Analisis Pemindahan Bahan, Ongkos, dan Alokasi Layout
3.4. Analisis Pemindahan Bahan, Ongkos, dan Alokasi Layout
Material handling merupakan proses memindahkan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ke tempat tujuan yang telah ditetapkan. Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik untuk memindahkan material dari satu tempat proses produksi ketempat proses produksi yang lain. Proses pemindahan ini mengakibatkan adanya ongkos Material handling merupakan proses memindahkan bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi dari tempat asal ke tempat tujuan yang telah ditetapkan. Pemindahan material dalam hal ini adalah bagaimana cara yang terbaik untuk memindahkan material dari satu tempat proses produksi ketempat proses produksi yang lain. Proses pemindahan ini mengakibatkan adanya ongkos
3.4.1 Proses Pemindahan Bahan
Pemindahan bahan baku untuk produk rak buku dimulai dari gudang bahan baku (receiving) model tumpukan. Bahan baku yang akan dipindahkan dari gudang bahan baku model tumpukan yaitu kaki 1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1, lingkaran 2, lingkaran 3, lingkaran 4, lingkaran 5, lingkaran 6, dan lingkaran 7. Proses pemindahan yang pertama yaitu memindahkan semua komponen utama menuju ruang pengukuran melewati gudang bahan baku (receiving) model rak. Selanjutnya adalah proses pemindahan semua hasil pengukuran menuju ruang pemotongan. Setelah dilakukan proses pemotongan, maka selanjutnya dipindahkan menuju ruang penghalusan. Beberapa komponen utama hasil penghalusan seperti kaki 1, kaki 2, kaki 3, lingkaran 1, lingkaran 2, lingkaran 3, dan lingkaran 5 perlu dipindahkan ke ruang mesin bor untuk dilakukan proses membuat lubang. Sementara itu, komponen utama seperti lingkaran 4, lingkaran
6, dan lingkaran 7 langsung dipindahkan ke ruang perakitan tanpa proses melubangi. Komponen utama yang telah melalui proses melubangi selanjutnya dipindahkan ke ruang perakitan. Komponen tambahan yang berada di gudang bahan baku (receiving) model rak langsung dipindahkan menuju ruang perakitan. Karena komponen tambahan tidak mengalami proses untuk perubahan bentuk atau dimensi. Komponen utama dan komponen tambahan yang terdapat pada ruang perakitan, selanjutnya melalui proses perakitan hingga menjadi produk rak buku. Produk rak buku yang telah dirakit selanjutnya dipindahkan ke gudang barang jadi (shipping). Proses pemindahan barang dari satu departemen ke departemen lain dalam lantai produksi tentunya membutuhkan alat angkut. Alat angkut yang dapat digunakan yaitu orang untuk bobot maksimal 25 kg dengan ongkos Rp 500/meter, walky pallet untuk bobot maksimal 150 kg dengan ongkos Rp 1.000/meter, dan hand truck untuk bobot lebih dari 150 kg dengan ongkos 1.500 meter. Penentuan 6, dan lingkaran 7 langsung dipindahkan ke ruang perakitan tanpa proses melubangi. Komponen utama yang telah melalui proses melubangi selanjutnya dipindahkan ke ruang perakitan. Komponen tambahan yang berada di gudang bahan baku (receiving) model rak langsung dipindahkan menuju ruang perakitan. Karena komponen tambahan tidak mengalami proses untuk perubahan bentuk atau dimensi. Komponen utama dan komponen tambahan yang terdapat pada ruang perakitan, selanjutnya melalui proses perakitan hingga menjadi produk rak buku. Produk rak buku yang telah dirakit selanjutnya dipindahkan ke gudang barang jadi (shipping). Proses pemindahan barang dari satu departemen ke departemen lain dalam lantai produksi tentunya membutuhkan alat angkut. Alat angkut yang dapat digunakan yaitu orang untuk bobot maksimal 25 kg dengan ongkos Rp 500/meter, walky pallet untuk bobot maksimal 150 kg dengan ongkos Rp 1.000/meter, dan hand truck untuk bobot lebih dari 150 kg dengan ongkos 1.500 meter. Penentuan
3.4.2 Ongkos Penanganan Material (OMH)
Perhitungan ongkos penanganan material (OMH) dilakukan untuk meminimalkan ongkos pemindahan material dari satu departemen ke departemen lainnya dalam lantai produksi. Selain itu dengan menghitung ongkos penanganan material dapat diketahui pula alat angkut yang digunakan untuk memindahkan material dari satu departemen ke departemen lainnya dalam lantai produksi. Perhitungan ongkos penanganan material (OMH) diperlukan beberapa data penunjang yaitu peta proses operasi, routing sheet, dan luas lantai. Berikut ini adalah ketentuan alat angkut beserta spesifikasinya yang akan digunakan sesuai dengan ongkos yang dikeluarkan:
1. ≤ 25 kg : orang
= Rp 500,-
2. 25-150 kg : walky pallet
= Rp 1.000,-
3. 150 kg : hand Truck
= Rp 1.500,-
Berdasarkan data-data penunjang tersebut, maka dapat dilakukan proses perhitungan ongkos penanganan material (OMH). Tabel 3.6 berikut merupakan hasil perhitungan ongkos penanganan material (OMH) pada lantai produksi rak buku.
Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH)
OMH Total Dari
Ke Nama
Alat Jarak Komponen
Angkut (Rp/ meter)
(m) Ongkos (Rp)
Meja Lingkaran 2
Fabrikasi 1500 11,77 17655 Lingkaran 3
Truck
Hand
Tumpukan)
Kayu
Lingkaran 4
Kayu
Lingkaran 5
Kayu
Lingkaran 6
Kayu
Lingkaran 7
Kayu
Total
Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH) (Lanjutan)
Dari Ke Nama
Jumlah Tiap
Bentuk Berat
Angkut Alat
OMH (Rp/ Jarak Total
meter) (m) Ongkos
Hand Fabrikasi
Meja Mesin Lingkaran 2
Potong Truck 1500 13,66 20490 Lingkaran 3
Hand Potong
Mesin Mesin Lingkaran 2
Serut Lingkaran 3
Mesin Serut
Mesin Bor Lingkaran 1
Walky Pallet
Mesin Serut Perakitan Meja Lingkaran 6
12 Orang 500 12,46 6230 Lingkaran 7
Mesin Meja Lingkaran 1
30 Bor Walky Perakitan Pallet 1000 7 7000 Lingkaran 2
Kayu
Kayu
Lingkaran 3
Kayu
Lingkaran 5
Kayu
Total
Tabel 3.6 Ongkos Penanganan Material (OMH) (Lanjutan)
Dari Ke Nama
Total Komponen
Bentuk
Potongan
Jumlah Tiap
Bentuk Berat
Total Berat
Alat OMH
Angkut (Rp/ Jarak Ongkos meter)
(m) (Rp)
Sekrup 2 cm (2)
Receiving (Model
Orang 500 43,36 21680 Rak)
Meja Perakitan
Sekrup 2 cm (5)
Sekrup 2 cm (5)
Sekrup 2 cm (2)
Meja Perakitan
Shipping Rak Buku
Produk
Walky Pallet
Contoh perhitungan dan analisis untuk perhitungan ongkos penanganan material (OMH) komponen kaki 1 dari receiving ke meja fabrikasi dapat dilihat sebagai berikut. Kolom 1,2,3,4 = Data diketahui dari data komponen utama dan MPPC. Kolom 5
= Untuk komponen utama didapat dari pembagian volume diterima dengan volume dipakai. Contoh perhitungan:
Potongan material = 1 , 04 1 buah
91x31x1
90x30x1
Kolom 6 = Data diperoleh dari bahan disiapkan untuk komponen kaki 1 yang terdapat pada routing sheet. Kolom 7
= Datanya diperoleh dari pembagian antara kolom 6 dengan kolom 5.
Produk/har i
Jumlah Tiap Bentuk
Potongan Material
= Diketahui dari data komponen utama.
Kolom 9 = Datanya diperoleh dari perkalian antara kolom 7 dengan
kolom 8. Contoh perhitungan komponen kaki 1: Berat Total = Jumlah tiap bentuk x berat bentuk
= 58 x 0,5 = 29 kg
Kolom 10 = Penentuan alat angkut yang digunakan untuk memindahkan material. Datanya diperoleh dengan ketentuan sesuai dengan data penunjangnya. Karena berat total untuk perpindahan dari receiving ke meja fabrikasi adalah sebesar 422,05 kg. Maka alat angkut yang tepat digunakan adalah hand truck, karena dapat menampung material untuk bobot lebih dari 150 kg.
