Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Insentif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN
PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN INSENTIF
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN
PADA PT ANGKASA PURA II (PERSERO)
BANDAR UDARA POLONIA
MEDAN
SKRIPSI OLEH DIHYA AMWALI
070521142 MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara Medan
(2)
ABSTRAK
Dihya Amwali, (2010) “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Insentif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan”. Pembimbing Drs. Chairuddin Nasution, Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe, SE selaku Ketua Departemen Manajemen, Penguji I, Dra. Lucy Anna, MS., Penguji II, Dra. Nisrul Irawati, MBA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan insentif terhadap produktivitas kerja karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, uji validitas dan reabilitas dan metode analisis statistik.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah variabel tingkat pendidikan (X1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan (Y). Hal ini dapat diketahui melalui pengujian hipotesis dengan nilai thitung (X1)=
4,461 dengan nilai signifikan 0,000. Selanjutnya variabel insentif (X2)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan (Y). Hal ini dapat diketahui melalui pengujian hipotesis dengan nilai thitung (X2)=
4,480 dengan nilai signifikan 0,000. Sedangkan koefisien determinan (R2)
yaitu dengan nilai 0,558 artinya bahwa sebesar 55,8% produktifitas kerja karyawan (Y) pada PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan dapat dijelaskan oleh variabel tingkat pendidikan dan insentif serta sisanya 44,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
(3)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Allah Swt atas berkah dan
rahmat Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktunya.
Skripsi ini berjudul Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Insentif terhadap
Produktivitas Kerja Karyawan pada PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan yang disusun sebagai salah satu syarat untuk dapat
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumetera Utara.
Selama menjalani masa perkuliahan hingga sampai pada penyusunan
skripsi ini, penulis banyak mendapat kritik dan saran dari berbagai pihak. Untuk
itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M. Ec. Selaku Dekan Fakultas
Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, M.Si. selaku Ketua Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA. Selaku Sekretaris Departemen
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Chairuddin Nasution sebagai Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu dan memberikan banyak sumbangan pikiran
dalam proses membimbing dan memberikan arahan selama proses
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Dra. Lucy Anna, MS selaku Dosen Penguji I yang telah
meluangkan waktu dan memberikan saran demi kesempurnaan skripsi
(4)
6. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Dosen Penguji II yang telah memberkan arahan dan masukan bagi penulis.
7. Bapak Drs. Darmansyah sebagai Kepala Dinas Kepegawaian dan Umum PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan. 8. Seluruh karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia
Medan yang telah banyak membantu penulis dalam memeperoleh data dan menyelesaikan riset penelitian.
9. Seluruh Dosen dan staf pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
10.Kedua Orang Tua, Saudara/Saudari penulis yang telah memberikan perhatian dan doa restunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Seluruh sahabat yang penulis sayangi khususnya di kelas ekstensi manajemen yang telah banyak membantu serta memberikan semangat kepada penulis dalam perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
12.Seluruh pihak lainnya yang telah membantu penulis sampai skripsi ini selesai.
Penulis menyadari bahwa skripsi kurang sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan baik dari isi maupun penyajiannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap kiranya skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Juli 2010
Penulis
(5)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 6
C. Kerangka Konseptual... 6
D. Hipotesis ... 8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8
F. Metode Penelitian ... 9
1. Batasan Operasional... 9
2. Defenisi Operasional Variabel ... 9
3. Skala Pengukuran Variabel ... 12
4. Waktu dan Lokasi Penelitian ... 12
5. Populasi dan Sampel ... 12
6. Jenis Data ... 13
7. Teknik Pengumpulan Data ... 13
8. Uji Validitas dan Reabilitas ... 14
9. Metode Analisis Data ... 15
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 18
B. Tingkat Pendidikan ... 19
C. Insentif ... 22
(6)
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan ... 32
B. Visi dan Misi Perusahaan ... 39
C. Tanggungjawab dan Wewenang ... 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reabilitas ... 48
B. Metode Analisis Data ... 50
1. Analisis Diskriptif ... 50
2. Metode Analisis Statistik ... 57
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 66
B. Saran ... 66
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(7)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Daftar Tingkat Pendidikan Terakhir dan Insentif Karyawan Divisi Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara dan Divisi Pelayanan Operasi Bandara PT Angkasa Pura II (Persero)
Bandar Udara Polonia Medan ... 4
Tabel 1.2 Defenisi Operasional Variabel ... 11
Tabel 1.3 Instrumen Skala Likert... 12
Tabel 4.1 Validitas Butir Pertanyaan ... 49
Tabel 4.2 Reabilitas Kuesioner ... 50
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 51
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja ... 51
Tabel 4.6 Tingkat Pendidikan (X1) ... 52
Tabel 4.7 Insentif (X2) ... 54
Tabel 4.2 Produktivitas Kerja (Y) ... 56
Tabel 4.9 Regresi Linear Berganda ... 58
Tabel 4.10 Uji Normalitas Data ... 59
Tabel 4.11 Uji Autokorelasi ... 61
Tabel 4.12 Uji t Parsial ... 63
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji Anova ... 64
(8)
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 8 Gambar 4.1 Scatterplot Uji Heterokedastisitas ... 60
(9)
ABSTRAK
Dihya Amwali, (2010) “Pengaruh Tingkat Pendidikan dan Insentif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan”. Pembimbing Drs. Chairuddin Nasution, Prof. DR. Ritha F. Dalimunthe, SE selaku Ketua Departemen Manajemen, Penguji I, Dra. Lucy Anna, MS., Penguji II, Dra. Nisrul Irawati, MBA.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan insentif terhadap produktivitas kerja karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif, uji validitas dan reabilitas dan metode analisis statistik.
Hasil penelitian yang diperoleh adalah variabel tingkat pendidikan (X1)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan (Y). Hal ini dapat diketahui melalui pengujian hipotesis dengan nilai thitung (X1)=
4,461 dengan nilai signifikan 0,000. Selanjutnya variabel insentif (X2)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktifitas kerja karyawan (Y). Hal ini dapat diketahui melalui pengujian hipotesis dengan nilai thitung (X2)=
4,480 dengan nilai signifikan 0,000. Sedangkan koefisien determinan (R2)
yaitu dengan nilai 0,558 artinya bahwa sebesar 55,8% produktifitas kerja karyawan (Y) pada PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan dapat dijelaskan oleh variabel tingkat pendidikan dan insentif serta sisanya 44,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
(10)
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Salah satu kegiatan yang dilakukan dalam manajemen Sumber Daya Manusia
(SDM) adalah mendapatkan orang-orang untuk mengisi organisasi. Biasanya yang
menangani masalah ini dikoordinir oleh Departemen SDM. Di Departemen SDM
ini ada satu hal penting yang harus dilakukan sebelum melakukan penarikan
tenaga kerja (rekrutmen), yaitu menentukan jenis atau kualitas karyawan yang
diinginkan untuk mengisi jabatan tersebut dan rincian mengenai jumlah atau
kuantitas yang nanti akan menempati jabatan tersebut. Dengan demikian fungsi
atau kegiatan pertama dalam manajemen SDM adalah mendapatkan orang yang
tepat, baik secara kualitas maupun kuantitasnya.
Kualitas dari sumber daya manusia dapat dilihat dari tingkat pendidikan dan
pelayanan perusahaan terhadap karyawan. Pendidikan yang dimiliki seseorang
akan mempengaruhi produktivitas kerjanya. Karena dengan pendidikan inilah
seseorang memiliki modal untuk melakukan produktivitas di dalam suatu
pekerjaan.
Dalam pendidikan terdapat proses yang terus menerus berjalan dan bukan
sesaat saja. Namun pendidikan juga bisa disebut sebagai usaha untuk
meningkatkan pengetahuan umum seseorang termasuk di dalamnya penguasaan
teori untuk memutuskan persoalan-persoalan yang menyangkut kegiatan
pencapaian tujuan perusahaan.
Seorang karyawan dituntut untuk memiliki perilaku sesuai dengan yang
diharapkan, sehingga dapat melakukan komunikasi dengan baik dalam organisasi
(11)
ciri atau sifat yang dimiliki karyawan, dalam hal ini umumnya berlangsung secara
bertahap seperti sopan, santun, ramah, penampilan yang rapi dan sebagainya.
Kemudian juga para karyawan ini mempunyai peran yang sangat penting untuk
melangsungkan kegiatan operasional perusahaan. Oleh karena itu, perlu diberikan
insentif yang layak dan wajar kepada karyawan, sehingga dapat mendorong
peningkatan produktivitas kerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan
kewajibannya. Adanya produktivitas kerja karyawan yang tinggi secara otomatis
mempengaruhi pencapaian tujuan perusahaan tersebut.
Dalam penelitian ini yang dibahas secara spesifik adalah mengenai tingkat
pendidikan terakhir karyawan dan kesesuaian jurusan dengan bidang pekerjaan
serta mengenai pemberian insentif meliputi besarnya insentif serta ketepatan dan
kelancaran insentif. Banyak diantara karyawan tersebut ironisnya rata-rata
memiliki tingkat pendidikan akhir SMA, sedangkan karyawan lulusan perguruan
tinggi jumlahnya hanya sedikit. Jikalau hal ini tetap dipertahankan maka mereka
akan memiliki kompetitor-kompetitor dari berbagai sub bidang ilmu yang akan
membuat mereka tertinggal jauh dibelakang. Sedangkan bagi karyawan yang
memiliki pendidikan akhir yang rendah hanya memiliki kesempatan yang sangat
kecil untuk memperoleh jabatan yang lebih tinggi. Dengan kata lain, karyawan
tersebut tidak memiliki kesempatan berkarir dalam memperoleh promosi jabatan
yang diberikan oleh perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan mengadakan
program pelatihan dan pendidikan bagi setiap karyawannya. Hal ini harus
diterapkan untuk menghadapi era persaingan yang semakin pesat seiring dengan
perkembangan zaman yang semakin maju, demikian juga dengan tuntutan kerja.
(12)
meningkatkan produktivitas kerja yang pada akhirnya memberikan keuntungan
bagi perusahaan.
PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan, merupakan
perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan penerbangan, khususnya pada
area Bandara Polonia Medan. Pelayanan yang diberikan karyawan akan
mempengaruhi kelangsungan perusahaan. Oleh karena itu, sistem pelayanan
perusahaan merupakan hal yang sangat penting untuk diperhatikan. Dengan
demikian bagian pelayanan merupakan salah satu bagian yang sangat berpengaruh
terhadap pencapaian produktivitas kerja perusahaan PT Angkasa Pura II (Persero)
Bandar Udara Polonia Medan. Tabel 1.1. menunjukan daftar tingkat pendidikan
dan insentif pada Divisi Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara dan Divisi
Pelayanan Operasi Bandara PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia
Medan.
Tabel 1.1
Daftar Tingkat Pendidikan Terakhir dan Insentif Karyawan
Divisi Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara dan Divisi Pelayanan Operasi Bandara
PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan April 2010
Unit Kerja Tingkat Pendidikan Jumlah (orang)
Besar Insentif (Rp) SD SMP SMA D2 D3 S1 S2
Manager Pel. Ops L.L.U Dinas Pel. ACC
Dinas Pel. ADC/ APP Dinas Pel. BOP. Rangtika
1
2 20 3 14 29 5 4 1 2 7 15 32 27 36.273.000 71.329.000 135.415.000 88.545.000 Manager Pel. Ops. Bandara
Dinas Pel. Bandara Dinas PKP-PK Dinas Pengamanan Unit Bisnis Gudang Kargo
1 30 52 113 6 1 5 1 1 1 2 32 57 113 7 9.084.000 81.625.000 130.072.000 205.737.000 23.219.000 Jumlah 2 2 221 52 12 3 0 292 552.343.000
(13)
Dari Tabel 1.1. maka dapat kita lihat bahwa pada PT Angkasa Pura II
(Persero) Bandar Udara Polonia Medan, rata-rata memiliki karyawan yang
berpendidikan tamatan SMA. Hal ini terutama terdapat pada Divisi Pelayanan
Operasi Bandara dan Operasi Lalu Lintas Udara. Pada data Tahun 2010, PT
Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan, memiliki jumlah
karyawan yang bergerak dibidang pelayanan sebanyak 292 orang yang rata-rata
memiliki pendidikan SMA, namun hanya beberapa karyawan yang berpendidikan
perguruan tinggi. Padahal perusahaan yang bergerak dibidang jasa sangat
tergantung kepada pelayanan terutama pelayanan yang diberikan secara langsung
kepada pengunjung bandara ataupun konsumen. Oleh karena itu, dalam
memberikan pelayanan sangat penting dikembangkan karena sumber daya
manusia yang produktif sangat tergantung kepada tingkat pendidikan dan
pemberian insentif. Pemberian insentif diberikan agar karyawan dapat
memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pengunjung bandara ataupun
konsumen. Pada Tabel 1.1. terlihat bahwa karyawan pada PT Angkasa Pura ini
terutama di bagian pelayanan justru lebih banyak memiliki pendidikan terakhir di
SMA, tapi kenyataannya perusahaan tetap beroperasi sampai saat ini. Oleh karena
itu, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui hal-hal apa saja yang
mempengaruhi dalam peningkatan kualitas pelayanan kepada pengunjung bandara
sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja karyawannya. Fenomena
lainnya terlihat pada observasi pendahuluan di lapangan walaupun dalam
pemberian insentif mengalami peningkatan tiap bulan tapi secara individu insentif
(14)
dicapai. Melihat fenomena ini penulis ingin menganalisis sejauh mana pengaruh
tingkat pendidikan dan insentif terhadap produktivitas kerja karyawan.
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang tersebut maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Tingkat
Pendidikan dan Insentif terhadap Produktivitas Kerja Karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dirumuskan masalah dalam
penelitian ini yaitu Apakah tingkat pendidikan dan insentif berpengaruh
terhadap produktivitas kerja karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan?
C. Kerangka Konseptual
Pendidikan sekolah yang bersifat umum, pada dasarnya hanya
mengakibatkan penguasaan pengetahuan tertentu, yang tidak dikaitkan dengan
jabatan atau tugas tertentu. Dengan menempuh tingkat pendidikan tertentu
menyebabkan seorang pekerja memiliki pengetahuan tertentu. Orang dengan
kemampuan dasar apabila mendapatkan kesempatan-kesempatan pelatihan dan
motivasi yang tepat, akan lebih mampu dan cakap untuk melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik, dengan demikian jelas bahwa pendidikan akan
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan.
Nasution (2000:72) menyatakan bahwa, pola pendidikan memberikan
kemampuan kepada karyawan untuk:
(15)
b. Menganalisa masalah untuk menentukan penyebab yang kritis dalam unit
kerja.
c. Memilih tindakan terbaik untuk memecahkan masalah.
d. Mengantisipasi masalah-masalah sehingga mereka dapat mencegah terjadinya
masalah berikutnya.
Kecepatan dan kecermatan dalam memberikan pelayanan pada pengunjung
perlu selalu diperhatikan, ditingkatkan dan dipelihara oleh para karyawan,
sehingga dari kombinasi tersebut dapat selalu berfungsi untuk terus memperbaiki
produktivitas agar semakin baik. Untuk meningkatkan produktivitas perusahaan
maka perusahaan juga memberikan insentif kepada karyawan yang
berproduktivitas sehingga karyawan menjadi termotivasi dan senang
melaksanakan kerja. Pada akhirnya yang diuntungkan dari hal itu adalah
karyawan itu sendiri, pimpinan dan perusahaan.
Menurut Umar (2005:9), produktivitas adalah perbandingan antara hasil
yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber yang digunakan (input).
Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki 2 (dua) dimensi, dimensi pertama
adalah efektivitas yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal
yaitu target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Dimensi yang
kedua adalah efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input
dengan realisasi penggunaannya atas bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Menurut Sofyandi (2008:167), insentif yang diberikan kepada karyawan
harus secara adil dengan mempertimbangkan:
(16)
2. Peningkatan insentif yang sesuai dengan kontribusi karyawan dalam
mencapai target yang ditetapkan.
3. Ketepatan dan kelancaran insentif yang diberikan tanpa mengalami
penundaan.
Dengan adanya peningkatan pendidikan dan pemberian insentif kepada
karayawan akan nantinya akan meningkatkan produktivitas kerja karyawan,
sehingga perusahaan dapat berjalan secara dalam kurun waktu lama.
Dengan demikian pendidikan dan pemberian insentif kepada karyawan
merupakan faktor untuk meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka dapat dibuat kerangka
konseptual sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Nasution (2000:72), Mathis (2005: 95) dan Umar (2005:9), diolah (2010)
D. Hipotesis
Berdasarkan kerangka konseptual, maka hipotesis dapat dirumuskan yaitu
tingkat pendidikan dan insentif berpengaruh terhadap produktivitas kerja
karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan dari penelitian ini adalah:
Tingkat pendidikan (X1)
a. Jenjang Pendidikan b. Kesesuaian Jurusan
Insentif (X2)
a. Besarnya insentif
b. Ketepatan dan kelancaran insentif
Produktivitas Kerja (Y)
a. Efektivitas kerja b. Efisiensi kerja
(17)
Untuk mengetahui pengaruh tingkat pendidikan dan insentif terhadap
produktivitas kerja karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara
Polonia Medan.
2. Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan
Dapat memberikan saran dan masukan yang bermanfaat mengenai pengaruh
tingkat pendidikan dan pemberian insentif terhadap produktivitas kerja
karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan.
b. Bagi Peneliti
Memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti mengenai pengaruh tingkat
pendidikan dan pemberian intensif terhadap produktivitas kerja karyawan PT
Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan.
c. Bagi Pihak lain
Referensi bagi peneliti selanjutnya sehingga dapat dijadikan perbandingan
dalam melakukan pengembangan penelitian yang sama di masa yang akan
datang.
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional
a. Variabel Bebas (X), adalah variabel yang nilainya tidak tergantung pada
variabel lain. Pada penelitian ini variabel bebas (X) terdiri dari tingkat
pendidikan (X1) dan insentif (X2).
b. Variabel Terikat (Y) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Pada
penelitian ini variabel terikat (Y) adalah produktivitas kerja karyawan PT
(18)
2. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini ada tiga variabel penelitian yaitu:
a. Variabel Tingkat Pendidikan (X1)
Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan
yang dimiliki karyawan sehingga memberikan sumbangan produktivitas kerja
bagi perusahaan dengan memberdayagunakan sumberdaya manusia secara
optimal sehingga perusahaan dapat memberikan pelayanan yang prima bagi
para pengunjung.
b. Variabel Insentif (X2)
Insentif merupakan tambahan penghasilan dalam bentuk uang yang diterima
oleh karyawan sebagai imbalan atas pencapaian produktivitas kerja yang
melebihi standar kerja yang ditetapkan perusahaan, yang terdiri dari besarnya
insentif serta ketepatan dan kelancaran pemberian.
c. Variabel Produktivitas Kerja Karyawan (Y)
Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan
keseluruhan sumber yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa
produktivitas memiliki 2 (dua) dimensi, dimensi pertama adalah efektivitas
yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu target
yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Dimensi yang kedua
adalah efisiensi yang berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan
realisasi penggunaannya atas bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
Pada umumnya semakin tinggi tingkat pendidikan akan lebih mudah
baginya untuk melaksanakan fungsi-fungsinya di perusahaan tersebut. Disamping
(19)
pendidikan akan dijadikan dasar untuk melaksanakan tugasnya. Semakin besar
perhatian yang diberikan perusahaan dalam merangsang karyawan melalui
insentif, maka pada akhirnya akan memberikan dampak yang positif dalam
peningkatan produktivitas karyawan. Dengan meningkatnya produktivitas
karyawan tentunya akan menciptakan hasil kerja secara kuantitas, kua litas,
pemanfaatan waktu dan kerja sama yang baik dari karyawan dalam melaksanakan
tugas-tugas sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan oleh atasan kepadanya.
