Lahirnya Demokrasi Pasca Jatuhnya Rezim Taliban

B. Lahirnya Demokrasi Pasca Jatuhnya Rezim Taliban

Sejak dahulu, masyarakat Afghanistan dikenal sangat gigih dan bersemangat dalam membela Islam. Mereka melawan musuh-musuh Islam dan berhasil

melumpuhkannya, termasuk Uni Soviet. 62 Perlawanan ini pada akhirnya melahirkan sejumlah kelompok dan organisasi Islam yang seringkali justru saling

bertikai demi untuk merebut kekuasaan. Di antara organisasi dan kelompok paling masyhur yang terlahir kala itu adalah Jami’iyyah Islamiyyah (Jemaat Islamiyah), Partai Islam ( al-Hizb al-Islami ), kelompok Mujahidin dan kelompok Taliban.

Konflik sektarian yang melanda Afghanistan tidak lepas dari realitas masyarakat Afghanistan yang beragam dan keinginan yang sangat tinggi dari para kelompok islamis dalam memimpin Afghanistan. Terbukti, lengsernya suatu rezim menandai kelahiran sebuah rezim baru. Hal ini semakin terasa ketika

60 Ibid., h. 29. 61 Ibid. 62 Qasim A. Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Buku Pintar Sejarah Islam: Jejak Langkah

Peradaban Islam dari Masa Nabi hingga Masa Kini , terj. Zainal Arifin, (Jakarta: Zaman, 2014), h. 773.

kelompok Taliban mampu menapaki kekuasaan Afghanistan setelah memporak- porandakan pemerintahan fragmentatif Burhanuddin Rabbani, salah seorang pemimpin Jami‟at Islam, salah satu faksi Mujahidin Afghan.

Sejak Taliban menguasai Afghanistan, kelompok ekstrimis ini langsung mengubah hukum-hukum yang ada dan membuat hukum-hukum yang baru

dengan menggunakan syari‟at Islam sebagai landasan utamanya. Di bawah pemerintahan tangan besi Taliban, kehidupan sehari-hari menjadi mimpi buruk bagi masyarakat Afghanistan. Diberlakukannya hukum rajam bagi para pezina, hukum cambuk bagi para pemabuk, hukum potong tangan bagi para pencuri dan hukuman mati bagi orang-orang dianggap kafir.

Taliban juga melarang keras adanya musik, bioskop dan seluruh tempat dan kegiatan yang berhubungan dengan Barat. Kaum pria diwajibkan memelihara

jenggot dan sepatu berwarna putih 63 serta mengumpulkan mereka pada siang hari untuk melaksanakan ibadah. Sementara kaum perempuan diwajibkan memakai

pakaian 64 burqa dan dilarang bepergian seorang diri. Rezim Taliban sangat merepresi dan melarang perempuan berkiprah di ranah domestik. Perempuan yang

dulunya bisa bekerja, bersekolah dan menentukan pilihan hidupnya saat itu tidak dirasakan lagi oleh mereka.

Ketidakadilan terhadap perempuan di bawah beragam versi fundamentalisme Islam, baik itu para penguasa Afghanistan sebelumnya,

63 Warna putih adalah warna resmi pemerintahan Taliban, ia dianggap suci karena bendera Taliban berwarna putih polos. Taliban melarang keras kaum perempuan mengenakan sepatu putih,

sebab putih dianggap adalah warna milik kaum laki-laki. Dilihat dari Anton Kurnia, Dari Penjara Taliban Menuju Iman , (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2007), h. 59.

64 Haideh Moghissi, Feminisme dan Fundamentalisme Islam, (Yogyakarta: Lkis, 2005), h. 3.

Mujahidin ataupun Taliban, adalah satu hal yang tragis. Hal itu terjadi semenjak pecahnya perang sipil di Afghanistan. Perempuan secara resmi menjadi urusan nomor dua di bawah kekuasaan Mujahidin, dan ditambah kekuasaan Taliban,

kondisi tersebut menjadi semakin buruk. 65 Melihat fenomena di atas, memberikan kita pemahaman bahwa Taliban hanyalah sebuah contoh paling akhir dari versi

pemerintahan otoriter di Afghanistan. Hingga tahun 1998, Taliban memang telah berhasil menguasai Afghanistan. Namun, keberhasilan ini justru menambah kompleks suasana. Konflik bersenjata

terus bergulir. Munculnya Aliansi Utara (Northern Alliance) 66 pada tahun 1998 yang dipelopori oleh Ahmad Shah Massoud dan pengikutnya menandai babak

baru terhadap konflik di Afghanistan. Keinginan yang tinggi dari Massoud untuk melengserkan rezim Taliban terlihat lewat aksi-aksi gerilyanya dalam melawan kelompok Taliban di pegunungan Hindu Kush, Afghanistan Utara.

