Proses Transisi Demokrasi

C. Proses Transisi Demokrasi

Proses transisi demokrasi di Afghanistan berlangsung melalui tiga tahapan penting: Pertama, ditandai dengan terbentuknya pemerintahan transisional Afghanistan sebagai awal dibukanya keran demokrasi di Afghanistan, terpilihnya Hamid Karzai sebagai Kepala Pemerintahan Transisi dan sebagai momentum jatuhnya rezim Taliban. Kedua, Pemilihan Umum 2004 yang merupakan pemilihan umum pertama yang melibatkan masyarakat Afghanistan. Kemudian yang ketiga adalah Pemilihan Umum 2009 yang berhasil mengantarkan Hamid Karzai terpilih kembali menjadi Presiden Afghanistan.

C.1. Terbentuknya Pemerintahan Transisional Afghanistan

Demokratisasi di Afghanistan dapat dikatakan dimulai pada saat rezim Taliban berhasil dijatuhkan, yaitu pada November 2001. Sebulan setelah peristiwa tersebut, para pemimpin Afghanistan, baik tokoh masyarakat maupun pemuka agama, bertemu dengan perwakilan PBB di Bonn, Jerman, untuk menyusun

pedoman pembentukan pemerintahan baru Afghanistan. 71 Para tokoh mewakili empat faksi dari Afghanistan, yaitu Aliansi Utara, kelompok utara yang mewakili

mantan Raja Afghanistan Mohammad Zahir Shah, kelompok Peshawar yang

71 Larry P. Goodson, “Afghanistan in 2003: The Taliban Resurface and A New Constitution is Born”, Asian Survey, Vol. XLIV No. 1 (Januari 2004: 14-22), h. 14.

mewakili para pengungsi Afghanistan di Pakistan dan kelompok Siprus yang mewakili sekelompok masyarakat Afghanistan yang berada di pengasingan. 72

Persetujuan pertemuan yang dilakukan pada 5 Desember 2001 ini menghasilkan „ Agreement on Provinsional Arrangement in Afghanistan Pending

the Re- establishment to Permanent Government Institution’ yang dikenal sebagai Bonn Agreement , dengan pemilihan Hamid Karzai sebagai Ketua Pemerintahan Transisi (interim). Dalam kesepakatannya, pelaksanaan Bonn Agreement berlangsung selama dua sampai tiga tahun, yang akan diakhiri dengen pemerintahan resmi dan sah Afghanistan yang dipilih melalui pemilihan umum

demokratis. 73 Hamid Karzai terpilih karena dianggap memiliki keahlian politik yang

modern serta mengenal budaya tradisionalnya dengan baik. Selain itu, ia juga memiliki dukungan kuat dari negara-negara Barat termasuk Amerika Serikat dan ditambah dengan dukungan dari spektrum faksi lokal di Afghanistan yang cukup luas, menjadi nilai tambah bagi Hamid Karzai dalam memenangkan pemilihan Ketua Pemeritahan Transisi (interim). Dukungan dari spektrum faksi lokal merupakan faktor terpenting karena identitas etnis dan kesukuannya yang sangat mendominasi politik Afghanistan. Bahkan, pendukung Taliban, yang sebagian besar suku Pasthun lebih dapat menerima Hamid Karzai sebagai pemimpin dibandingkan para pemimpin Aliansi Utara yang berasal dari suku Tajik dan

Uzbek. 74

72 Zae nal Arifin, “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses Demokrasi di Afghanistan”, h. 58.

73 Ibid., h. 60. 74 Ibid., h. 61.

Penandatanganan Bonn Agreement terbukti mendapat reaksi positif di Afghanistan saat itu. Karena pertama, bagi sebagian masyarakat Afghanistan skema transisi rezim yang direncanakan merupakan kesempatan yang baik untuk memulai kehidupan di negara yang sedang berada dalam proses statebuilding . Kedua, Boon Agreement menghasilkan struktur pemerintahan yang lebih solid melalui tiga tahap. Otoritas interim yang ditunjuk di Bonn akan digantikan

otoritas transisional yang dipilih 75 Loya Jirga darurat. Berikutnya, otoritas transisional akan memerintah negara sampai pemilihan umum demokratis

berlangsung. 76 Selanjutnya adalah karena telah ditetapkannya sebuah konstitusi baru.