Tabel 1.2
Definisi Operasional Variabel
No Definisi Variabel Indikator Variabel Skala Pengukuran
1 Tingkat Pendidikan adalah tingkat jenjang pendidikan yang dimiliki karyawan sehingga memberikan sumbangan pretasi kerja bagi
perusahaan dengan memberdayagunakan sumberdaya
manusia secara optimal sehingga perusahaan dapat memberikan pelayanan yang prima bagi komsumennya. a. Jenjang Pendidikan b. Kesesuaian Jurusan Likert
2 Insentif adalah insentif finansial tetapi tidak termasuk uang kesejahteraan, uang kesehatan dan rekreasi, jaminan hari tua yang diberikan perusahaan kepada karyawan yang dapat bekerja melampui standar yang ditentukan.
a. Besarnya insentif
b. Ketepatan dan
kelancaran insentif
Likert
3 Produktivitas adalah perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber yang digunakan (input). Terdiri dari yang mengarah kepada pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu.
a. Efektivitas kerja b. Efisiensi kerja
Likert
Sumber: Nasution (2000:72), Mathis (2005: 95) dan Sofyandi (2008:167), diolah (2010)
3. Skala Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu digunakan untuk mengukur
(20)
sosial (Sugiyono, 2006). Untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian
memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skor
1 sampai 5 yang dapat dilihat pada Tabel 1.3 :
Tabel 1.3
Instrumen Skala Likert
No Jawaban Skor
1. 2. 3. 4. 5.
Sangat setuju (SS) Setuju (S)
Kurang Setuju (KS) Tidak Setuju (TS)
Sangat Tidak Setuju (STS)
5 4 3 2 1
Sumber: Sugiyono (2006:105)
4. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dari Bulan Mei sampai dengan pertengahan Bulan
Juli 2010. Lokasi penelitian ini pada PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara
Polonia Medan.
5. Populasi dan Sampel
a. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh karyawan PT Angkasa Pura II
(Persero) Medan yang berjumlah sebanyak 292 orang.
b. Teknik pengambilan sampel yang digunakan berdasarkan pada rumus Slovin
sebagai patokan untuk menentukan sampel minimal yang harus diambil
(Umar, 2005: 149) yaitu:
n = 2
1 Ne
N
+
Dimana: n= Jumlah Sampel
N= Ukuran Populasi
e = Standard error
sehingga: n = 2
) 1 , 0 ( 292 1 292 +
(21)
n = 74,48
Jadi sampel yang diambil dibulatkan menjadi 74 sehingga seluruh sampel atau
responden berjumlah 74 orang. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode
purposive random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan
pertimbangan karakter dan ciri-ciri yang ditentukan terlebih dahulu untuk
membatasi sampel (Sugiyono, 2004: 78). Adapun karakter responden sampel
yang ditentukan adalah karyawan pada bagian Divisi Pelayanan Operasi Lalu
Lintas Udara dan Divisi Pelayanan Operasi Bandara PT Angkasa Pura II
(Persero) Bandar Udara Polonia Medan.
6. Jenis Data
Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data yaitu data primer dan
data sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari responden secara langsung di
lokasi penelitian melalui kuesioner dan wawancara mengenai variabel yang
diteliti.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang berisikan informasi dan teori-teori yang
digunakan untuk mendukung penelitian. Peneliti memperoleh data sekunder
dari literatur, buku dan internet.
7. Teknik Pengumpulan Data
(22)
a. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
menyebarkan daftar pertanyaan kepada karyawan PT Angkasa Pura II
(Persero) Bandar Udara Polonia Medan pada Divisi Pelayanan Operasi
Bandara dan Divisi Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara.
b. Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan tanya jawab
langsung kepada karyawan PT Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara
Polonia Medan, yang berada di Divisi Pelayanan Bandara dan Divisi
Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara yang bersedia dalam memberikan data
yang digunakan dalam penelitian ini. Memilih divisi ini karena divisi ini
merupakan bagian paling penting dalam memberikan pelayanan prima dan
memuaskan bagi pengunjung bandara.
c. Studi dokumentasi merupakan pengumpulan data dan informasi data dari
buku-buku, jurnal, internet dan sumber data lain yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
8. Uji Validitas dan Reabilitas
Dalam penelitian ini dilakukan uji validitas dan reabilitas yang merupakan
cara memperoleh data yang akurat dan objektif.
a. Uji Validitas
Validitas menunjukkan seberapa besar nyata pengujian mengukur apa yang
harusnya diukur (Syafrizal, 2008:30). Validitas berhubungan dengan ketepatan
alat ukur melakukan tuganya dalam mencapai sasarannya. Pengujian validitas
dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 13.0, dengan kriteria sebagai
berikut:
(23)
2. Jika r hitung< r tabel, maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.
b. Uji Reabilitas
Reabilitas menunjukkan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden
dalam menjawab hal yang berkaitan dengan daftar pertanyaan yang merupakan
dimensi variabel yang disusun dalam bentuk kuesioner (Syafrizal. 2008:30).
Pengujian dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 13.0, butir
pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas ditentukan
reabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:
1. Jika r alpha positif atau lebih besar dari r tabel maka pertanyaan reliable.
2. Jika r alpha negatif atau lebih kecil dari r tabel maka pertanyaan tidak reliable.
Uji Validitas dan reabilitas ini dilakukan pada karyawan PT Angkasa Pura II
(Persero) Bandar Udara Polonia Medan dengan jumlah responden sebanyak 30
orang. Waktu penelitian yaitu Bulan Mei sampai dengan pertengahan Bulan Juli
2010.
9. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Metode Analisis Deskriptif
Merupakan cara merumuskan dan menafsirkan data yang ada sehingga
memberikan gambaran yang jelas melalui pengumpulan, penyusunan dan
menganalisi data sehingga dapat diketahui gambaran umum perusahaan yang
sedang diteliti.
b. Metode Analisis Statistik
(24)
Merupakan metode yang digunakan untuk menyajikan data dalam bentuk
angka. Dalam penelitian ini digunakan metode analisis regresi linear berganda
dengan program SPSS versi 13.0. Adapun model persamaan yang digunakan
adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + e Keterangan: Y = Produktivitas Kerja
a = Konstanta
X1 = Tingkat Pendidikan X2 = Insentif
b1-b2 = Koefisien regresi
e = Standart error
Adapun syarat asumsi klasik yang harus dipenuhi model regeresi berganda
sebelum data dianalisis adalah sebagai berikut:
a. Uji Normalitas Data
Uji normalitas data untuk mengetahui apakah variabel dependen dan
independennya memiliki distribusi normal atau tidak. Model yang paling baik
hendaknya berdistribusi normal atau mendekati normal. Mendeteksi apakah data
berdistrbusi normal tidak dapat diketahui dengan menggambarkan penyebaran
data melalui sebuah grafik. Apabila probabilitas hasil uji lebih besar dari 5% maka
data tersebut berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedasitisitas
Uji heteroskedasitisitas digunakan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan atau perbedaan varians dari residual pengamatan
(25)
homokedastisitas, dan jika varians berbeda disebut heterokedastisitas. Model yang
paling baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas.
c. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
regresi linear terdapat hubungan yang kuat, baik positif maupun negatif antar data
yang ada pada variabel-variabel penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa autokorelasi terjadi jika observasi mempunyai korelasi antar satu dengan
lainnya.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji F hitung
Uji F hitung dilakukan untuk melihat secara serentak bagaimana pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Model hipotesa yang digunakan
dalam uji F hitung ini adalah:
H0:b1, b2 = 0, artinya variabel bebas(X1, X2) secara serentak tidak berpengaruh
terhadap variabel terikat(Y).
H0:b1, b2 ≠ 0, artinya variabel bebas(X1,X2) secara serentak berpengaruh
terhadap variabel terikat(Y).
Kriteria pengambilan keputusan (KPK) yaitu:
H0 diterima jika Fhitung < Ftabelpada α = 5%
H0 diterima jika Fhitung > Ftabelpada α = 5%
b. Uji Signfikan Individual (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk membuktikan mengatahui seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara parsial menerangkan
(26)
Bentuk pengujiannya:
H0 : b1 = 0 artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang postif dan
signifikan dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
H0 : b1 # 0 artinya secara parsial terdapat pengaruh yang postif dan signifikan
dari variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y).
Kriteria pengambilan keputusan:
H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5 %
Ha diterima jika t hitung > t tabel pada α = 5 %
c. Koefisien Determinan (R2)
Koefisien determinan digunakan untuk melihat seberapa besar pengaruh
variabel independen terhadap dependen. Jika R2 semakin besar (mendekati
satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) besar
terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berati model yang digunakan semakin
kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap
variabel terikat. Sebaliknya jika R2 semakin (mendekati nol), maka dapat
dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y)
semakin kecil. Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk
(27)
BAB II
URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu
1. Prima Astuti (2009) dengan judul ”Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal Dan
Non Formal Terhadap Produktivitas Kerja Pegawai Negeri Sipil Di
Lingkungan Sekretariat Daerah Propinsi Lampung”. Subjek dalam penelitian
ini adalah PNS di lingkungan Sekretariat Daerah Propinsi Lampung yang
berjumlah 675 orang. Pengujian yang dilakukan adalah uji validitas dan
reliabilitas kuisioner serta pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi
binary. Hasil penelitian berdasarkan analisis regresi menunjukkan bahwa
pendidikan non formal tidak memberikan pengaruh terhadap produktivitas
kerja PNS di lingkungan Sekretariat Daerah Propinsi Lampung sedangkan
pendidikan formal memberikan pengaruh sebesar 0,141. Oleh karena itu
disarankan kepada Sub Bagian Pengembangan SDM di Sekretariat Daerah
Propinsi Lampung untuk membuat suatu program peningkatan kecakapan
PNS, dengan memberi kesempatan kepada PNS berpendidikan formal SMA
yang produktivitasnya cukup bagus untuk melanjutkan pendidikan formal ke
jenjang yang lebih tinggi, minimal S1 dengan biaya dari Pemerintah Daerah
Propinsi Lampung.
