Deiksis wacana

Deiksis wacana

Deiksis pronomina persona ketiga jamak

Deiksis wacana ialah rujukan pada bagian-bagian

1) Mereka adalah Kartika Affandi, Bondan Nusantara, tertentu dalam wacana yang telah diberikan atau sedang Nasirun, Hari Leo, Whani Darmawan, Pardiman dikembangkan (Nababan, 1987: 42). Deiksis wacana Djojonegoro, Kki Catur Benyak Kuncoro, dan Anter mencakup anafora dan katafora. Anafora ialah penunjukan Asmorotejo. kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya

2) Karena itu penarikan mereka dipastikan sangat dalam wacana dengan pengulangan atau substitusi. Katafora mengguncang operasional sekolah-sekolah swasta.

ialah penunjukan ke sesuatu yang disebut kemudian. Bentuk- Pronomina persona ketiga jamak adalah mereka. Pada

bentuk yang dipakai untuk mengungkapkan deiksis wacana umumnya mereka hanya dipakai untuk insan. Benda atau

itu adalah kata/frasa ini, itu, yang terdahulu, yang berikut, konsep yang jamak dinyatakan dengan cara yang lain;

yang pertama disebut, begitulah, dsb. Deiksis wacana yang misalnya dengan mengulang nomina tersebut atau dengan

terdapat pada rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ini adalah mengubah sintaksisnya. Kata mereka pada berita tersebut

sebagai berikut:

mengacu pada beberapa orang yang disebut setelahnya yang

1) Seni budaya Indonesia kian diminati warga asing di tidak hanya satu. Kata mereka dalam berita ini merupakan

tengah merosotnya minat di dalam negeri sendiri. deiksis pronomina persona ketiga jamak.

2) “Betapa kuatnya campur tangan pemerintah terhadap seni menjadikan banyak pertunjukan karya seni

Deiksis ruang

(ditampilkan) vulgar dan miskin kreasi,”kata Sultan. Deiksis ruang atau tempat ialah pemberian bentuk pada

Dari kedua data tersebut dapat kita ketahui bahwa -nya lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa. Semua bahasa

pada data (1) mengacu ke seni budaya yang sudah disebut -termasuk bahasa Indonesia- membedakan antara “yang

sebelumnya, sedangkan pada data (2) mengacu ke campur dekat kepada pembicara” (di sini) dan “yang bukan dekat

tangan pemerintah yang disebut kemudian. kepada pembicara” (termasuk yang dekat kepada pendengar

di situ) (Nababan, 1987: 41). Berdasarkan teori, tidak semua

Deiksis Sosial

leksem ruang dapat bersifat deiktis. Dari keempat berita dalam rubrik Pendidikan dan Kebudayaan ini, tidak ditemukan adanya deiksis sosial.

Untuk itu, penguatan pendidikan tinggi mulai tahun 2012 Hal ini karena sifat bahasa jurnalistik yang netral dan tidak difokuskan pada bidang teknik dn sains. memperhatikan unsur undha usuk bahasa seperti yang

Dalam data ini deiksis ruang disajikan secara abstrak yaitu terdapat di dalam bahasa Jawa. Deiksis ini digunakan untuk pada bagian bidang teknik dan sains.

mengungkapkan perbedaan kemasyarakatan antara pembicara dan pendengar, sementara majalah ini yang memang ditulis

Deiksis waktu

dalam bahasa jurnalistik, menyamaratakan kedudukan kata, frasa, hal, orang atau ungkapan yang dipakai. Faktor lain

Deiksis waktu juga ditemukan pada beberapa kalimat di yang menyebabkan tidak adanya deiksis sosial adalah untuk dalam rubrik ini, yaitu sebagai berikut:

Sari: Deiksis dalam Rubrik Pendidikan dan Kebudayaan

menjaga objektivitas penulis di dalam menyoroti sesuatu

SIMPULAN

sekaligus sebagai kekhasan bahasa jurnalistik yang bebas Deiksis merupakan bagian kajian dalam ilmu pragmatik. dari subjektivitas dan perasaan penulis. Deiksis berasal dari kata Yunani kuno yang berarti

Deiksis Penunjuk

“menunjukkan atau menunjuk”. Dengan kata lain informasi kontekstual secara leksikal maupun gramatikal yang

