kalangan penulis lainnya yang tertarik untuk mengeksplorasi kembali kajian tentang formulasi kebijakan khususnya mengenai penetapan upah minimum.
4. Secara Prinsipil. Memberi motivasi kepada mahasiswa atau pihak tertentu untuk
meneliti hal yang sama sebagai kajian terhadap proses formulasi kebijakan upah minimum.
I. 5. Kerangka Teori
Sebagai titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti atau memecahkan masalah perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu.Untuk itu perlu disusun kerangka teori
yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana maslah tersebut disoroti.
Menurut Arikunto
12
Peranan merupakan aspek dinamis dari kedudukan status.Apabila seseorang melakukan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan
perannya kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variable pokok, sub variable atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya.
I. 5. 1 Peranan
13
Selain itu peranan dapat pula dipandang sebagai fungsi dan wewenang yang dimilki oleh orang atau lembaga yang lahir karena kedudukannya.Peranan meliputi hak dan
kewajiban yang muncul serta merta karena kedudukan dan tanggungjawabnya.Menurut .Sehingga peranan dapat dipandang sebagai landasan persepsi yang digunakan
setiap orang yang berinteraksi dalam suatu kelompok atau organisasi untuk melakukan suatu kegiatan mengenai tugas dan kewajibannya.
12
Arikunto, Op. Cit., h. 75
13
Soerjono Soekamto, Sosiologi Sebagai Pengantar Jakarta, PT Raja Garfindo Pusat, 1990 h. 268
Universitas Sumatera Utara
Purwadarminta peranan adalah sesuatu yang menjadi bagian atau yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa
14
Pada tingkat nasional lembaga ini disebut Dewan Pengupahan Nasional Depenas, untuk propinsi bernama Dewan Pengupahan Provinsi Depeprov dan untuk kabupatenkota
disebut Dewan Pengupahan KabupatenDewan Pengupahan Kota DepekabDepeko. Yang nantinya lembaga inilah yang akan memberikan saran dan pertimbangan pada pemerintah
mengenai kebijakan upah. Dewan Pengupahan Nasional bertugas memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dalam rangka perumusan kebijakan pengupahan dan
pengembangan sistem pengupahan nasional .Dari pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa peranan merupakan fungsi dan wewenang yang berpengaruh terhadap suatu peristiwa.
I. 5. 2. Dewan Pengupahan Daerah Depeda
15
Formulasi kebijakan adalah turunan dari formula dan berarti untuk pengembangan
rencana, metode, resep, dalam hal ini untuk meringankan suatu kebutuhan, untuk tindakan dalam suatu masalah
.Dan untuk daerah, Dewan Pengupahan bertugas memberikan saran dan pertimbangan sesuai dengan ruang lingkup masing-masing.
Adapun keanggotaan pada Dewan Pengupahan Daerah DEPEDA terdiri dari unsur
tripartit plus dengan komposisi 2:1:1 ditambah pakar dari perguruan tinggi. I. 5. 3. Formulasi Kebijakan
16
Woll berpendapat bahwa formulasi kebijakan berarti pengembangan sebuah mekanisme untuk menyelesaikan masalah public, dimana pada tahap para analis kebijakan
public mulai menerapakan beberapa teknik untuk menjustifikasi bahwa sebuah pilihan .
14
W.J.S. Purwadarminta, KBI Jakarta, Pusat Pembinaan dan Pengembangan Balai Pustaka, 1978 h. 755
15
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 107 Tahun 2004, BAB II, Pasal 4
16
Charles O Jones, Pengantar Kebijakan Publik Public policy, Jakarta, PT. Raja Grafindo, 1996 h. 137
Universitas Sumatera Utara
kebijakan merupakan pilihan yang terbaik dari kebijakan yang lain
17
Mengenai apa yang dilakukan dalam perumusan kebijakan ini, Budiwinarnomenyatakan bahwa masalah yang telah masuk kedalam agenda kebijakan
kemudian akan dibahas oleh para pembuat kebijakan . Dalam menentukan
pilihan kebijakan pada tahap ini dapat menggunakan analisis biaya manfaat dan analisis keputusan, dimana keputusan yang harus diambil pada posisi tidak menentu dengan informasi
serba terbatas.
18
Di lingkuangan para pembelajar perumus kebijakan publik terdapat sejumlah model. Thomas R. Dyemerumuskan model-model secara lengkap dalam Sembilan model formulasi
kebijakan yaitu . Masalah-masalah tadi didefenisikan
untuk kemudian dicari pemecahan masalah terbaik.Pemecahan masalah tersebut berasal dari berbagai alternatif yang ada.Sama halnya dengan perjuangan suatu masalah untuk masuk
kedalam agenda kebijakan, dalam tahap perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih sebagai kebijakan yang diambil untuk pemecahan masalah. Pada
tahap ini masing-masing aktor akan bermain untuk mengusulkan pemecahan masalah terbaik.
