Analisis Pendekatan Konsep Perancangan

B. Analisis Pendekatan Konsep Perancangan

B.1. Analisa Makro

1. Analisa Tata Guna Lahan

Taman Budaya Raden Saleh ( TBRS ) yang mulanya adalah kebun binatang Tegalwareng ini mengalami perubahan fungsi dan perubahan kualitas lingkungan dengan munculnya berbagai fungsi baru.

Eksisting Site :

BAB IV

commit to user

Sumber : Google earth, 2011

Gambar 20 a . Eksisting Site Sumber : analisa pribadi

Sesuai kebutuhan dan perkembangannya, peruntukkan lahan pada kawasan Taman Budaya Raden Saleh mulai tahun 1987 sampai sekarang adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Peruntukkan Lahan dalam Kawasan TBRS

Tahun 1975- sekarang

Fungsi

Tahun 1975 -1983

Tahun 1983 -1990

Tahun 1990 -sekarang Area taman dan kebun binatang

Area budaya

10%

10%

50% Area terbuka

20%

20%

20% Area perkantoran

Area komersial

sumber : wawancara dan analisa pribadi

BAB IV

commit to user

Dari tabel diatas, dapat dilihat jelas bahwa Taman Budaya Raden Saleh sudah mengalami pergeseran fungsi yaitu dari kawasan Taman dan Kebun Binatang menjadi kawasan budaya dan hiburan komersial. Perkembangan ini lambat laun akan membebani kawasan dan secara otomatis daya dukung kawasan terhadap ruang yang ada akan semakin berkurang. Untuk itu perlunya penggolongan fungsi yang natinya berperan dalam meningkatkan citra kawasan untuk dikembangkan dan fungsi yang menurunkan citra kawasan yang harus ditindaklanjuti atau dihilangkan,

Ada 4 fungsi besar yang digunakan sebagai pendekatan, yaitu :

· Ekonomi, mencakup bangunan yang bernilai ekonomi, dalam hal ini bersifat komersiil, dimana nantinya sebagai pendukung dan penggerak

bagi kawasan untuk tetap hidup. ·

Sosial, mencakup bangunan- bangunan yang dapat mewadahi interaksi sosial bagi masyarakat.

· Budaya, mencakup fungsi utama yang memiliki nilai sejarah dan atau mewadahi kegiatan budaya baik lokal maupun tradisional yang nantinya dapat tetap mempertahankan citra kawasan sebagai cagar budaya.

· Fungsi lain yang tidak dapat dikategorikan ke dalam ketiga fungsi di atas.

Tabel 9. Pengelompokan Fungsi Bangunan Awal

Jenis Bangunan

Ekonomi

Sosial

Budaya Lain- lain Teater tertutup ( Gedung Ki Narto Sabdho )

Amphiteater

Perpustakaan daerah

Wonderia ( THR)

Art and craft centre

BAB IV

commit to user

Sanggar

* Ruang seminar

* Gedung pertemuan ( gedung

wanita )

Kantor pengelola

Cafetaria

Sumber : analisis pribadi

Evaluasi Purna Huni

Gambar 20b : Eksisting Site TBRS Sumber : Google Earth 2010

Tabel 10 Evaluasi Purna Huni

Gambar

Deskripsi

Kondisi Fisik

Analisa Konsep Perancangan

a. Taman Hiburan Rakyat “Wonderia”

Merupakan “Taman

Mini”

Kota

Semarang. Menduduki tanah milik

untuk mengangkat keberadaan TBRS

di

mata khalayak. Namun hanya ramai pada awalnya saja, dan saat ini

Redesain

IJ

BAB IV

commit to user

digunakan

sebagai tempat jual beli mobil.

b. Perpustakaan

Perpustakaan umum yang pada awalnya terpisah dari kawasan TBRS

Perpustakaan

umum akan tetap ada, namun letaknya

yang disesuaikan di dalam site, dengan sistem parkir yang menyatu dengan Taman Budaya Raden Saleh sehingga dapat pula berfungsi sebagai daya tarik.

Redesain

c. Gedung Wanita

pernikahan, seminar, dll

Gedung Wanita akan dihilangkan mengingat fungsinya

sebagai fungsi budaya, tetapi fasilitas sewa ( ruang serbaguna ) untuk seminar dll tetap ada di dalam site.

Redesain

d. Gedung Kesenian

Gedung Kesenian bernama Ngesthi Pandowo, berfungsi sebagai tempat pertunjukkan seni terutama

Ngesthi Pandowo

Gedung

Kesenian Ngesthi Pandowo sudah ada,

namun

pada kenyataannya bangunan ini ditutup,

karena plafon dan panggung yang rusak. Selasar pada bangunan ini digunakan

sebagai tempat kaki lima, dan tak sedikit tunawisma yang

menggunakan selasar tersebut untuk beristirahat.

Redesain

e. Kantor Pengelola

Kantor pengelola dari UPT Dinas Pariwisata

Kota

Semarang.

Letak kantor pengelola awal

f. Pendopo

Pendopo

ini

berfungsi sebagai tempat

latihan

terbuka bagi para remaja dan pekerja seni

Letak pendopo berada di timur site dan tidak ekspose. Besaran ruang tidak mencukupi untuk berlatih bersama.

Redesain

BAB IV

commit to user

g. Pesawat kebanggaan warga

menjadi icon TBRS pada masa tahun 1980an.

Kondisi

sekarang (2011), pesawat ini sudah rusak, dan pada beberapa

bagian tertentu hilang. Hanya tersisa body pesawat yang dicorat- coret.

Diperbaiki sebagai icon kawasan

h. Panggung Terbuka

Panggung terbuka yang

dibangun

untuk pertunjukkan kesenian terbuka

Kondisi awal panggung terbuka tidak terawat, besaran ruangnya yang tidak mencukupi. Space bagi para penonton berada di luar, dan sekarang

ditanami tanaman eceng gondok. Bangunan ini sudah ditutup sejak 5 taun yang lalu ( narasumber : Bpk Wiranto, staff pengelola )

Redesain

i. Kontur tertinggi dalam site

Gambar (i) adalah kontur

tertinggi

dalam site. Gambar tersebut

diambil

dari Jalan Wilis, jalan lingkungan di sebelah belakang ( barat daya ) site.

Lahan berkontur di dalam

site

dimanfaatkan

untuk area rekreasi keluarga. Kontur tertinggi akan digunakan sebagai area restoran dan ruang seminar

j. Jalan Wilis

belakang site ( barat daya )

Jalan Wilis selebar 5- 6 meter.

Berpotensi sebagai side entrance untuk

loading unloading barang dan jalur khusus pengelola.

Desain

k. Akses menuju barat daya site

Terdapat

jalan

setapak selebar 2 meter, merupakan akses menuju barat daya site yang berkontur.