Di dalam bahasa Indonesia kita menyebut demontratif menunjuk pada hal tertentu baik benda, tempat, ataupun (kata ganti penunjuk): ini untuk menunjuk sesuatu yang dekat

waktu itulah yang disebut dengan deiksis, misalnya dia, di dengan penutur, dan itu untuk menunjuk sesuatu yang jauh

sini, sekarang. Ketiga ungkapan itu memberi perintah untuk dari pembicara. “Sesuatu” itu bukan hanya benda atau barang

menunjuk konteks tertentu agar makna ujaran dapat di melainkan juga keadaan, peristiwa, bahkan waktu. Data

pahami dengan tegas. Tenses atau kala juga merupakan jenis mengenai deiksis penunjuk juga ditemukan dalam rubrik ini

deiksis. Misalnya then hanya dapat di rujuk dari situasinya. yaitu sebagai berikut:

Deiksis ada lima macam, yaitu deiksis orang, deiksis tempat,

1) Tenaga ahli bidang sains dan teknik itu berperan deiksis waktu, deiksis wacana dan deiksis sosial (Nababan, sebagai pendorong, yakni penghasil tenaga kerja

1987: 40). Pendapat Purwo (dalam Sumarsono: 2008: 60) terampil dan proses kerja yang lebih baik, sehingga

menambahkan adanya deiksis penunjuk. dapat meningkatkan produktivitas dan nilai tambah

Berdasarkan hasil penelitian, deiksis dalam rubrik industri.

Pendidikan dan Kebudayaan Surat Kabar Kompas Edisi 27

2) Ini tantangan bagi dunia pendidikan untuk menyiapkan Juni 2011 juga ditemukan keenam jenis deiksis tersebut yaitu guru dan metode pembelajaran sains yang tepat,” kata

deiksis persona, deiksis ruang, deiksis waktu, deiksis wacan, Yohanes.

serta deiksis penunjuk.

3) Penegasan itu disampaikan Mendiknas saat mengunjungi SMA Katolik Geovanni di Kupang, Nusa Tenggara

DAFTAR PUSTAKA

Timur, Sabtu (25/6).

Kaswanti Purwo, Bambang. 1990. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa:

4) Selain itu, sektor dengan nilai tambah tinggi saat ini

Menyibak Kurikulum 1984 . Yogyakarta: Kanisius.

masih didominasi sektor-sektor yang terkait erat dengan

Lubis A. Hamid Hasan. 1993. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung:

Penerbit Angkasa.

sains dan teknik.

Sri Utari Subyakto-Nababan. 1992. Psikolinguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Penggunaan deiksis ini dan itu bergantung kepada sikap

Sumarsono. 2008. Buku Ajar Pragmatik. Singaraja: Undiksha.

penutur terhadap hal-hal yang ditunjuk; jika dia “merasa”

Wijana, I. Dewa Putu. 1996. Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta:

sesuatu itu dekat dengan dirinya, dia akan memakai ini,

Penerbit Andi.

sebaliknya itu digunakan untuk menyatakan sesuatu yang Verhaar JWM. 2001. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gadjah

Mada Univercity Press.

jauh darinya.

Peningkatan Keterampilan Menulis Diskripsi melalui Model Pembelajaran Kontekstual Tipe Cooperating Siswa Kelas X SMK PGRI 7 Surabaya

Fransisca Romana Sunarmi

STKIP Bina Insan Mandiri Surabaya Email: [email protected]

ABSTRAK

Di beberapa sekolah pembelajaran bahasa Indonesia tidaklah selalu menyenangkan, bahkan cenderung menjadi hal yang kurang penting, karena kurangnya minat belajar pada siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa. Hal ini perlu menjadi perhatian kita semua khususnya para pendidik (guru). Dengan rumusan masalah: Bagaimana efektivitas pendekatan kontekstual cooperating dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi keterampilan menulis Diskripsi melalui laporan di kelas X SMK PGRI 7 Surabaya, penulis melakukan penelitian dengan tujuan mendiskripsikan proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan kontekstual Cooperating. Selanjutnya supaya dapat mengetahui apakah pendekatan kontekstual tipe Cooperating dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi keterampilan menulis diskripsi, mampu meningkatkan minat dan hasil belajar siswa. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pendidik sebagai alternatif dalam pemilihan metode atau pendekatan dalam mengajar, bagi siswa bermanfaat meningkatkan minat dan hasil belajarnya, dan bagi penulis bermanfaat sebagai masukan yang positif dengan bertambahnya wawasan tentang berbagai pendekatan dalam pembelajaran. Dalam penelitian ini digunakan metode Tes dan Observasi dengan subyek penelitian siswa kelas X SMK PGRI 7 Surabaya. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual tipe Cooperating dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi keterampilan berbicara melalui laporan dapat meningkatkan keterampilan menulis diskripsi dengan menggunakan metode kontekstual tipe Cooperating untuk siswa kelas X SMK PGRI 7 Surabaya, hal ini dapat dilihat dari perbedaan pada siklus I dan siklus ke II yang pada siklus I ada siswa 7% yang masuk dalam kategori sangat baik. Pada kategori baik ada 35% dan pada kategori cukup ada 48%, dan sisa 10% yang masuk dalam kategori kurang dan sangat kurang. Dari kurang lebih 30 siswa yang mengikuti tes pada siklus I masih ada 9 siswa yang belum memenuhi KKM, sedangkan pada Siklus ke II seluruh siswa sudah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75–80 .