Model-Model Formulasi Kebijakan
19
1. Model Kelembagaan
:
Formulasi kebijakan model kelembagaan secara sederhana bermakna bahwa tugas membuat kebijakan publik adalah pemerintah. Jadi apapun yang dibuat pemerintah
dengan cara apapun adalah kebijakan publik. Model ini mendasar kepada fungsi- fungsi kelembagaan pemerintah, di setiap sektor dan tingkat di dalam formulasi
kebijakan
20
17
Nogi dkk, Kebijakan Publik Yang Membumi, konsep, Strategi dan kasus, Yayasan Pembaharuan Administrasi Publik Indonesia dan Lukman Offset h. 8
18
Budi Winarno, Teori Dan Proses Kebijakan Publik, MED Press, 2002 h. 29
19
Dian Nugroho, Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi dan Evaluasi, Jakarta, PT. Elex Media komputindo, 2003 h. 108.
20
Ibid,
. Dye menyebutkan ada tiga hal yang membenarkan pendekatan ini yaitu
Universitas Sumatera Utara
bahwa pemerintah memang sah membuat kebijakan publik, fungsi tersebut bersifat universal dan memang pemerintah memonopoli fungsi pemaksaan koersi dalam
kehidupan bersama
21
2. Model Proses
.
Didalam model ini para pengikutnya menerima asumsi bahwa politik merupakan suatu aktifitas sehingga mempunyai proses. Untuk itu, kebijakan publik merupakan
juga proses politik yang menyertakan rangkaian kegiatan :
Tahapan Aktifitas
Identifikasi Masalah Mengemukakan tuntunan agar pemerintah
mengambil tindakan Menata agenda formulasi kebijakan Memutuskan isu apa yang dipilih dan
permasalahan apa yang hendak dikemukakan Perumusan proposal kebijakan
Mengembangkan proposal kebijakan untuk menangani masalah tersebut
Legitimasi Kebijakan Memilih satu buah proposal yang dinilai terbaik
untuk kemudian dicari dukungan politik agar dapat diterima sebuah hokum
Implementasi Kebijakan Mengorganisir birokrasi, menyediakan pelayanan
dan pembayaran, dan pengumpulan pajak Evaluasi Kebijakan
Melakukan studi program, melaporkan out put nya, mengevaluasi pengaruh impact dan
kelompok sasaran dan non-sasaran dan memberikan rekomendasi penyempurnaan
kebijakan
21
Ibid,
Universitas Sumatera Utara
3. Model Teori Kelompok
Model pengmbilan kebijakan teori kelompok mengandaikan kebijakan sebagai titik keseimbangan equilibrium. Inti gagasannya adalah interaksi di dalam kelompok
akan menghasilkan keseimbangan, dan keseimbangan adalah yang terbaik. Di sini individu di dalam kelompok-kelompok kepentingan berinteraksi secara formal
maupun informal, secara langsung atau melalui media massa menyampaikan tuntutan kepada pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan publik yang diperlukan.
4. Model Teori Elit
Model teori elit berkembang dari teori politik elit massa yang melandaskan diri pada asumsi bahwa didalam setiap masyarakat pasti terdapat dua kelompok, yaitu
pemegang kekuasaan atau elit dan yang tidak memiliki kekuasaan atau massa. Teori ini mengembangkan diri pada kenyataan bahwa sedemokratis apapun, selalu ada bias
dalam formulasi kebijakan, karena pada akhirnya kebijakan-kebijakan yang dilahirkan merupakan preferansi dari pada elit tidak lebih.
5. Model Teori Rasionalisme
Model ini mengedepankan gagasan bahwa kebijakan publik sebagai maximum social gain berarti pemerintah sebagai pembuat kebijakan yang memberikan manfaat
optimum bagi masyarakat.Model ini merupakan model yang paling banyak dicontoh didunia.Dengan asumsi bahwa model ini lebih menekankan pada aspek ekonomis dan
efisiensi. Cara-cara formulasi kebijakan disusun dalam urutan :
• Mengetahui preferensi publik dan kecenderungannya
• Menemukan pilihan-pilihan
• Menilai konsekunsi masing-masing pilihan
• Menilai ratio nilai sosial yang dikorbankan
Universitas Sumatera Utara
• Memilih alternatif kebijakan yang paling efisien
6. Model Inkrementalis
Model inkrementalis pada dasarnya merupakan kritik terhadap model rsional. Dikatakannya, para pembuat kebijakan tidak pernah melakukan proses seperti yang
disyaratkan oleh pendekatan rasional karena mereka tidak memiliki cukup waktu, intelektual, maupun biaya, ada kekhawatiran muncul dampak yang tidak diinginkan
akibat kebijakan yang belum pernah dibuat sebelumnya, adanya hasil-hasil dari kebijakan sebelumnya yang harus dipertahankan, dan menghindari konflik.
