Jenis Bahan Anestesi Lokal Mekanisme Anestesi Lokal Metode Anestesi Lokal pada Mandibula

2.2 Anestesi Lokal

Anestesi lokal adalah hilangnya semua bentuk sensasi termasuk sakit, sentuhan, persepsi temperatur dan tekanan pada sebagian tubuh. 33 Beberapa kalangan medis yang membatasi istilah anestesi lokal hanya untuk pembiusan di bagian kecil tubuh seperti gigi atau area kulit. Mereka menggunakan istilah anestesi regional untuk pembiusan bagian yang lebih besar dari tubuh seperti kaki atau lengan. 18 Dalam bidang kedokteran gigi, anestesi lokal merupakan suatu tindakan yang dapat menghilangkan nyeri atau sensasi pada area – area spesifik di dalam rongga mulut untuk waktu yang singkat. Tindakan ini digunakan oleh dokter gigi dalam prosedur pembedahan untuk memastikan kenyamanan dan keamanan pasien selama prosedur. 17,18

2.2.1 Jenis Bahan Anestesi Lokal

Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi dalam dua golongan besar, yaitu golongan ester dan golongan amida. Yang termasuk bahan ester adalah prokain, kokain dan tetrakain sedangkan untuk golongan amida adalah lignokain, prilokain dan mervakain. 19 Perbedaan kimia bahan ini berdasarkan metabolisme, dimana golongan ester dimetabolisme oleh enzim pseudo-kolinesterase di plasma sedangkan golongan amida melalui degradasi enzimatis di hati. 20

2.2.2 Mekanisme Anestesi Lokal

Obat anestesi lokal mencegah transmisi impuls saraf blokade konduksi dengan menghambat pengiriman ion natrium melalui pintu ion natrium selektif pada membrane saraf. Pintu natrium sendiri adalah reseptor spesifik molekul obat anestesi lokal. Penyumbatan pada pintu ion yang terbuka dengan molekul obat anestesi lokal berkontribusi sedikit sampai hampir keseluruhan dalam inhibisi permeabilitas natrium. Universitas Sumatera Utara Kegagalan permeabilitas pintu ion natrium untuk memperlambat kecepatan depolarisasi seperti ambang batas potensial tidak tercapai sehingga potensial aksi tidak disebarkan. Obat anestesi lokal tidak mengubah potensial istirahat transmembran atau ambang batas potensial. 20

2.2.3 Metode Anestesi Lokal pada Mandibula

Anestesi lokal blok mandibula dapat dilakukan melalui beberapa metode seperti metode Gow-Gates, metode Akinosi dan metode Fischer. 21,22,23,24 Pada dasarnya tujuan ketiga-tiga metode ini sama yaitu menganestesi setengah mandibula pada sisi yang dianestesi. Perbedaanya adalah pada langkah - langkah metode dan daerah saraf yang teranestesi. 23 Inferior alveolar nerve block IANB atau juga dikenali sebagai blok mandibula metode Fischer merupakan teknik anestesi lokal yang sering digunakan dan juga merupakan teknik yang paling penting dalam bidang kedokteran gigi. 21 Anestesi lokal blok mandibula biasanya dilakukan apabila dokter memerlukan daerah yang teranestesi luas misalnya pada waktu pencabutan gigi posterior mandibula atau pencabutan beberapa gigi pada satu kuadran. 21,23

2.2.3.1 Anestesi Lokal Blok Mandibula Metode Fischer

Anestesi blok mandibula metode Fischer merupakan metode yang digunakan oleh mahasiswa kepaniteraan di RSGMP FKG USU. Metode ini melumpuhkan beberapa saraf antara lain : a Nervus alveolaris inferior b Nervus mentalis c Nervus lingualis d Nervus insisivus Sedangkan daerah yang teranestesi dari metode Fischer adalah : a Gigi geligi mandibula setengah kuadran b Badan mandibula dan ramus bagian bawah Universitas Sumatera Utara c Mukoperiosteum bukal dan membran mukosa didepan foramen mentalis d Dasar mulut e Dua pertiga anterior lidah f Jaringan lunak dan periosteum bagian lingual mandibula Gambar 2: Daerah yang teranestesi pada metode Fischer 21