2. Nyoman Sri Subawa dan Ida Bagus Agung Budiarta (2005) dengan judul
”Analisis Perbedaan Produktivitas Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan
Masa Kerja di Losari Hotel dan Rama Garden Hotel di Kuta Badung”. Hasil
(28)
ditinjau dari tingkat pendidikan adalah a = 5% (0,05) < dari nilai sig = 0,197
sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak terdapat
perbedaan produktivitas kerja di tinjau dari tingkat pendidikan. Sedangkan
produktivitas kerja ditinjau dari masa kerja adalah a = 5% (0,05) < dari nilai
sig = 0,677 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak
terdapat perbedaan produktivitas kerja ditinjau dari masa kerja di Losari Hotel.
Untuk hasil penelitian di Rama Garden Hotel, produktivitas kerja ditinjau dari
tingkat pendidikan didapat bahwa a = 5% (0,05) < dari nilai sig = 0,915
sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak terdapat
perbedaan produktivitas kerja ditinjau dari tingkat pendidikan. Sedangkan
produktivitas kerja ditinjau dari masa kerja adalah a = 5% (0,05) < dari nilai
sig = 0,078 sehingga H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan demikian tidak
terdapat perbedaan produktivitas kerja ditinjau dari masa kerja di Rama
Garden Hotel. Subawa dan Budiarta menyarankan kepada pihak manajemen
Losari Hotel dan di Rama Garden Hotel agar dalam pengambilan keputusan
yang berkaitan dengan pengembangan karir karyawan dan pelaksanaan
promosi jabatan untuk tidak membedakan karyawan dari segi tingkat
pendidikan dan masa kerja, tetapi murni berdasarkan penilaian produktivitas
kerja masing-masing karyawan.
B. Tingkat Pendidikan
1. Pengertian Tingkat Pendidikan
Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003: 50) tingkat
pendidikan adalah suatu suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur
(29)
pengetahuan konseptual dan teoritis untuk tujuan-tujuan umum. Dengan
demikian Hariandja (2002: 169) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seorang
karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki
produktivitas perusahaan.
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), menyatakan bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat.
2. Indikator-indikator Tingkat Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan
terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan.
Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan
tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan
yang dikembangkan, terdiri dari:
a. Pendidikan dasar: Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun
pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan
menengah.
b. Pendidikan menengah: Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.
c. Pendidikan tinggi: Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang
mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang
(30)
Kesesuaian jurusan adalah sebelum karyawan direkrut terlebih dahulu
perusahan menganalisis tingkat pendidikan dan kesesuaian jurusan pendidikan
karyawan tersebut agar nantinya dapat ditempatkan pada posisi jabatan yang
sesuai dengan kualifikasi pendidikannya tersebut. Dengan demikian karyawan
dapat memberikan produktivitas kerja yang baik bagi perusahaan.
Menurut Jurnal Sumber daya manusia
a. Pendidikan, dalam hal ini pendidikan sangat mendukung untuk memangku
suatu jabatan dan demi kelancaran tugas-tugas dan tanggung jawab yang
diemban jabatan tersebut. Misalnya Sarjana ditempatkan untuk manajemen
tingkat atas.
(http://dspace.ac.id/bitstream/handle.com), dalam hal perekrutan atau penempatan
karyawan ada beberapa persyaratan yang harus diperhatikan yaitu:
b. Kesehatan yaitu, untuk menjamin kesehatan fisik dan mental sehingga
menempatkan karyawan disuatu bidang pekerjaan dapat disesuaikan dengan
kondisi kesehatannya.
c. Pengalaman kerja ini sangt dibutuhkan perusahaan untuk penguasaan
pekerjaan dan biasanya pengalaman pekerjaan memberikan kecenderungan
yang bersangkutan memiliki keahlian dan ketrampilan kerja yang relatif
tinggi.
Selain memperhatikan persyaratan tersebut agar upaya penempatan
karayawan sesuai dengan yang diharapkan maka harus didasarkan pada deskripsi
kerja dan spesifikasi jabatan yang telah ditentukan serta berpedoman kepada
prinsip “ Penempatan orang-orang yang tepat pada tempat yang tepat dan
(31)
Penempatan karyawan yang sesuai pada posisi yang tepat bukan hanya
menjadi keinginan perusahaan tetapi juga keinginan para karayawan. Dengan
demikian karyawan yang bersangkutan dapat mengetahui ruang lingkup
pekerjaan yang dibebankan kepadanya, sehingga karyawan dalam bekerja akan
merasa senang dan bersemangat dalam mengerjakan tugas-tugasnya dan
memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan.
C. Insentif
1. Pengertian Insentif
Menurut T. Hani Handoko (2002:176), menyatakan bahwa pengertian
insentif adalah : “Perangsang yang ditawarkan kepada para karyawan untuk
melaksanakan kerja sesuai atau lebih tinggi dari standar-standar yang telah
ditetapkan”.
Malayu SP. Hasibuan (2001:118), mengatakan bahwa insentif adalah
“Tambahan balas jasa yang diberikan kepada karyawan tertentu yang
produktivitasnya diatas produktivitas standar”.
Mutiara S. Panggabean (2002:89), mengatakan bahwa insentif adalah :
“Penghargaan dalam bentuk uang yang diberikan kepada mereka yang dapat
bekerja melampaui standar yang telah ditentukan”.
2. Tujuan Pemberian Insentif
Fungsi utama dari insentif adalah untuk memberikan tanggungjawab dan
dorongan kepada karyawan. Insentif menjamin bahwa karyawan akan
(32)
utama pemberian insentif adalah untuk meningkatkan produktivitas kerja individu
maupun kelompok (Panggabean, 2002 : 93).
Secara lebih spesifik tujuan pemberian Insentif dapat dibedakan dua
golongan yaitu:
a. Bagi Perusahaan
Tujuan dari pelaksanaan insentif dalam perusahaan khususnya dalam
kegiatan produksi adalah untuk meningkatkan produkstivitas kerja karyawan
dengan jalan mendorong/merangsang agar karyawan:
1) Bekerja lebih bersemangat dan cepat.
2) Bekerja lebih disiplin
3) Bekerja lebih kreatif.
b. Bagi Karyawan
Dengan adanya pemberian insentif karyawan akan mendapat keuntungan :
1) Standar produktivitas dapat diukur secara kuantitatif.
2) Standar produktivitas di atas dapat digunakan sebagai dasar pemberian balas
jasa yang diukur dalam bentuk uang.
3) Karyawan harus lebih giat agar dapat menerima uang lebih besar.
3. Jenis/Tipe Insentif
Menurut Manullang (1981:141), tipe insentif ada dua yaitu:
a. Finansial insentif
Merupakan dorongan yang bersifat keuangan yang bukan saja meliputi
gaji-gaji yang pantas. Tetapi juga termasuk didalamnya kemungkinan memperoleh
bagian dari keuntungan perusahaan dan soal-soal kesejahteraan yang meliputi
(33)
b. Non finansial insentif
Ada 2 elemen utama dari non finansial insentif, yaitu :
1. Keadaan pekerjaan yang memuaskan yang meliputi tempat kerja, jam kerja,
tugas dan rekan kerja.
2. Sikap pimpinan terhadap keinginan masing-masing karyawan seperti jaminan
pekerjaan, promosi, keluhan-keluhan, hiburan-hiburan dan hubungan dengan
atasan.
Menurut Gary Dessler (1997 : 141), jenis rencana insentif secara umum
adalah:
a. Program insentif individual memberikan pemasukan lebih dan di atas gaji
pokok kepada karyawan individual yang memenuhi satu standar produktivitas
individual spesifik. Bonus di tempat diberikan, umumnya untuk karyawan
individual, atas produktivitas yang belum diukur oleh standar, seperti contoh
mengakui jam kerja yang lama yang digunakan karyawan tersebut bulan lalu.
b. Program insentif kelompok adalah seperti rencana insentif individual namun
memberi upah lebih dan di atas gaji pokok kepada semua anggota tim ketika
kelompok atau tim secara kolektif mencapai satu standar yang khusus
produktivitas, produktivitas atau perilaku sehubungan dengan kerja lainnya.
c. Rencana pembagian laba secara umum merupakan program insentif di seluruh
organisasi yang memberikan kepada karyawan satu bagian (share) dari laba
organisasi dalam satu periode khusus.
d. Program pembagian perolehan (gain sharing) adalah rencana upah di seluruh
organisasi yang dirancang untuk memberi imbalan kepada karyawan atas
(34)
4. Proses Pemberian Insentif
Menurut Harsono (1987 : 85) proses pemberian insentif dapat dibagi
menjadi 2, yaitu:
a. Proses Pemberian Insentif berdasarkan kelompok
b. Proses Pemberian Insentif berdasarkan perorangan
Rencana insentif individu bertujuan untuk memberikan penghasilan
tambahan selain gaji pokok bagi individu yang dapat mencapai standar
produktivitas tertentu. Sedangkan insentif akan diberikan kepada kelompok
kerja apabila produktivitas mereka juga melebihi standar yang telah ditetapkan
(Panggabean, 2002: 90-91).
Menurut Panggabean (2002: 91) Pemberian insentif terhadap kelompok
dapat diberikan dengan cara:
1. Seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan yang diterima
oleh mereka yang paling tinggi produktivitas kerjanya.
2. Semua anggota kelompok menerima pembayaran yang sama dengan
pembayaran yang diterima oleh karyawan yang paling rendah
produktivitasnya.
3. Semua anggota menerima pembayaran yang sama dengan rata-rata
pembayaran yang diterima oleh kelompok.
Menurut Dessler (1997:154-157), insentif juga dapat diberikan kepada
seluruh organisasi, tidak hanya berdasarkan insentif individu atau kelompok.
Rencana insentif seluruh organisasi ini antara lain terdiri dari:
1. Profit sharing plan, yaitu suatu rencana di mana kebanyakan karyawan
(35)
2. Rencana kepemilikan saham karyawan, yaitu insentif yang diberikan oleh
perusahaan dimana perusahaan menyumbang saham dari stocknya sendiri
kepada orang kepercayaan di mana sumbangan-sumbangan tambahan
dibuat setiap tahun. Orang kepercayaan mendistribusikan stock kepada
karyawan yang mengundurkan diri (pensiun) atau yang terpisah dari
layanan.