7. Model Pengamatan Terpadu Mixed Scanning
Model ini merupakan upaya menggabungkan antara model rasional dengan model inkremental. Model ini memperkenalkan suatu pendekatan terhadap formulasi
keputusan-keputusan pokok inkremental, menetapkan proses formulasi kebijakan pokok dan urusan tinggi yang menentukan ptunjuk dasar, proses-proses yang
mempersiapkan keputusan-keputusan pokok, dan menjalankan setelah keputusan itu tercapai. Model ini ibaratnya pendekatan dua kamera: wide angle untuk melihat
keseluruhan dan zoom untuk melihat detailnya.
8. Model Demokratis
Merupakan model baru yang dikembangkan yang berasumsi bahwa dalam perumusan kebijakan itu harus sebanyak mungkin mengelaborasi suara dari
stakeholders.Dikatakan sebagai model demokratis karena menghendaki agar setiap “pemilih hak demokrasi” diikutkan serta sebanyak-banyaknya.
9. Model Strategis
Intinya adalah pendekatan ini menggunakan rumusan tuntutan perumusan strategi sebagai basis perumusan kebijakan.Bryson merumuskan makna perencanaan strategis
itu yakni upaya yang didisiplinkan untuk membuat keputusan dan tindakan penting
Universitas Sumatera Utara
yang membentuk dan memandu bagaimana menjadi organisasi atau entitas lainnya, dan mengapa organisasi entitas lainnya mengerjakan hal seperti itu
22
Dari berbagai model dalam perumusan kebijakan penulis melihat kecenderungan bahwa pendekatan model Rasionalisme lebih tepat untuk melihat proses formulasi kebijakan
upah minimum. Mengenai model proses ini berikut dikutip pendapat Anderson . Perencanaan
strategis mensyaratkan pengumpulan informasi secara luas, eksplorasi alternatif, dan menekankan implikasi masa depan dengan keputusan sekarang.
23
Kemudian Anderson menjelaskan ”Public policy may be viewed as the response of political system to demands arising
from its environment. The political system, as defined by Easton, is composed of those indefinitable and interrelated institutions and activities in a society that make authoritive
decision or allocations of values that are binding on society. Terjemahan bebasnya bermakna sebagai berikut: Kebijakan publik dapat dilihat
sebagai jawaban sistem politik atas tuntutan-tuntutan dari lingkungan. Sistem politik sebagaiman didefenisikan Easton terdiri atas lembaga-lembaga yang tidak dapat berdiri
sendiri dan aktivitasnya saling ketergantungan di dalam masyarakat yang membentuk otoritas kebijakan atau alokasi-alokas nilai yang mengikat masyarakat.
24
Input into political system from the environment consist of demands and supports. The Environment consists of all those conditions and events external to the bounderies of
the political system. Demands are the claim made by individuals and groups on the political system for action to satisfy their interest. Support is rendered when groups
and individuals abide by elections results, pay taxes, obey laws, and otherwise accept the decisions and actions of the authorative political system made response to
demands :
22
Ibid., h. 127
23
James E. Anderson, Public policy Making III, Hongkong, University of Hongkong, 1979 h. 13
24
Ibid, hal 14
Universitas Sumatera Utara
Terjemahan bebasnya bermakna : Input dari lingkungan terjadap sistem politik terdiri atas tuntutan dan dukungan.
Lingkungan terdiri atas seluruh peristiwa-peristiwa dari luar sistem yang memasuki batas dan sistem politik.Tuntutan adalah keluhan yang diungkapkan oleh individu-individu atau
kelompok terhadap sistem politik untuk memberikan keuntungan bagi mereka.Dukungan terjadi ketika kelompok-kelompok atau individu-individu yang diabaikan hasil pemilihan,
membayar pajak, mematuhi peraturan dan namun demikian menerima keputusan dan tindakan dari otoritas sistem politik yang dilakukan untuk menjawab tuntutan-tuntutan.
These authoritive allocations of values constitute publik policy. The concept of feed back indicates that publik policy out put may subsequently alter the environment
and demands generated therein, as well as the character of political system itself. Policy outputs may produce new demands, which lead to further policy outputs, and
so on in a continuing, never ending flow of public policy
25
Upah adalah kata atau terminologi yang sangat populer di masyarakat kita secara keseluruhan. Secara awam, upah dapat diartikan sebagai salah satu imbalan yang diterima
. Terjemahan bebasnya bermakna :
Otoritas-otoritas pengalokasian nilai-nilai merupakan kebijakan publik.Konsep dari umpan balik mengindikasikan bahwa kebijakan publik out puthasil mungkin pada akhirnya
mengatasi lingkungan politik dan tuntutan-tuntutan yang berada didalamnya seperti karakter sistem politik itu sendiri.Buah kebijakan mungkin saja membentuk tuntutan baru, demikian
juga dengan hasilnya out put dan demikianlah seterusnya berlangsung secara kontiniu, arus kebijakan publik yang tak berujung.