Bagian ini menuju ke barat daya ditumbuhi oleh semak- semak dan tanaman liar sehingga sukar dilalui

Redesain

BAB IV

commit to user

Sumber : analisa pribadi, 2011 Dari analisa diatas, ditarik kesimpulan bahwa kawasan ini layak untuk

diredesain. Untuk mencari pendekatan yang sesuai dalam menentukan karakter kawasan, fungsi- fungsi yang ada dapat diolah dengan perincian sebagai berikut :

a. Fungsi budaya, yaitu Gedung Ki Narto Sabdho , Patung Raden Saleh, pohon- pohon beringin besar yang telah tumbuh sebelum bangunan

didirikan tetap dipertahankan keberadaannya baik fungsi maupun bentuk. Karena keberadaannya menyangkut nilai sejarah kawasan yang dulunya berfungsi sebagai kebun binatang Tegalwareng, kebun binatang pertama di kota Semarang.

b. Fungsi sosial, yaitu Taman Hiburan Rakyat, Gedung Ki Narto Sabdho, Taman Bermain Wonderia didesain ulang dan dikembangkan fungsinya untuk mendukung fungsi budaya dan mewadahi interaksi sosial. Untuk miniatur pesawat kebanggaan anak tempo dulu akan diperbaiki dan difungsikan kembali.

c. Fungsi ekonomi, yaitu PKL yang dialihfungsikan menjadi cafetaria, art and craft shop dan beberapa fasilitas di Taman Hiburan Remaja yang bersifat komersial. PKL ditambah, ditata ulang dan difungsikan sebagai fasilitas pendukung kawasan. Selain itu dengan penambahan fasilitas Art and Craft Shop yang berisi penjualan barang dan jasa untuk memasarkan tempat wisata, baik wisata alam, wisata budaya, maupun wisata religi di Kota Semarang, dan juga menjual makanan dan kerajinan khas Kota Semarang.

Pengolahan tersebut nantinya mengacu kepada fungsi kawasan mewadahi kegiatan rekreasi dan wisata budaya. Pembagian tata guna lahan tersebut di bawah ini :

Area rekreasi berisi : - Taman Hiburan Rakyat, berupa tempat bermain dengan dan tanpa alat - Segaran untuk praon ( naik perahu di danau buatan )

BAB IV

commit to user

- Taman dan ruang komunal - Restoran

Area budaya : - Teater tertutup - Ruang pameran,museum, perpustakaan (pusat dokumentasi ) - Sanggar - Amphiteater ( teater terrbuka ) - Pendhopo - Bioskop mini ( cineplex ) Area pendukung : ruang pengelola, musholla, area parkir, toilet, cafetaria,

gazebo Yang masing- masing tidak diwadahi dalam satu wadah, tetapi dengan pembagian

sebagai berikut :

Gambar 21. zonning kawasan

Sumber : analisis pribadi

Area budaya

Area rekreasi

BAB IV

commit to user

Untuk mendapatkan pembagian di atas, pertimbangan yang diambil meliputi :

· Bagian Timur Laut, Jalan Utama Sriwijaya Pintu masuk utama, plasa penerima dan tempat parkir ( pemanfaatan

sempadan ) dan area budaya sebagian besar pada bagian Timur Laut untuk memperoleh karakteristik Taman Budaya Raden Saleh lama terhadap lingkup kawasan sekitarnya.

· Bagian Barat Laut terdapat jalan lingkungan pemukiman Genuk Sari. Jalan tersebut adalah jalan utama menuju pemukiman padat penduduk. Jalan ini tidak dapat dimasuki sembarang kendaraan karena merupakan satu- satunya akses ke pemukiman Genuk Sari.

· Bagian Barat Daya, di luar kawasan terdapat pemukiman padat penduduk, yaitu kawasan pemukiman Jalan Wilis. Taman hiburan remaja dan

amphiteater diletakkan di area sebelah Selatan, secara tidak langsung dapat menarik perhatian penduduk sekitar kawasan.

· Bagian Tanggara, jalan lingkungan menuju pemukiman padat penduduk, kawasan Genuk Perbalan. Jalan lingkungan yang cukup lebar untuk 2 jalur kendaraan roda empat, ditempatkan fasilitas pendukung kawasan dan tempat untuk pengelola ( sirkulasi untuk servis dan pengelola ).

· Bagian tengah kawasan, memiliki potensi sebagai plasa penerima dan pusat awal dan akhir dari seluruh aktivitas dalam kawasan, dimana

pengunjung dapat menentukan pilihan aktivitas yang dijalani. Plasa penerima bisa berbentuk taman, dengan memanfaatkan pohon- pohon konservasi yang letaknya paling banyak terdapat di tengah kawasan sebelah timur laut.

2. Pengolahan Site

Secara garis besar kondisi tapak kawasan Taman Budaya Raden Saleh adalah rata, kecuali pada bagian barat daya yang masih berupa lahan kosong

BAB IV

commit to user

memiliki kontur tanah setinggi maksimal 1 meter. Kondisi ini memiliki banyak keuntungan menyangkut peletakkan bangunan yang membutuhkan view menarik seperti taman bermain dan pujasera sehingga dapat melihat seluruh kegiatan taman budaya. Juga pemanfaatan gardu pandang pada kontur tertinggi.

Di bawah ini beberapa analisis tapak yang nantinya sangat menguntungkan bagi perencanaan penataan Taman Budaya Raden Saleh.

a. Pencapaian

Pencapaian merupakan titik awal pengolahan site untuk menentukan arah masuk site. Pencapaian di tentukan berdasarkan potensi infrastruktur jalan yang berpotensi sebagai akses utama dan akses pendukung site. Berikut ini adalah gambaran pencapaian site yang ditentukan berdasarkan keberadaan infrastruktur yang ada :

Gambar 22. pencapaian site Sumber : analisis pribadi

Tabel 11 Analisa Pencapaian

No

Akses masuk

Analisa

1 Jl Sriwijaya Merupakan salah satu jalan sekunder di Kota Semarang, dengan lebar jalan ± 10 meter digunakan dua arah oleh kendaraan roda 4, baik kendaraan umum maupun pribadi jalan sangat potensial dimanfaatkan sebagai jalan utama masuk site sebelah timur laut ( site menghadap timur laut

Akses utama menuju site, Jln.

Sriwijaya ± 10m

Alternatif side entrance, Jln. Genuk Perbalan ± 8m

Alternatif side entrance, Jln. Genuk Sari ± 6m

Alternatif side entrance, Jln. Wilis ± 6m

BAB IV

commit to user

2 Jl. Genuk Perbalan Merupakan jalan lingkungan menuju pemukiman Genuk Perbalan. Lebar jalan cukup besar, selebar 8 meter dan dapat dilewati 2 kendaraan roda empat.

3 Jl.Genuk Sari Merupakan jalan lingkungan menuju pemikiman Genuk Sari dan pemukiman Wilis. Jarang dilewati kendaraan umum, kecuali kendaraan pribadi penduduk. Lebar jalan 6 meter. Tidak memungkinkan untuk dijadikan akses masuk menuju site.

Jln Wilis

Merupakan jalan lingkungan menuju pemikiman Genuk Sari dan pemukiman Wilis. Tidak dilewati kendaraan umum, kecuali kendaraan pribadi penduduk. Lebar jalan 6 meter. Memungkinkan untuk dijadikan side entrance khusus pengelola dan service.

Sumber : analisis pribadi

b. Orientasi Orientasi merupakan pertimbangan untuk menentukan arah hadap

bangunan berdasarkan tingkat keberadaan akses pencapaian, view dan zonifikasi. Selain itu penempatan zonifikasi juga dipengaruhi oleh keberadaan potensi noise yang timbul akibat respon lingkungan sekitar. Bentuk gambarannya adalah ;

Gambar 23 orientasi site Sumber : analisis pribadi

Bagian timur laut, orientasi menghadap ke jalan raya, yaitu Jalan Sriwijaya

Bagian tenggara, orientasi menghadap ke jalan lingkungan, pemukiman dan pertokoan.