Pemerintahan Hamid Karzai berhasil merumuskan sebuah draf konstitusi baru melalui komisi konstitusi pada November 2003. 77 Konstitusi tersebut berisikan

pasal-pasal yang menyangkut nilai-nilai demokrasi, Hak Asasi Manusia dan prinsip kesetaraan bagi perempuan Afghanistan. Konstitusi ini pun menjanjikan modernitas dalam kehidupan masyarakat Afghanistan pasca pemerintahan Taliban, yang menggabungkan nilai demokrasi dengan nilai-nilai Islam. Selain itu, melalui konstitusi baru, diproklamasikan Negara Afghanistan sebagai Republik Islam Afghanistan.

75 Loya jirga adalah lembaga musyawarah tradisional beranggotakan wakil semua etnis dan kelompok masyarakat dan dibentuk pada akhir 2003. Dilihat dari artikel Erwin Salim,

“Afghanistan: Gembong Perang di Kursi Parlemen”, artikel ini diakses dari http://arsip.gatra.com/2005-10-16/majalah/artikel.php?pil=23&id=89053 pada 11 Februari 2017.

76 Zaenal Arifin, “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses Demokrasi di Afghanistan”, h. 62.

77 Larry P. Goodson, “Afghanistan in 2003: The Taliban Resurface and A New Constitution is Born”, h. 20.

Pencapaian Afghanistan melalui instansi pemerintahan baru, meskipun baru berbentuk interim (sementara), dan pembuatan konstitusi baru merupakan indikasi yang baik bahwa terdapat perubahan yang lebih baik dalam kehidupan tatanegara di Afghanistan. Selanjutnya tiga tahun setelah dibentuknya pemerintahan transisional di Afghanistan, sesuai kesepakatan sebelumnya, yakni pada tahun 2004 diselenggarakan pemilihan umum secara demokratis sebagai wujud terciptanya demokrasi di Afghanistan.

C.2. Pemilihan Umum 2004

Tahun 2004 menjadi momentum terpenting dalam sejarah perpolitikan di Afghanistan karena untuk pertama kalinya diselenggarakan pemilihan umum yang

melibatkan masyarakat Afghanistan dalam proses pemilihan presiden. 78 Selama ini Afghanistan dikenal sebagai negara yang berada pada situasi yang kompleks

ketika tahap pergantian kekuasaan berlangsung. Karena selama kurang lebih 60 tahun, negara tersebut mengalami beberapa kali peperangan dengan tujuan saling

merebut kekuasaan. 79 Hamid Karzai yang telah terpilih sejak 2001 menjadi Ketua Pemerintahan

Transisi (interim) sekaligus menjadi presiden sementara Afghanistan, tidak menghentikan langkahnya untuk maju sebagai kandidat Presiden Afghanistan selanjutnya. Pemerintah Amerika Serikat adalah pihak yang paling mendukung proses ini dan terus memotivasi Hamid Karzai untuk melanjutkan upayanya

78 Liputan 6, “Afghanistan Bersiap Menggelar Pilpres Pertama”, artikel ini diakses dari http://m.liputan6.com/global/read/84167/afghanistan-bersiap-menggelar-pilpres-pertama pada 10

Oktober 2016. 79 Umiyati Haris, “Penyelesaian Konflik Afghanistan-Pakistan: Sebuah Pendekatan

Rekonsiliasi”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2016), h.1 Rekonsiliasi”, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin, 2016), h.1