I. 5. 4. Upah minimum Pengertian Upah
25
ibid, hal 54
Universitas Sumatera Utara
oleh seseorang yang telah melakukan kegiatan atau pekerjaan.Upah adalah salah satu unsur dalam pelaksanaan hubungan kerja, yang mempunyai peranan strategis dalam pelaksanaan
hubungan industrial. Upah diterima pekerja atas imbalan jasa kerja yang dilakukannya bagi pihak lain. Sehingga upah pada dasarnya harus sebanding dengan kontribusi yang diberikan
pekerja untuk memproduksi barang atau jasa tertentu. Kaitannya dengan bidang ketenagakerjaan, pengertian pengupahan adalah imbalan yang diterima pekerja atas jasa kerja
yang diberikannya dalam proses memproduksi barang atau jasa di perusahaan. Dengan demikian, maka pengusaha dan pekerja adalah 2 pihak yang paling berkepentingan dengan
hal-hal yang berkaitan dengan pengupahan. Pekerja berikut keluarganya, mempunyai ketergantungan terhadap besarnya nilai upah
yang diterima dalam rangka membiayai pemenuhan kebutuhannya sehari-hari, mulai dari kebutuhan pangan, sandang, pangan dan beragam kebutuhan lainnya. Itulah sebabnya,
pekerja atau serikat pekerja senantiasa mengharapkan bahkan sering menuntut kenaikan upah kepada pihak pengusaha. Demikian sebaliknya, pihak pengusaha juga mempunyai
kepentingan yang besar dengan upah karena upah merupakan komponen penting pengeluaran biaya perusahaan. Tidak jarang pengusaha mempunyai anggapan bahwa upah hanya
merupakan biaya semata, sehingga mengakibatkan kehati-hatian yang berlebihan dalam mengalokasikan anggaran untuk upah.
Selain kedua pihak tersebut di atasyakni pemberi upah dan penerima upah, pihak lain yang sangat terkait adalah pemerintah sebagai institusi yang mewakili negara dan masyarakat
dalam menjaga dan memelihara kondisi kehidupan sosial, ekonomi dan politik yang sehat. Pemerintah mempunyai kepentingan untuk menetapkan kebijakan pengupahan guna
menjamin kelangsungan kehidupan yang layak bagi pekerja dan keluarganya dan meningkatkan daya beli masyarakat sekaligus menjamin peningkatan produktivitas kerja. Di
samping itu, pemerintah juga mempunyai kepentingan untuk menjamin ketersediaan produksi
Universitas Sumatera Utara
barang dan jasa di masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan kesempatan kerja.
Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, upah adalah hak pekerja buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan
dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerjaburuh, yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-undangan yang
berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerjaburuh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah atau akan dilakukan
26
Penghasilan upah komponennya terdiri atas .
Defenisi upah yang ditetapkan oleh DPPN tahun 1970 adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pemberi kerja kepada penerima kerja untuk suatu pekerjaan atas jasa
yang dilakukan, berfungsi sebagai jaminan kelangsungan hidup yang layak bagi kemanusiaan dan produksi dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang, yang ditetapkan menurut suatu
persetujuan undang-undang dan peraturan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pemberi kerja dengan penerima kerja.
Komponen upah
Penghasilan pekerja buruh yang didapat dari pengusaha ada yang berupa upah dan bukan upah.Menurut Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja R.I. No.SE-07MEN1990,
penghasilan tersebut terdiri dari upah dan non upah.
27
a. Upah pokok yaitu imbalan dasar yang dibayarkan kepada pekerjaburuh menurut
tingkat atau jenis pekerjaan yang besarnya ditetapkan berdasarkan kesepakatan. :
b. Tunjangan tetap yaitu suatu pembayaran yang teratur berkaitan dengan pekerjaan
yang diberikan secara bertahap untuk pekerjaburuh dan keluarganya serta dibayarkan dalam satuan waktu yang sama dengan pembayaran upah pokok seperti tunjangan
26
Republik Indonesia, Undang-undang No. 13 Tahun 2003, Pasal 1 ayat 3
27
Maimun, S.H. S. Pd, Hukum Ketenaga Kerjaan Suatu Pengantar, cet. II, Jakarta, PT. Padnya Paramita, 2007 h. 48
Universitas Sumatera Utara
istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan dan lain-lain. Tunjangan tetapa pembayarannya dilaukuakan secara teratur dan tidak dikaitkan dengan kehadiran
pekerja atau suatu pencapaian suatu prestasi kerja tertentu. c.
