HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

  Secara geografis wilayah kerja Puskesmas Kawangu berada di Kecamatan Pandawai yang meliputi dua kelurahan dan lima desa, dengan luas wilayah 412,6 km² atau 41,260 ha dengan batas wilayah Puskesmas Kawangu menurut PP No. 46 Tahun 1992 sebagai berikut:

  Sebelah Utara

  : Selat Sumba

  Sebelah Selatan

  : Kecamatan Kahunga Eti, Kambata Mapambuhang

  Sebelah Timur

  : Kecamatan Umalulu

  Sebelah Barat

  : Kecamatan Kambera

  Topografi terdiri dari dataran rendah dan dataran tinggi, keadaan tanahnya terdiri dari daerah rawa-rawa, persawahan, perbukitan, pegunungan dan pemukiman dengan memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau.

  Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2013 sebanyak 15. 825 jiwa dengan 3. 631 Kepala Keluarga yang tersebar didua kelurahan dan lima desa. Jumlah ibu bersalin sebanyak 398 orang, yang melahirkan di fasilitas kesehatan sebanyak 371 orang dan melahirkan di non fasilitas kesehatan sebanyak 27 orang.

  Puskesmas Kawangu memiliki fasilitas 15 poskesdes dan 2 pustu yang tersebar di setiap kelurahan dan desa yang ada di Kecamatan Pandawai. Mempunyai 2 tempat pelayanan persalinan yang memadai yaitu 1 Puskesmas dan 1 Poskesdes. Jumlah tenaga kesehatan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kawangu adalah terdiri dari: 2 orang dokter umum, 15 orang bidan, 12 orang perawat dan 74 dukun terlatih, sopir 1 orang dan ambulance 1 buah (Puskesmas Kawangu, 2013).

5.2 Karakteristik Responden Penelitian

  Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur, Pendidikan dan Pekerjaan di Puskesmas Kawangu tahun 2014

  Karakteristik Responden

  Kelompok Umur

  <21 Tahun

  21-34 Tahun

  SDTidak tamat SD

  PTD2D3

  Pekerjaan

  Tidak Bekerja

  PNS dan Wiraswasta

  Berdasarkan tabel 5.1, dari 85 responden penelitian diketahui sebagian besar responden memiliki kelompok umur 21 tahun sampai 34 tahun yaitu sebanyak 65 orang (76,5). Kelompok umur kurang dari <21 tahun dan lebih dari >34 tahun yaitu masing-masing sebanyak 9 orang (10,6) dan 11 orang (12,9 ). Pendidikan responden diketahui yang berpendidikan paling besar adalah yang berpendidikan SDtidak tamat SD yaitu sebanyak 35 orang (41,2) dan yang memiliki pendidikan D2D3PT sebanyak 4 orang (4,7). Jenis pekerjaan responden sebagian besar responden sebagai petani yaitu sebanyak 48 orang (56,5) dan sebagian kecil sebagai PNS dan wiraswasta yaitu sebanyak 12 orang (14,1 ).

  5.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai.

  Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pengetahuan, Sikap, Akses

  Pelayanan Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai

  Variabel Penelitian

  Jumlah (n=85)

  Tidak Setuju

  Akses Pelayanan Kesehatan

  Jumlah Sumber Informasi

  Dukungan Keluarga

  Tidak Mendukung

  Pemanfaatan Fasilitas Persalinan

  Tidak

  Ya

  Berdasarkan tabel 5.2, distribusi pengetahuan responden tentang

  pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai diketahui sebanyak 46 orang (54,1) memiliki pengetahuan baik dan sebanyak 39 orang (45,9) memiliki pengetahuan kurang. Frekuensi sikap responden tentang pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai diketahui sebanyak 57 orang (76,1) memiliki sikap yang setuju, sedangkan sebanyak 28 orang (32,9) memiliki sikap yang tidak setuju. Frekuensi responden terhadap akses pelayanan kesehatan dalam pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai diketahui sebanyak 19 orang (22,4) memiliki akses pelayanan kesehatan yang mudah untuk dijangkau dan 66 orang (77,6) memiliki akses pelayanan kesehatan yang sulit untuk dijangkau.