Beberapa permasalahan dalam persiapan penyelenggaraan pemilu seringkali ditemukan di beberapa negara, terlebih jika hal ini menjadi pertama kalinya bagi sebuah negara yang baru menerapkan demokrasi. Hal ini juga terjadi di Afghanistan, jumlah masyarakat yang mendaftar untuk memilih pada awal 2004 sangat rendah, di samping itu terdapat ancaman dari kelompok-kelompok ekstrimis seperti Taliban dan al-Qaeda terhadap presiden Hamid Karzai. Permasalahan ini mengakibatkan diundurnya pelaksanaan pemilihan umum yang

seharusnya diselenggarakan pada Juni 2004 menjadi September 2004. 80 Untuk menghindari peristiwa yang akan menghambat proses pemilihan

umum, Amerika Serikat yang sejak awal bertanggung jawab terhadap jalannya demokrasi di Afghanistan, mengupayakan agar hal yang tidak diinginkan terjadi kembali. Maka dari itu, Amerika Serikat memimpin koalisinya dalam melatih pasukan kepolisian Afghanistan, memperkuat tentara, serta terus meningkatkan kewaspadaan keamanan untuk memperlancar pemilihan umum. Sayangnya, pemilihan umum dianggap tidak dapat dilaksanakan segera. Oleh karena itu, pemilihan presiden yang dianggap lebih sederhana penyelenggaraannya lebih dulu

diselenggarakan pada 9 Oktober 2004. 81

80 Zaenal Arifin, “Pengaruh Invasi Militer Amerika Serikat Terhadap Proses Demokrasi di Afghanistan”, h. 78. 81

Ibid.

Satu hari menjelang pemilihan umum pertama di Afghanistan, 8 Oktober 2004, banyak pihak meragukan kelancaran dari seluruh prosesnya. Padahal, keberhasilan penyelenggaraan pemilihan umum demokratis bagi suatu negara di era transisi menuju demokrasi merupakan salah satu indikator paling penting untuk mengukur tercapai atau tidaknya demokrasi. Keraguan ini disebabkan karena mendekati hari pemilihan umum, kelompok Taliban masih mengancam akan melakukan pemboman di Afghanistan. Selain itu, banyak di antara para pemilih yang buta huruf dan sama sekali belum pernah mengikuti proses

pemilihan umum sebelumnya juga menjadi faktor penghambat lainnya. 82 Banyak dari para ahli dengan mudah dapat memprediksikan bahwa kandidat

presiden yang akan memenangkan pemilihan umum adalah presiden transisional Afghanistan Hamid Karzai, padahal para pemilih diberikan pilihan 18 orang kandidat presiden dengan masa jabatan lima tahun. Para kandidat utama antara lain: Hamid Karzai, Younus Qonuni, Massouda Jalal, Mohammad Mohaqeq, Abdul Rasyid Dostum, Abdul latif Pedram dan Ahmad Shah Adzmadzai. Apabila tidak ada seorang pun di antara kandidat memenangkan pemilihan umum secara mayoritas, maka pemilihan tahap kedua dilakukan pada November 2004 untuk menentukan pemenangnya.

Pada akhirnya Hamid Karzai memenangkan pemilihan umum 9 Oktober 2004. 83 Hasil Survey Asia Foundation mencatat sekitar delapan juta masyarakat

Afghanistan berpartisipasi dalam pemilu, dengan 42 persen di antara para pemilih

82 Ibid., h. 79. 83 BBC News, “Karzai Declared Afghan President”, artikel ini diakses dari

http://news.bbc.co.uk/2/hi/3977677.stm pada 9 Februari 2017.

adalah kaum perempuan. 84 Pada 31 Oktober 2004, hasil dari pemilihan presiden sudah dapat diketahui. Hamid Karzai berhasil memenangkan pemilihan tersebut,

dengan mendapatkan 55.37% suara. Selanjutnya Younus Qonuni memperoleh peringkat kedua dengan perolehan suara sebesar 16.28% 85

Tabel III.2. Hasil Perolehan Suara Piplres 2009

Hamid Karzai

Younus Qonuni

16.28% Mohammad Mohaqeq

11.66% Abdul Rasyid Dostum

10.03% Abdul latif Pedram

1.37% Massouda Jalal

1.14% Ahmad Shah Adzmadzai

Sumber: http://www.globalsecurity.org/military/world/afghanistan/politics-2004.htm

Sebelumnya sempat diperkirakan akan terjadi kekacauan selama pemilihan umum berlangsung, akan tetapi pelaksanaan pemilu berlangsung mulus di luar perkiraan banyak orang. Ketika beberapa kandidat dari oposisi sempat mempermasalahkan mengenai kecurangan pemungutan suara, namun kemudian pada akhirnya kontroversi tersebut berangsung-angsur hilang. Kelegaan berlanjut

84 The Asia Foundation, Voter Education Planning Survey: Afghanistan 2004 National Elections , (Afghanistan: U.S Agency for International Development), h. 20.