Tunjangan tidak tetap yaitu suatu pembayaran yang secra langsung maupun tidak langsung berkaitan dengan pekerjaburuh dan keluarganya diberikan serta dibayarkan
menurut satuan waktu yang tidak sama dengan waktu pembayaran upah pokok seperti tunjangan transport atau tunjangan makan apabila diberikan berdasarkan kehadiran
pekerjaburuh Penghasilan yang bukan upah terdiri atas
28
a. Fasilitas yaitu kenikmatan dalam bentuk nyata yan diberikan perusahaan oleh karena
hal-hal khusus atau untuk meningkatkan kesejahteraan pekerjaburuh seperti fasilitas kendaraan, pemberian makan secara Cuma-Cuma, sarana ibadah, tempat penitipna
bayi, koperasi, kantin dan lain-lain. :
b. Bonus yaitu pembayarean yang diterima pekerja dari hasil keuntungan perusahaan
atau karena pekerja menghasilkan hasil kera lebih besar dari target produksi yang normal atau karena peningkatan produktivitas, besarnya pembagian bonus diatur
berdasarkan kesepakatan. c.
Tunjangan Hari Raya THR , gartifikasi dan pembagian keuntungan lainnya. Setiap pekerjaburuh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupaan
yang layak bagi kemanusiaan, oleh karena itu pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindung pekerjaburuh yang meliputi:
a. Upah minimum
b. Upah kerja lembur
c. Upah tidak masuk kerja Karena berhalangan
28
Ibid., h. 48
Universitas Sumatera Utara
d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaan
e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya
f. Bentuk dan cara pembayaran upah
Pengertian Upah minimum
Jaminan hukum atas upah yang layak tercantum dalam UUD 1945 pasal 28D dan pasal 27 ayat 2 menegaskan bahwa setiap orang berhak mendapatkan upah dan penghidupan
yang layak bagi kemanusiaan. Juga UU No 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, di mana dalam pasal 88 menyebutkan bahwa setiap buruh berhak memperoleh penghasilan yang layak
bagi kemanusiaan dan untuk mewujudkannya pemerintah menetapkan kebijakan pengupahan yang melindungi buruh
29
Menurut Soedarjadi . diantaranya yaitu upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup
layak KHL, upah lembur, struktur dan skala upah yang proporsional, dan upah untuk pembayaran pesangon.
Dalam hubungan industrial, kedudukan upah minimum merupakan persoalan prinsipil.Upah minimum harus dilihat sebagai bagian sistem pengupahan secara
menyeluruh.Menurut ILO dalam Report of the Meeting of Experts of 1967, Upah minimum didefinisikan sebagai upah yang memperhitungkan kecukupan pemenuhan kebutuhan makan,
pakaian, tempat tinggal, pendidikan, dan hiburan bagi pekerja serta keluarganya sesuai dengan perkembangan ekonomi dan budaya tiap negara. Pengertian upah minimum menurut
Permenaker Nomor Per-01MEN1992 tentang upah minimum pada pasal 1 ayat 1 yang menyatakan: upah minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok
termasuk tunjangan tetap.
30
29
Republik Indonesia, Undang-undang No. 13 Tahun 2003, Pasal 88
30
Soedarjadi, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan, Edisi Revisi cet-V; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2008 h. 75
, upah minimum adalah ketetapan yang dikeluarkan oleh pemerintah mengenai keharusan perusahaan untuk membayar upah sekurang-kurangnya sama
Universitas Sumatera Utara
dengan Kebutuhan Hidup Layak pekerja KHL kepada pekerja yang paling rendah tingkatannya.
Pada prinsipnya, sistem penetapan upah minimum dilakukan untuk mengurangi eksploitasi atas buruh.Ini sesungguhnya berisi kewajiban pemerintah memproteksi
buruh.Intervensi dan peran pemerintah dalam hubungan industrial adalah bentuk penguatan terhadap posisi tawar yang memang tidak seimbang antara buruh ketika berhadapan dengan
pengusaha.Dengan kata lain, bahwa upah minimum dapat dikatakan sebagai salah satu instrumen kebijakan pemerintah untuk melindungi kelompok pekerja lapisan paling bawah di
setiap perusahaan agar memperoleh upah serendah-rendahnya sesuai dengan nilai atau harga kebutuhan hidup minimum.
Pihak-pihak terkait dalam penetapan upah minimum
a. Kepala daerah
Kepala daerah menetapakan upah minimum dengan memperhatikan rekomendasi dari dewan pengupahan dan berdasarkan usulan komisi penelitian pengupahan dan jaminan sosial
dewan ketenagakerjaan daerah. b.
Dewan pengupahan Dewan pengupahan adalah lembaga nonstruktural yang bertugas untuk memberikan
rekomendasi kepada kepala daerah dalam menetapkan upah minimum. Dewan pengupahanberkedudukan di tingkat nasioanal, provinsi, kabupatenkota. Untuk
kabupatenkota disebut dengan dewan pengupahan kabupatenkota yang diangkat dan diberhentikan oleh bupatiwalikota. Anggota dewan pengupahan berasal dari unsur
pemerintah, buruh, dan pengusaha dengan komposisi 2:1:1, dimana suara pemerintah menjadi mayoritas. Untuk tingkat kabupatenkota dewan pengupahan mempunyai tugas untuk
melakukan survei KHL setiap bulannya. Hasil surveiini akan dijadikan acuan untuk menentukan besaran UMKUMP dari masing-masing wilayah.