Bagian barat laut, orientas menghadap ke jalan lingkungan dan pemukiman

Bagian barat daya menghadap pemukiman padat, kawasan Wilis

BAB IV

commit to user

Analisa Orientasi

Keterangan : site menghadap ke arah Timur Laut

1 Timur Laut Orientasi site mengarah langsung ke jalan Sriwijaya, tingkat kebisingan dan aktivitas sangat tinggi karena merupakan satu- satunya jalan raya di sepanjang kawasan tersebut, dan merupakan akses dalam kota menuju pusat kota, yaitu Simpang Lima. Bagian ini sangat potensial sebagai sumbu (as) dan arah hadap utama bangunan ke timur laut dan pintu masuk utama site

2 Tenggara Orientasi site mengarah ka jalan lingkungan menuju pemukiman Genuk Perbalan dan Wilis, pertokoan dan pemukiman, tingkat kebisingan dan aktivitas tidak terlalu tinggi, karena hanya dilewati oleh kendaraan pribadi. Bagian tenggara direncanakan akan dimanfaatkan sebagai side entrance menuju site.

3 Barat Daya Orientasi site mengarah langsung ke pemukiman jalan Wilis yang padat penduduk. tingkat kebisingan dan aktivitas relativ rendah, kondisi topografi pada bagian ini sedikit berkontur, dengan ketinggian maksimal hanya 1 meter. Bagian ini sangat potensial sebagai sumbu ( as) dalam mendirikan bangunan dalam site.

4 Barat Laut Orientasi site mengarah ke arah jalan lingkungan menuju pemukiman Genuk Sari. Tingkat kebisingan dan aktivitas tidak terlalu tinggi, jalan hanya berfungsi sebagai akses masuk ke pemikiman Genuk Sari dan Wilis.

Sumber : analisa pribadi

c. Klimatologi

Angin Tenggara yang bersifat basah, datang

pada bulan Oktober - April

Angin Gunung membawa dingin, terjadi pada malam hari

Angin muson barat laut dapat direduksi oleh bangunan sekitar

Angin Lembah membawa udara panas, terjadi pada siang hari

BAB IV

commit to user

Area parkir

Zona budaya

Zona peghubung ( zona abu- abu Zona rekreasi

Area parkir

Sirkulasi kawasan

Zona pengelola pusat

Gambar 24. analisa klimatologi Sumber : analisis pribadi

Analisa : Sinar matahari pada pagi hari menyehatkan berpotensi sebagai

kegiatan-kegiatan yang berorientasi di pagi hari, selain itu juga dimanfaatkan sebagai pencahayaan alami. Untuk sinar matahari sore tepat di barat site cenderung panas dan kurang baik untuk bangunan sehingga perlu adanya penyelesiannya dan cocok untuk kegiatan yang tingkat aktivitasnya rendah. Untuk penyelesaian panas pada siang hari direduksi oleh adanya vegetasi yang direncanakan di dalam site, sehingga tingkat kenyamanan termal pada bangunan dapat terjaga dengan optimal. Untuk respon angin dimanfaatkan sebagi penghawaan alami sehingga menekan penggunaan penghawaan buatan (AC). Perlu adanya penyelesaian bangunan sehingga dapat merepon kondisi klimatologi.

Adanya pohon konservasi yang cukup banyak dan lebat di bagian tengah site dapat secara langsung mengurangi kondisi sinar matahari dan angin yang berlebihan.

d. Zonifikasi

BAB IV

commit to user

Sumber : analisis pribadi

e. Pola tata masa dan sirkulasi

1) Tata masa Dalam menciptakan susunan/ organisasi massa dalam suatu komposisi arsitektur, susunan/ bentuk-bentuk tata massa yang dihasilkan haruslah menikuti hirarki yang telah ada pada fungsi-fungsi yang ditampung, para pemakai yang dilayani, tujuan-tujuan arti yang disampaikan

(filosofis/simbolis) ( Francis DK Ching, Arsitektur Bentuk Ruang dan Susunannya, hal 333 )

Tabel 13

Alternatif penyusunan tata massa

No

Bentuk

TATA MASSA

1 LINIER

Terdiri dari bentuk-bentuk yang diatur dalam satu deret yang berulang

GRID Terdiri dari bentuk-bentuk yang diatur

dalam lebih dari satu deret yang berulang

3 KOSENTRIS

terdiri dari sejumlah bentuk-bentuk asal yang dominan dan berada di tengah-

tengah, perkembangan bentuk yang memusat

4 RADIAL Komposisi dari bentuk-bentuk linear yang

berkembang keluar dari bentuk-bentuk

BAB IV

commit to user

5 CLUSTER Terdiri dari bentuk-bentuk yang saling

berdekatan atau bersama-sama menerima kesamaan visual

Analisa : Berdasarkan analisa, bentuk tata massa yang sesuai kawasan

Taman Budaya Raden Saleh adalah bentuk GRID dan CLUSTER, bentuk ini mendukung prinsip keteraturan, simetris, dan simbolis. Suatu kondisi simetris menuntut susunan yang seimbang dari pola-pola yang hampir sama dari bentuk-bentuk massa terhadap suatu garis bersama (sumbu) atau titik.

2) Sirkulasi Kinetika dari gerakan merupakan suatu studi tentang sifat gerakan (J.O. Simond, Landscape Architecture). Berikut dibawah ini pendapat tentang pergerakan kinetika :

Berbagai bentuk lintasan

Sumber : analisa pribadi

BAB IV

commit to user

Analisa : Bentuk sirkulasi yang dipilih disesuaikan dengan kondisi penataan

massa bangunan, sirkulasi difungsikan sebagai penghubung antar massa bangunan yang harus memperhatikan : keteraturan, kenyamanan dan kejelasan sirkulasi, sesuai dengan potensi site dan dapat memisahkan alur sirkulasi manusia dengan kendaraan.

3) Lansekap Dalam perencanaan Taman Budaya Raden Saleh lanscape berfungsi sebagai :

· Tata landscape juga berfungsi dalam menciptakan view yang menarik dalam suatu bangunan, oleh karenanya pengaturan landscape juga memperhatikan faktor view ke dalam site.

· Memberi keseimbangan antar ruang-ruang terbuka/ plaza/ tanaman hijau dengan massa bangunan semedikian rupa sehingga terbentuk pola ruang yang harmonis

· Memberikan keseimbangan lingkungan dengan menciptakan sebanyak mungkin ruang-ruang terbuka baik berupa taman/ plaza diantara massa bangunan, hal ini akan memberi kesan teduh dan akrab

· Menciptakan suasana lingkungan sekitarnya dengan memberikan pohon-pohon pelindung pada jalur-jalur pendestrian. Hal ini berguna

untuk tujuankenyamanan dan sekaligus sebagai barier yang mendukung terciptanya suasana yang manusiawi dan lalu lintas yang terjadi di kompleks taman rekreasi dan wisata budaya, diharapkan tidak negatif atau menggangu lingkungan

Gambar 26 sirkulasi

Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture

BAB IV

commit to user

Gambar 27 elemen lansekap Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture

4) Vegetasi Dalam perancangan lansekap vegetasi memiliki fungsi bermacam- macam yaitu sebagai zona relaksasi dan zona hijau, sebagai penyedia oksigen, sebagai filter terhadap suara, debu, udara dan bau, serta sebagai penahan air atau cadangan air saat musim hujan.

Analisa : Kebutuhan jenis vegetasi dalam desain, disesuaikan dengan

konsep bangunan. Terdapat beberap klasifikasi jenis vegetasi, berdasarkan fungsi dan sifat ( Plans, People, and Environmental Quality,

U.S Depertemnt of Interior, National Service, 1972 ), adalah :

Fungsi

Sifat · Bersifat kolom

BAB IV

commit to user

· Bersifat lebar dan menyebar

· Bundar atau lonjong

· Horizontal

5) Jalan Merupakan infrastruktur utama penghubung antar massa bangunan, Kebutuhan akan jalan dalam suatu perancangan tapak lansekap merupakan bagian dari utama dari lingkungan.

