Sejarah Bandar Udara Internasional Polonia Medan

BAB II GAMBARAN UMUM BANDAR UDARA INTERNASIONAL

POLONIA MEDAN

A. Sejarah Bandar Udara Internasional Polonia Medan

Nama Polonia berasal dari nama negara asal para pembangunnya, Polandia Polonia merupakan nama Polandia dalam bahasa Latin. Sebelum menjadi bandar udara, kawasan tersebut merupakan lahan perkebunan milik orang Polandia bernama Baron Michalsky. Tahun 1872 dia mendapat konsesi dari Pemerintah Belanda untuk membuka perkebunan tembakau di Sumatra Timur di daerah Medan. Kemudian dia menamakan daerah itu dengan nama Polonia, sebuah daerah di negeri kelahirannya Polandia. Tahun 1879 karena suatu hal, konsesi atas tanah perkebunan itu berpindah tangan kepada Deli Maatschappij Deli MIJ atau NV Deli Maskapai. Tahun itu terdapat kabar pionir penerbang bangsa Belanda van der Hoop akan menerbangkan pesawat kecilnya Fokker dari Eropa ke wilayah Hindia Belanda dalam waktu 20 jam terbang. Maka Deli MIJ yang memegang konsesi atas tanah itu, menyediakan sebidang lahan untuk diserahkan sebagai lapangan terbang pertama di Medan. Pada tahun 1924, setelah berita pertama tentang kedatangan pesawat udara itu tidak terdengar, maka rencana kedatangan pesawat udara kembali terdengar. Mengingat waktu itu sangat pendek, persiapan untuk lapangan terbang tidak dapat dikejar, akhirnya pesawat kecil yang diawaki van der Hoop yang menumpangi pesawat Fokker, bersama VN Poelman dan van der Broeke mendarat di lapangan Universitas Sumatera Utara pacuan kuda yakni Deli Renvereeniging, disambut Sultan Deli Sulaiman Syariful Alamsyah. Setelah pesawat pertama mendarat di Medan, maka Asisten Residen Sumatera Timur Mr. CS Van Kempen mendesak pemerintah Hindia Belanda di Batavia, agar mempercepat dropping dana untuk menyelesaikan pembangunan lapangan terbang Polonia. Pada 1928 lapangan terbang Polonia dibuka secara resmi, ditandai dengan mendaratnya enam pesawat udara milik KNILM, anak perusahaan KLM, pada landasan yang masih darurat, berupa tanah yang dikeraskan. Mulai tahun 1930, perusahaan penerbangan Belanda KLM serta anak perusahaannya KNILM membuka jaringan penerbangan ke Medan secara berkala. Pada tahun 1936 lapangan terbang Polonia untuk pertama kalinya melakukan perbaikan yaitu pembuatan landasan pacu runway sepanjang 600 meter. Pada tahun 1975, berdasarkan keputusan bersama Departemen Pertahanan dan Keamanan, Departemen Perhubungan dan Departemen Keuangan, pengelolaan pelabuhan udara Polonia menjadi hak pengelolaan bersama antara Pangkalan Udara Angkatan Udara Republik Indonesia AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Dan mulai 1985 berdasarkan Peraturan Pemerintah No 30 Tahun 1985, pengelolaan pelabuhan udara Polonia diserahkan kepada Perum Angkasa Pura yang selanjutnya mulai 1 Januari 1994 menjadi PT. Angkasa Pura II Persero. Bandara Polonia mempunyai luas sebesar 144 hektar. Panjang landasan pacu saat ini adalah 2.900 meter, sementara yang dapat digunakan sepanjang 2.625 meter sehingga terdapat displaced threshold sebesar 275 meter. Hal ini Universitas Sumatera Utara terjadi karena banyaknya benda yang menghalangi di sekitar tempat lepas landas dan mendarat. Polonia juga memiliki 4 taxiway dan apron