  Diketahui juga jumlah sumber informasi yang diterima oleh responden

  tentang pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai diketahui sebanyak 71 orang (83,5) memiliki informasi cukup dan sebanyak 14 orang (16,5) masih memiliki informasi yang kurang. Frekuensi dukungan keluarga responden diketahui sebanyak

  72 orang (84,7) yang mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai, sedangkan 13 orang (15,3) tidak mendukung. Dilihat dari pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dari 85 responden penelitian diketahui yang benar-benar memanfaatkan fasilitas persalinan tanpa ada riwayat rujukan dari dukun sebanyak 47 orang (55,3) sedangkan sebanyak 38 orang (44,7) tidak memanfaatkan dengan riwayat dirujuk oleh dukun.

  5.4 Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Jumlah

  Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai

  Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan, sikap, akses

  pelayanan kesehatan, jumlah sumber informasi dan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai oleh ibu bersalin, dilakukan analisis bivariat uji chi-square dengan tingkat signifikan 95.

  Tabel 5.3

  Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai.

  Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang

  Nilai P f f

  Tidak Setuju

  Akses Pelayanan Kes.

  Jumlah Sumber Informasi

  Dukungan Keluarga

  Tidak Mendukung

  Mendukung

  Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui proporsi ibu bersalin yang memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai dengan pengetahuan baik sebanyak

  33 orang (71,7), sedangkan ibu bersalin yang tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai dengan pengetahuan kurang sebanyak 25 orang (64,1). Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p= 0,001 dengan α= 0,05 maka p < α (0,001 < 0,05) artinya ada hubungan yang kuat antara pengetahuan ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.

  Proporsi ibu bersalin yang memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai memiliki sikap setuju sebanyak 42 orang (73,7), sedangkan ibu bersalin yang tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai memiliki sikap tidak setuju sebanyak

  23 orang (82,1). Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p< 0,001 dengan α= 0,05 maka p < α (0,001 < 0,05), artinya ada hubungan yang kuat antara sikap ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.

  Proporsi ibu bersalin yang memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai memiliki akses pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau sebanyak 18 orang (94,7), sedangkan ibu bersalin yang tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai memiliki akses pelayanan kesehatan yang sulit sebanyak 37 orang (56,1). Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p< 0,001 dengan α= 0,05 maka p < α (0,001 < 0,05) artinya ada hubungan yang kuat antara akses pelayanan kesehatan dengan

  pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.

  Ibu bersalin yang memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai memiliki jumlah sumber informasi yang cukup sebanyak 43 orang (60,6), sedangkan ibu bersalin yang tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai memiliki jumlah sumber informasi yang kurang sebanyak 10 orang (71,4). Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p= 0,039 dengan α= 0,05 maka p < α (0,039 < 0,05) artinya ada hubungan yang kuat antara jumlah sumber informasi dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.

  Diketahui proporsi ibu bersalin yang memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai memiliki dukungan keluarga yang mendukung sebanyak 47 orang (65,3), sedangkan ibu bersalin yang tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai memiliki dukungan keluarga yang tidak mendukung sebanyak 13 orang (100). Hasil uji chi-square menunjukkan nilai p< 0,001 dengan α= 0,05 maka p< α (0,001 < 0,05) artinya ada hubungan yang kuat antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.

  5.5 Faktor-faktor Yang Hubungannya Paling Kuat Dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

  Faktor-faktor yang mempunyai hubungan yang kuat dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai yang merupakan variabel independent (pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, jumlah sumber informasi dan dukungan keluarga) dicari hubungan yang paling kuat hubungannya dengan variabel dependent (pemanfaatan fasilitas persalinan) di wilayah kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014.

  Berdasarkan hasil uji bivariat diketahui variabel independent (pengetahuan, sikap, akses pelayanan kesehatan, jumlah sumber informasi dan dukungan keluarga) memiliki hubungan yang kuat dengan variabel dependent (pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai) dengan nilai p<α dengan demikian dapat dilanjutkan dengan uji regresi logistik.

  Tabel 5. 4

  Hasil Analisis Regresi Logistik dari Hubungan Pengetahuan, Sikap, Akses Pelayanan Kesehatan, Jumlah Sumber Informasi dan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai oleh Ibu Bersalin di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu Tahun 2014

  Upper P

  3 Akses Pelayanan Kesehatan

  4 Jumlah Sumber Informasi

  5 Dukungan Keluarga

  Berdasarkan tabel 5.4 di atas diketahui faktor akses pelayanan kesehatan memiliki nilai p= 0,018 lebih kecil dari α= 0,05 dan ORnya 11,679 artinya dari beberapa variabel yang diuji secara multivariat hanya faktor akses pelayanan kesehatan yang memberi pengaruh 11 kali lebih besar kepada ibu bersalin untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai dalam proses persalinannya di wilayah kerja Puskesmas Kawangu.

