Antara Harapan dan Kenyataan

Antara Harapan dan Kenyataan

FOTO:ANDRE

T berpenduduk miskin. Sarana dan prasa-

ak bisa dipungkiri kondisi per- kotaan saat ini cukup mempri- hatinkan, terutama di kawasan

rana sanitasi tidak tersedia. Kalau pun ada kondisinya tidak mencukupi atau tidak layak. Tak heran bila sering mun- cul epidemi penyakit perut di wilayah tersebut.

Penyakit ini selain menurunkan de- rajat kesehatan masyarakat, juga me- nimbulkan kerugian ekonomi yang cukup tinggi. Berdasarkan data tahun 1997, kerugian ekonomi akibat penyakit setara dengan 4,4 persen PDP atau 47 trilyun rupiah. Ini berarti setiap rumah tangga rugi Rp. 120 ribu per bulan.

Sistem pembuangan limbah tinja di- anggap sebagai salah satu biang perso- alan kesehatan di kawasan tersebut. Berdasarkan data BPS tahun 2002, ru- mah tangga perkotaan yang memiliki

laknya. Achmad Syaifudin, staf Bapeda tangki septik baru mencapai 63,07 per-

strategi pembangunan sanitasi ke

Pamekasan, menjelaskan penolakan ini sen. Sisanya masih buang tinja di ko-

depan.

terjadi karena warga yang rumahnya lam, sawah, sungai/danau, lubang ta-

Saat ini SANIMAS masih dalam

berdampingan dengan lokasi pemba- nah, pantai/lapangan dan tempat lain-

proses uji coba di tujuh kota yakni

ngunan sarana ini khawatir dengan bau nya.

Denpasar, Pamekasan, Mojokerto, Sido-

yang akan ditimbulkan dan ada pera- Program Sanitasi untuk Masyarakat

arjo, Kediri, Blitar, dan Pasuruan. Kota

saan tidak enak karena bangunan MCK (SANIMAS) berusaha untuk berperan

itu terpilih dalam proses seleksi ber-

komunal itu berada tepat di depan dalam menyediakan sarana sanitasi

dasarkan syarat (i) menyediakan ang-

rumah. Akhirnya, proyek ini gagal tersebut dengan pendekatan yang tang-

garan pendamping; (ii) menentukan

sektor penanggung jawab kegiatan; dan

dibangun.

gap kebutuhan (berbasis masyarakat).

Sebagai gantinya Pemda setempat Masyarakat sendiri yang menentukan

(iii) memilih dan menempatkan dua

kemudian mengalihkan dana APBD pilihan teknologi sarana berdasarkan

fasilitator pendamping setempat. Sam-

yang sudah dianggarkan untuk pemba- ragam pilihan teknologi yang ada.

pai pertengahan tahun ini, semua sa-

ngunan MCK Plus Plus ke dua pesan- Selain itu masyarakat bertanggung

rana sudah selesai tahap konstruksi dan

tren yakni Pondok Pesantren Mambaul jawab dalam pembangunan fisik sarana

sudah beroperasi.

Ulum, Bata Bata dan Pondok Pesantren dan pengelolaan dana yang bersumber

Darul Ulum, Banyuanyar, Palengaan. dari swadaya (tunai dan bahan), peme-

Tak Mulus

Pesantren dipilih karena kondisi sarana rintah pusat dan daerah (porsi terbe-

Terpilihnya kota-kota tersebut tak

sanitasi di pesantren pada umumnya sar), SANIMAS (AusAid) dan LSM

menjadikan SANIMAS mulus diker-

sangat buruk. WC yang ada tidak me- (BORDA) dalam beberapa kasus.

jakan. Contoh menarik terjadi di Pame-

menuhi syarat. Sebagian santri buang Diharapkan, model seperti ini bisa men-

kasan, Madura. Menjelang hari H pele-

air di sungai. Tangki septik disalurkan jadi pilihan pemerintah daerah dalam

takan batu pertama proyek tersebut pa-

da pertengahan 2003, warga meno-

ke sungai dan digelontor pada saat

Secara total MCK yang terdiri atas 6 sulit didapatkan.

tempat belajar dari kegagalan SANI-

WC dan 2 kamar mandi di Ponpes MQ Berbeda dengan di Pamekasan, di

MAS tahap I. Pada proyek SANIMAS ta-

menelan biaya 154 juta. Pesantren sen- Sidoarjo ketidakmulusan terjadi ketika

hap II, pemda tak lagi memfokuskan

diri memberikan swadaya sebesar 23 sarana sanitasi sudah beroperasi. Pro-

pembangunan sarana MCK di perkota-

juta dengan perincian in cash Rp. 5 juta yek SANIMAS berupa MCK ini didanai

an tapi beralih ke pesantren. Mengingat

dan sisanya inkind. Lainnya dari Pemda oleh masyarakat lokal, APBD, AusAID,

berdasarkan survei rasio sarana dan

dan BORDA. Untuk operasionalisasi, dan Bank Dunia. Proyek itu terletak di

pemakai 1: 200-300. Bisa dibayangkan

santri tidak ditarik bayaran. Hanya ada RT 21 RW V, Kapasan, Kelurahan Si-

bagaimana antrenya. Ini jauh lebih

pengelola beranggotakan 16 santri yang dokare, Kecamatan Sidoarjo.