seluas 81.455 meter. Polonia dirancang untuk dapat memuat maksimum sekitar 900.000 penumpang. Dari tahun ke tahun arus penumpang Polonia cenderung mengalami peningkatan antara 15 hingga 20 persen. Pada tahun 2003, arus penumpang mencapai sebesar 2.736.332 orang, naik dari 2.090.519 orang pada tahun sebelumnya. Jumlah pergerakan pesawat adalah 36.359 pada tahun 2003, naik dari 29.894 pada tahun 2002. Tercatat ada 13.713 penerbangan domestik dan 4.387 penerbangan internasional dari Polonia pada 1998. Pada 2004 jumlahnya telah mencapai 35.100 penerbangan domestik dan 8.266 penerbangan internasional. Dari segi jumlah penerbangan, pada 1998 terdapat 56 penerbangan dalam sehari, namun pada tahun 2005 telah meningkat antara 125 hingga melebihi 150 penerbangan perhari, dengan penumpang lebih kurang 3,8 juta orang pertahun, baik domestik dan internasional. Terdapat dua terminal penumpang di Polonia, satu terminal keberangkatan dan satu untuk terminal kedatangan, dan jika ditotal luasnya mencapai 13.811 meter². Keduanya juga masing-masing dibagi untuk penerbangan domestik dan internasional. Terminal domestik Polonia mempunyai luas 7.941 meter² dan saat ini laporan Januari 2006 menampung 1.810 orang yang datang bersamaan, sehingga setiap penumpang mempunyai luas 4m², kurang dari standar sebesar 14m² yang ditetapkan pemerintah. Mulai 1 Oktober 2006, menyusul peristiwa penyimpangan muatan barang di Bandara Soekarno-Hatta pada September 2006, Universitas Sumatera Utara dioperasikan pula sebuah terminal kargo satu pintu yang diharapkan dapat menertibkan pergerakan kargo dan mencegah terjadinya manipulasi muatan barang. Akibat letaknya yang sangat dekat dengan pusat kota sekitar dua kilo meter 2 KM dari bandara, ini menyebabkan bangunan-bangunan di Medan dibatasi jumlah tingkatnya ketinggian bangunannya. Dampak dari peraturan ini adalah sedikitnya jumlah bangunan tinggi di Medan. Selain itu, bandara ini juga diperkirakan sudah atau hampir melebihi kapasitasnya. Sejak pemberian izin penerbangan diringankan di Indonesia pada tahun 2000-an, jumlah penerbangan yang melayani Polonia meningkat tajam. Bandara Polonia tidak mempunyai garbarata sehingga para penumpang harus berjalan melalui tarmac dan diangkut dengan bus untuk mencapai pesawat. Menurut rencana, bandara ini dalam beberapa tahun ke depan akan dipindahkan ke Kuala Namu, di Kabupaten Deli Serdang. Pada 29 Juni 2006, wakil presiden Indonesia, Jusuf Kalla, meresmikan pembangunan Bandara Kuala Namu. Setelah Kuala Namu mulai beroperasi, Polonia direncanakan akan dialihkan fungsinya menjadi sebuah central business district CBD serta 40 lahannya diperuntukkan bagi sebuah kebun raya. Maskapai penerbangan dan layanan rute penerbangan di Bandara Polonia Medan, meliputi : Terminal domestik digunakan untuk penumpang penerbangan, Indonesia Air Asia Jakarta, Bandung, Surabaya, Batavia Air Jakarta, Banda Aceh, Batam, Garuda Indonesia Jakarta, Banda Aceh, Lion Air Jakarta, Banda Aceh, Batam, Mandala Air Padang, Pekanbaru, Sriwijaya Air Jakarta, Banda Universitas Sumatera Utara Aceh, Batam, Padang, Pekanbaru, Merpati Nusantara Airlines Gunung Sitoli Nias, Meulaboh, Sabang, Sibolga, Sinabang, Wings Air Gunung Sitoli