3. Rencana Scanlon, yaitu suatu rencana insentif yang dikembangkan pada
Tahun 1937 oleh Joseph Scanlon dan dirancang untuk mendorong
kerjasama, keterlibatan dan berbagai tunjangan.
4. Gainsharing plans, yaitu rencana insentif yang melibatkan karyawan dalam
suatu usaha bersama untuk mencapai sasaran produktivitas dan pembagian
perolehan.
5. Syarat Pemberian Insentif
Menurut Panggabean (2002:92) syarat tersebut adalah:
1. Sederhana, peraturan dari sistem insentif harus singkat, jelas dan dapat
dimengerti.
2. Spesifik, karyawan harus mengetahui dengan tepat apa yang diharapkan
untuk mereka lakukan.
3. Dapat dicapai, setiap karyawan mempunyai kesempatan yang masuk akal
untuk memperoleh sesuatu.
4. Dapat diukur, sasaran yang dapat diukur merupakan dasar untuk
(36)
evaluasi akan terhambat), jika produktivitas tertentu tidak dapat dikaitkan
dengan dolar yang dibelanjakan.
Menurut Heidjrahman Ranupandojo dan Suad Husnan (1990 : 163) sifat
dasar pengupahan agar proses pemberian insentif berhasil:
a. Pembayaran hendaknya sederhana sehingga dapat dimengerti dan dihitung
oleh karyawan itu sendiri.
b. Penghasilan yang diterima karyawan seharusnya langsung menaikkan
output.
c. Pembayaran dilakukan secepat mungkin.
d. Standar kerja ditentukan dengan hati-hati. Standar kerja yang terlalu tinggi
maupun rendah dapat berakibat buruk.
e. Besarnya upah normal dengan standar jam kerja hendaknya cukup
merangsang pekerja untuk bekerja lebih giat.
D. Produktivitas Kerja
1. Pengertian Produktivitas Kerja
Pada suatu organisasi, manusia merupakan salah satu faktor produksi yang
menjadi penggerak atas faktor-faktor produksi lain. Tanpa adanya manusia
maka faktor produksi lainnya tidak berguna, untuk itu produktivititas kerja
karyawan merupakan hal yang penting bagi suksesnya kegiatan perusahaan.
Menurut Sinungan (2003: 17) terdapat beberapa pengertian dalam referensi
mengenai produktivitas, yang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga), yaitu:
1. Rumusan tradisional bagi keseluruhan produktivitas tidak lain ialah ratio
dari apa yang dihasilkan (output) terhadap keseluruhan peralatan produksi
(37)
2. Produktivitas pada dasarnya adalah suatu sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari
pada hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini.
3. Produktivitas merupakan interaksi terpadu secara serasi dari 3 (tiga) faktor
esensial, yaitu: investasi termasuk penggunaan pengetahuan dan teknologi
serta riset, manajemen dan tingkat kerja.
Menurut Atmosoeprapto (2001: 1) produktivitas merupakan perbandingan
antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan (input) yang diberikan.
Produkivitas juga merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan
efektivitas pencapaian sasaran.
Menurut Umar (2005: 9) menyatakan bahwa Produktivitas adalah
perbandingan antara hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumber
yang digunakan (input). Dengan kata lain bahwa produktivitas memiliki 2
(dua) dimensi, dimensi pertama adalah efektivitas yang mengarah kepada
pencapaian untuk kerja yang maksimal yaitu target yang berkaitan dengan
kualitas, kuantitas dan waktu. Dimensi yang kedua adalah efisiensi yang
berkaitan dengan upaya membandingkan input dengan realisasi
penggunaannya atas bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.
2. Produktivitas Kerja dan Konsekuensinya
Menurut Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia dalam www,
google.com
produktivitas kerja yang tinggi dapat memberikan keuntungan tersendiri, seperti
(38)
berpengalaman dalam bidang pekerjaannya. Sebaliknya, tingkat produktivitas
kerja karyawan yang rendah menunjukkan bahwa karyawan tersebut sebenarnya
tidak kompeten dalam pekerjaannya, akibatnya ia sukar untuk dipromosikan ke
jenjang pekerjaan yang tingkatannya lebih tinggi, memperbesar kemungkinan
untuk didemosikan, dan pada akhirnya dapat juga menyebabkan karyawan
tersebut mengalami pemutusan hubungan kerja. Produktivitas kerja karyawan
akan membawa dampak bagi karyawan yang bersangkutan maupun perusahaan
tempat ia bekerja. Produktivitas kerja yang tinggi akan meningkatkan
produktivitas perusahaan, menurunkan tingkat keluar masuk karyawan (turn
over), serta memantapkan manajemen perusahaan. Sebaliknya, produktivitas kerja
karyawan yang rendah dapat menurunkan tingkat kualitas dan produktivitas kerja,
meningkatkan tingkat keluar masuk karyawan, yang pada akhirnya akan
berdampak pada penurunan pendapatan perusahaan. Hal utama yang dituntut oleh
perusahaan dari karyawannya adalah produktivitas kerja mereka yang sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Menurut Sedarmayanti (2001:71) menyatakan bahwa ada banyak faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja,
maupun yang berhubungan dengan lingkungan perusahaan dan kebijaksanaan
pemerintah secara keseluruhan.
Beberapa faktor tersebut antara lain:
a. Sikap mental, berupa: Motivasi kerja, disiplin kerja dan etika kerja.
b. Pendidikan
(39)
d. Manajemen
e. Hubungan Industrial Pancasila (HIP)
f. Tingkat penghasilan/kompensasi
g. Gizi dan kesehatan
h. Jaminan Sosial
i. Lingkungan dan iklim kerja
j. Sarana produksi\
k. Teknologi
(40)
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Sejarah Perusahaan
Bandar udara merupakan titik awal dan titik akhir suatu kegiatan
penerbangan, karena bandar udara adalah suatu tempat untuk tinggal landas dan
mendaratnya pesawat udara, naik turunnya penumpang, membongkar dan memuat
pos, barang, hewan dan tanaman, termasuk segala fasilitas penunjang
penyelenggara kegiatannya, fasilitas keselamatan penerbangan dan usaha
penunjang penerbangan lainnya.
Bandar Udara Polonia Medan sebagai pintu gerbang utama bagi angkutan
udara di Sumatera Utara umumnya dan Kota Medan khususnya, mempunyai
peranan strategis terutama dalam pelayanan jasa angkutan penerbangan, baik
dalam negeri (domestik) maupun mancanegara (internasional).
Bandar Udara Polonia Medan yang merupakan salah satu Bandar Udara
Internasional yang ada di Nusantara ini, pada saat ini dikelola secara professional
oleh PT Angkasa Pura II (Persero) terhitung mulai 1 Januari 1994.
Perkembangan Bandar Udara Polonia Medan, setiap tahun semakin
meningkat baik dari segi pemakai jasa angkutan udara, sisi operasional maupun
fasilitas keselamatan penerbangan yang didukung dengan peralatan modern dan
canggih. Seluruh perkembangan dan kemajuan yang dialami sekarang ini tidak
terlepas dari dukungan seluruh pelaku sejarah dan para perintis yang telah banyak
berjasa untuk membangun Bandar Udara Polonia Medan sejak zaman penjajahan
(41)
a. Tahun 1968, pada tahun ini terjadi perubahan Departemen yakni Departemen
Perhubungan Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, dipecah menjadi 2 (dua)
departemen yakni:
1. Departemen Perhubungan
2. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
Sebagai akibat dari pemisahan, maka Direktorat Pekerjaan Sipil dirubah
menjadi Direktorat Jenderal Perhubungan Udara menjadi unsur dari
Departemen Perhubungan. Pelabuhan Udara Polonia Medan selanjutnya
berada dalam naungan Departemen Perhubungan kantor wilayah-1 Direktorat
Jenderal Perhubungan Udara.
b. Tahun 1975, berdasarkan keputusan bersama antara Depertemen
Perhubungan, Departemen Hankam dan Departemen Keuangan melalui SKB
No. Kep/30/IX/75, No. KM.393/S/Phb-75 dan Kep.927.J/MK/IV/8/75
Tanggal 21 Agustus 1975, maka pengelolaan pelabuhan Bandar Udara Polonia
menjadi hak pengelolaan bersama antara Pangkalan Udara AURI dan
Pelabuhan Udara Sipil.
c. Tahun 1977, Pembangunan Gedung Cargo seluas 1500 m2, untuk mendukung
kegiatan ekspor impor serta pembangunan Gedung Operasi seluas 780 m2.
d. Tahun 1980, Berdasarkan KM.50/OT/Phb-1978 Tanggal 8 Maret 1978,
Pelabuhan Udara Polonia Medan dibagi menjadi dua instansi, yakni:
1. Pelabuhan Polonia Medan
Mengelola kegiatan yang bersifat komersial, terutama kegiatan pelayanan
(42)
2. Sentra Operasi Keselamatan Penerbangan (SENOPEN) Medan.
Mengelola kegiatan operasi keselamatan penerbangan dan lalu lintas
udara.
Pada tahun ini juga oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara dalam hal
ini Proyek Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Udara dan Keselamatan
Penerbangan. Penerbangan Udara Polonia Medan mendapat proyek perpanjangan
landasan dengan sistem “cakar ayam” sepanjang 445 m. Dengan demikian
panjang landasan Bandar Udara Polonia Medan menjadi 2900 m, dengan panjang
landasan yang sedemikian itu, maka pelabuhan udara Polonia Medan sudah dapat
menampung pesawat berbadan lebar setingkat dengan DC-10 atau B-474. Pada
tahun ini juga dibangun fasilitas Gedung Pemancar seluas 437,50 m untuk
mendukung kegiatan kegiatan keselamatan penerbangan.
e. Tahun 1981, Pembangunan Gedung Terminal Dalam Negeri (domestik)
seluas 1526 m2 dan diresmikan oleh Menteri Perhubungan Republik
Indonesia pada saat ini yakni Bapak Rusmin Nurjadin.
f. Tahun 1982, Pengelolaan Pelabuhan Udara Polonia dipisah menjadi 2
(dua) bagian:
a. Daerah kekuasaan
Pelabuhan udara dikuasai TNI-AU
b. Daerah pengelolaan
Pelabuhan udara dikelola oleh Direktorat Jenderal Perhubungan Udara.