5.6 Keterbatasan Penelitian

  1. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan rancangan cross sectional sehingga tidak dapat menggali lebih dalam penyebab yang benar-benar menghambat ibu bersalin tidak memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai.

  2. Penelitian ini juga hanya dilakukan pada salah satu wilayah kerja puskesmas yang

  ada di Kabupaten Sumba Timur dengan keterbatasan dana dan waktu sehingga hasil yang didapatkan masih jauh dari harapan.

BAB VI PEMBAHASAN

6.1 Pemanfataan Fasilitas Persalinan yang Memadai

  Salah satu upaya untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Bayi Baru Lahir adalah dengan melakukan persalinan pada fasilitas kesehatan yang sudah terstandarisasi (fasilitas persalinan yang memadai) seperti Rumah Sakit dan Puskesmas yang dilengkapi dengan alat-alat yang lengkap dan tenaga kesehatan yang sudah terlatih. Hal tersebut untuk menghindari komplikasi yang terjadi saat persalinan dapat segera dilakukan tindakan atau pertolongan dengan cepat.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 85 responden 55,3 ibu bersalin memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai untuk melahirkan dan 44,7 memilih tidak memanfaatkan fasilitas persalinannya. Hal ini akan beresiko terjadinya peningkatan angka kematian ibu dan bayi baru lahir. Berdasarkan hasil tersebut perlu dipertimbangkan kebijakan kedepan sehingga persentasi pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dapat meningkat dan AKI dapat menurun pula.

  Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh Madunde (2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kema, yang menemukan bahwa sebanyak 50,50 yang memanfaatkan pelayanan kesehatan dan 49,50 tidak memanfaatkan pelayanan

  kesehatan. Faktor yang memiliki hubungan adalah persepsi masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang tersedia.

  Departemen Kesehatan RI dengan kebijakannya dalam Standar Pelayanan Minimal (SPM) dimasing-masing pelayanan kesehatan seperti puskesmas menyebutkan sebesar 90 persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan pada fasilitas Kesehatan. Semakin tinggi persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan semakin rendah resiko terjadinya kematian ibu maupun bayi baru lahir, oleh karena itu sasaran dari pembangunan kesehatan salah satunya melalui Revolusi KIA yaitu dengan strategi semua persalinan dilaksanakan pada fasilitas persalinan yang memadai (Depkes, 2005).

6.2 Hubungan Pengetahuan dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

  Pengetahuan adalah hasil tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

  Hasil penelitian ini menunjukkan ibu bersalin dengan pengetahuan baik dan memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai sebanyak 54,1 sedangkan yang berpengetahuan kurang dan tidak memanfaatkan fasilitas persalinan sebanyak 45,9.

  Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan pengetahuan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan menunjukkan ada hubungan yang signifikan atau bermakna (p= 0,001) antara pengetahuan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai oleh ibu bersalin. Namun hasil uji multivariat dengan model regresi logistik yang dilakukan secara bersamaan dengan variabel lain menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai (p = 0,637; OR = 0,690).

  Keadaan ini mencerminkan pengetahuan mempunyai keeratan hubungan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai, artinya semakin tinggi pengetahuan ibu maka kecenderungan ibu memilih memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai semakin tinggi, namun jika dihadapkan pada permasalahan lain seperti faktor ekonomi dan akses ke tempat pelayanan yang sulit dijangkau, maka ibu memilih untuk tidak memanfaatkan fasilitas persalinan tersebut.

  Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Juliwanto (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan memilih penolong persalinan di Kecamatan Babul, berdasarkan hasil uji regresi logistik menemukan bahwa tidak ada pengaruh pengetahuan terhadap pemilihan penolong persalinan. Hasil penelitian lain seperti yang dikemukakan oleh Nilasari (2013), pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga profesional (bidan) di masyarakat masih sangat rendah dibandingkan dengan indikator yang diharapkan. Hal ini disebabkan oleh faktor pengetahuan, sikap

  terhadap keputusan untuk memanfaatkan tenaga ahli dalam pertolongan persalinan, serta jangkauan pelayanan kesehatan.