Kolom 11 = Karena alat angkut yang digunakan yaitu hand truck, maka material handling cost untuk perpindahannya yaitu Rp 1.500 untuk setiap meter yang ditempuh.
Kolom 12 = Datanya diperoleh dari jarak yang ditempuh dari gudang bahan baku komponen utama ke meja fabrikasi dengan menggunakan rumus berikut.
Jarak
Jarak
Luas lantai model tumpukan +
luas lantai model rak + luas lantai ruang pengukuran
Kolom 13 = Datanya diperoleh dari hasil perkalian antara kolom 11 dengan kolom 12. Contoh perhitungan: Total ongkos = OMH x Jarak antar Departemen
= Rp 1,500,- x 11,77 = Rp. 17.655,-
Penanganan material dari gudang bahan baku model rak untuk komponen tambahan ke meja perakitan memiliki cara perhitungan yang berbeda karena komponen tambahan dibawa dalam bentuk kemasan. Berikut ini merupakan contoh perhitungan komponen tambahan sekrup 2 cm pada perakitan ke-3.
Kolom 1,2,3,4 = Data diketahui dari data komponen tambahan, PPO dan MPPC. Kolom 5
= Untuk komponen tambahan didapat dari pembagian unit tersedia dengan kauntitas yang dibutuhkan untuk setiap perakitan. Contoh perhitungan:
50 Potongan material = = 25 2
Angka tersebut menunjukkan bahwa dalam 1 kemasan sekrup
2 cm hanya dapat digunakan sebanyak 25 perakitan pada perakitan ke-3. Sedangkan dalam 1 hari, terdapat 30 perakitan, maka dari itu tidak cukup 1 kemasan untuk perakitan ke-3.
Kolom 6 = Data diperoleh dari jumlah sekrup yang disiapkan untuk perakitan ke-3 selama 30 perakitan. Contoh perhitungan:
2 x 30 perakitan = 60 unit sekrup Angka tersebut menunjukkan bahwa jumlah unit sekrup yang dibutuhkan untuk perakitan ke-3 dalam 1 hari adalah 60 unit sekrup.
Kolom 7 = Datanya diperoleh dari pembagian antara kolom 6 dengan kolom 5. Kebutuhan produksi 60
Jumlah Tiap Bentuk = = = 1,2 ≈ 2 kemasan isi kemasan 50
Kolom 8 = Diketahui dari data komponen tambahan. Kolom 9
= Datanya diperoleh dari perkalian antara kolom 7 dengan
kolom 8. Contoh perhitungan sekrup 2 cm: Berat Total = Jumlah tiap bentuk x berat bentuk
= 2 x 0,5 = 1 kg
Kolom 10 = Penentuan alat angkut yang digunakan untuk memindahkan material. Datanya diperoleh dengan ketentuan sesuai dengan data penunjangnya. Karena berat total untuk perpindahan dari receiving ke meja perakitan adalah sebesar 20,6 kg. Maka Kolom 10 = Penentuan alat angkut yang digunakan untuk memindahkan material. Datanya diperoleh dengan ketentuan sesuai dengan data penunjangnya. Karena berat total untuk perpindahan dari receiving ke meja perakitan adalah sebesar 20,6 kg. Maka
Kolom 11 = Karena alat angkut yang digunakan yaitu orang, maka material handling cost untuk perpindahannya yaitu Rp 500 untuk setiap meter yang ditempuh.
Kolom 12 = Datanya diperoleh dari jarak yang ditempuh dari gudang bahan baku komponen tambahan ke meja perakitan dengan menggunakan rumus berikut.