Tipe Jalan :

Gambar 29 tipe jalan

Sumber : Joseph De Chiara, Standart Perancangan Tapak

Gambar 28 Vegetasi

Sumber : Joseph De Chiara, Standart Perancangan Tapak

BAB IV

commit to user

Kegunaan :

a. Jalan Utama (arteri jalan) Memeberikan kesatuan untuk seluruh daerah kota dan sekitarnya, biasanya merupakan batas untuk beberapa wilayah. Pengendalian akses kecil, pengaturan persimpangan, parkir pada umumnya

b. Jalan Sekunder Jalan pelayanan utama. Rambu-rambu diperkenankan dimana diperlukan, tanda berhenti pada jalan-jalan samping; kadang-kadang merupakan batas untuk beberapa wilayah

c. Jalan Kolektor Jalan interior utama, tanda berhenti pada jalan-jalan samping

d. Jalan lokal Jalan service setempat, tidak mengakibatkan jalan menerus

e. Cul-de-sac Jelan terbuka hanya pada satu sisi dilengkapi dengan sebuah lingkaran putar pada sisi lainnya.

Analisa : Berdasarkan beberapa alternatif tipikal jalan, tipikal jalan yang

cocok untuk diterapkan pada perencanaan Taman Budaya Raden Saleh adalah kombinasi Gridion dan Taman, tipikal jalan gridion dipilih karena cocok dengan penataan masa yang menggunakan sistem grid dan cluster, sementara taman lebih dimanfaatkan pada pertemuan jalan yang dibuat melingkar atau pertemuan jalan yang ditengahnya dimanfaatkan sebagai taman.

6) Drainase Dalam perencanaan kawasan Taman Budaya Raden Saleh sistem drainase berfungsi sebagai : · Pembuangan air hujan site yang berpotensi bahaya banjir pada kawasan Taman Budaya Raden Saleh

BAB IV

commit to user

· Sebagai persediaan air tanah pada kawasan, sehingga kondisi lahan tetap terjaga pada musim kemarau

· Saluran drainase juga difungsikan sebagai pembuangan limbah khusus yang tidak dapat diolah oleh tanah menuju ke saluran pembuangan akhir (sungai) Metode yang biasa digunakan untuk mangadakan drainase tapak

adalah ( Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book ) :

a. Sistem drainase permukaan Pada sistem ini, limpasan dari daerah yang diperkeras ditapungdan di bawa ke luar tapak oleh drainase permukaan

b. Sistem drainase bawah tanah tertutup Sebuah sistem drainase bawah tanah tertutup menerima limpasan dari daerah yang diperkeras maupun yang tidak diperkeras dan membawanya kesebuah pipa keluar sisi tapak(saluran permukaan atau sungai), ke sistem drainase kota, atau cekungan sedimen dan bak penampung pada tapak

Gambar 30 sistem drainase permukaan

Sumber : Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book

BAB IV

commit to user

c. Sistem bawah-tanah tertutup dengan tempat penampungan pada tapak Alternatif sistem drainase ini memiliki keuntungan seperti halnya sistem drainase tertutup bawah tanah yang menggunakan pengendalian erosi pada tapak

d. Sistem kombinasi drainase tertutup untuk daerah yang diperkeras dan terbuka untuk daerah yang tidak diperkeras Pada sistem ini, limpasan dari ruang terbuka dikumpulkan pada saluran drainase permukaan sementara limpasan dari daerah yang diperkeras dikumpulkan di dalam sistem drainase tertutup.

Gambar 31 sistem drainase bawah tanah

Sumber : Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book

Gambar 32 sistem drainase bawah –tanah tertutup Sumber : Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book

Gambar 33 sistem drainase kombinasi

Sumber : Michigan Soil Erosion & Semdimentatiaon Control Guide Book

BAB IV

commit to user

Analisa : Berdasarkan beberapa alternatif sisitem drainase, sistem drainase

yang cocok untuk diterapkan pada kawasan Taman Budaya Raden Saleh adalah kombinasi, sistem drainase kombinasi dipilih karena sesuai dengan kondisi site yang ada di kota Semarang . Sistem drainase tertutup dipakai pada drainase bangunan sementara sistem drainase terbuka dipakai untuk drainase kawasan, sehingga mempermudah dalam perawatan kebersihan drainase.

7) Fasilitas parkir Dalam perencanaan pusat Taman Budaya Raden Saleh fasilitas parkir merupakan bagian dan prasarana lingkungan baik dilingkungan bangunan maupun ruang terbuka hijau sebagai fasilitas penunjang di dalam kawasan Taman Budaya. Beberapa bentuk fasiltas parkir yang disediakan adalah :

a. Parkir tegak lurus (Parpadicular).

Gambar 34 bentuk perkir tegak lurus Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture

Gambar 35 bentuk parkir tegak lurus Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture

BAB IV

commit to user

b. Parkir pararel (Parallel)

c. Parkir Diffable

3. Analisa Pendekatan perletakan massa berdasarkan pengolahan site

Kriteria : · Besaran site · Besaran massa bangunan

· Kebutuhan sarana · Zonifikasi site · Perletakkan kontur dan pohon- pohon konservasi

Gambar 36 bentuk perkir pararel Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture

Gambar 37 bentuk parkir kusus penyadang cacat

Sumber : J.O. Simond, Landscape Architecture

BAB IV

commit to user

Eksisting Kontur dan Pohon Konservasi pada site :

Gambar 38 eksisting pohon dan kontur pada site Sumber : wawancara dengan pengurus TBRS dan analisa pribadi

Analisa :

Gambar 39 pendekatan perletakan massa berdasarkan potensi site

Sumber : Analisa pribadi

Kontur site dengan ketinggian maksimal rata- rata 1 meter

Pohon- pohon konservasi yang sudah ada sejak dahulu kala dan tidak boleh ditebang

BAB IV

commit to user

· Sirkulasi dibuat memutari site agar Penataan massa bangunan menyesuaikan pohon konservasi, dibuat dengan sistem grid, sirkulasi

jalan dibuat 1 arah, dengan lebar ±6m, agar tidak terjadi tabrakan sirkulasi dan crowded di dalam site. pengunjung juga bisa menikmati fasilitas- fasilitas dan pemandangan di dalam site dengan menggunakan kendaraan pribadi. Parkir dibuat lebih dari 1 spot agar pengunjung lebih dekat berjalan menuju fasilitas yang diinginkan.

· Sistem drainase direncanakan di sepanjang pingir jalan dengan

sistem drainase tertutup. · Penataan vegetasi dan penerangan jalan di sesuaikan dengan kondisi

sirkulasi jalan dan tata lahan yang direncanakan. · Orientasi bangunan menghadap arah timur laut ( menghadap ke Jalan Sriwijaya) sebagai arah orientasi bangunan utama. Orientasi

bangunan di dalam site memusat ke tengah site.

B.2. Analisa Mikro

1. Analisa Kebutuhan Pengguna ( “ Usser Requirements “)

Untuk dapat mengetahui kebutuhan- kebutuhan apa yang diperlukan oleh pengguna, terlebih dahulu harus diketahui hubungan antara pengguna

dengan bangunan. Untuk itu, terlebih dahulu perlu dilakukan analisis tentang jumlah pelaku, karakteristik, dan tingkah laku kegiatan pemakai pada kawasan Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh.