  Perbedaan pada penelitian ini disebabkan oleh karena perbedaan metode pengambilan sampel dan cara analisisnya. Faktor lain sebagian besar mempunyai pengetahuan baik, tetapi pengetahuan disini hanya sebatas tahu dan memahami saja karena arus informasi yang diterima cukup tapi belum mencapai pelaksanaan, sehingga tidak menghasil perubahan perilaku dalam pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai.

6.3 Hubungan Sikap dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai di

  Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

  Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya) (Notoatmojo, 2012).

  Hasil penelitian ini menunjukkan ibu bersalin dengan sikap setuju memilih memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai sebesar 76,1, sedangkan 32,9 ibu bersalin dengan tidak setuju memilih fasilitas persalinan yang memadai.

  Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan sikap dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai menunjukkan ada hubungan yang signifikan atau bermakna (p< 0,001) antara sikap dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai oleh ibu bersalin di wilayah kerja Puskesmas Kawangu. Hasil uji multivariat

  dengan model regresi logistik dan dilakukan secara bersamaan dengan variabel lain menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai (p= 0,122; OR= 4,026).

  Keadaan ini menunjukkan bahwa ibu dengan sikap yang setuju belum tentu akan memilih fasilitas persalinan yang memadai untuk melakukan persalinannya, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain misalnya akses ke fasilitas persalinan yang memadai tersebut sulit terjangkau, serta persepsi lainnya.

  Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian dari Elvistron (2008) menemukan bahwa tidak ada pengaruh signifikan antara sikap dengan pemilihan pertolongan persalinan. Penelitian lain oleh Komariah (2008), di Puskesmas Sukoromo Mojoroto Kediri, didapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap ibu hamil dengan kunjungan pemeriksaan ibu hamil (r= 0,149; p= 0,032). Penelitian oleh Bungsu (2001) juga menyatakan bahwa keputusan masyarakat memilih pertolongan oleh dukun bayi cenderung dipengaruhi oleh kemudahan mendapatkan pelayanan dukun bayi, selain itu pelayanan dari dukun bersifat “all in”. Perubahan sikap ibu bersalin kearah yang positif sangat tergantung dari faktor dalam dan luar diri individu tersebut. Untuk menghasilkan sikap yang positif dari ibu bersalin perlu memberikan pengetahuan dan informasi yang jelas baik kepada ibu hamil, bersalin, keluarga dan masyarakat, sehingga ibu dapat mengambil keputusan yang tepat dalam pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dengan didukung oleh semua pihak yang terkait.

6.4 Hubungan Akses Pelayanan Kesehatan dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

  Keputusan ibu bersalin untuk memilih fasilitas persalinan yang memadai dipengaruhi oleh akseskemudahan untuk mencapai pelayanan tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 22,4 memiliki akses pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau dan 77,6 memiliki akses pelayanan kesehatan yang sulit untuk dijangkau.

  Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan antara akses pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai menunjukkan adanya hubungan yang signifikan atau bermakna (p< 0,001) antara akses pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai. Artinya faktor akses pelayanan kesehatan oleh ibu bersalin ada pengaruh dalam memutuskan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dalam proses persalinannya.

  Hasil uji multivariat dengan model regresi logistik dan dilakukan secara bersamaan dengan variabel lain menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara akses pelayanan kesehatan dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai (p= 0,018; OR = 11,679).

  Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astridya dan Pranata (2013) yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jarak tempuh dan waktu tempuh untuk memanfaatkan Polindes. Penelitian lain

  juga yang sama menemukan ibu hamil yang jarak rumahnya ≤ 247m mempunyai kecenderungan memanfaatkan polindesposyandu 1,147 kali dibandingkan dengan ibu hamil yang jarak rumahnya > 247m Sugiharty dan Lestary (2011). Hal yang sama hasil penelitian dari More (2011), tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan di Nigeria, menunjukkan bahwa faktor yang sangat berpengaruh adalah jarak dan ekonomi keluarga.

  Penelitian dari Irasanty (2008) tentang pencegahan keterlambatan rujukan maternal di Kabupaten Majene, menemukan bahwa faktor geografis, jarak dan infrastruktur jalan sangat berpengaruh terhadap akses masyarakat untuk melakukan rujukan khususnya bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil dan mereka harus menggunakan sarana transportasi tradisional untuk melakukan rujukan maternal ke sarana kesehatan.

  Sarana pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau sebenarnya akan memberikan pengaruh kepada ibu hamil untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai. Green (1994) yang menyebutkan bahwa faktor sarana pelayanan kesehatan sebagai salah satu faktor pendukung (enabling factor) dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat khususnya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA).

  Tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan bagi ibu bersalin yang dilengkapi dengan tenaga yang terlatih atau ahli, teknologi alat serta obat-obatan yang memadai merupakan prasarat utama. Namun demikian prasarat tersebut belum menjamin utilisasi pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak dijangkau. Pada dasarnya

  angka kematian ibu dan bayi dapat terjadi karena ada dua kondisi yaitu komplikasi dari ibu (maternal) dan kegagalan mendapatkan pelayanan medis yang memadai akibat akses yang sulit dijangkau.

  Faktor lain juga dapat disebabkan oleh keterbatasan fasilitas transportasi yang tersedia pada Puskesmas Kawangu yaitu hanya memiliki 1 buah ambulance yang digunakan untuk menjemput ibu yang mau melahirkan di fasilitas kesehatan dan mengantar ibu yang sudah melahirkan di fasilitas kesehatan ke rumahnya. Sarana transportasi umum yang sering digunakan adalah motor ojek dengan biaya yang mahal. Pengelolaan sarana transportasi sesuai dengan perda yang ditetapkan bahwa masyarakat harus menyediakan ambulance desa belum berjalan dengan baik, sehingga dengan demikian hal tersebut menjadi kendala dalam melakukan akses ke fasilitas kesehatan untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai.

6.5 Hubungan Jumlah Sumber Informasi dengan Pemanfaatan Fasilitas

  Persalinan yang Memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

  Informasi adalah salah satu media yang dapat mempengaruhi seseorang (ibu bersalin) untuk dapat menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan. Jumlah Sumber informasi dan isi informasi yang jelas akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap dalam memutuskan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai.

  Hasil penelitian ini menunjukkan sebesar 83,5 mendapatkan informasi yang cukup tentang pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai dan 16,5 mendapatkan informasi yang kurang. Dilihat dari hubungan dan pengaruh sumber informasi terhadap pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai mempunyai hubungan yang positif dan bermakna antara sumber informasi dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai berdasarkan uji chi-square dengan nilai p = 0,039, namun berdasarkan hasil uji regresi logistik dan dilakukan bersamaan dengan variabel yang lain menunjukkan tidak ada hubungan antara sumber informasi yang diterima ibu bersalin dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai (p= 0,385; OR= 2,124).

  Penelitian yang sejalan dengan hasil penelitian ini dilakukan oleh Junaina (2013) tentang gambaran pemanfaatan program Jampersal menemukan bahwa ibu bersalin yang mendapat cukup informasi memanfaatkan Jampersal dan yang kurang mendapatkan informasi tidak memanfaatkan jampersal.

  Perbedaan dalam penelitian ini, kemungkinan disebabkan oleh informasi yang diberikan lebih banyak diterima oleh responden, sedangkan dalam pengambilan keputusan untuk memanfaatkan fasilitas persalinan yang memadai adalah suami atau anggota keluarga lainnnya yang kurang mendapatkan informasi. Faktor lain juga dapat disebabkan oleh faktor akses ke fasilitas kesehatan yang sulit terjangkau dengan biaya yang mahal, walaupun informasi tentang fasilitas persalinan yang memadai cukup diterima oleh responden dan keluarganya.

  Semakin banyak informasi yang diberikan dengan jelas melalui tenaga-tenaga yang dipercaya akan meningkatkan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia. Pada daerah seperti pedesaan sumber informasi didapatkan melalui tenaga kesehatan (bidan desa) dan kader-kader kesehatan, serta sebagian kecil dari tokoh- tokoh masyarakat dan tokoh agama.

6.6 Hubungan Dukungan Keluarga dengan Pemanfaatan Fasilitas Persalinan yang Memadai di Wilayah Kerja Puskesmas Kawangu tahun 2014

  Dukungan dapat diartikan sebagai salah satu diantara fungsi pertalian atau ikatan sosial segi fungsional yang mencakup dukungan emosional, mendorong adanya ungkapan dan perasaan, memberi nasihat atau informasi, pemberian bantuan material. Dukungan keluarga mengacu pada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai suatu yang dapat diaksesdiadakan untuk keluarga (dukungan sosial bisa atau tidak digunakan, tapi anggota keluarga memandang bahwa

  orang yang bersifat mendukung selalu siap memberi pertolongan dan bantuan jika diperlukan) (Friedman, 1998).

