BAB III. METODE PENELITIAN
III.1. Tempat dan Waktu 50
III.2. Subjek Penelitian 50
III.2.1. Populasi Sasaran 50
III.2.2. Populasi Terjangkau 50
III.2.3. Besar Sampel 50
III.2.4. Kriteria Inklusi 51
III.2.5. Kriteria Eksklusi 51
III.3. Batasan Operasional 52
III.4. Instrumen Penelitian 53
III.5. Rancangan penelitian 53
III.6. Pelaksanaan Peneitian 54
III.6.1. Pengambilan Sampel 54
III.6.2. Kerangka Operasional 54
III.6.3 Variabel yang diamati 55
III.7. Analisa Data 55
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. HASIL
IV.1.1. Karakteristik subjek penelitian 56
IV.1.2. Perbedaan skor HB sebelum dan sesudah terapi metil prednisolon tunggal atau terapi kombinasi
metil prednisolon dan rehabilitasi kabat 60
IV.1.3. Perbandingan perubahan skor HB antara kelompok terapi metil prednisolon tunggal dengan kelompok
terapi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat 61
IV.1.4. Hubungan antara usia, mulai terapi dan skor HB awal dengan perubahan skor HB pada kelompok
terapi metil prednisolon tunggal dan kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat
63
IV.2. PEMBAHASAN
IV.2.1. Karakteristik subjek penelitian 69
IV.2.2. Perbedaan skor HB antara sebelum dan sesudah terapi metil prednisolon tunggal atau terapi
kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat 71
IV.2.3. Perbandingan perbaikan klinis antara kelompok terapi metil prednisolon tunggal dengan kelompok
terapi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat 73
IV.2.4. Hubungan antara, usia, mulai terapi dan skor HB awal dengan perubahan skor HB pada kelompok
terapi metil prednisolon tunggal dan kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat
74
IV.2.5. Keterbatasan penelitian 76
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
V.1. Kesimpulan 78
Universitas Sumatera Utara
V.2. Saran 80
Daftar Pustaka 81
Lampiran
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
APCs =
CBG
Antigen Presenting Cells
= CI
Corticosteroid Binding Globulin
= Confidence Interval
= cm
Centimeter
= CT
Computed Tomography =
DM Diabetes Mellitus
= GRE
Glucocorticoid Response Element =
HB House Brackmann
= HLA
Human Leucocyte Antigen =
Hsp Heat Shock Protein
= mm
Milimeter =
MRI Magnetic Resonance Imaging
= NNT
Number Needed To Treat =
PNF Proprioceptive Neuromuscular Facilitation
= RCT
Randomized Controlled Trial =
RNA Ribonucleic Acid
= RR
Risk Ratio =
SPSS Statistical Product And Science Service
= TNF-
α Tumor Necrosis Factor-
α =
MRS Melkerson Rosenthal Syndrome
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.
Neuropatologi dan kesembuhan spontan dihubungkan degan derajat trauma saraf fasialis
20 Tabel 2.
House- Brackmann Facial Grading system 30
Tabel 3. Yanagihara facial grading system
31 Tabel 4.
Sunnybrook facial grading system 31
Tabel 5. Karakteristik subjek penelitian
59 Tabel 6.
Perbedaan skor HB sebelum dan sesudah terapi metil prednisolon tunggal
60 Tabel 7.
Perbedaan skor HB sebelum dan sesudah terapi kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat
61 Tabel 8.
Perbandingan rerata ∆ skor HB pada kelompok
terapi metil prednisolon tunggal dan kelompok terapi kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi
kabat 62
Tabel 9. Hubungan antara usia, mulai terapi dan grade
awal dengan perubahan skor HB pada kelompok terapi metil prednisolon tunggal
67
Tabel 10. Hubungan antara mulai terapi, usia dan grading awal dengan perubahan skor HB pada kelompok
terapi kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat
68
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.