Kata kunci: pembelajaran kontekstual Cooperating, keterampilan menulis, deskripsi

PENDAHULUAN

Oleh karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia perlu ditingkatkan dan bagaimana pemberian motivasi kepada

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan utama peserta didik agar lebih menyenangi pembelajaran Bahasa sekolah. Dalam proses ini siswa membangun makna dan Indonesia. Keterampilan menulis tidak datang begitu saja pemahaman dengan bimbingan guru. Kegiatan belajar melainkan proses belajar dan latihan. Tanpa belajar siswa mengajar hendaknya memberikan kesempatan memberikan akan kesulitan bagaimana cara mengungkapkan pikiran dan kesempatan siswa untuk melakukan kepd siswa untuk

idenya.

melakukan hal-hal secara lancar dan termotivasi. Suasana Pembelajaran Bahasa Indonesia sering tidak dihiraukan belajar yang diciptakan guru harus melibatkan siswa secara oleh murid karena mereka berpikir pembelajaran ini adalah aktif. Di sekolah terutama guru diberikan kebebasan untuk pembelajaran yang sangat mudah. Pembelajaran Bahasa mengelola kelas meliputi strategi, pendekatan, metode Indonesia dalam arti ke arti mempunyai pengertian yang dan teknik pembelajaran yang efektif, disesuaikan dengan sangat berbeda bahkan tergolong setiap ejaan atau arti yang karakteristik mata pelajaran, karakteristik mata pelajaran, terkandung mempunyai makna atau arti yang berbeda. karakteristik siswa, guru dan sumber daya yang tersedia di Karena inilah yang membuat minimnya nilai rata-rata mata sekolah.

pelajaran Bahasa Indonesia.

Bahasa Indonesia adalah salah satu mata pelajaran yang Melali pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah, harus diikuti oleh siswa. Karena di samping sebagai bahasa diharapkan siswa mampu berkomunikasi, baik lisan maupun nasional juga merupakan mata pelajaran yang menentukan tulisan. Terdapat empat keterampilan berbahasa indonesia kelulusan. Taman Kanak-kanak siswa sudah diperkenalkan yaitu; menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Dari dengan Bahasa Indonesia. Banyak siswa yang menganggap keempat keterampilan menulis merupakan keterampilan yang mudah belajar Bahasa Indonesia karena Bahasa Indonesia paling kompleks. Sebelum siswa menguasai keterampilan sudah dikuasai sejak kanak-kanak. Kenyataannya di lapangan menulis terlebih dahulu menguasai keterampilan menunjukkan nilai UAN Bahasa Indonesia.

menyimak.

Sunarmi: Peningkatan Keterampilan Menulis Diskripsi

Siswa diharapkan mampu mengekspresikan berbagai pembelajaran kontekstual sangat mendukung peningkatan pikiran, gagasan, pendapat dan perasaan dalam berbagai

kemampuan siswa dalam menulis. ragam tulis diantaranya menulis surat resmi, menulis teks berita, dan menulis laporan. Menulis laporan adalah salah

Landasan teori

satu kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa. Pembelajaran Pada bagian landasan teori dalam penelitian akan menulis laporan dapat melatih sekaligus memberikan bekal

menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan landasan kepada siswa untuk menyusun karangan yang bersifat

penelitian meliputi seperti penjelasan di bawah ini. realistis, obyektif dan ilmiah.