2.2.3.2 Komplikasi Anestesi Blok Mandibula Metode Fischer

Komplikasi anestesi lokal blok mandibula dapat terjadi karena beberapa faktor tertentu. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah karena kesalahan teknik penyuntikan yang digunakan dan kurang menguasai anatomi rahang. 24,25 Antara komplikasi yang dapat terjadi antara lain : a. Sakit selama dan setelah penyuntikan Dokter gigi berkewajiban untuk memastikan bahwa metode anestesi yang digunakannya benar-benar tidak menimbulkan rasa sakit dan metode tersebut dapat digunakan senyaman mungkin. Tajamnya jarum dan teknik penyuntikan merupakan faktor penting dalam melakukan penyuntikan. 21,22,24,25,31 b. Trismus Pada hasil penelitian Mishra S. et al. 2012 India, trimus merupakan komplikasi yang paling sering terjadi setelah anestesi lokal blok mandibula. Trismus merupakan salah satu komplikasi yang biasa terjadi pada pasien, dimana pasien merasa sulit untuk membuka mulutnya setelah pemberian anestesi blok mandibula. Universitas Sumatera Utara Trismus biasanya disebabkan oleh trauma tusukan jarum pada serabut otot pterigoideus medial. 21,22,31 c. Parestesi Parestesi didefinisikan sebagai suatu fenomena sensorik berupa kebas, rasa terbakar dari kulit tanpa adanya stimulus yang jelas. Parestesi dapat disebabkan oleh trauma, tumor, penyakit jaringan kolagen, infeksi dan penyakit-penyakit idiopatik. 21,22,27,29,31 d. Efek toksik Efek toksik terjadi apabila jumlah anestetikum yang berlebihan diberikan oleh dokter kepada pasiennya. Dosis toksik bagi kebanyakan anestetikum yang digunakan dalam bedah mulut yaitu berkisar 300 – 500mg. 21,22,26,27,30,31 e. Hematoma Biasanya hematoma disebabkan oleh penyuntikan yang mengenai pembuluh arteri dan vena pada saat injeksi blok saraf alveolar inferior atau saraf posterior superior. Gambaran klinisnya terlihat pembengkakkan atau bruise yang berwarna ungu pada intra atau ekstra oral. 21,22,31 f. Jarum suntik patah Komplikasi ini terjadi disebabkan oleh jarum yang digunakan tidak diganti, jarum yang digunakan tidak fleksibel, kesalahan teknik penyuntikan dan pergerakan tak terduga pasien waktu penyuntikan. Pada tahun 1960, jumlah kasus jarum suntik patah menurun setelah jarum suntik disposable diperkenalkan dalam bidang kedokteran gigi. 21,22,26,28,31 Universitas Sumatera Utara

2.3.1 Kerangka Konsep

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut RSGMP FKG USU Tentang Anestetikum Lokal

6 75 49

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi di RSGMP FKG USU

0 9 76

Pengetahuan mahasiswa kepanitraan klinik departemen bedah mulut RSGMP USU tentang cara penanganan komplikasi pencabutan gigi

0 4 54

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Tentang Standard Precautions Operator Sebelum Tindakan Perawatan Gigi di RSGMP FKG USU

2 8 13

Pengetahuan mahasiswa kepanitraan klinik departemen bedah mulut RSGMP USU tentang cara penanganan komplikasi pencabutan gigi

0 0 3

Pengetahuan mahasiswa kepanitraan klinik departemen bedah mulut RSGMP USU tentang cara penanganan komplikasi pencabutan gigi

0 0 11

Pengetahuan mahasiswa kepanitraan klinik departemen bedah mulut RSGMP USU tentang cara penanganan komplikasi pencabutan gigi

0 0 3

Pengetahuan mahasiswa kepanitraan klinik departemen bedah mulut RSGMP USU tentang cara penanganan komplikasi pencabutan gigi

0 0 12

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informed consent - Tingkat Pengetahuan Dan Tindakan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Bedah Mulut Rsgmp Usu Tentang Informed Consent Untuk Pencabutan Gigi Posterior Mandibula

0 0 9

TINGKAT PENGETAHUAN DAN TINDAKAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK BEDAH MULUT RSGMP USU TENTANG INFORMED CONSENT UNTUK PENCABUTAN GIGI POSTERIOR MANDIBULA SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

0 0 13