Nukleus Saraf Fasialis 12
Gambar 2. Perjalanan Saraf Fasialis
12 Gambar 3.
Saraf Fasialis 14
Gambar 4. Saraf intermedius dan koneksinya
15 Gambar 5.
Saraf fasialis ekstrakranial 16
Gambar 6. Pasien dengan A lesi saraf fasiai perifer B lesi
supranuklear 24
Gambar 7. Struktur kimia dari metil prednisolon
34 Gambar 8.
Mekanisme kerja steroid 36
Gambar 9. Efek steroid pada proses inflamasi
38 Gambar 10. Teknik rehabilitasi Kabat
44 Gambar 11. Grafik hubungan usia dengan
∆ skor HB pada hari 1-7 pada kelompok metil prednisolon tunggal
63 Gambar 12. Grafik hubungan usia dengan
∆ skor HB pada hari 14-21 pada kelompok metil prednisolon tunggal
64 Gambar 13. Grafik hubungan mulai terapi dengan
∆ skor HB pada hari 1-7 pada kelompok metil prednisolon
tunggal 65
Gambar 14. Grafik hubungan mulai terapi dengan ∆ skor HB
pada hari 14-21 pada kelompok metil prednisolon tunggal
65
Gambar 15. Grafik hubungan mulai terapi dengan ∆ skor HB
pada hari 1-7 pada kelompok kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat
67
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Persetujuan Subjek Penelitian Lampiran 2. Persetujuan Setelah Penjelasan PSP
Lampiran 3. Lembar Pengumpul Data Lampiran 4. Surat Komite Etik Bidang Kesehatan
Lampiran 5. Data Dasar Penelitian
Universitas Sumatera Utara
Abstrak Latar Belakang:
Bell’s palsy salah satu jenis paralisis saraf fasialis perifer unilateral yang paling sering ditemukan. Pengobatan dengan metil prednisolon
telah diakui dapat meningkatkan angka kesembuhan penyakit ini. Rehabilitasi kabat adalah salah satu jenis terapi fisik yang baru dikenal dalam pengobatan
Bell’s palsy. Tujuan:
untuk mengetahui efek pengobatan metil prednisolon tunggal dan kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat terhadap perbaikan klinis
pasien Bell’s palsy Metode:
penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang melibatkan 20 orang pasien Bell’s palsy, yang terdiri dari 10 orang pasien yang
mendapatkan terapi metil prednisolon tunggal dan 10 orang mendapat terapi kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan kriteria diagnosis Taverner melalui pemeriksaan fisik umum dan neurologis. Semua pasien diberikan metil prednisolon 50 mg sekali sehari
selama 5 hari, di tappering off 10 mg hari hingga total pengobatan 9 hari. Pasien dalam kelompok terapi kombinasi mendapatkan terapi rehabilitasi kabat yang
dilakukan satu kali sehari selama 14 hari selain hari jumat dan hari libur. Seluruh pasien dinilai skor HBS pada saat awal, 7, 14 dan 21 hari terapi.
Hasil:
Karakteristik demografik tidak berbeda secara signifikan pada kedua kelompok. Pada awal studi, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dari skor
HBS antara kedua kelompok. Setelah diberikan terapi metil prednisolon tunggal atau kombinasi dengan rehabilitasi kabat, terdapat penurunan yang signifikan
dari rerata skor HBS pada masing- masing kelompok p0,001 dan perbedaan
∆ skor HBS yang signifikan pada kelompok kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat dibandingkan kelompok metil prednisolon tunggal pada hari 14-
21 p=0,028. Terdapat korelasi yang negatif yang signifikan antara usia dan ∆
skor HBS pada hari 1-7 r=-0,800; p=0,005 dan hari 14-21 r=-0,800 ;p0,005, dan korelasi negatif yang signifikan antara mulai terapi dengan
∆ skor HBS pada hari ke1-7 r=-0,692; p=0,027 dan hari 14-21 r=-0,808;p=0,005, namun tidak
ada korelasi yang signifikan antara skor HB awal dengan ∆ skor HBS pada
kelompok metil prednisolon tunggal. Pada kelompok kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat, hanya ditemukan korelasi negatif yang signifikan antara
mulai terapi dengan ∆ skor HBS pada hari 1-7 r=0,861;p=0,001, sedangkan
antara usia, skor HBS awal dengan ∆ skor HB tidak ditemukan korelasi yang
signifikan. Kesimpulan:
Pasien Bell’s palsy yang mendapatkan terapi kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat memperoleh perbaikan klinis yang lebih cepat
pada hari 14-21 dibandingkan kelompok terapi metil prednisolon tunggal. Kata kunci: metil prednisolon, rehabilitasi kabat, Bell’s palsy,
∆ skor HBS.