Denganbatas penguasaan dan pengelolaan adalah landasan pacu/runway.
Pada tahun ini juga dibangun fasilitas gedung terminal keberangkatan untuk
(43)
g. Tahun 1985, Pada Tanggal 3 Februari 1985, berdasarkan PP No.30 Tahun
1984 Pelabuhan Udara Polonia Medan diserahkan pengelolaannya dari
Direktorat Jenderal Perhubungan Udara kepada Perusahaan Umum
(Perum) Angkasa Pura untuk dijadikan tambahan penyertaan modal negara
serta pengembalian sebagian kekayaan Perum Angkasa Pura kepada
negara. Dengan demikian secara resmi Pelabuhan Udara Polonia Medan
masuk dalam jajaran Perusahaan Umum (Perum) Angkasa Pura.
h. Tahun 1986, Ketentuan Pemerintah mengatakan bahwa sebutan
“Pelabuhan Udara” diganti menjadi “Bandar Udara”, hal ini berdasarkan
PP. No.25 Tahun 1986 Tanggal 19 Mei 1986. Pada tahun ini juga terjadi
perubahan status dan nama Perum Angkasa Pura, menjadi Perum Angkasa
Pura-1, dengan demikian maka namanya menjadi Perum Angkasa Pura-1
Bandar Udara Polonia Medan.
i. Tahun 1987, Pada Tanggal 19 November 1987 tanggung jawab terhadap
pengawasan pengendalian lalu lintas udara di dalam FIR Indonesia diatas
sebagian Sumatera pada ketinggian tertentu, yang selama ini dilimpahkan
kepada Kuala Lumpur, telah diambil alih dan dilaksanakan oleh Dinas
ACC (SENOPEN Medan) didukung oleh FIC Jakarta, bahwa
pendelegasian yang selama ini diberikan kepada Kuala Lumpur maupun
kemudian pengambilalihan kembali oleh Medan adalah dengan tujuan
menjamin berlangsungnya arus lalu lintas udara secara aman, lancar,
teratur dan efisien.
j. Tahun 1966, Komandan Pangkalan Udara Medan TNI-AU (Letnan
(44)
pengukuran tanah disekitar Bandar Udara Polonia Medan bekerja sama
dengan PEMDA Tingkat-I Sumatera Utara dalam hal ini Badan
Pertanahan Nasional (Agraria) dalam rangka persertifikasian tanah sekitar
Bandar Udara Polonia Medan. Hal ini dilakukan karena secara “ de facto”
tanah Bandar Udara Polonia Medan saat ini dalam kepemilikan TNI-AU
(Lanud Medan), sedangkan secara “de jure” sampai saat ini masih dalam
proses persertifikasian.
k. Tahun 1988, berdasarkan PP No.3 Tahun 1989, maka sentra operasi
keselamatan penerbangan(SENOPEN) Medan dialihkan menjadi tambahan
pernyataan modal near kedalam Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara
Polonia Medan. Penyerahan SENOPEN ini ditujukan agar dapat
menngkatkan pelayanan keselamatan lalu lintas udara agar lebih berdaya
guna yang lebih baik. Dengan penyerahan SENOPEN Medan kepada
Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara Polonia, maka seluruh kegiatan dari
sisi darat telah dilaksanakan oleh Perum Angkasa Pura-I Bandar Udara
Polonia Medan.
l. Tahun 1993, pada Tanggal 2 Februari 1993, terjadi pengalihan status dari
Perum Angkasa Pura-I menjadi PT Angkasa Pura I (Persero) berdasarkan
PP No.5 Tahun 1992. Dengan demikian arah penguasaan Bandar Udara
Polonia mewujudkan tercapainya tugas pokok, yaitu memupuk
keuntungan melalui penyediaan dan penggunaan jasa bandar udara dalam
rangka memberikan perkembangan perekonomian negara. Pada tahun ini
juga diadakan renovasi Gedung Terminal Dalam Negeri, diantaranya
(45)
adalah pemindahan ruangan keberangkatan menjadi ruang kedatangan dan
sebaliknya serta peluasan ruangan Check-in dari lobby untuk pengantar.
m. Tahun 1994, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No.S-33/MK.016/1994 Tanggal 22 Januari 1994 dengan PT
Angkasa Pura I (Persero) menyerahkan pengoperasian dan pemilikan
Bandar Udara Polonia Medan kepada PT Angkasa Pura I (Persero)
terhitung mulai 1 Januari 1994 penyerahan tersebut meliputi :
a. Perusahaan Bandar Udara Polonia sesuai dengan tugas dan fungsi
bandar udara dalam lingkungan Perseroan Terbatas.
b. Pemilikan seluruh kekayaan PT Angkasa Pura I (Persero) yang berupa
aktiva tetap dan barang persediaan Bandar Udara Polonia Medan.
c. Pembinaan para karyawan yang ditugaskan pada Bandar Udara
Polonia Medan.
d. Semua utang piutang dan pendaftaran yang diperoleh serta biaya yang
dikeluarkan untuk pengoperasian Bandar Udara Polonia Medan setelah
Tanggal 31 Desember 1993 menjadi tanggung jawab PT Angkasa Pura
I (Persero).
Pelaksanaan serah terima tersebut adalah pada Tanggal 24 Maret 1994
di Jakarta. Dengan demikian terhitung mulai Tanggal 1 Januari 1994,
secara resmi Bandar Udara Polonia Medan berada dibawah jajaran PT
Angkasa Pura II (Persero).
n. Tahun 1995, Republik Indonesia dalam hal ini Departemen Perhubungan
(46)
Lubuk Pakam Deli Serdang Sumatera Utara. Selanjutnya sejarah bertahap
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 553/MK/1994
Tanggal 24 Januari 1994, PT. (Persero) Angkasa Pura II mendapat
tambahan tugas untuk mengelola Bandar Udara Polonia Medan dan
dilanjutkan lagi berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan No.
278/AU.001/SKJ/1994 Tanggal 19 April 1994 dibentuk 4 (empat) cabang
bandar udara diantaranya di Bandung, Pekanbaru, Padang dan Banda
Aceh. Mulai Tahun 2000 dalam jajarannya yang masuk ke PT. (Persero)
Angkasa Pura berjumlah menjadi 12 (dua belas) bandar udara diantaranya:
a. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta di Tangerang
b. Bandar Udara Halim Perdana Kusuma di Jakarta
c. Bandar Udara Sultan Mahmud Bandaruddin II di Palembang
d. Bandar Udara Polonia Medan
e. Bandar Udara Sultan Iskandar Muda di Banda Aceh
f. Bandar Udara Supario di Pontianak
g. Bandar Udara Sultan Syarif Kasim di Pekan Baru
h. Bandar Udara Internasional Padang
i. Bandar Udara Depati Amir di Pangkal Pinang
j. Bandar Udara Sultan Thaha di Jambi
k. Bandar Udara Husein Sastranegara di Bandung
l. Bandar Udara Raja Haji Fisabilillah di Pinang.
Kantor cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia
(47)
jasa bandar udara, pemeliharaan fasilitas bandar udara serta kegiatan atau
tugas-tugas lain sesuai dengan kebijaksanaan yang digariskan direksi.
Kantor cabang PT. (Persero) Angkasa Pura II Bandar Udara Polonia
Medan bertugas menyiapkan, melaksanakan dan mengendalikan kegiatan
pelayanan operasi keselamatan lalu lintas udara, memelihara fasilitas teknik
peralatan, operasional bandar udara dan komersial memelihara teknik elektronika
dan listrik serta penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi
dan keuangan.
B. Visi dan Misi Perusahaan
1. Visi
Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan pengelolaan jasa
kebandarudaraan dan pelayanan lalu lintas yang mengutamakan
penerbangan dan kepuasan pelanggan, dalam upaya memberikan manfaat
utama pemegang saham, mitra kerja, pegawai, masyarakat dan lingkungan
dengan memegang teguh etika bisnis.
2. Misi
Misi perusahaan adalah menjadi bandar udara bertaraf internasional yang
mampu bersaing di kawasan regional.
C. Tanggung jawab dan Wewenang
Dalam melaksanakan tugas pokok perusahaan, kepala cabang, para kepala
divisi, kelompok petugas operasi dan para kepala dinas serta kepala satuan
organisasi lainnya wajib menerapkan prinsip-prinsip koordinasi, integrasi,
(48)
dengan satuan organisasi lain di luar perusahaan sesuai dengan tugas pokok
atau tata kerja masing-masing.
1. Setiap kepala satuan di lingkungan kantor cabang perusahaan bertanggung
jawab memimpin dan mengkoordinasi bawahan masing-masing serta
memberikan bimbingan, petunjuk bagi pelaksanaan tugas serta
pengendalian produktivitas, efektifitas dan efisiensi kerja.
2. Setiap Kepala Satuan Organisasi di lingkungan Kantor Cabang Perusahaan
wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk-petunjuk serta bertanggung jawab
kepada atasan masing-masing, menyampaikan laporan tepat waktuya dan
menyiapkan masukan untuk pengembangan perusahaan.
3. Setiap laporan yang diterima oleh Kepala Satuan Organisasi dari bawahan,
wajib diolah dan dipergunakan sebagai bahan penyusunan laporan lebih
lanjut serta memberikan petunjuk kepada bawahan.
4. Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan wajib
disampaikan pula kepada satuan-satuan organisasi lain yang secara
fungsional mempunyai hubungan kerja.
5. Dalam melaksanakan tugasnya para Kepala Satuan Organisasi dibantu
oleh kepala-kepala satuan organisasi dibawahnya dan dalam rangka
memberikan bimbingan kepada bawahan masing-masing, wajib
mengadakan rapat berkala.
6. Dalam melaksanakan tugas pembinaan dan pengawasan, Kepala Satuan
Organisasi di kantor pusat berkewajiban mengadakan penlaian atas
(49)
fungsinya masing-masing dan dapat mengusulkan saran-saran pelaporan
kepada kepala cabang melalui direksi.