1.1. Pelaku Kegiatan pada Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh

Pelaku disini merupakan pelaku kegiatan baik pada fungsi rekreasi maupun fungsi budaya. Pelaku kegiatan fasilitas tersebut terdiri dari :

BAB IV

commit to user

a. Pengunjung ·

Pengunjung fasilitas budaya yaitu seseorang atau sekelompok orang yang datang berkunjung, berwisata budaya, berlatih seni, atau menonton pertunjukkan seni. Pengunjung Taman Budaya adalah warga sekitar, wisatawan domestic dan wisatawan mancanegara.

Pengunjung fasilitas rekreasi yaitu seseorang atau sekelompok orang, baik keluarga maupun instansi tertentu yang datang berkunjung untuk melakukan aktivitas bermain atau berkumpul secara terbuka sambil mempelajari budaya lokal Kota Semarang.

b. Tamu Tamu yang dimaksud disini adalah pengunjung dan pihak- pihak yang

berkepentingan dengan staff pengelolaan.

c. Pengelola Sekelompok orang yang mengelola manajemen Taman Rekreasi dan

Wisata Budaya, terkait aspek pengelolaan keuangan ( kontribusi terhadap pemerintah ), kebersihan, keamanan dan kenyamanan, dan aspek pengelolaan lain.

d. Pekerja Seni ( seniman dan pelatih kesenian ) Seniman adalah pekerja seni yang menciptakan suatu karya seni,

mempelajarinya, dan mengapresiasikan karyanya kepada masyarakat luas. Sedangkan pelatih seni adalah seseorang atau sekelompok orang yang berkompeten di bidang seni, yang bertugas menularkan atau mengajarkan ilmunya kepada khalayak. Pelatih seni biasanya merupakan bagian dari seniman- seniman. Pekerja seni di Semarang terdiri dari :

· Gambang Semarang :

BAB IV

commit to user

Gambar 40 : seniman Gambang Semarangan adalah suatu kelompok musik rakyat, dengan lagu “empat penari”

karya oey yok siang, yang populer hingga sekarang. Hal ini dikarenakan lagu, lirik, nuansa dan suasananya sungguh cocok dg

selera orang semarang yang spontan, jenaka, sederhana. ( Djawahir, muhammad.Sepanjang Jalan Kenangan, 1996. Kerjasama Pemda Dati II Semarang, Dewan Kesenian Jateng, dan Aktor Studio Semarang, hal 168 )

· Cap Go Meh

Gambar 41 : seniman Cap Go Meh adalah tradisi etnis cina di Semarang yang mengandung unsur

religi, biasanya untuk menyambut tahun baru cina. Prosesi acara cap go meh dilakukan di kelenteng- kelenteng.

BAB IV

commit to user

· Grup Wayang Orang Ngesthi Pandowo dan Karawitan Condong Raos

Gambar 42 : Grup Wayang Orang Ngesthi Pandowo

· Pow- Tee- Hie

Gambar 43 : Sandiwara Boneka Potehi Pertunjukan wayang dengan cerita tiongkok, berupa sandiwara

boneka yang dipertunjukkan di atas panggung berbentuk rumah- rumahan yang dipasang di halaman klenteng.

· Sam sie

Gambar 44 : Samsie

Tradisi etnis cina di Semarang yang mengandung unsur religi, berupa atraksi tarian naga atau barongsai dan pertunjukkan ini sering dilakukan akhir- akhir ini di Semarang

BAB IV

commit to user

· Kasidah Modern Nasida Ria

Gambar 45:Kasidah Modern Nasida Ria Sebuah kelompok musik penerus generasi irama padang pasir di

Semarang ( kelompok kasidah modern

2. Analisa Tata Ruang Dalam Kawasan

Tata letak bangunan yang ada dalam kawasan ini sangat tidak tertata baik orientasinya yang tidak jelas maupun hubungan antara fungsi bangunan yang satu dengan fungsi bangunan yang lain. Untuk itu, perlu dianalisis kebutuhan menyangkut pemintakatan ruang dan bentukan fisik agar diperoleh keselarasan dalam kawasan.

2.1. Pengelompokkan Kegiatan Berdasarkan Jenis Kegiatan Taman Budaya Raden Saleh sebagai tempat rekreasi dan wisata

budaya tentu kebutuhan ruang yang ada di dalamnya adalah untuk berekreasi dan wadah untuk berwisata budaya, dan efek yang timbul adalah tempat untuk berinteraksi.

Kegiatan berekreasi adalah kegiatan yang aktif, untuk itu perlu bentukan wadah yang dinamis dimana pemakainya dapat bergerak bebas dan leluasa serta hasil yang ada adalah luapan rasa senang atau gembira setelah memakai fasilitas.

Tempat umtuk berekreasi disini meliputi : taman bermain anak dan remaja, panggung pertunjukkan musik dan teater, permainan ketangkasan

BAB IV

commit to user

yang semuanya dikemas dalam Taman Hiburan Remaja, gazebo keluarga dan cafetaria. Ada pula segaran untuk ‘praon’.

Berwisata budaya adalah kegiatan melihat, menikmati dan belajar, sehingga membutuhkan suatu wadah yang nyaman dan tidak membosankan.

Tempat atau arena ini meliputi area pertunjukkan kesenian ( wayang orang, kethoprak, tarian tradisional), area theater tertutup,theater terbuka / amphiteater, museum dan perpustakaan yang menyajikan sesuatu yang berbau budaya lokal dan pusat dokumentasi budaya dan bioskop sebagai tempat pemutaran film dokumenter maupun film sejarah

Kegiatan yang akan diwadahi dalam fungsi rekreasi yaitu :

· Taman hiburan remaja, meliputi :

- Tempat bermain dengan alat - Taman dengan tempat duduk/ ruang komunal

· Segaran untuk praon · Restoran

Kegiatan yang akan diwadahi dalam fungsi budaya yaitu :

· Gedung pertunjukkan kesenian tradisional seperti : wayang orang, kethoprak, wayang kulit, ludruk, keroncong ( teater tertutup )

· Bioskop mini, untuk pemutaran film dokumenter karya anak Indonesia, maupun film pendidikan dan dokumenter

· Amphiteater untuk pentas musik dan teater outdoor · Sanggar dan tempat pameran untuk kegiatan pameran budaya · mendokumentasikan budaya lokal (museum dan perpustakaan )

· Art and craft shop

BAB IV

commit to user

Kegiatan pendukung yang akan diwadahi : · cafetaria

· Ruang rapat dan seminar · Fasilitas umum, seperti : toilet dan musholla · Kantor pengelola · Area parkir

Terdapat 3 jenis usser pada kawasan Taman Budaya Raden Saleh, yaitu pengunjung itu sendiri, pengelola, dan para seniman.

· Pola Kegiatan Pengunjung

Diagram 1 Pola kegiatan pengunjung

Sumber : Analisa pribadi

Ruang penerima

Zona Kegiatan Budaya Zona Kegiatan Rekreasi

ME

Shelter bemo wisata

BAB IV

commit to user

· Pola Kegiatan Pengelola

· Pola kegiatan seniman

Diagra.2 Pola kegiatan Pengelola

Sumber : Analisa pribadi

Kantor Pengelola

zona budaya

Rapat

ibadah lavatory makan

Kantor Pengelola zona rekreasi

Ruang penerima/ plasa

Zona Kegiatan Budaya

ME/ SE

Terminal bemo wisata

Fasilitas pada zona budaya ( teater, sanggar, dll )

Diagram 3 Pola kegiatan seniman Sumber : Analisa pribadi

BAB IV

commit to user

3. Analisa Pendekatan Hubungan dan Organisasi Ruang

Kriteria : · Proses kegiatan yang menyeluruh dari tiap unit kegiatan · Sifat dan karakter masing-masing kegiatan · Tuntutan dan persyaratan ruang

a. Analisa Pola Kegiatan

Berdasarkan wadahnya, maka analisis dapat dilanjutkan analisis mengenai alur kegiatan pengguna pada fasilitas. Berikut adalah alur kegiatan pada fasilitas rekreasi :

· Pola kegiatan pengunjung fungsi rekreasi

· Pola kegiatan pengunjung fungsi budaya ( makro ) Datang → parkir → masuk ke fasilitas ( teater tertutup,

amphiteater, sanggar, pusat dokumentasi dan informasi, makan, jalan- jalan, ibadah ) → tempat parkir →pulang

Diagram 4 Pola kegiatan fungsi rekreasi

Sumber : Analisa pribadi

BAB IV

commit to user

· Pola kegiatan pengunjung fungsi budaya ( mikro ) Pola kegiatan mikro disini berfungsi sebagai penentuan

kebutuhan ruang tiap bangunan pada fungsi budaya.

1) Teater Tertutup

Pola kegiatan pengunjung teater tertutup

Diagram 5 Pola kegiatan fungsi budaya ( makro )

Sumber : Analisa pribadi

Diagram 6 Pola kegiatan pengunjung teater tertutup

Sumber : Analisa pribadi

BAB IV

commit to user

Pola kegiatan pekerja seni dalam teater tertutup

2) Amphiteater

Pola kegiatan pengunjung amphiteater

Diagram 7 Pola kegiatan seniman teater tertutup

Sumber : Analisa pribadi

Diagram 8 Pola kegiatan pengunjung amphiteater

Sumber : Analisa pribadi

BAB IV

commit to user

Pola kegiatan pekerja seni dalam amphiteater

3) Sanggar

Pola kegiatan pengunjung sanggar

Diagram 9 Pola kegiatan seniman amphiteater

Sumber : Analisa pribadi

Diagram 10 Pola kegiatan pengunjung sanggar

Sumber : Analisa pribadi

BAB IV

commit to user

Pola kegiatan pekerja seni dalam sanggar

4) Pusat Dokumentasi - Museum

Pola kegiatan pengunjung museum

Diagram 11 Pola kegiatan seniman sanggar

Sumber : Analisa pribadi

Diagram 12 Pola kegiatan pengunjung museum

Sumber : Analisa pribadi

BAB IV

commit to user

- Perpustakaan

5) Kantor Pengelola

Pola kegiatan pengelola dalam kantor pengelola

Berdasarkan analisis kegiatan di atas, maka dapat diketahui fasilitas ruang apa saja yang diperlukan untuk mewadahi seluruh kegiatan pada Taman Budaya Raden Saleh di Kota Semarang. Mengingat kegiatan pada

Diagram 13 Pola kegiatan pengunjung perpustakaan

Sumber : Analisa pribadi

Diagram 14 Pola kegiatan pengelola

Sumber : Analisa pribadi

BAB IV

commit to user

Taman Budaya Raden Saleh yang akan direncanakan menjadi Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh masing- masing memiliki karakteristik sendiri- sendiri, dan masing- masing memiliki privacy tersendiri, maka masing- masing kegiatan sebaiknya dapat dicapai sendiri- sendiri dari luar, tapi masih memiliki hubungan yang sangat erat.

b. Analisis Kebutuhan Ruang Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden saleh

Tabel 14

Analisa kebutuhan ruang fungsi budaya Wadah

Pelaku

Macam Kegiatan

Kebutuhan Ruang

Teater tertutup - Seniman

- Pengunjung

- Merias diri - Berganti kostum - Menunggu pentas - Perform - Metabolisme

- Ticketing - Mencari informasi - Menunggu

pertunjukkan - Makan/ minum - metabolisme - Menonton pertunjukkan

- R. Rias - R. Kostum - R. Tunggu - Panggung

pertunjukkan - Lavatory

- Loket - Information desk - R. Tunggu - Coffe corner - Lavatory - R. Menonton pertunjukkan

- Menunggu pertunjukkan - Mencari informasi - Makan/ minum

- metabolisme

- Mengatur jalannya film

- R. Tunggu - Information desk - Coffe corner - Lavatory

- R. kontrol

BAB IV

commit to user

- Mencari informasi - Melihat- lihat buku - Membaca buku - Browsing - Melapor

kepada

pustakawan - metabolisme

- Information desk - R. Buku - R. Koleksi - R. Internet - R. Meja baca indoor - R. Baca outdoor - R. Pustakawan - Lavatory - R. internet

- Mencari informasi - Melihat- lihat koleksi

- Mengawasi pengunjung - Melakukan pelayanan pencatatan kehadiran - Mengarsipkan setiap koleksi yang masuk

- Information desk - R. Pameran terbuka - R. Pameran tertutup

- Information desk - R. Pameran terbuka - R. Pameran tertutup - R. Pengelola - R. arsip

- Mencari informasi

- Melihat- lihat pameran - Berlatih seni tari - Berlatih seni teater - Berlatih

seni

musik

tradisional - Berlatih seni kriya - metabolisme

- Hall/meja informasi - R. Latihan seni tari - R. Latihan seni

musik - R. Latihan seni

teater tertutup - R. Latihan seni

teater terbuka - R. Latihan seni kriya

- Lavatory - Lobby

- menonton pertunjukkan

- perform

- tribun pertunjukkan

- panggung pertunjukkan

Tabel 15

Analisa kebutuhan ruang rekreasi

Wadah

Pelaku

Macam Kegiatan

Kebutuhan Ruang

BAB IV

commit to user

Segaran

- pengunjung

- menunggu - makan/ minum

- metabolisme - mencari informasi - praon - bersantai

- r. Tunggu - coffe corner - lavatory - hall/ information

desk - segaran

- gazebo Area outbond

( rekreasi terbuka )

- pengunjung

- security bagian rekreasi

- permainan outbond terbuka

- permainan tangga tali - bermain jembatan gantung - bermain ATV - bermain flying fox - makan/ minum - metabolisme - bersantai

- melakukan pengawasan secara langsung

- arena outbond terbuka

- permainan tangga tali

- permainan jembatan gantung

- permainan flying fox

- sirkuit ATV mini - restoran tertutup - restoran terbuka - lavatory - gazebo - childs play area

- pos keamanan bagian rekreasi

Tabel 16

Analisa kebutuhan ruang kantor pengelola Pelaku Kegiatan

Macam Kegiatan

Kebutuhan Ruang

pengelola

Datang dan masuk ruangan

- datang - memasuki gedung

- parkir - entrance

Kegiatan Pengelolaan Umum

- Koord. Administrasi dan

keuangan - Koord. Pengadaan prasarana

dan sarana - Koord. Teknis dan

Pemeliharaan

- R. kabag adm dan keuangan

- R. Kabag pengadaan sarana

dan staf - R. kabag teknis dan

pemeliharaan - R. staf Teknis

BAB IV

commit to user

- Mengatur teknis bangunan - Mengatur Pemeliharaan - Mengatur Hubungan

Masyarakat - Mengelola Pendataan - Mengatur karyawan

- Penyimpanan barang umum

- R. Staf pemeliharaan

- R. staf Humas - R. staf pendataan - R. Staf personalia - Gudang umum

Kegiatan Manajerial

- Kegiatan Direktur Operasional

- Kegiatan Sekretaris direktur

- R. Direktur Operasional Budaya

- R. Direktur Operasional

Rekreasi - R. Sekretaris

Direktur Budaya - R. Sekdir Rekreasi

Kegiatan servis pengelola

- penyimpanan - informasi - menerima tamu - Pembinaan Intern - Pendataan dan Pustaka - Makan dan minum - Metabolisme

- R. locker - R. resepsionis - R. tamu - R. rapat - R. arsip - kantin - lavatori

Tabel 17

Analisa kebutuhan ruang service

Pelaku Kegiatan

Macam Kegiatan

Kebutuhan Ruang

semua

Datang dan masuk ruangan

- datang - memasuki bangunan

- parkir - entrance

Kegiatan Penunjang

- Penyediaan fasilitas

angkringan - Penyediaan fasilitas

ibadah - Penyediaan fasilitas parkir

- R. hik - R. ibadah

- R. parkir

BAB IV

commit to user

pengunjung dan pengelola

- Metabolisme

- lavatory

Kegiatan servis

- Makan dan minum - Metabolisme - Pengamanan bangunan - Pengoperasian utilitas

bangunan

- kantin - lavatory - R. pusat keamanan - R. Utilitas bangunan

c. Pola Hubungan Ruang

1) . matriks hubungan ruang pada fungsi rekreasi

Matriks 1 . matriks hubungan ruang pada fungsi rekreasi Sumber . analisa pribadi

BAB IV

commit to user

2) matriks hubungan ruang pada teater tertutup

Matriks 2 . matriks hubungan ruang pada teater tertutup Sumber . analisa pribadi

3) matriks hubungan ruang pada amphiteater

Matriks 3 . matriks hubungan ruang pada amphiteater Sumber . analisa pribadi

4) matriks hubungan ruang pada bioskop mini

BAB IV

commit to user

Sumber . analisa pribadi

5) matriks hubungan ruang pada sanggar

Matriks 5 . matriks hubungan ruang pada sanggar Sumber . analisa pribadi

6) matriks hubungan ruang pada museum

Matriks 6 . matriks hubungan ruang pada museum

Sumber . analisa pribadi

BAB IV

commit to user

7) matriks hubungan ruang pada perpustakaan

Matriks 7 . matriks hubungan ruang pada perpustakaan

Sumber . analisa pribadi

8) matriks hubungan ruang pada art and craft shop

Matriks 8 . matriks hubungan ruang pada art and craft shop Sumber . analisa pribadi

9) matriks hubungan ruang pada kantor pengelola

Matriks 9 . matriks hubungan ruang pada kantor pengelola

Sumber . analisa pribadi

BAB IV

commit to user

KETERANGAN :

: berhubungan erat : berhubungan namun kurang erat

x : berhubungan tidak erat

d. Analisis Besaran Ruang Dasar pertimbangan:

Perhitungan Standart (literatur) :

1) Architect’s Data jilid 1, Ernest Neufert (DA).

2) Architect’s Data jilid 2, Ernest Neufert (DA).

3) Time Server Standart for Building Type, Joseph de Chiara & John

Callender (TS). Perhitungan studi ruang yaitu perkiraan kebutuhan dengan pertimbangan :

1) Kapasitas pemakai, berdasarkan jumlah user yang ada di lapangan

2) Peralatan pendukung

3) Flow

4) Kenyamanan pemakai Asumsi :

1) Studi kasus/ studi banding

2) Survey/ studi lapangan/ observasi Disamping itu, sebagai dasar pertimbangan penentuan besarnya sirkulasi/ flow gerak yang dibutuhkan untuk masing-masing ruang adalah sebagai berikut :

1) 5 % - 10 %

= Standart Minimum

2) 20 %

= Kebutuhan Keleluasaan Sirkulasi

3) 30 %

= Tuntutan Kenyamanan Fisik

4) 40 %

= Tuntutan Kenyamanan Psikologis

5) 50 %

= Tuntutan Spesifik Kegiatan

6) 70 % - 100 %

= Keterkaitan dengan banyak Kegiatan

BAB IV

commit to user

Hitungan kebutuhan luas ruang:

Teater tertutup

Lobby (termasuk resepsionist, security)

Kapasitas 40 % pengunjung 1,5 m 2 / orang,

Asumsi pengunjung: 500 40% x (500x1,5) = 300 m 2 Luas = 300 m 2 .

Teras

Kapasitas 20 % pengunjung 1,5 m 2 / orang, Asumsi pengunjung: 200 orang 20% x (200x1,5) = 60 m 2 Flow 30% = 18 m 2

Luas = 78 m 2

· R. Pertunjukkan

Kapasitas 50% pengunjung 1,5 m 2 / orang,

Asumsi pengunjung: 500

50% x (500x1,5) = 375 m 2

· Stage

Kapasitas pemain 50 %, 1,5 m 2 / orang,

Asumsi pemain: 100 orang 50%x (100 x 1,5) = 75 m 2

Perhitungan Luas Kelompok Zona Budaya

BAB IV

commit to user

Luas = 100 m 2

· Gudang alat

Asumsi luas = 144 m² · R. Rias

meja rias standar = 0,8 m²

1,5 m 2 / orang asumsi banyaknya meja : 10x0,8= 8 m² 1,5 m²x 8 = 12 m² Flow 20% = 6 m² Luas = 28 m²

R rias pria dan wanita 2 x 28 m2 = 54 m²

· R. Ganti

1,5 m 2 / orang, asumsi banyaknya pemain yg masuk : 10

org 1,5 m²x 10 = 15 m² Flow = 30 % = 8 m² Luas = 23 m² r. ganti pria dan wanita= 2x 23 m²= 46 m²

· Lavatory pemain

Standar 1 bilik 1,5 m²x 1,5 m² (TS)= 22,5 m² Asumsi 3 bilik = 37,5 m² Lavatori pria dan wanita, lavatory umum = 3x 37,5 m² =

112,5 m²

· R. Persiapan

1,5 m² / orang , Asumsi pemain = 100 orang = 150 m² Flow 40% = 60m² Luas = 230 m²

BAB IV

commit to user

· R. Tunggu ( termasuk coffee corner )