Universitas Sumatera Utara
Abstract
Background: Bell’s palsy is the most common causes of unilateral peripheral facial paralysis. The treatment of methyl prednisolone has approved to increase
the recovery rate of Bell’s palsy. Kabat rehabilitation is the one of physical therapy tahat newly introduced in Bell’s palsy treatment.
Purpose: To evaluate the effects of methyl prednisolone alone and combination of methyl prednisolon and kabat rehabilitation in clinical improvement of Bell’s
palsy patients. Methods: This was a quasy experimental study involving 20 Bell’s palsy patients
which consisted of 10 patients who received methyl prednisolone alone and 10 patients who received the combination therapy of methyl prednisolone and kabat
rehabilitation. Diagnosis was made by diagnosis criteria of Taverner, through the general physical and neurological examination. All patients were given the methyl
prednisolon 50 mg once daily in 5 days, and then tappering off 10 mg day to the total treatment 9 days. The kabat rehabilitation was done once daily for 14 days
except for friday and holiday. All patient’s HBS score were evaluated on first ,7
th
, 14
th
and 21
st
Results: the demographic characteristics were not significantly different between two groups. At baseline, there were no significant difference in HBS score
between two groups. After the administration of methyl prednisolone alone or combination with kabat rehabilitation, there was significantly decreasing of mean
HBS score for each groups p0,001 and the
∆HBS score significantly difference in combination group than the methyl prednisolone only group in day 14-21.
There was significantly negative correlation between age and HBS score on day 1-7 r=-0,800; p=0,005 and day 14-21 r=-0,800 ;p0,005, and initiation of
therapy with
∆ HBS score on day 1 -7 r=-0,692; p=0,027 and day 14-21 r=- 0,808;p=0,005. There was no significant correlation between initial HBS score
with ∆ HBS score in methyl prednisolone group. In combination of methyl
prednisolone and kabat rehabillitation, there was significant negative correlation only between inition of therapy and
∆ HBS score on day 1 -7
r=0,861;p=0,001,but no significantly correlation between age, initial HBS score and
∆ HBS score. days.
Conclusion: the patients with Bell’s palsy who received the combination therapy of methyl prednisolone and kabat rehabilitation will get hasten clinical
improvement on day 14-21 compared with the methyl prednisolone only group. Keyword: methyl prednisolone, kabat rehabilitation, Bell’s palsy,
∆ HBS score.
Universitas Sumatera Utara
Abstrak Latar Belakang:
Bell’s palsy salah satu jenis paralisis saraf fasialis perifer unilateral yang paling sering ditemukan. Pengobatan dengan metil prednisolon
telah diakui dapat meningkatkan angka kesembuhan penyakit ini. Rehabilitasi kabat adalah salah satu jenis terapi fisik yang baru dikenal dalam pengobatan
Bell’s palsy. Tujuan:
untuk mengetahui efek pengobatan metil prednisolon tunggal dan kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat terhadap perbaikan klinis
pasien Bell’s palsy Metode:
penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen yang melibatkan 20 orang pasien Bell’s palsy, yang terdiri dari 10 orang pasien yang
mendapatkan terapi metil prednisolon tunggal dan 10 orang mendapat terapi kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan kriteria diagnosis Taverner melalui pemeriksaan fisik umum dan neurologis. Semua pasien diberikan metil prednisolon 50 mg sekali sehari
selama 5 hari, di tappering off 10 mg hari hingga total pengobatan 9 hari. Pasien dalam kelompok terapi kombinasi mendapatkan terapi rehabilitasi kabat yang
dilakukan satu kali sehari selama 14 hari selain hari jumat dan hari libur. Seluruh pasien dinilai skor HBS pada saat awal, 7, 14 dan 21 hari terapi.