85 Global Security, “Afghanistan: President Election”, artikel ini diakses dari http://www.globalsecurity.org/military/world/afghanistan/politics-2004.htm pada 9 Februari 2017.

ketika Hamid Karzai dilantik sebagai Presiden Afghanistan pada 7 Desember 2004. 86

C.3. Pemilihan Umum 2009

Tidak sedikit pakar yang pernah berpendapat bahwa demokrasi tidak akan berlangsung lama di Afghanistan, dengan asumsi bahwa masyarakat Afghanistan masih belum siap. Namun, kenyataannya pemilihan umum 2009 kembali diselenggarakan dan masyarakat Afghanistan masih menyambutnya sebagai bentuk kepedulian mereka dalam membangun Negara Afghanistan yang lebih maju dan progresif. Dalam hal ini, mereka percaya bahwa cara terbaik untuk melakukannya adalah dengan melalui demokrasi.

Terdapat beberapa nama yang menjadi calon kandidat resmi Presiden Afghanistan selanjutnya adalah Hamid Karzai, Abdullah Abdullah, Ramazan Bashardost, Mohammad Ashraf Ghani Ahmadzai dan 28 kandidat lainnya. Hamid Karzai yang terpilih sebagai Presiden Afghanistan sejak 2004, menurut beberapa pihak masih memiliki peluang yang cukup besar dalam pemilu Presiden Afghanistan akan datang, bahkan Hamid Karzai diprediksikan akan memenangkan pemilihan presiden tahun 2009 mengalahkan beberapa kandidat lainnya. Sedangkan sebagian dari masyarakat Afghanistan beranggapan bahwa Hamid Karzai tidak layak untuk dipilih lagi sebagai presiden, oleh karena itu

mereka tidak akan memberikan suaranya kepada Hamid Karzai. 87

86 BBC News, “Karzai Declared Afghan President”. 87 Break ing World News, “Karzai Masih Punya Peluang dalam Pemilu Presiden Afghanistan”, artikel ini diakses dari http://www.dw.com/id/karzai-masih-punya-peluang-dalam- pemilu-presiden-afghanistan/a-4442191 pada 11 Februari 2017.

Abdullah Abdullah yang pernah menjabat sebagai menteri luar negeri merupakan saingan terkuat dari Hamid Karzai, diikuti oleh Ramadan Bashardost yang saat itu menjabat sebagai anggota parlemen Afghanistan dan sekaligus mantan menteri perencanan, kemudian selanjutnya adalah Mohammad Ashraf Ghani yang merupakan Menteri Keuangan Afghanistan dan dulunya pernah menjadi staf Bank Dunia. Mereka secara serentak mengutarakan akan membentuk

pemerintahan yang baik dan bersih jika terpilih menjadi presiden selanjutnya. 88 Hal ini dikarenakan selama Hamid Karzai menjabat sebagai Presiden

Afghanistan, banyak dari masyarakat Afghanistan yang mengkritik korupsi yang merajalela. Mereka menganggap bahwa Hamid Karzai yang paling bertanggung jawab atas meluasnya korupsi. Selain itu, tingkat kriminalitas dan pengangguran juga semakin tinggi. Banyak pula dari beberapa pihak yang meragukan pemilu

tahun 2009 ini akan berlangsung dengan adil dan transparan. 89 Berdasarkan konstitusi di Afghanistan tahun 2004, pemilihan umum harus

sudah diselenggarakan 60 hari sebelum masa akhir jabatan presiden Hamid Karzai pada bulan Juli 2009. The Independent Election Commission (IEC) awalnya merekomendasikan bahwa pemilihan umum presiden diadakan pada saat yang sama dengan pemungutan suara parlemen tahun 2010 guna untuk menghemat biaya. Namun, beberapa pihak tidak bisa menyetujui saran tersebut. Kekhawatiran tentang aksesibilitas ke daerah pegunungan di musim semi 2009 membuat