Masih rendahnya kemampuan menulis disebabkan siswa

Pengertian menulis

merasa sulit untuk menulis. Banyak siswa yang kurang Keterampilan menulis memiliki peran sangat penting berminat menulis terutama menulis laporan atau sesuatu

bagi siswa karena setiap tugas yang diberikan guru dapat hal yang berkaitan dengan tulisan. Siswa tidak diberi

dilakukan dengan baik apabila siswa memiliki keterampilan kesempatan untuk menemukan sendiri dan melakukan

menulis yang baik

observasi secara langsung terhadap sesuatu objek sebagai Menulis merupakan suatu kegiatan yang bersifat produktif sumber pengamatan.

dan ekspresif, Nurul (2011) artinya bahwa kegiatan menulis Kualitas pendidikan di Indonesia perlu ditingkatkan

merupakan kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan untuk menghadapi era globalisasi yang penuh dengan

penulisan harus memanfaatkan tata tulis, struktur bahasa, persaingan dan pasar bebas. Pendidikan dikatakan berkualitas

dan kosakata

apabila pembelajaran berlangsung secara efektif, peset didik Menulis merupakan kegiatan yang memerlukan memperoleh pengalaman yang bermakna bagi dirinya, hasil

kemampuan yang bersifat kompleks. Kemampuan menulis pendidikan berupa individu-individu yang bermanfaat bagi

merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang masyarakat dan bangsa

bersifat produktif artinya kemampuan menghasilkan dalam Dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 Depdiknas

hal ini menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan (2008) tentang sistem pendidikan nasional Bab I pasal

yang memerlukan kemampuan yang bersifat kompleks.

I ditetapkan bahwa : pendidikan adalah usaha sadar dan Nurul (2011) artinya bahwa kegiatan menulis merupakan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

kegiatan yang menghasilkan sebuah tulisan penulisan harus pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

memanfaatkan tata tulis, struktur bahasa, dan kosakata potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

Hugo Hartig dalam tarigan (2008) membagi tujuan pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

menulis menjadi tujuh bagian sebagai berikut: serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

a. Assigment purpose

bangsa dan negara. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1) menyebut:

Tujuan penugasan ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan setiap warga negara berharap mendapat pendidikan, dan

sama sekali. Penulis menulis sesuatu krena ditugaskan ayat (3) menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan

bukan atas kemampuan sendiri dan menyelenggarakan sistem pendidikan nasional yang

b. Altriusitic purpose (tujuan altruistik) meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak mulia

Adalah kunci keterbatasan suatu tulisan. Penulis bertujuan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur

dengan undang-undang. untuk menyenankan para pembaca, menghindarkan kedukaan para pembaca, ingin mendorong pembaca

Dalam buku kurikulum pendidikan dasar juga menyebutkan bahwa dalam pendidikan dasar yang

memahami, menghargai parasaan dan penalarannya. diselenggarakan di sekolah bertujuan memberikan bekal

c. Persuasive purpose

kemampuan dasar “Baca-Tulis-Hitung”. Yang bertujuan meyakinkan para pambaca akan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) kebenaran yang di utarakan oleh seorang penulis. diterapkan menuntut guru lebih kreatif dalam melaksanakan

pembelajaran depdiknas (2009).

d. Informational purpose (Tujuan informasi. Tujuan Penerangan)

KAJIAN TEORI Tujuan memberikan informasi atau keterangan penerangan kepada para pembaca.

Kontekstual pada siswa kelas X SMK PGRI 7 Surabaya.

e. Self-Expressive (Tujuan Pernyataan Diri) Hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa dengan digunakan

elemen mendengarkan dengan ujung hasil menyimak. Serta Bertujuan untu memperkenalkan atau menyatakan diri terjun langsung dalam penulisan yang telah sebelumnya

seorang pengarang kepada pembaca. diajarkan sebuah teori oleh guru yang ujung akhirnya

f. Creative Purpose (Tujuan Kreatif) diharapkan mampu membuat sebuah tulisan yang benar dan

Humaniora, Vol. 12 No.1 Juni 2015: 28–32

Tujuan ini erat beruhubungn dengan tujuan pernyataan

Pengertian Kontekstual

diri. Tetapi “Keinginan Kreatif” melebihi pernyataan diri Pendekatan Konstektual merupakan suatu konsep belajar melibatkan dirinya dengan keinginan mencapai norma

di mana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas artistik atau seni yang ideal. Tulisan yang bertujuan

dan mendorong siswa membuat hubungan antar pengetahuan mencapai nilai-nilai artistik dan nilai kesenian.

yang dimiliki dengan penerapan dalam kehidupan sebagai

g. Problem Solving Purpose (Tujuan Pemecahan anggota keluarga dan masyarakat. Hasil pembelajaran Masalah)

diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan masalah persoalan berpikir kritis. Nurhadi (2004).

7 Indikator pembeajran kontekstual yaitu (Pemusatan menjelaskan, menjernihkan, menjelajahi serta meneliti secara

Memecahkan masalah yang dihadapi dengan cara

perhatian, Penyampaian kompensi tujuan, Pengarahan cermat pikiran-pikiran dan gagasan-gagasan dapat dimengerti

petunjuk, Rambu-rambu).

dan diterima oleh pembaca.