Hasil:
Karakteristik demografik tidak berbeda secara signifikan pada kedua kelompok. Pada awal studi, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dari skor
HBS antara kedua kelompok. Setelah diberikan terapi metil prednisolon tunggal atau kombinasi dengan rehabilitasi kabat, terdapat penurunan yang signifikan
dari rerata skor HBS pada masing- masing kelompok p0,001 dan perbedaan
∆ skor HBS yang signifikan pada kelompok kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat dibandingkan kelompok metil prednisolon tunggal pada hari 14-
21 p=0,028. Terdapat korelasi yang negatif yang signifikan antara usia dan ∆
skor HBS pada hari 1-7 r=-0,800; p=0,005 dan hari 14-21 r=-0,800 ;p0,005, dan korelasi negatif yang signifikan antara mulai terapi dengan
∆ skor HBS pada hari ke1-7 r=-0,692; p=0,027 dan hari 14-21 r=-0,808;p=0,005, namun tidak
ada korelasi yang signifikan antara skor HB awal dengan ∆ skor HBS pada
kelompok metil prednisolon tunggal. Pada kelompok kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat, hanya ditemukan korelasi negatif yang signifikan antara
mulai terapi dengan ∆ skor HBS pada hari 1-7 r=0,861;p=0,001, sedangkan
antara usia, skor HBS awal dengan ∆ skor HB tidak ditemukan korelasi yang
signifikan. Kesimpulan:
Pasien Bell’s palsy yang mendapatkan terapi kombinasi metil prednisolon dan rehabilitasi kabat memperoleh perbaikan klinis yang lebih cepat
pada hari 14-21 dibandingkan kelompok terapi metil prednisolon tunggal. Kata kunci: metil prednisolon, rehabilitasi kabat, Bell’s palsy,
∆ skor HBS.
Universitas Sumatera Utara
Abstract
Background: Bell’s palsy is the most common causes of unilateral peripheral facial paralysis. The treatment of methyl prednisolone has approved to increase
the recovery rate of Bell’s palsy. Kabat rehabilitation is the one of physical therapy tahat newly introduced in Bell’s palsy treatment.
Purpose: To evaluate the effects of methyl prednisolone alone and combination of methyl prednisolon and kabat rehabilitation in clinical improvement of Bell’s
palsy patients. Methods: This was a quasy experimental study involving 20 Bell’s palsy patients
which consisted of 10 patients who received methyl prednisolone alone and 10 patients who received the combination therapy of methyl prednisolone and kabat
rehabilitation. Diagnosis was made by diagnosis criteria of Taverner, through the general physical and neurological examination. All patients were given the methyl
prednisolon 50 mg once daily in 5 days, and then tappering off 10 mg day to the total treatment 9 days. The kabat rehabilitation was done once daily for 14 days
except for friday and holiday. All patient’s HBS score were evaluated on first ,7
th
, 14
th
and 21
st
Results: the demographic characteristics were not significantly different between two groups. At baseline, there were no significant difference in HBS score
between two groups. After the administration of methyl prednisolone alone or combination with kabat rehabilitation, there was significantly decreasing of mean
HBS score for each groups p0,001 and the
∆HBS score significantly difference in combination group than the methyl prednisolone only group in day 14-21.
There was significantly negative correlation between age and HBS score on day 1-7 r=-0,800; p=0,005 and day 14-21 r=-0,800 ;p0,005, and initiation of
therapy with
∆ HBS score on day 1 -7 r=-0,692; p=0,027 and day 14-21 r=- 0,808;p=0,005. There was no significant correlation between initial HBS score
with ∆ HBS score in methyl prednisolone group. In combination of methyl
prednisolone and kabat rehabillitation, there was significant negative correlation only between inition of therapy and
∆ HBS score on day 1 -7
r=0,861;p=0,001,but no significantly correlation between age, initial HBS score and
∆ HBS score. days.
Conclusion: the patients with Bell’s palsy who received the combination therapy of methyl prednisolone and kabat rehabilitation will get hasten clinical
improvement on day 14-21 compared with the methyl prednisolone only group. Keyword: methyl prednisolone, kabat rehabilitation, Bell’s palsy,
∆ HBS score.
Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN