Pengaruh Ekstrak Propolis terhadap Kadar F 2 -Isoprostan
6.4. Pengaruh Ekstrak Propolis terhadap Kadar F 2 -Isoprostan
Terdapat penurunan kadar f 2 -isoprostan urin yang signifikan pada tikus Wistar yang mengalami aktivitas fisik maksimal setelah diberikan ekstrak propolis. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa semakin tinggi dosis ekstrak propolis yang diberikan maka semakin menurun pula kadar f 2- isoprostan dalam urin.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa kadar f 2 -isoprostan pada kelompok kontrol, kelompok P1, dan P2, berdistribusi normal (p > 0,05), baik sebelum perlakuan (pre) maupun sesudah perlakuan (post). Di samping itu juga, varian antar kelompok baik sebelum perlakuan maupun sesudah perlakuan adalah homogen (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa syarat penggunaan uji parametrik untuk analisis data isoprostan sudah terpenuhi. Selanjutnya untuk uji komparabilitas dan uji efek perlakuan digunakan uji parametrik yaitu uji One Way ANOVA untuk mengetahui perbedaan rerata antar kelompok sebelum perlakuan maupun rerata antar kelompok sesudah perlakuan.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan bahwa rerata kadar f 2 -isoprostan kelompok kontrol adalah 2,57 3,43 ng/ml, rerata kelompok ekstrak propolis 0,3 g adalah 2,86 2,92 ng/ml, dan kelompok ekstrak propolis 0,6 g adalah 2,182,17 ng/ml. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan bahwa nilai F = 0,085
dan nilai p = 0,919. Hal ini berarti bahwa semua kelompok sebelum diberikan perlakuan, rerata kadar f 2 -isoprostan tidak berbeda secara bermakna (p>0,05).
Sedangkan hasil analisis sesudah perlakuan didapatkan bahwa rerata kadar f 2 - isoprostan kelompok kontrol adalah 4,47 1,80 ng/ml, rerata kelompok ekstrak propolis 0,3 g adalah 2,90 0,70 ng/ml, dan kelompok ekstrak propolis 0,6 g adalah 1,40 0,66 ng/ml. Analisis kemaknaan dengan uji One Way Anova menunjukkan
bahwa nilai F = 10,24 dan nilai p = 0,002. Hal ini berarti bahwa rerata kadar f 2 - isoprostan pada ketiga kelompok sesudah diberikan perlakuan berbeda secara bermakna (p<0,05).
Uji lanjutan dengan uji Least Significant Difference–test (LSD) untuk mengetahui beda nyata terkecil kadar f 2 -isoprostan antara dua kelompok sesudah diberikan perlakuan, dimana didapatkan hasil sebagai berikut: rerata kelompok kontrol berbeda bermakna dengan kelompok ekstrak propolis 0,3 g (rerata kelompok kontrol lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak propolis 0,3 g). Rerata kelompok kontrol berbeda secara bermakna dengan kelompok ekstrak propolis 0,6 gr (rerata kelompok kontrol lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak propolis 0,6 g). Rerata kelompok ekstrak propolis 0,3 g berbeda secara bermakna dengan kelompok ekstrak propolis 0,6
g (rerata kelompok ekstrak propolis 0,3 g lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak propolis 0,6 g). Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar f 2 - isoprostan setelah diberikan aktivitas fisik maksimal. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan yang berat atau aktivitas yang melampaui batas kelelahan dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas, dikarenakan terjadi pelepasan elektron melalui peningkatan konsumsi oksigen oleh tubuh 10-20 kali atau lebih, bahkan pada serat otot g (rerata kelompok ekstrak propolis 0,3 g lebih tinggi daripada rerata kelompok ekstrak propolis 0,6 g). Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kadar f 2 - isoprostan setelah diberikan aktivitas fisik maksimal. Hal ini disebabkan karena pada kegiatan yang berat atau aktivitas yang melampaui batas kelelahan dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas, dikarenakan terjadi pelepasan elektron melalui peningkatan konsumsi oksigen oleh tubuh 10-20 kali atau lebih, bahkan pada serat otot
Di samping itu juga terjadi reperfusion injury, saat beraktivitas fisik maksimal, darah yang mengalir dalam tubuh ke luar dari berbagai organ yang tidak terlibat secara aktif dalam proses. Namun darah dialirkan ke otot skelet. Selama pengalihan aliran darah, sebagian atau seluruh bagian organ tubuh yang tidak terlibat dalam olahraga akan mengalami kekurangan oksigen secara tiba-tiba (hipoksia). Proses iskemia yang terjadi menyebabkan perubahan enzim xantin dehidrogenase menjadi xantin oksidase, dimana perubahannya bersifat ireversibel. Setelah berolahraga terjadi proses reperfusi, dimana darah bergerak kembali dengan cepat ke berbagai organ yang kekurangan aliran darah sehingga oksigen terpenuhi kembali, reaksi yang terjadi dipengaruhi oleh xantin oksidase. Reaksi ini menghasilkan radikal bebas sehingga menimbulkan reperfusion injury (injury yang terjadi setelah terjadinya reperfusi setelah mengalami iskemia) (Langseth, 1996; Cooper, 2001).
Pada kelompok yang diberikan ekstrak propolis 0,3 gram setelah aktivitas fisik maksimal tidak terjadi penurunan kadar f 2 -isoprostan dari sebelum diberikan aktivitas fisik maksimal tetapi juga tidak terjadi peningkatan yang bermakna. Hal ini menandakan bahwa aktivitas fisik maksimal dapat diimbangi dengan pemberian ekstrak propolis dengan dosis 0,3 gram. Artinya dengan pemberian 0,3 gram ekstrak propolis sudah cukup efektif untuk mencegah terjadinya stres oksidatif. Sedangkan pemberian ekstrak propolis 0,6 gram dapat menurunkan kadar f 2- isoprostan secara Pada kelompok yang diberikan ekstrak propolis 0,3 gram setelah aktivitas fisik maksimal tidak terjadi penurunan kadar f 2 -isoprostan dari sebelum diberikan aktivitas fisik maksimal tetapi juga tidak terjadi peningkatan yang bermakna. Hal ini menandakan bahwa aktivitas fisik maksimal dapat diimbangi dengan pemberian ekstrak propolis dengan dosis 0,3 gram. Artinya dengan pemberian 0,3 gram ekstrak propolis sudah cukup efektif untuk mencegah terjadinya stres oksidatif. Sedangkan pemberian ekstrak propolis 0,6 gram dapat menurunkan kadar f 2- isoprostan secara