Lembar Urutan Proses (Routing Sheet)

1.2 Lembar Urutan Proses (Routing Sheet)

Routing sheet atau lembar pengurutan merupakan langkah-langkah yang dicakup dalam memproduksi komponen tertentu dan rincian yang perlu diketahui dari hal-hal yang saling berkaitan satu sama lain. Sebuah routing sheet menujukan secara detail mengenai operasi yang dibutuhkan untuk sebuah bagian dalam sebuah produksi. Hal ini memungkinkan juga untuk mengatur waktu untuk setiap operasi dan setiap mesin. Proses routing ini menyimpulkan langkah-langkah operasi yang diperlukan untuk merubah bahan baku menjadi produk yang dikehendaki dimana untuk itu beberapa informasi harus menyertai di dalam langkah ini yaitu nama dan komponen yang akan dibuat, nomor dari gambar kerja dari komponen tersebut, macam operasi kerja dan nomor operasinya, mesin dan peralatan produksi yang dipakai, serta waktu standar yang ditetapkan intuk masing-masing operasi kerja (Apple, 1990).

Mesin, perkakas, peralatan pembantu seperti jigs dan fixture, dan lain-lain yang harus dicantumkan secara spesifik didalam proses routing ini karena pada akhirnya perencanaan tata letak pabrik akan ditujukan untuk mengatur semua fasilitas produksi ini. Routing sheet menghasilkan beberapa informasi yang diperlukan dalam perancangan tata letak fasilitas yaitu jumlah mesin teoritis yang diperlukan untuk setiap proses pengerjaan, banyaknya siklus mesin dan bahan baku yang diperlukan, memperbaiki metode kerja, dengan menurunkan waktu standar, dan menentukan apakah waktu lembur lebih murah dibanding penambahan mesin, serta menentukan apakah kerusakan mesin dapat mengganggu seluruh lintasan produksi. Pembuatan Routing sheet memerlukan data-data sebagai berikut yaitu kapasitas mesin, persentase scrap, dan efisiensi mesin (Apple, 1990).

Suatu langkah dasar dalam pengaturan tata letak pabrik yang baik adalah dengan menentukan jumlah mesin atau peralatan produksi yang dibutuhkan secara tepat. Tentu saja di samping penentuan jumlah mesin ini, suatu keputusan yang tepat di dalam pemilihan jenis atau tipe mesinnya itu sendiri juga merupakan langkah yang harus diperhatikan benar-benar. Pemilihan alternatif penggunaan tipe mesin tertentu pada dasarnya akan dilandasi dengan pertimbangan- pertimbangan yang bersifat teknis dan ekonomis. Untuk keperluan penentuan jumlah mesin yang dibutuhkan, maka di sini terdapat beberapa informasi yang harus diketahui sebelumnya, yaitu volume produksi yang dicapai, estimasi scrap pada setiap proses operasi, dan waktu kerja standar untuk proses operasi yang berlangsung (Wignjosoebroto, 2009).

Tabel 1. Routing Sheet

Efisiensi Kebutuhan Mesin Deskripsi Operasi

No. Nama

Mesin/Jam

Mesin Teoritis Aktual 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Variabel routing sheet merupakan suatu lembaran yang terdiri dari beberapa kolom perhitungan. Kolom 1 merupakan nomor operasi, dimana berisi nomor urut operasi-operasi yang dilakukan dalam menghasilkan suatu produk. Kolom 2 merupakan deskripsi yaitu nama operasi yang dilakukan pada urutan nomor urut operasi. Kolom 3 merupakan nama mesin yaitu nama mesin yang digunakan pada setiap operasi sesuai dengan urutan mesin yang digunakan. Kolom 4 merupakan produksi mesin/jam, dimana berisi banyak unit produk yang dihasilkan dalam waktu 1 jam atau 60 menit (Elib Unikom, 2013).

60 menit Produksi Mesin/Jam = Waktu Operasi

Kolom 5 merupakan scrap yaitu jumlah buangan bahan baku atau persentase kerusakan yang diperkirakan, yang dilakukan dalam satu operasi (dalam %). Kolom 6 merupakan bahan diminta. Bahan diminta merupakan jumlah bahan yang diharapkan setelah melalui suatu proses. Perhitungan bahan diminta pertama kali dilakukan pada proses terakhir dari produk akhir, dimana jumlah produk awal yang digunakan pada perhitungan bahan diminta, sehingga bahan Kolom 5 merupakan scrap yaitu jumlah buangan bahan baku atau persentase kerusakan yang diperkirakan, yang dilakukan dalam satu operasi (dalam %). Kolom 6 merupakan bahan diminta. Bahan diminta merupakan jumlah bahan yang diharapkan setelah melalui suatu proses. Perhitungan bahan diminta pertama kali dilakukan pada proses terakhir dari produk akhir, dimana jumlah produk awal yang digunakan pada perhitungan bahan diminta, sehingga bahan

Bahan yang diminta

Bahan yang disiapkan =

1 - % scrap

Kolom 8 merupakan efisiensi mesin yaitu tingkat pemanfaatan mesin. Kolom 9 merupakan jumlah mesin teoritis (JMT) yaitu jumlah mesin secara teoritis untuk setiap operasi sesuai dengan peta proses operasi. Kolom 10 merupakan jumlah mesin aktual. Kolom ini berisi tentang jumlah mesin yang akan digunakan pada proses produksi, dimana diperoleh dari pembulatan hasil pada jumlah mesin teoritis. Persamaan yang digunakan untuk perhitungan efisiensi mesin dan jumlah mesin teoritis dapat dilihat di bawah ini (Elib Unikom, 2013).

Bahan yang disiapkan

Efisiensi Mesin =

Efisiensi Efisiensi M esin

Jumlah M esin Teoritis =

× Reabilitas × Jam

jam

hari