BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH PESISIR KOTA KUPANG
3.1. Perkembangan Wilayah Pesisir Kota Kupang
Sejarah perkembangan kawasan pesisir Kota Kupang di bagi dalam beberapa tahapan perkembangan Damaledo, 2003, yaitu :
¾ Perkembangan yang dimulai oleh kedatangan Belanda yang membangun pelabuhan di Kelurahan Lahi Lai Bissi Kopan sekarang
¾ Selain Belanda, di beberapa bagian timur Teluk Kupang tepatnya di Pantai Namosain ada sekelompok kaum urbanis dari Pulau Sabu, yang hidup sebagai
nelayan, sedangkan di bagian barat Pantai Oesapa ada juga sekelompok urbanis dari Pulau Rote yang juga hidup sebagai nelayan dan membuat gula
dari pohon lontar. Di bagian utara ada sekelompok masyarakat Etnis Kisar Maluku Tenggara, yang kemudian tempat itu dinamakan Tode Kisar
Kelurahan Tode Kisar sekarang. ¾ Dengan berkembangnya kegiatan pelabuhan di Lahi Lai Bissi Kopan, maka
hal ini menarik para kaum urbanis Etnis Cina yang datang dan membangun kawasan perdagangan di sepanjang pantai.
¾ Sampai masa selesai kemerdekaan, kawasan Pesisir Teluk Kupang masih berkembang dengan kegiatan perdagangannya, sedangkan di beberapa bagian
pantai lainnya hanya terdapat permukiman nelayan yang tidak mengalami perkembangan yang pesat, karena hanya merupakan kumpulan keluarga klan
55
tertentu, seperti Pantai Nunhila, Pantai Oeba, Pantai Kelapa Lima dan Pantai Oesapa.
¾ Sampai sekitar tahun 1970-an Pesisir Teluk Kupang juga belum mengalami perkembangan yang berarti, hal ini dikarenakan jaringan jalan yang ada hanya
sampai Kelurahan Pasir Panjang. Kegiatan perdagangan yang ada mulai meningkat dengan adanya pedagang dari Padang yang mulai mengembangkan
kegiatan perdagangan di Kelurahan Solor, selain perdagangan, kegiatan yang sudah dikembangkan pada waktu itu adalah kegiatan pertahanan dan
keamanan, dengan dibangunnya Pangkalan Angkatan Laut di Kelurahan Solor sebelah timur pelabuhan dan Pangkalan Angkatan Darat di Kelurahan
Fatufeto sebelah barat pelabuhan. ¾ Sampai tahun 1980-an perkembangan kawasan pesisir masih berkisar pada
pemanfaatan perairan sebagai sumber hidup, hal ini ditandai dengan berkembangnya permukiman nelayan di sebelah barat Pantai Oesapa yang
didominasi oleh para nelayan pendatang dari Etnis Bugis Sulawesi Utara. Selain itu juga telah dikembangkan beberapa kegiatan rekreasi, dengan
dibangunnya Taman Ria di sekitar Pantai Pasir Panjang dan juga dikembangkan taman kota di Pantai Kelapa Lima.
¾ Sampai sekitar tahun 1990-an kawasan pesisir Teluk Kupang mulai mengalami perkembangan, terutama setelah pengalihan status Kotif Kupang
menjadi Kotamadya Dati II Kupang pada tahun 1996. Pengembangan yang dilakukan adalah dengan pembangunan jaringan jalan ke arah timur menuju
luar kota arah kabupaten di awal tahun 1990-an yang diikuti dengan
pengembangan kegiatan wisata Pantai Lasiana. Perkembangan kegiatan penunjang pariwisata hotel dan restoran juga dilakukan di sekitar Pantai
Tode Kisar dan di akhir tahun 1990-an pengembangan hotel dan restoran mulai dilakukan di sekitar Pantai Pasir Panjang. Sedangkan pengembangan ke
arah barat di bangun jaringan jalan sampai ke Pelabuhan Tenau. ¾ Di era otonomi ini, perkembangan kawasan Pesisir Pantai Teluk Kupang
mulai diarahkan kepada pengembangan kegiatan yang lebih bernilai ekonomis seperti pengembangan hotel dan restoran di sekitar Pantai Kelapa Lima, Pusat
Pendaratan Ikan PPI di Pantai Oeba. Tapi di beberapa kawasan lainnya tetap berkembang kegiatan permukiman yang terletak dalam kawasan sempadan
pantai oleh masyarakat pendatang.
3.2. Tinjauan Umum Wilayah Pesisir Kota Kupang 3.2.1. Kondisi Fisik Kawasan Pesisir