Tahun 1998 juga ditandai dengan menegangnya hubungan antara Iran dan Afghanistan. Pasukan Taliban membunuh puluhan diplomat di gedung kesultanan

Iran tidak lama setelah melakukan serangan ke kota Mazar. 67 Insiden tersebut langsung mengundang kemarahan Iran yang sempat mengancam akan menginvasi

Afghanistan. Terbukti, selama Afghanistan di bawah kendali Taliban, hanya ada 3

65 Ibid., h. 4. 66 Aliansi Utara diusir oleh Taliban pada tahun 1996, dan dibentuk kembali sebagai suatu

kelompok gerakan bawah tanah. Kelompok ini menguasai beberapa provinsi di bagian uatara Afghanistan pada tahun 1996 hingga 2001. Setelah peristiwa 11 September, angkatan bersenjata Amerika Serikat bersekutu dengan Aliansi Utara, yang memungkinkan dilakukannya pengepungan kembali kota Kabul. Dilihat dari Buku Omar Nasiri, Inside The Jihad: Teroris atau Tentara Tuhan? , (Jakarta: Zahira, 2007), h. 559.

67 CNN, “Taliban Threatens Retaliation If Iran Strikes”, artikel ini diakses dari http://edition.cnn.com/WORLD/meast/9809/15/iran.afghan.tensions.02/index.html pada 2 Februari

negara di dunia yang mengakui kedaulatan pemerintahan Taliban, yakni: Pakistan, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab. 68

Namun, pasca rezim Taliban berhasil dijatuhkan 69 dan kemudian terpilihnya Hamid Karzai sebagai Presiden Afghanistan pada tahun 2004 dan 2009 melalui

pemilihan umum, telah mengantarkan Afghanistan menuju transisi demokrasi. Kemudian pada September 2014, pelantikan Presiden baru Afghanistan menandai lembaran baru pemerintahan. Mohammad Ashraf Ghani secara resmi terpilih menjadi Presiden Afghanistan menggantikan Hamid Karzai melalui pemilihan umum langsung. Hal ini sekaligus menjadi momentum masyarakat Afghanistan

menuntaskan transisi menuju demokrasi. 70 Keberhasilan Afghanistan dalam melahirkan sebuah pemerintahan

demokratis terlihat dari keikutsertaan masyarakat Afghanistan dalam menyelenggarakan pemilihan umum itu sendiri, meskipun dibayang-bayangi oleh teror kelompok Taliban yang mengancam akan mensabotase proses pemilihan umum presiden 2014. Ancaman ini rupanya tidak mempengaruhi mindset masyarakat Afghanistan, mereka ingin dilibatkan dalam menentukan masa depan negara. Mereka yakin bahwa demokrasi merupakan satu-satunya jalan keluar

68 Muslimedia News, “Taliban Lahir dari Perang Afghanistan”, artikel ini diakses dari http://www.muslimedianews.com/2016/04/taliban-lahir-dari-perang-afghanistan.html pada

2 Februari 2017.

69 Rezim Taliban dijatuhkan oleh Amerika Serikat dan dibantu oleh pasukan Aliansi Utara melalui penyerangan darat dari tiga arah (masing-masing menuju Kabul, Qandahar dan Jalalabad).

Gempuran ini memang telah melumpuhkan Taliban pada Desember 2001. Kurang dari seminggu setelah Kabul Jatuh, meski Taliban tidak pernah memberi konfirmasi tentang kemundurannya, Amerika mengumumkan jatuhnya Taliban dan menyerahkan kekuasaan pada Hamid Karzai, seorang yang loyal kepada Amerika Serikat. Dilihat dari Buku Iwan Hadibroto, Perang Afghanistan: Di Balik Perseteruan Amerika Serikat vs. Taliban, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama), h. 121.

70 Iran Indonesian Radio, “Membangun Demokrasi di Afghanistan”, artikel ini diakses dari http://indonesian.irb.ir/ranah/telisik/item/78993-Membangun_Demokrasi_di_Afghanistan pada 2

Februari 2017.

untuk menjauhkan Afghanistan dari konflik yang berkepanjangan, dan partisipasi politik merupakan solusi untuk kehidupan berpolitik di Afghanistan, bukan kekerasan ataupun terorisme.