Universitas Sumatera Utara
c. Komisi penelitian pengupahan dan jaminan sosial dewan ketenagakerjaan daerah
Untuk UMSProp dan UMSKab, komisi penelitian dan jaminan sosial dewan ketenagakerjaan daerah, mengadakan penelitian serta menghimpun data dan informasi
mengenai: homogenitas perusahaan, jumlah perusahaan, jumlah tenaga kerja, devisa yang dihasilkan, kemampuan perusahaan, asosiasi perusahaan, dan serikat buruh terkait.
Tujuan kebijakan upah minimum
Penetapan kebijakan upah minimum adalah sebagai jaring pengaman sosial safety net dimaksudkan agar upah tidak terus merosot sebagai akibat dari ketidakseimbangan pasar
kerja disequilibrium labour market. Juga untuk menjaga agar tingkat upah pekerja pada level bawah tidak jatuh ke tingkat yang sangat rendah karena rendahnya posisi tawar tenaga
kerja di pasar kerja. Agar pekerja pada level bawah tersebut masih dapat hidup wajar dan terpenuhi kebutuhan gizinya, maka dalam penetapan upah minimum mempertimbangkan
standar kehidupan pekerja. Kebijakan penetapan upah minimum sebagaimana diatur dalam Undang-Undang
Nomor 13 tahun 2003 diarahkan untuk mencapai Kebutuhan Hidup Layak KHL selain memberi jaminan pekerjaburuh penerima upah untuk memenuhi kebutuhan hidup. Program
pencapaian upah minimum terhadap Kebutuhan Hidup Layak KHL menunjukan perbaikan nyata. Hal ini dimaksudkan bahwa pemenuhan kebutuhan hidup akan dicapai secara
bertahap. Di lain pihak upah minimum juga diharapkan harus dapat mendorong kemajuan usaha
dan daya saing sehingga menaikkan tingkat produktivitas. Di sisi lain dalam penetapan upah minimum juga perlu mempertimbangkan kemampuan membayar upah dari usaha-usaha
mikro dan kecil yang paling tidak mampu marginal untuk tetap hidup yang nantinya usaha- usaha tersebut diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dalam upaya mengurangi
pengangguran dan penciptaan lapangan kerja baru.
Universitas Sumatera Utara
Penetapan upah minumum dipandang perlu sebagai salah satu bentuk perlindungan upah, dengan tujuan :
1. Menghindari atau mengurangi persaingan yang tidak sehat sesama pekerja dalam kondisi
pasar kerja yang surplus, yang menyebabkan pekerja menerima upah di bawah tingkat kelayakan.
2. Menghindari atau mengurangi kemungkinan eksploitasi pekerja yang memanfaatkan
kondisi pasar untuk akumulasi keuntungannya.
3. Sebagai jaring pengaman untuk menjaga tingkat upah
4. Menghindari terjadinya kemiskinan absolut pekerja melalui pemenuhan kebutuhan dasar
pekerja.
Upah minimum di Indonesia diperkenalkan tahun 1996, peran upah minimum semakin penting. Hingga tahun 2000, tingkat upah minimum ditetapkan oleh Menteri Tenaga
Kerja untuk tiap propinsi di Indonesia. Dengan diberlakukannya otonomi daerah, mulai tahun 2000 tanggung jawab menetapkan upah minimum terletak di pundak pemerintah propinsi dan
pemerintah KabupatenKota. Oleh karena itu setiap daerah harus membentuk dewan pengupahan sebagai lembaga non struktural yang bertugas dalam perumusan upah minimum
kota.
Jenis-jenis upah minimum
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor PER-01MEN1999 jo. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Dan Transmigrasi Nomor KEP-226MEN2000 jangkauan
wilayah upah minimum meliputi: a.
Upah minimum provinsi UMP adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupatenkota di satu provinsi.
Universitas Sumatera Utara
b. Upan minimum kabupatenkota UMK adalah upah minimum yang berlaku di daerah
kabupatenkota. c.
Upah minimum sektoral provinsi UMPProp adalah upah minimumyang berlaku secara sektoral di seluruh kabupatenkota da satu provinsi
d. Upah minimum sektoral kabupatenkotaUMSKab adalah upah minimum yang
berlaku secara sektoral di daerah kabupatenkota. Menurut Hardijan Rusli upah minimum dapat terbagi atas
31
a. Upah minimum berdasarkan wilayah propinsi atau kabupatenkota. Besar upah yang
untuk tiap wilayah propisi dan kabupatenkota tidaklah sama tergantung dari nilai kebutuhan minimum di daerah yang bersangkutan. Setiap kabupatenkota tidak boleh
menetapkan upah minimum di bawah upah minimum propinsi yang bersangkutan. :
b. Upah minimum berdasarkan sektorsubsektor pada wilayah provinsi atau
kabupatenkota. Upah minimum sektoral ditetapkan berdasarkan kelompok usaha tertentu misalnya kelompok usaha manufaktur dan non faktur. Upah minimum
sekotoral ini tidak boleh lebih rendah dari upah minimum di daerah yang bersangkutan.
Mekanisme Perumusan Upah Minimum Provinsi
Dalam perumusan Upah Minimum Provinsi UMP Pemeritah Daerah membentuk dewan pengupahan Provinsi yang beranggotakan dari wakil pemerintah, kantordinas, unit
terkait, organisasi serikat pekerja, organisasi pengusaha, dan akademisi. Dewan pengupahan Provinsi berfungsi melakukan survei dan pendataan harga-harga bahan pokok di daerah
sekitarnya, dalam komponen kelompok-kelompok kebutuhan hidup layak yang antara lain meliputi komponen sandang, pangan, perumahan, kesehatan, transportasi, rekreasi, dan
tabungan.
31
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan cet. I; Jakarta: Ghalia Indonesia, 2004 h. 120
Universitas Sumatera Utara
Setelah data terhimpun kemudian dikaji, dihitung, dan dianalisa apakah perusahaan- perusahaan mampu membayar kenaikan yang akan ditetapkan. Kebijakan diambil
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan inflasi, dan faktor-faktor lain. Biasanya masing- masing perwakilan menghitung kenaikan berbeda-beda karena mereka melihat sudut pandang
dan kepentingan yang berbeda.Organisasi serikat pekerja selalu minta lebih tinggi dari wakil pengusaha, sedangkan untuk wakil pemerintah berperan sebagai stabilisator.
Hasil survei yang dilakukan oleh tim peneliti nantinya akan dibawa dalam forum musyawarah dewan pengupahan untuk dibahas dan disepakati besaran nilai KHL yang akan
diajukan kepada kepala daerah nantinya, sebagai bentuk bahan pertimbangan dalam menetapkan UMP. Masing-msaing perwakilan pastinya mengahendaki hasil survei mereka
yang disepakati ataupun yang paling mendekati untuk menjadi pertimbangan yang akan diajukan kepada kepala daerah.
Upah minimum berlaku terhitung mulai tanggal 1 Januari tahun berjalan dan ditetapkan 60 hari sebelumnya untuk UMP, dan 40 hari sebelumnya untuk UMK.
60 hari 40 hari
UPAH MINIMUM •
UMP UMK
Untuk mencapai kesepakatan akan tingkat upah yang menjadi dasar pertimbangan dalam penetapan upah minimum maka lembaga tripartit yang terdiri dari unsur pengusaha,
serikat pekerjaserikat buruh, dan pemerintah daerah harus melakukan rapat dan forum musyawarah yang membahas, mengkaji, dan menganalisis tingkat upah yang diusulkan oleh
masing-masing lembaga. Upah minimum yang nantinya menjadi rekomendasi yang
Universitas Sumatera Utara
disepakati bersama oleh ketiga lembaga tripartit tersebut haruslah berdasarkan hasil survei Kebutuhan Hidup Layak KHL yang menjadi dasar perumusan upah minimum.
Dalam forum diskusi dan musyawarah yang dilakukan oleh lembaga tripartit tersebut tidak dapat dihindari terjadinya pertentangan dan perdebatan tentang tingkat upah yang
menjadi usulan nantinya. Masing-masing lembaga akan mempertahankan pandanganya tentang tingkat upah yang mereka usulkan. hal ini karena masing-masing lembaga memiliki
usulan upah yang berbeda sesuai dengan kepentingan yang mereka wakili. Inilah yang menjadi salah satu permasalahan dalam perumusan tingkat upah, oleh karena itu tidaklah
mudah untuk mencapai kesepakatan akan tingkat upah minimum. Sebelum perumusan kebijakan pengupahan Terlebih dahulu lembaga tripartit tersebut
melakukan survei Kebutuhan Hidup Layak KHL di pasar-pasar tradisional. Dengan survei KHL ini maka dewan pengupahan dapat menyesuaikan tingkat harga kebutuhan buruh saat
ini dengan usulan upah yang nantinya di rumuskan. KHL bukan satu-satunya faktor yang dipertimbangkan dalam penetapan upah minimum, masih ada 4 faktor lain, yaitu:
produktivitas, pertumbuhan ekonomi, kemampuan usaha marginal dan kondisi pasar kerja. Namun keempat faktor tersebut masih bersifat kualitatif. KHL merupakan faktor yang
bersifat kuantitatif, oleh karena itu dalam menetapkan nilai KHL yang akan dijadikan sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan upah minimum haruslah tepat dan akurat.
