Okupasi liar yang dilakukan masyarakat sekitar Birokrasi dikantor pemerintahan

BAB III HAMBATAN-HAMBATAN UNTUK MENDAPATKAN TANAH GUNA

PERLUASAN LAHAN HAK GUNA USAHA PADA PT. KUTAI BALIAN NAULI Indonesia sebagai negara hukum wajib melindungi pemilikpemegang hak atas tanah sebagai subjek hukum dan sebagai salah satu unsur negara yang berdaulat sebagaimana yang digariskan dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea kedua yang menyatakan “……Indonesa yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur…..” 27 Untuk melindungi kepentingan seseorang termasuk hak dan kehendak apabila seseorang memiliki tanah, Satjipto Rahardjo menyatakan : hak tidak hanya mengandung unsur perlindungan dan kepentingan, melainkan juga kehendak. Apbila seseorang memiliki sebidang tanah, maka hukum memberikan hak kepadanya dalam arti bahwa kepentingan atas tanah tersebut mendapatkan perlindungan namun perlindungan itu tidak hanya ditujukan terhadap kepentingannya saja tetapi juga terhadap kehendaknya mengenai tanah. 28

1. Okupasi liar yang dilakukan masyarakat sekitar

Dalam hal untuk mendapatkan tanah guna perluasan lahan hak guna usaha PT Kutai Balian Nauli mendapat beberapa hambatan sebagai berikut: Permasalahan dengan masyarakat yang menduduki lahan PT Kutai Balian Nauli juga mempunyai persoalan tersendiri. Masyarakat yang menduduki lahan tampa 27 Azhary, Negara Hukum, UI-Press, 1995, halaman 116. 28 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, PT Citra Aditya Bakti Bandung, 1996, halaman 52. Universitas Sumatera Utara alas hak perlu pendataan yang selektif. Maraknya masyarakat yang menduduki lahan tampa alas hak ini ditengarai bermula pada saat adanya pernyataanstatement dari pemerintah saat krisis moneter melanda negara ini, dimana rakyat mengalami kesusahan ekonomi dan lapangan kerja. Lingkungan perkebunan kini sudah berubah. Awalnya perusahaan perkebunan sangat dihormati dan disegani masyarakat, tetapi sekarang sudah menjadi bagian dari masyarakat. Perusahaan juga harus menyadari adanya perubahan sifat sosial dari masyarakat yang kini cenderung individual, berselera global, mudah stres dan emosional. Hal ini menyebabkan potensi konflik antara pihak perkebunan dengan masyarakat sekitar meningkat. Akibat dari konflik sosial ini jelas sangat merugikan bagi perkebunan. Proses produksi menjadi tidak efektif akibat produktifitas karyawan menurun dan biaya produksi meningkat. Bagi masyarakat pun, konflik ini tidak ada untungnya. Pasalnya hubungan dengan perkebunan menjadi tidak harmonis. Selain itu, tidak jarang juga banyak pihak yang memanfaatkan kondisi ini dan membuat suasana semakin tidak menyenangkan.

2. Birokrasi dikantor pemerintahan

Dalam hal ini hambatan yang dihadapi PT Kutai Balian Nauli dalam melakukan perluasan lahan adalah sulitnya PT Kutai Balian Nauli dalam mendapatkan permohonan izin dalam melakukan perluasan lahan yang membutuhkan waktu yang sangat lama dan mengeluarkan banyak biaya dikarenakan banyaknya biaya administrasi yang dipungut oleh oknum-oknum di pemerintahan. Setiap bagian yang berkaitan yang ada dalam pemerintahan untuk mendapatkan izin lokasi Universitas Sumatera Utara meminta biaya administrasi. Sehingga PT Kutai Balian Nauli merasa terganggu atas biaya-biaya tersebut dan proses yang sangat lama tersebut.

3. Adanya tumpang tindih dengan perusahaan lain