buruk dibandingkan kondisi di masya-

bertugas mengatur piket kebersihan, Proyek ini dilatarbelakangi oleh

rakat, yang rata-rata punya jamban.

kontrol air, dan pengawasan terhadap kondisi sanitasi yang amat buruk di lo-

peraturan yang ditetapkan seperti tidak kasi tersebut. Sebanyak 80 persen war-

boleh memakai sandal dan mencuci ganya tidak mempunyai jamban. Ma-

Pembangunan sarana MCK yang

dimulai 15 Agustus 2003 dan baju di kamar mandi.

syarakat menggunakan sungai sebagai Di Ponpes Sumber Bungur, sarana sarana membuang air utama. Mereka

mulai beroperasi pada 15

MCK dengan enam toilet dan dua show- membangun tangga di tepian sungai.

er ini mampu melayani sekitar 300 Padahal secara periodik sungai itu

Desember 2003, pada awalnya

santri putra. Dulunya santri sebanyak meluap hingga ketinggian 1 meter.

mampu mengubah kebiasaan

itu hanya dilayani sebuah toilet. Pembangunan sarana MCK yang

masyarakat buang air

Akibatnya, banyak santri yang buang air dimulai 15 Agustus 2003 dan mulai ber-

di sungai. Mereka mulai

menggunakan sarana dan mencuci ke sumber air yang

operasi pada 15 Desember 2003, pada jaraknya sekitar 10 menit perjalanan. awalnya mampu mengubah kebiasaan

tersebut dengan membayar

''Adanya SANIMAS ini mempercepat masyarakat buang air di sungai. Mereka

aktivitas belajar, menjaga kebersihan mulai menggunakan sarana tersebut

biaya pemakaian sebesar

dan kesehatan,'' kata Ketua Ponpes SB, dengan membayar biaya pemakaian se-

Rp. 200 sekali pakai.

KH Ahmad Madani. besar Rp. 200 sekali pakai. Sementara

Keberadaan sarana MCK ini juga waktu tangga-tangga tempat nangkring-

Berdasarkan seleksi dipilihkan dua

dimanfaatkan oleh masyarakat seki- biasa disebut helicopter-mulai hilang.

dua pesantren yang menjadi lokasi

tarnya, termasuk murid sekolah Aliyah Namun, kebiasaan itu tak berkelanjut-

SANIMAS yakni Pondok Pesantren

yang terletak tidak jauh dari Ponpes an. Awal tahun ini mereka kembali ke

Miftahul Qulub (MQ), Kelurahan Po-

yang berdiri pada tahun 1925 itu. Berkat sungai. Helikopter mulai bermunculan.

langan, Kecamatan Galis, dan Pondok

MCK ini pula, Aliyah tersebut memper- Surur Wahyudi dari BORDA menje-

Pesantren Sumber Bungur (SB), Kelu-

oleh akreditasi B, lebih baik dari laskan kenyataan ini terjadi karena se-

rahan Pakong, Kecamatan Pakong.

sebelumnya. Selain itu air buangan dari jak awal pembangunan di lokasi ini ter-

Konstruksi dimulai pada November

MCK dimanfaatkan oleh petani di seki- lalu dipaksakan oleh pemerintah daerah

2004. Pelaksananya BEST Surabaya.

tarnya untuk menyiram tanaman. setempat, padahal masyarakat belum

Sarana tersebut masing-masing mulai

Biaya konstruksi mencapai Rp. 157 siap. Selain itu, saat ini sedang terjadi

beroperasi Maret dan April 2005.

juta. Nilai ini lebih mahal dibanding di perubahan kepengurusan RT/RW yang

Pimpinan Ponpes MQ, KH Abdul

Ponpes MQ, karena di sini atapnya mempengaruhi pengelolaan sarana ter-

Manan menyatakan sangat bersyukur

dicor. Rencananya di atas MCK akan sebut. Lagi pula, lanjutnya, sejak awal

pesantrennya terpilih sebagai lokasi

dibangun kantor dan klinik santri. ternyata sarana ini belum diresmikan.

proyek SANIMAS. ''Sekarang santriwati

Dalam proyek ini, Ponpes SB mem- ''Kenapanya, kita tidak tahu,'' katanya.

tak perlu antre lagi. Dulu kalau ada yang

sakit perut bingung,'' katanya.

berikan swadaya sebesar Rp. 24 juta

Sebelumnya di pesantren itu ada

dengan rincian in cash Rp. 5,5 juta dan

Sukses

sisanya inkind. Operasionalisasi setiap Selain dua kasus tersebut, hampir

350 santri perempuan dengan jamban 2

hari dilakukan oleh para santri dengan semua proyek SANIMAS terbilang suk-

buah. Lima jamban lainnya tak ber-

koordinator Abdul Hamid, orang keper- ses. Kesuksesan ini bisa dilihat teruta-

fungsi. Untuk mandi dan cuci mereka

cayaan pimpinan Ponpes. Pengguna ma dari sisi keberlanjutan sarana dan

menggunakan kolam bersama. ''Kita

dari luar tak dipungut bayaran. Dana pengelolaannya.

terkendala biaya. Santri membayar sa-

operasional ditanggung sepenuhnya Di Pamekasan, rupanya pemda se-

ngat murah. Tak cukup untuk memba-

ngun sarana MCK,'' jelas Manan.

oleh pesantren.