  Hasil penelitian ini menunjukkan ibu bersalin dengan dukungan keluarga yang mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan sebanyak 84,7 dan sebanyak 15,3 ibu bersalin yang keluarga tidak mendukung pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai.

  Hasil uji chi-square untuk melihat hubungan dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai menunjukkan ada hubungan yang signifikan (p< 0,001) antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai di Puskesmas Kawangu tahun 2014. Hasil uji multivariat dengan model regresi logistik dan dilakukan secara bersamaan dengan variabel lain menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan fasilitas persalinan (p = 0,999; OR= 7,347).

  Menurut Sarwono (2003), dukungan adalah suatu upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun material untuk memotivasi orang tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Suamikeluarga yang memberikan dukungan pada istri dalam pemeriksaan kehamilan, akan lebih banyak memanfaatkan pelayanan antenatal, hal ini ibu yang memiliki dukungan suamikeluarga akan lebih mau dan bersemangat untuk memanfaatkan pelayanan antenatal.

  Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh (Nilasari, 2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan pelayanan antenatal. Banyak faktor yang dapat menyebabkan ibu hamil memanfaatkan pelayanan, salah satunya faktor psikologis, dimana dukungan moral dari suamikeluarga memiliki andil yang besar. Penelitian lain oleh Burhaeni (2013), mendapatkan 67,4 responden yang memanfaatkan pelayanan antenatal mendapat dukungan dari keluarga dan 32,9 tidak memanfaatkan pelayanan antenatal karena tidak mendapatkan dukungan dari keluarga.

  Walaupun pengetahuan ibu baik, sikap yang positif, akses pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh ibu bersalin dan masyarakat lainnya serta informasi yang didapatkan cukup tetapi jika tidak ada dukungan dari keluarga, maka pemanfaatan fasilitas persalinan yang memadai tidak terwujud sesuai harapan. Sehingga semua faktor tersebut saling mempengaruhi satu sama lainnya.

  Perbedaan hasil penelitian ini dengan penelitian lainnya, karena perbedaan kondisi, sosial budaya dan karaktristik masyarakat setempat. Hal ini juga disebabkan oleh karena dukungan yang diberikan oleh keluarga pada ibu bersalin bukan atas kesadaran keluarga itu sendiri tetapi atas saran dari orang lain seperti dukun, petugas kesehatan (bidan) dan orang berpengaruh dengan keluarga tersebut.

Dokumen yang terkait

STUDI KANDUNGAN BORAKS DALAM BAKSO DAGING SAPI DI SEKOLAH DASAR KECAMATAN BANGIL – PASURUAN

15 183 17

STUDI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA EMPIRIS PADA PASIEN RAWAT INAP PATAH TULANG TERTUTUP (Closed Fracture) (Penelitian di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

11 138 24

STUDI PENGGUNAAN SPIRONOLAKTON PADA PASIEN SIROSIS DENGAN ASITES (Penelitian Di Rumah Sakit Umum Dr. Saiful Anwar Malang)

13 140 24

STUDI PENGGUNAAN ACE-INHIBITOR PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian dilakukan di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Muhammadiyah Lamongan)

15 136 28

STUDI PENGGUNAAN ANTITOKSOPLASMOSIS PADA PASIEN HIV/AIDS DENGAN TOKSOPLASMOSIS SEREBRAL (Penelitian dilakukan di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang)

13 158 25

PROSES KOMUNIKASI INTERPERSONAL DALAM SITUASI PERTEMUAN ANTAR BUDAYA STUDI DI RUANG TUNGGU TERMINAL PENUMPANG KAPAL LAUT PELABUHAN TANJUNG PERAK SURABAYA

97 602 2

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

AN ANALYSIS OF LANGUAGE CONTENT IN THE SYLLABUS FOR ESP COURSE USING ESP APPROACH THE SECRETARY AND MANAGEMENT PROGRAM BUSINESS TRAINING CENTER (BTC) JEMBER IN ACADEMIC YEAR OF 2000 2001

3 95 76

EFEKTIVITAS PENGAJARAN BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA LAGU BAGI SISWA PROGRAM EARLY LEARNERS DI EF ENGLISH FIRST NUSANTARA JEMBER

10 152 10

IMPLEMENTASI PROGRAM PENYEDIAAN AIR MINUM BERBASIS MASYARAKAT (Studi Deskriptif di Desa Tiris Kecamatan Tiris Kabupaten Probolinggo)

21 177 22