Dalam struktur organisasi PT Angkasa Pura I (Persero)I Bandar Udara Polonia
Medan terdapat pembagian tugas dan tnggung jawab yang berbeda-beda.
Susunan organisasi kantor cabang terdiri dari :
1. General Manager
General Manager mempunyai tugas menyelenggarakan usaha jasa
kebandaruraan dan jasa keselamatan penerbangan dalam arti seluas-luasnya dan
usaha lain yang mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan di
bandar udara yang bersangkutan sesuai dengan pedoman dan kebijakan yang
digariskan direksi.
Untuk melaksanakan tugas tersebut, kantor cabang mempunyai fungsi:
1. Penyediaan, pengelolaan, pengusahaan dan pelayanan jasa kebandarudaraan
dan jasa keselamatan penerbangan.
2. Penyediaan, pengelolaan pengusahaan bidang usaha lain yang mempunyai
hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan.
3. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan komersial.
4. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan pemilihan fasilitas teknik
elektronika dan listrik.
5. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan administrasi.
6. Penyiapan, pelaksanaan dan pengendalian kegiatan keuangan dan
perlengkapan.
(50)
a. Kelompok petugas operasi terdiri dari sebanyak-banyaknya 5 (lima) orang,
setingkat kepala divisi yang merupakan pelaksana non struktural dalam
menanggulangi permasalahan operasional tingkat pertama di Bandar Udara,
bertugas secara bergantian mengkoordinir kegiatan tersebut.
b. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pasal ini,
kelompok petugas operasi bertanggung jawab kepada Kepala Cabang.
2. Manager Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara
Manager pelayanan operasi lalu lintas udara mempunyai tugas:
a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pelayanan aerodomo dan
approach control/terminal control area
b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pelayanan area kontrol.
c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pelayanan bantuan operasi
penerbangan/penerangan aeoronoutika.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, manajer pelayanan operasi lalu
lintas udara mempunyai fungsi:
a. Penyiapkan dan pelaksanaan kegiatan aeorodom dan approach
control/terminal control area.
b. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan pelayanan area control.
c. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan bantuan operasi
penerbangan/penerangan aeoronoutika.
Divisi Pelayanan Operasi Lalu Lintas Udara terdiri dari:
1. Dinas Pelayanan Aerodom dan Approach Control/Terminal Control
(51)
kegiatan pengendalian dan pengawasan operasi lalu lintas udara
terminal control area, di wilayah udara pendekatan termasuk control
zone.
2. Dinas Pelayanan Area Control (ACC) yang mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan pelayanan pengendalian dan pengawasan
operasi keselamatan lalu lintas udara yang menjadi tanggung
jawabnya.
3. Dinas Pelayanan Bantuan Operasi Penerbangan/Penerangan
Aeronoutika (BOP Rangtika) yang mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pengiriman dan penerimaan berita-berita penerbangan melalui
hubungan antar stasiun komunikasi penerbangan serta melakukan
kegiatan pengelolaan, pengumpulan, penyampaian dan penyebaran
informasi aeronoutika.
3. Manager Pelayanan Operasi Bandar Udara
Manager Pelayanan Operasi Bandar Udara mempunyai tugas:
a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pelayanan tugas.
b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pertolongan kecelakaan
penerbangan dan pemadam kebakaran.
c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengamanan Bandar udara.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, divisi pelayanan operasi bandar
udara mempunyai tugas:
(52)
b. Penyimpanan dan pelaksanaan kegiatan pertolongan kecelakaan
penerbangan dan pemadam kebakaran.
c. Penyimpanan dan pelaksanaan kegiatan pengamanan Bandar udara.
Divisi Pelayanan Operasi Bandar Udara terdiri dari:
1. Dinas Pelayanan Bandar Udara mempunyai tugas melaksanakan
pengaturan pelayanan di sisi udara (Airside), pengaturan pelayanan di
terminal dan fasilitasnya, sisi darat penerbangan dan pariwisata untuk
pemakai jasa bandar udara serta sistem informasi operasional bandar
udara.
2. Dinas Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran
(PKP-PK) mempunyai tugas melaksanakan pemberian pertolongan
kecelakaan penerbangan dan pemadam kebakaran serta penanggulangan
keadaan gawat darurat medik di lingkungan kerja bandar udara dan
sekitarnya.
3. Dinas Pengamanan Bandar Udara mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pengamanan di lingkungan kerja bandar udara.
4. Manager Teknik Elektronika dan Listrik
Manager Teknik Elektronika dan Listrik mempunyai tugas:
a. Menyimpan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan
dan pelaporan fasilitas teknik elektronika.
b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan
(53)
c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan
dan pelaporan fasilitas teknik listrik.
d. Membantu pelaksanaan pembangunan fasilitas teknik elektronika dan
listrik sesuai pelimpahan kewenangan yang diberikan direksi.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, divisi teknik elektronika dan
listrik mempunyai tugas:
a. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas teknik elektronika.
b. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas navigasi udara dan radar.
c. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas teknik listrik.
d. Pelaksanaan pembangunan fasilitas teknik elektronika dan listrik
sesuai pelimpahan kewenangan yang diberikan direksi.
Divisi Teknik Elektronika dan Listrik terdiri dari:
1. Dinas teknik telekomunikasi dan elektronika bandara mempunyai
tugas melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan
pelaporan fasilitas telekomunikasi penerbangan, elektonika bandar
udara dan komputer.
2. Dinas teknik navigasi udara dan radar mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas navigasi
udara dan radar.
(54)
5. Manager Teknik Umum dan Peralatan
Manager Teknik Umum dan Peralatan mempunyai tugas:
a. Menyiapkan pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas
bangunan.
b. Menyiapkan pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas
landasan dan lingkungan Bandar udara.
c. Menyiapkan pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas
teknik mekanikal dan peralatan.
d. Membantu pelaksanaan pembangunan fasilitas teknik umum dan
peralatan sesuai pelimpahan kewenangan yang diberikan direksi.
Divisi Teknik Umum dan Peralatan terdiri dari:
1. Divisi teknik bangunan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan
pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas bangunan terminal
bangunan operasional dan bangunan umum.
2. Dinas Teknik Landasan dan Tata Lingkungan mempunyai tugas
melaksanakan kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan
fasilitas dan lingkungan Bandar udara.
3. Dinas Teknik Mekanikal dan Peralatan mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan pengoperasian, pemeliharaan dan pelaporan fasilitas mekanikal
dan peralatan.
6. Manager Administrasi dan Komersial
(55)
a. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan usaha komersial.
b. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan pengelolaan keuangan.
c. Menyiapkan dan melaksanakan kegiatan administrasi kepegawaian,
ketatausahaan dan umum.
Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, Divisi Administrasi dan
Komersial mempunyai tugas:
a. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan usaha komersial.
b. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan keuangan.
c. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan akuntansi.
d. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan pengelolaan administrasi
perlengkapan.
e. Penyiapan dan pelaksanaan kegiatan administrasi kepegawaian,
ketatausahaan dan umum.
Divisi Administrasi dan Keuangan terdiri dari:
1. Dinas komersial mempunyai tugas menyiapkan pengembangan dan
melaksanakan kegiatan komersial yang meliputi pengumpulan data
produksi, perhitungan dan pembuatan surat tagihan untuk jasa-jasa
aeronoutika dan non aeronoutika maupun usaha-usaha lain yang
mempunyai hubungan dengan usaha jasa kebandarudaraan.
2. Dinas keuangan mempunyai tugas melaksanakan kegiatan administrasi
keuangan dan anggaran.
3. Dinas akuntansi mempunyai tugas melaksanakan kegiatan ekonomi.
(56)
5. Dinas kepegawaian dan umum mempunyai tugas melaksanakan
kegiatan administrasi kepegawaian, kesejahteraan dan pelayanan
kesehatan pegawai, kegiatan ketatausahaan, kerumahtanggaan,
penyelenggaraan informatika manajerial dan pengelolaan data
(57)
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menggunakan dua metode untuk menganalisis data primer yang
telah diperoleh, yakni metode diskriptif dan metode regresi linear berganda.
Metode regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh atau
hubungan variabel bebas (tingkat pendidikan dan insentif) terhadap variable
terikat (produktivitas kerja). Dalam menganalisis data peneliti menggunakan
bantuan program SPSS (Statistical Product and Servise Solution) versi 16.00.
A. Uji Validitas dan Reabilitas
Uji Validitas dan reabilitas dimaksudkan untuk mendapatkan hasil
penelitian yang baik dan bermutu. Uji validitas dan reabilitas dilakukan terhadap
alat penelitian dalam hal ini adalah kuesioner. Valid artinya data-data yang
diperoleh dengan menggunakan alat (instrument) dan dapat menjawab tujuan
penelitian sedangkan reliabelitas artinya konsisten dan stabil. Pada penelitian ini,
uji validitas dan reabilitas dilakukan dengan menggunakan metode sekali ukur
(one shot method), dimana pengukuran dengan metode ini cukup dilakukan
dengan satu kali saja. Untuk uji validitas dan reabilitas awal, peneliti
menyebarkan kuesioner kepada 30 orang responden diluar sampel. Maka nilai
rtabel dapat diperoleh melalui df (degree of freedom) = n – k. K merupakan jumlah
butir pertanyaan dalam suatu variabel. Jadi df = 30 – 18 = 12, maka rtabel adalah
0,458. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan SPSS 16.00 dengan
criteria sebagai berikut:
1. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid.