Jarak
Jarak = LL. model rak + LL. ruang pengukuran
+ LL. ruang pemotongan + LL. ruang penghalusa n
+ LL. ruang melubangi + LL. ruang perakitan
Jarak = 0,05031 + 280 + 112 + 48 + 16 + 100 = 43,36 meter
Kolom 13 = Datanya diperoleh dari hasil perkalian antara kolom 11 dengan kolom 12. Contoh perhitungan: Total ongkos = OMH x Jarak antar Departemen
= Rp 500,- x 43,36 = Rp. 21.680,-
Lantai produksi rak buku terdiri dari 8 departemen yaitu departemen gudang bahan baku model tumpukan, gudang bahan baku model rak, departemen pengukuran, departemen pemotongan, departemen penghalusan, departemen melubangi, departemen perakitan, dan departemen gudang barang jadi. Banyaknya tahapan aliran bahan yang harus dilalui yaitu sebanyak 8 tahapan meliputi perpindahan dari receiving (gudang bahan baku) ke meja fabrikasi (komponen utama), meja fabrikasi ke mesin potong, mesin potong ke mesin serut, mesin serut ke mesin bor, mesin serut ke meja perakitan, mesin bor ke meja perakitan, receiving (gudang bahan baku) ke meja perakitan (komponen tambahan), dan meja perakitan ke shipping (gudang barang jadi). Tingkat aliran Lantai produksi rak buku terdiri dari 8 departemen yaitu departemen gudang bahan baku model tumpukan, gudang bahan baku model rak, departemen pengukuran, departemen pemotongan, departemen penghalusan, departemen melubangi, departemen perakitan, dan departemen gudang barang jadi. Banyaknya tahapan aliran bahan yang harus dilalui yaitu sebanyak 8 tahapan meliputi perpindahan dari receiving (gudang bahan baku) ke meja fabrikasi (komponen utama), meja fabrikasi ke mesin potong, mesin potong ke mesin serut, mesin serut ke mesin bor, mesin serut ke meja perakitan, mesin bor ke meja perakitan, receiving (gudang bahan baku) ke meja perakitan (komponen tambahan), dan meja perakitan ke shipping (gudang barang jadi). Tingkat aliran
Berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat terdapat beberapa analisis. Potongan material menunjukkan jumlah unit komponen yang dapat diproduksi dari 1 unit papan yang dipesan dari supplier. Potongan material sebesar 1 unit menunjukkan bahwa papan yang dipesan dari supplier hanya dapat diproduksi komponen utama sebanyak 1 unit. Hal tersebut dikarenakan kebijakan perusahaan yang memesan komponen yang ukurannya telah ditambah allowance sebesar 1 cm. Kolom produk/hari menunjukkan jumlah unit komponen yang harus disiapkan sebelum proses pada tempat yang dituju dilaksanakan berdasarkan routing sheet . Kolom jumlah tiap bentuk menunjukkan jumlah unit komponen yang harus disediakan dari hasil pembagian antara kolom produk/hari dengan potongan material. Hasil pembagian tersebut dilakukan pembulatan, hal tersebut dikarenakan menunjukkan jumlah unit papan yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan.
Berat total paling besar diperoleh dari penanganan material dari gudang bahan baku komponen utama ke meja fabrikasi dan meja fabrikasi ke meja potong. Hal ini dikarenakan material yang dipesan dari supplier belum mengalami perubahan bentuk sehingga bobot setiap komponen belum berkurang. Penentuan alat angkut yang akan digunakan pada penerapan material handling cost ini hanya berdasarkan karakteristik material untuk bobot. Sehingga masih sulit menentukan apakah kualitas komponen masih terjamin untuk setiap penanganan materialnya. Jarak terjauh yang ditempuh dalam penanganan material produk rak buku yaitu dari gudang bahan baku model rak untuk komponen tambahan ke meja perakitan. Hal tersebut dikarenakan untuk mencapai tempat tujuan, harus melewati beberapa lantai produksi seperti meja fabrikasi, mesin potong, mesin serut, dan mesin bor. Hasil perhitungan penanganan material ini belum optimal, karena seharusnya Berat total paling besar diperoleh dari penanganan material dari gudang bahan baku komponen utama ke meja fabrikasi dan meja fabrikasi ke meja potong. Hal ini dikarenakan material yang dipesan dari supplier belum mengalami perubahan bentuk sehingga bobot setiap komponen belum berkurang. Penentuan alat angkut yang akan digunakan pada penerapan material handling cost ini hanya berdasarkan karakteristik material untuk bobot. Sehingga masih sulit menentukan apakah kualitas komponen masih terjamin untuk setiap penanganan materialnya. Jarak terjauh yang ditempuh dalam penanganan material produk rak buku yaitu dari gudang bahan baku model rak untuk komponen tambahan ke meja perakitan. Hal tersebut dikarenakan untuk mencapai tempat tujuan, harus melewati beberapa lantai produksi seperti meja fabrikasi, mesin potong, mesin serut, dan mesin bor. Hasil perhitungan penanganan material ini belum optimal, karena seharusnya