88 Kompas, “Dari Yang Nyentrik Hingga Yang Dicap Antek”, artikel ini diakses dari http://nasional.kompas.com/read/2009/08/18/0700573/dari.yang.nyentrik.hingga.yang.dicap.antek

pada 11 Februari 2017. 89 Breaking World News, “Karzai Masih Punya Peluang dalam Pemilu Presiden

Afghanistan”.

pemimpin dari IEC mengumumkan pemilihan umum akan ditunda sampai dengan bulan Agustus 2009. 90

Sekitar 17 juta masyarakat Afghanistan berhak memberikan suaranya untuk menentukan presiden baru dan parlemen regional yang diselenggarakan pada 20 Agustus 2009. Namun, tingkat partisipasi masyarakat Afghanistan saat itu menurun jika dibandingkan dengan pemilihan umum 2004. Hal ini dipicu oleh aksi teror kelompok Taliban yang diduga telah menurunkan minat pemilih di Afghanistan. Terdapat 315 TPS yang terpaksa harus ditutup karena alasan keamanan. Meskipun begitu, lebih dari 6500 TPS di Afghanistan dibuka kembali

pada keesokan harinya. 91 Sejumlah pengamat menilai bahwa pada pemilu pertama di Afghanistan

lima tahun lalu, antrian-antrian pemilu jauh lebih panjang. Namun kini pun tidak sedikit penduduk Afghanistan, khususnya penduduk Kabul yang berani menentang intimidasi kelompok Taliban. Pakar politik Haroun Mir justru menilai, masalahnya tidak terletak pada teror Taliban, melainkan pada tidak dipenuhinya janji-janji Presiden Hamid Karzai yang diutarakan pada tahun 2004 yang pada

akhirnya menghilangkan kepercayaan masyarakat Afghanistan pada demokrasi. 92 Hamid Karzai dinyatakan sebagai Presiden Afghanistan setelah melewati

berbagai persoalan mengenai isu kecurangannya dalam pemilihan umum presiden

90 Breaking World News, “Dunia Sambut Pemilu di Afghanistan”, artikel ini diakses dari http://www.dw.com/id/dunia-sambut-pemilu-di-afghanistan/a-4589128 pada 11 Februari 2017.

91 Breaking World News, “Afghanistan Telah Memilih”, artikel ini diakses dari http://www.dw.com/id/afghanistan-telah-memilih/a-4587954 pada 11 Februari 2017.

92 Breaking World News, “Afghanistan Telah Memilih”.

saat itu. 93 Pengumuman ini dikeluarkan sehari setelah satu-satunya penantang Karzai, yakni Abdullah Abdullah menarik diri dari pemilihan. Sebelumnya,

Abdullah Abdullah menuntut agar segera dilaksanakan pemilihan umum putaran kedua karena dinilai terjadi kecurangan dalam pelaksanaannya. Hamid Karzai resmi sebagai pemenang dengan memperoleh suara sebanyak 55% dan kemudian

disusul oleh Abdullah Abdullah sebanyak 28%. 94

93 Hidayatullah, “Karzai Terpilih Lagi Menjadi Presiden Afghanistan”, artikel ini diakses dari https://www.hidayatullah.com/berita/internasional/read/2009/11/03/42721/karzai-terpilih-lagi-

menjadi-presiden-afghanistan.html pada 11 Februari 2017. 94 Breaking World News, “Jelang Pemilu Penentuan, Abdullah Keluarkan Tuntutan”,

artikel ini diakses dari http://www.dw.com/id/jelang-pemilu-penentuan-abdullah-keluarkan- tuntutan/a-4835904 pada 11 Februari 2017.