(58)
Tahap survei kuesioner berisikan 18 pertanyaan yang terdiri dari variabel
bebas yaitu tingkat pendidikan dan insentif dan variabel terikat yaitu produktivitas
kerja karyawan. Pada table 4.1 dapat dilihat uji validitas dibawah ini:
Tabel 4.1
Validitas Butir Pertanyaan
No Pertanyaan R hitung R tabel Keterangan
1 0,805 0,458 Valid
2 0,935 0,458 Valid
3 0,804 0,458 Valid
4 0,877 0,458 Valid
5 0,614 0,458 Valid
6 0,613 0,458 Valid
7 0,776 0,458 Valid
8 0,951 0,458 Valid
9 0,772 0,458 Valid
10 0,950 0,458 Valid
11 0,774 0,458 Valid
12 0,786 0,458 Valid
13 0,739 0,458 Valid
14 0,891 0,458 Valid
15 0,935 0,458 Valid
16 0,776 0,458 Valid
17 0,596 0,458 Valid
18 0,811 0,458 Valid
Tabel 4.1 menunjukkan bahwa 18 butir pertanyaan valid dengan nilai
r hitung > r table dan butir pertanyaan yang memiliki nilai tertinggi adalah 0,951 dan
nilai terendah adalah 0,596. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan
bahwa semua butir pertanyaan tersebut valid dan layak untuk digunakan sebagai
instrument penelitian.
Hasil uji reabilitas berdasarkan data yang diolah peneliti dengan bantuan
SPSS 16.00 dapat dilihat pada table 4.2 dibawah ini:
Tabel 4.2 Reabilitas Kuesioner
(59)
Cronbach's Alpha N of Items
.966 18
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa r hitung (0,925) > r table (0,600). Menurut
Nugroho (2005:72) “Reabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika
memiliki nilai Cronbach’s Alpha > 0,60”. Maka dapat simpulkan bahwa pada
pertanyaan yang terdapat pada kuesioner adalah reabel dan layak digunakan
sebagai instrumen penelitian.
B. Metode Analisis Data 1. Analisis Deskriptif
Jumlah responden penelitian sebanyak 74 orang karyawan pada PT.
Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan. Analisis deskriptif berisi
mengenai karakteristik dari responden penelitian sebagai berikut:
a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3
Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 53 71.62
Perempuan 21 28.38
Jumlah 74 100
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa mayoritas jenis kelamin responden adalah laki-laki
sebanyak 53 orang (71,62%) dan perempuan sebanyak 21 orang (28,38%).
b. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur
Tabel 4.4
Karakteristik responden berdasarkan umur
Umur Jumlah Persentase
< 30 tahun 21 28.38
(60)
Jumlah 74 100.00
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas responden berada dalam kelompok
umur 30 – 45 tahun sebanyak 49 orang (66,22%), kelompok usia < 30 tahun
sebanyak 21 orang (28,38%) dan yang paling sedikit kelompok usia > 45 tahun
sebanyak 4 orang (5,41%).
c. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja Tabel 4.5
Karakteristik responden berdasarkan lama kerja
Umur Jumlah Persentase
< 5 tahun 31 41.89
5 - 10 tahun 39 52.70
> 10 tahun 4 5.41
Jumlah 74 100.00
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa mayoritas lama bekerja responden berada pada
kelompok 5 - 10 tahun sebanyak 39 orang (52,70%), kelompok lama bekerja
< 5 tahun sebanyak 31 orang (41,89%) dan yang paling sedikit kelompok
> 10 tahun sebanyak 4 orang (5,41%).
d. Distribusi Pendapat Responden Mengenai Variabel Tingkat Pendidikan
Tabel 4.6
Tingkat Pendidikan (X1)
Butir Pertanyaan
Frekuensi Pendapat
Responden Total Total
Respo nden SS S KS TS STS
% % % % % %
1
Sebelum saudara bekerja, perlu diberikan pelatihan yang mendukung pendidikan
6,8 86,5 6,8 - - 100 74
2
Saudara perlu melanjutkan pendidikan untuk
meningkatkan produktifitas bekerja
20,3 70,3 9,5 - - 100 74
3 Setelah saudara bekerja,
(1)
2. Uji F (ANOVA)
Berdasarkan hasil pengujian statistik (Uji Anova / Uji F) dapat dilihat pada tabel output berikut :
Tabel 4.13
Hasil Perhitungan Uji Anova ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 132.789 2 66.394 44.845 .000a
Residual 105.117 71 1.481
Total 237.905 73
a. Predictors: (Constant), Insentif, Tingkat Pendidikan b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja Karyawan
Dari tabel 4.13 uji ANOVA diatas diatas didapat F hitung sebesar 44,845 dengan tingkat Sig. sebesar 0,000. Oleh karena 0,000 < 0,05 maka model regresi bisa dipakai untuk memprediksi produktifitas kerja karyawan PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan.
3. Koefisien Determinasi R2 (R Square)
Determinasi R2 ini digunakan untuk melihat seberapa besar variabel bebas mampu menjelaskan variabel terikat. Dengan kata lain koefisien determinan digunakan untuk mengukur kemampuan variabel tingkat pendidikan dan variabel insentif mempengaruhi variabel produktivitas kerja karyawan PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan. Besarnya nilai koefien determinan pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
(2)
Tabel 4.14 Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 .747a .558 .546 1.21676 1.538
a. Predictors: (Constant), Insentif, Tingkat Pendidikan b. Dependent Variable: Produktivitas Kerja Karyawan
Berdasarkan tabel 4.14 menunjukkan koefisien determinasi pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Nilai R sebesar 0,747 menunjukkan tingkat keeratan (korelasi) yang cukup tinggi (mendekati satu) secara simultan antara variabel tingkat pendidikan dan variabel insentif terhadap produktivitas kerja karyawan PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan.
b. Nilai R Square (koefisien determinasi) sebesar 0,558. Besarnya nilai koefisien 0,558 sama dengan 55,8%. Nilai tersebut berarti bahwa sekitar 55,8% produktivitas kerja karyawan PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan dapat dijelaskan melalui variabel tingkat pendidikan dan variabel insentif. Serta sisanya 44,8% dipengaruhi oleh variabel lain.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
a. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan adalah sebagai berikut : 1. Variabel tingkat pendidikan (X1) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap produktifitas kerja karyawan (Y) pada PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan. Hal ini dapat diketahui melalui pengujian hipotesis dengan nilai thitung (X1)= 4,461 dengan nilai
signifikan 0,000.
2. Variabel insentif (X2) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
produktifitas kerja karyawan (Y) pada PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan. Hal ini dapat diketahui melalui pengujian hipotesis dengan nilai thitung (X2)= 4,480 dengan nilai signifikan 0,000.
3. Koefisien determinan (R2) yaitu dengan nilai 0,558 artinya bahwa sebesar
55,8% produktifitas kerja karyawan (Y) pada PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan dapat dijelaskan oleh variabel tingkat pendidikan dan insentif serta sisanya 44,8% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam penelitian ini.
b. Saran
Saran-saran yang dapat penulis berikan berdasarkan hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk lebih meningkatkan tingkat pendidikan sebaiknya PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan memberi pelatihan
66
(4)
ataupun meningkatkan pendidikan karyawan yang memenuhi kriteria tertentu dengan demikian karyawan akan lebih termotivasi lagi bekerja secara optimal dan produktifitas kerja akan lebih meningkat.
2. Untuk lebih meningkatkan produktifitas kerja sebaiknya PT. Angkasa Pura II (Persero) Bandar Udara Polonia Medan mempertahankan ataupun meningkatkan insentif yang diberikan kepada karyawan memenuhi kriteria tertentu dengan demikian karyawan akan lebih termotivasi untuk sehingga produktifitas kerja akan lebih meningkat.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Jurnal Manajemen Sumber Daya Manusia. Bahan Kuliah Manajemen. www.webcache.googleusercontent.com/ diakses tanggal 19 Mei 2010 pukul 11.00 WIB.
Anwar, Prabu Mangkungara. 2002. Sumber Daya Manusia. Penerbit PT. Prenhallindo. Jakarta.
Blumberg dan Prringlle. 1990. Applied Psychology in Prsonel Management. New Jersey. Prentice Hall.
Dessler,Gary. 1998. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jilid 2, PT. Prenhallindo. Jakarta.
Handoko, T. Hani. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi II. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Hariandja, Marihot Tua Effendi. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Pertama. Yogyakarta: PT.BPFE.
Hasibuan, S.P, Hasibuan. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi Revisi. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.
Henry, Simamora. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusa I. STIE YKPN. Yogyakarta.
Husein, Umar. 2008. Metode Penelitian untuk Skripsi dan Penelitian Bisnis. Edisi Kedua. Penerbit PT.Rajawali Pres. Jakarta.
Manulang. 1981. Manajemen Personalia. Penerbit Aksara Baru. Jakarta.
Mathis, L.Robert dan Jackson Johan H. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi 2. Penerbit Salemba Empat. Jakarta.
Nasution, Mulia. 2004. Manajemen Personalia. Penerbit Djambatan. Jakarta. Nyoman, Sri Subawa dan Ida Bagus Agung Budiarta. 2005. ”Analisis Perbedaan
Prestasi Kerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Masa Kerja di Losari Hotel dan Rama Garden Hotel di Kuta Badung”. Skripsi. Fakultas Ekonomi. Bali.
Notoadmodjo, Soekidjo. 1991. Pengembangan Sumber Daya Manusia, PT. Melton Putra. Jakarta.
Panggabean, Mutiara S. 2002. Pengembangan SDM. Cetakan Ketiga. Penerbit PT Rineka Revisi. Jakarta.
(6)
Prisma, Astuti. 2009. Pengaruh Tingkat Pendidikan Formal dan Non Formal Terhadap Prestasi Kerja Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Seketariat Daerah Propinsi Lampung. Skripsi. Faklutas Ekonomi. Lampung.
Siagian P, Sondang. 1992. Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara, Jakarta.
Simamora, Henry. 1995. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi 2, BPFE, Yogyakarta.
Situmorang, Syafrizal Helmi, dan Paham Ginting. 2008. Filsafat Ilmu dan Metode Riset. Cetakan Pertama. Medan: USU Press.
Sofyandi, Herman. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.
www.duniapsikologi.dagdigdug.com/pengertian-pendidikan. Diakses Tanggal 19 Mei 2010 pukul 14.00 WIB.
www.google.com.http://dspace.ac.id/bitstream/handle.com. Diakses Tanggal 28 Mei 2010 Pukul 10.00 WIB.
www. go-kerja.com./tips-tips-cari-kerja. Diakses Tanggal 19 Mei 2010 Pukul 15.00 WIB.
www.wapedia.mobi/id. Diakses Tanggal 19 Mei 2010. Pukul 16.00 WIB.