Hasil survei KHL tersebut nantinya akan menjadi dasar perumusan tingkat upah oleh pemerintah daerah, serikat pekerjaserikat buruh dan juga dunia usaha. Ketiga lembaga
tripartit tersebut mewakili kepentingan masing-masing.Sehingga mereka mengusulkan tingkat upah yang berbeda-beda sesuai dengan kemampuan dan kepentingan yang melatar
belakangi mereka.Hanya pemerintah lah yang menjadi penengah antara kedua kelompok kepentingan tersebut.Tidak lah mudah untuk mencapai kesepakatan dalam menentukan
tingkat upah minimum tersebut, karena masing-masing pihak memiliki pandangan dan latar
Universitas Sumatera Utara
belakang kepentingan yang berbeda tentang upah.Keinginan untuk mempertahankan pandangan atau pun kepentingannya pasti ada. Setiap perbedaan dan perdebatan tentang
tingkat upah yang diusulkan oleh masing-masing lembaga akan dirapatkan dan dimusyawarahkan.
Hal yang menjadi perdebatan dalam forum atau rapat dewan pengupahan adalah usulan akan tingkat upah minimum yang akan disepakati nantinya. Serikat pekerjaserikat
buruh akan mengusulkan tingkat upah yang tinggi dan diatas dari nilai KHL, namun sebaliknya tingkat upah yang diusulkan dunia usaha cenderung rendah dan dibawah nilai
KHL. Dan pemerintah daerah sendiri sebagai penengah juga akan mengusulkan tingkat upah yang dinilai mampu menengahi kedua kepentingan dari serikat pekerja dan pengusaha.
Perdebatan dan perbedaan usulan antara serikat pekerja dan pengusaha ini harus dibahas bersama dan di musyawarahkan demi mencapai kesepakatan.Jika musyawarah tidak
menghasilkan kesepakatan maka dewan pengupahan melakukan voting tentang tingkat upah yang menjadi hasil kesepakatan bersama.Hasil kesepakatan rapat diputuskan dengan syarat
23 kuorum. Bagaimana pun juga kesepakatan akan tingkat upah yang nantinya menjadi dasar penetapan upah minimum haruslah diputuskan.
Melalui rapat dewan pengupahan maka semua perbedaan hasil survei dibahas, dikaji, dihitung, dan dianalisa untuk mendapatkan besaran upah yang menjadi usulan bagi
pertimbangan penetapan upah minimum yang nantinya diputuskan oleh kepala daerah.Meskipun ada perbedaan dari masing-masing lembaga dapat dimusyawarahkan atau
mungkin tidak, maka jumlah nominal tetap diusulkan kepada kepala daerah. Oleh karena itu interaksi lembaga tripartit tersebut akan menentukan tercapai tidaknya kesepakatan akan
tingkat upah yang menjadi usulan dewan pengupahan nantinya sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan tingkat upah minimum oleh kepala daerah.
Universitas Sumatera Utara
Kebutuhan Hidup Layak KHL
Dalam tataran normatif, KHL merupakan standar kebutuhan yang harus dipenuhi seorang buruh lajang untuk dapat hidup layak, baik secara fisik maupun nonfisik dalam kurun
waktu satu bulan.Setiap pekerja berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan diri secara utuh sebagai manusia yang bermartabat.Upah minimum dipandang
sebagai sumber penghasilan bersih take home pay sebagai jaring pengaman Safety net KHL.Sebab itu, upah minimum diharapkan dapat memenuhi kebutuhan seorang buruh
terhadap pendidikan, kesehatan, transportasi, dan rekreasi.Bahkan, bila dimungkinkan dapat disisihkan untuk menabung.
Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, dalam pasal 88 ayat 4 diamanatkan bahwa pemerintah menetapkan upah minimum
berdasarkan Kebutuhan Hidup Layak KHL dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Dalam pasal 89 juga dijelaskan bahwa Kebutuhan Hidup Layak
KHL dalam penetapan upah minimum dicapai secara bertahap.Sebagai tindak lanjut dari amanat Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 seperti tersebut diatas, maka diterbitkanlah
Permenakertrans Nomor 17 Tahun 2005 tentang Komponen dan Pelaksanaan Tahapan Pencapaian Kebutuhan Hidup Layak.
Nilai kebutuhan hidup layak KHL diperoleh melalui survei harga yang dilakukan oleh tim tripartit untuk pemerintah diwakili oleh badan pusat statistic BPS, perwakilan
pengusaha dan perwakilan serikat buruh.
Pokok-pokok pikiran yang mendasari perumusan komponen KHL adalah sebagai berikut :
1. Perlunya keseimbangan gizi antara karbohidrat dan protein
Universitas Sumatera Utara
2. Semakin banyaknya angkatan kerja wanita yang memasuki pasar kerja, sehingga perlu
mengakomodir kebutuhan khusus pekerja wanita.
3. Kondisi masyarakat Indonesia yang religius, sehingga perlu mengakomodir kebutuhan
perlengkapan ibadah yang juga memerlukan biaya.
4. Perlunya menambahkan beberapa jenis kebutuhan yang secara riil digunakan oleh
masyarakat pada semua lapisan.
I. 6. Defenisi Konsep