga umum setempat.

4. Membeli lahan petani plasma