Nias, Sibolga, Susi Air Aek Godang Padang Sidempuan, Blang Pidie, Silangit, Siborong-borong, Kuta Cane, Sinambang, Meulaboh, Nusantara Buana Air Kuta Cane, Blang Pidie, Meulaboh. Sedangkan Terminal internasional digunakan untuk penumpang penerbangan, Air Asia Kuala Lumpur, Air Asia Indonesia Kuala Lumpur, Pulau Pinang, Jetstar Asia Airways Valu Air Singapura, Lion Air Pulau Pinang, Malaysia Air Kuala Lumpur, Firefly Air Kuala Lumpur, Pulau Pinang, Subang, Singapore Airlines Silk Air Singapura, Sriwijaya Air Pulau Pinang, Wings Air Pulau Pinang. Selain itu, di bandar udara polonia medan dan sekitarnya telah terjadi beberapa kali kecelakaan pesawat udara yang menyebabkan timbulnya korban jiwa, yaitu : 1. Pada tanggal 11 Juli 1979 Pesawat jenis Fokker F28-100 milik Garuda Indonesia menabrak Gunung Pertektekan; 64 orang tewas. 2. Pada tanggal 4 April 1987 Pesawat jenis DC-9 milik Garuda Indonesia, dengan registrasi PK-GNQ jatuh dan terbakar di landasan bandara; 26 awak dan penumpang tewas serta 19 orang luka berat. Penyebabnya, saat berada di ketinggian 1.700 kaki menjelang mendarat, pesawat mengalami gangguan dalam cuaca buruk, hujan, kilat dan angin berkecepatan 4 knot. 3. Pada tanggal 20 September 1981 Pesawat DC-9 milik Garuda mendarat darurat akibat kerusakan mesin. Sewaktu mendarat kedua ban belakang kiri Universitas Sumatera Utara pecah mengakibatkan pelek ban menghunjam landasan hingga sulit dipindahkan, namun 38 penumpang dan awaknya selamat. 4. Pada tanggal 20 November 1985 Pesawat C-130H-MP Hercules milik TNI AU bernomor penerbangan AI-1322 jatuh menjelang pendaratan setelah menabrak dinding pegunungan Sibayak, menewaskan 10 awaknya. Pesawat tersebut sedang melakukan patroli udara di Lanud Padang dan Lanud Medan. 5. Pada tanggal 30 Januari 1993 Pesawat SC-7 Skyvan Pan Malaysia Air Transport beregistrasi 9M-PID, hilang 35 menit setelah lepas landas dari Polonia. Pesawat dengan 11 penumpang dan lima awak tersebut jatuh di kawasan hutan Aceh Timur. 6. Pada tanggal 26 September 1997 Pesawat milik Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 jenis Airbus A300-B4-200 jatuh sekitar pukul 13.30 WIB di kawasan perladangan warga di Desa Buah Nabar, Kec. Sibolangit, Kab. Deli Serdang, sekitar 50 kilometer dari Medan, Indonesia; 222 penumpang dan 12 awak pesawat tewas. Penyebab jatuh diduga karena kesalahan petugas air traffic control ATC saat membimbing pilot Hance Rahmowiyogo keluar dari kabut asap 15 menit sebelum mencapai Bandara Polonia dalam penerbangannya dari Jakarta. Bukannya keluar dari kabut, pesawat justru menabrak perbukitan dan menewaskan seluruh penumpang dan awak, yakni 234 orang. 7. Pada tanggal 5 September 2005 Pesawat Boeing 737 milik Mandala Airlines dengan nomor penerbangan RI 091 jenis Boeing 737-200, jatuh di tengah Universitas Sumatera Utara jalan raya di Jalan Jamin Ginting, Padang Bulan, Medan, satu menit setelah lepas landas. Menelan korban 145 orang tewas termasuk Gubernur Sumatera Utara Rizal Nurdin. 8. Pada tanggal 1 Desember 2007 Terminal keberangkatan domestik terbakar, menyebabkan aktivitas dan operasional di bandar udara polonia medan terganggu.

B. Kantor Administrator Bandar Udara Internasional Polonia Medan