Kerangka Berpikir
3.1 Kerangka Berpikir
Setelah mencapai usia dewasa, secara alamiah seluruh komponen tubuh tidak dapat berkembang lagi, melainkan terjadi penurunan karena proses penuaan. Beberapa faktor yang menyebabkan penuaan antara lain adalah faktor internal dan eksternal. Salah satu faktor internal adalah radikal bebas, yang bersifat sangat reaktif. Radikal bebas akan merusak membran sel, DNA, protein., sehingga radikal bebas mempunyai kontribusi yang besar pada terjadinya penyakit yang berhubungan dengan proses penuaan seperti kanker, penyakit jantung dan proses penuaan. Beberapa sumber internal radikal bebas: mitokondria, fagositosis, xantin oksidase, reaksi yang melibatkan logam transisi seperti Fe dan Cu, latihan fisik, inflamasi, dan reperfusion injury. Beberapa sumber eksternal radikal bebas: asap rokok, polusi lingkungan, radiasi, sinar ultraviolet, obat-obatan tertentu, pestisida.
Tubuh dapat mengatasi radikal bebas, namun jika radikal bebas yang dihasilkan melebihi antioksidan dapat menyebabkan stres oksidatif. Salah satu akibat dari stres oksidatif adalah terjadinya peroksidasi lipid, yang menyebabkan hilangnya asam lemak tidak jenuh, dan menjadi salah satu penyebab utama kerusakan sel.
Latihan yang berlebihan dapat meningkatkan laju pembentukan radikal bebas, yang menimbulkan stres oksidatif. Pada olahraga berat atau olahraga yang melampaui batas kelelahan, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen 10-20 kali, bahkan pada otot Latihan yang berlebihan dapat meningkatkan laju pembentukan radikal bebas, yang menimbulkan stres oksidatif. Pada olahraga berat atau olahraga yang melampaui batas kelelahan, terjadi peningkatan kebutuhan oksigen 10-20 kali, bahkan pada otot
Pemberian antioksidan dapat mengurangi kerusakan oksidatif yang terjadi. Propolis sebagai antioksidan sudah tidak terbantahkan lagi. Propolis merupakan produk alami yang mempunyai potensi antioksidan yang tinggi. Propolis mempunyai
aktivitas antioksidan yang paling kuat dalam melawan radikal bebas (radikal H -
2 O 2, O 2 , OH ● ) dibandingkan dengan hasil produk lebah lainnya. Kandungan flavonoid di
dalamnya dapat meredam efek negatif radikal bebas. Penelitian di Jepang menunjukkan bahwa kandungan Caffeic acid yang ada di dalam propolis mempunyai aktivitas antioksidan yang tinggi, yang dapat meningkatkan ekspresi glucose-6- phospate dehydrogenase (G6PD) yang didapat dari ekspresi gen antioksidan, lebih kuat dibandingkan vitamin E. Caffeic acid mempunyai aktivitas antioksidan 4-6 kali
lebih kuat terhadap radikal H -
2 O 2 dan O 2 , dibandingkan vitamin C dan N-acetyl-cystein (NAC). Manfaat propolis lainnya adalah sebagai antibakteri, antiinflamasi, antiviral, hepatoprotektif, antitumor, mencegah terjadinya ulkus dan vasodilator.
Caffeic acid merupakan sisi aktif flavonoid yang bekerja untuk memaksimalkan aktivitas scavenger terhadap radikal bebas, dengan cara menurunkan aktivitas radikal hidroksil ( ●OH) sehingga tidak terlalu reaktif lagi, melalui tiga tahap:
1. Mencegah proses inisiasi, melalui proses scavenger terhadap ●OH melalui reaksi yang melibatkan transfer elektron dan mungkin pula eliminasi logam berat.
2. Memutuskan reaksi berantai peroksidatif dengan menstabilkan radikal peroksil, membentuknya menjadi peroxide dengan mendonorkan atom hidrogen (H).
3. Regenerasi α-tocopherol dengan mengurangi radikal α-tocopheroxyl. Untuk mengetahui secara pasti perubahan yang terjadi diperlukan biomarker,
yaitu suatu karakteristik yang secara objektif dapat diukur dan dievaluasi sebagai indikator normal terhadap proses biologi, patologi, atau respon farmakologi terhadap intervensi terapeutik. Salah satu biomarker yang dipakai untuk menentukan stres
oksidatif pada manusia adalah f 2 -isoprostan, yang merupakan salah satu produk akhir peroksidasi lipid. F 2 -isoprostan dapat ditemukan di jaringan dan cairan tubuh (termasuk urin) manusia dan hewan, yang mengandung f 2 -isoprostan dan metabolitnya dalam tingkat rendah ( ̴ 30-40 pg/mL di plasma segar manusia, ̴ 2 ng/mg kreatinin di urin manusia). F 2 -isoprostan merupakan gold standart daripada pemeriksaan stres oksidatif, karena prosedur dan tehniknya lebih mudah dimana sampel dapat diambil dari urin, sehingga tidak memerlukan tindakan invasif. Berdasarkan penjelasan di atas,
maka peranan propolis oral dalam menghambat peningkatan kadar f 2 -isoprostan dalam urin, dan menghambat proses penuaan, dapat dilihat pada gambar 3. 1.