Asumsi pengunjung: 150 orang

1,5 m 2 / orang

150 x 1,5 = 225 m 2

Flow 20% =45 m 2

Luas = 270 m 2

· R. Cinema

Asumsi pengunjung: 200 orang

Kursi penonton standar ( TS ) 0,64m 2 / orang

200 x 0.64 = 128 m 2

Flow 40 % = 51,2 m 2

Jarak tempat duduk dengan layar : 8m

Luas space tempat duduk dengan layar : 8 x 20 = 160 m 2

Luas = 340 m 2

BAB IV

commit to user

· Lavatory

Luas standar maksimal per 1 bilik KM/ WC = 2,5 m 2

asumsi = 4 bilik = 10m 2

asumsi pengunjung 10 orang, 1,5 m 2 / orang = 15 m 2

flow 30 % = 4,5 m 2

ukuran meja wastafel = 1,8 m 2

luas = 31,3 m 2

2 buah lavatory = 2x 31,3 = 62,6

· Asumsi luas ruang kontrol dan ruang mesin = 100 m 2

Perpustakaan · Meja penerima

Standar = 3 m²/org (TS). 2 orang

Luas = 6 m 2

· Hall

Asumsi pengunjung 80 orang, 1,5 m 2 / orang = 120 m 2

Flow 20 % = 24 m 2

Luas = 144 m 2

· Lobby

Sofa set duduk standar ( TS) = 10 m 2

Asumsi 4 sofa set duduk= 40 m 2

r. sirkulasi : asumsi pengunjung 20 orang, 1,5 m 2 / orang

BAB IV

commit to user

Flow = 20% = 6 m 2

luas = 80 m 2

· R. Internet Meja komputer + kursi standar ( TS ) = 1,8 m 2

Asumsi banyaknya unit komputer = 25 unit 25 unit x 1,8 m 2 = 45 m 2

Asumsi pengunjung : 25 orang, 1,5 m 2 / orang = 37,5 m 2

Flow 20 % = 7,5 m 2

luas = 90 m 2

· R. Arsip

Ukuran lemari = 0.8 m x 9 m ( panjang lemari )= 7,2 m 2

Asumsi banyaknya lemari arsip : 2 = 14,4 m 2

Meja kerja standar (+1 komputer ) ( TS)= 2,25 m 2

Asumsi banyaknya meja : 2 = 4,5 m 2

Meja kerja standar ( 1 meja 1 kursi ) ( TS )= 2,4 m 2

asumsi banyaknya meja : 2 = 4,8 m 2

meja kerja bersama standar ( 1 meja 4 kusri )( TS )= 4 m 2

asumsi banyaknya meja : 2 = 8 m 2

asumsi jumlah petugas : 8 orang, 1,5 m 2 / orang = 12 m 2

flow 50% = 6 m 2

luas = 50 m 2

BAB IV

commit to user

· R. Rak buku

Ukuran rak standar 0,8m x 10 m = 8 m 2

asumsi banyaknya lemari baca : 8 buah = 64 m 2

asumsi banyaknya pengunjung : 50 orang, 1,5 m 2 / orang

= 75 m 2

flow 50% = 37,5 m 2

ukuran sofa duduk standar (@2 orang) ( TS ) = 1 m 2

asumsi banyaknya sofa duduk : 10 buah = 10 m 2

luas = 187,5 m 2

· R. Baca

Meja baca standar ( 1 meja 6 kursi ) = 8,75m 2

Asumsi banyaknya meja : 2 = 17,5 m 2

meja kerja bersama standar ( 1 meja 4 kusri )( TS )= 4 m 2

asumsi banyaknya meja : 2 = 8 m 2

meja kerja bersama standar ( 1 meja 10 kusri )( TS )= 28 m 2

asumsi banyaknya meja : 3 = 84 m 2

meja set @ 1 meja 1 kursi ( 1 set berisi 7 meja, 7 kursi )= 5,6 m 2

asumsi banyaknya meja : 3 set = 16,6 m 2

asumsi pengunjung : 200 orang, 1,5 m 2 / orang = 300 m 2

flow : 40%= 120 m 2

luas = 546 m 2

BAB IV

commit to user

· R. Pustakawan Asumsi Space Meja pustakawan : 10 m 2

Asumsi jumlah pustakawan : 6 orang, 1,5 m 2 / orang = 9

Flow 50% = 4,5 m 2

Luas = 24 m 2

Total

Museum

· Meja penerima

Standar = 3 m²/org (TS). 2 orang

Luas = 6 m 2

· Lobby

Sofa set duduk standar ( TS) = 10 m 2

Asumsi 4 sofa set duduk= 40 m 2

r. sirkulasi : asumsi pengunjung 30 orang, 1,5 m 2 / orang

= 45 m 2

Flow = 20% = 9 m 2

luas = 104 m 2

· R. Display terbuka

Asumsi Lemari display 4 m 2

asumsi jumlah lemari 5 buah = 20 m 2

asumsi lemari display memanjang : 14 m 2

asumsi banyaknya lemari 2 buah = 28 m 2

BAB IV

commit to user

asumsi pengunjung 30 orang, 1,5 m 2 = 45 m 2

flow 30 % = 13,5 m 2

luas = 100,5 m 2

· R. Display tertutup Lemari display = 5,6 m 2

asumsi banyaknya lemari display 6 buah = 33,6 m 2

asumsi pengunjung 20 orang, 1,5 m 2 / orang = 30 m 2

flow 30 % = 9 m 2

luas = 72,6 m 2

· R pengelola Lemari penyimpanan = 4 m 2

asumsi banyaknya lemari penyimpanan : 2 = 8m2 Meja kerja standar ( 1 meja 1 kursi ) ( TS )= 2,4 m 2

asumsi banyaknya meja : 4 = 9,6 m 2

asumsi pengelola : 4 orang, 1,5 m 2 / orang = 6 m 2

flow : 50% = 3 m 2

luas = 30 m 2

· Hall/ lobby

Asumsi pengunjung yg datang 100 orang, 1,5m2/ orang= 150 m2

Flow 80% = 120 m2 Luas = 270 m2

270 m2

BAB IV

commit to user

· R seni musik

Asumsi murid : 20 orang, 1,5m2/ orang = 30 m2 Luas meja kursi = 2m2/ orang = 40 m2 Flow 50% = 37,5 m2 Luas = 107,5 m2

· R seni teater Asumsi murid : 30 orang, 1,5 m2/ orang = 45 m2

Flow 80% = 36m2 Luas = 81 m2

· R seniman

Asumsi seniman : 10 orang, 1,5 m2/ orang = 15 m2 Ukuran meja standar ( TS ) = 4m2 = 60 m2 Flow 40% = 24 m2 Lemari standar = 5,6 m2 Luas = 104,6 m2

· Gudang alat

Asumsi ukuran 40 m2

· R seni tari

Asumsi jumlah murid 50 orang, 1,5 m2/ 0rang = 75 m2 Flow 80 % = 60 m2 Luas = 135 m2

· R seni kriya

Asumsi jumlah murid 20 orang, 1,5 m2/ orang = 30 m2 Flow 80 % = 24 m2

BAB IV

commit to user

Luas = 54 m2

· R latihan terbuka Asumsi pengguna 50 orang, 1,5 m2/ orang= 75 m2

Flow 80% = 60 m2 Luas = 135 m2

Amphiteater Asumsi penonton 1000 orang, 1,5m2/ orang = 1500 m2 Flow 50 % = 75 m2 Asumsi seniman 20 orang, 3m2/ orang = 60 m2 Flow 80% = 48 m2 Luas = 1683 m2

1683 m2

Pengelola

Ruang pimpinan kabag rekreasi Kap 6 orang, standart 15 m2/ orang ( DA ) = 80 m2

· Ruang pimpinan kabag budaya

Kap 6 orang, standart 15 m2/ orang ( DA ) = 80 m2

Ruang tunggu/ lobby

1,6 m 2 / orang (DA), kap. 8 orang luas =12,8 m 2

· Meja penerima

Standar = 3 m²/org (TS). 2 orang

Luas = 6 m 2

Ruang pelayanan informasi

Kap. 10 orang, standart 8 m 2 /orang = 80 m 2

Ruang staff pelaksana

Kap. 4 orang, standart 8 m 2 / orang( DA ) = 36 m 2

BAB IV

commit to user

Ruang arsip

Luas = 3,5 m 2

· R pimpinan umum Kap 8 orang, standart 9 m2/ orang ( DA ) = 72 m2

· Ticketting Kap 6 orang, Standar = 3 m²/org (TS).= 18 m2

· Space antri ticketing

Kap 30 orang, standart 1,6 m2/ orang ( DA ) = 48 m2 Flow 30% = 14,4 m2 = 64 m2

Lavatory umum Lavatory pria, terdiri dari :

5 toilet, @ 1,5 m 2

5 urinoir, @ 0,6 m 2 3 wastafel, @ 0,6 m 2 = 32 m2

Lavatory wanita dianggap mempunyai luas yang sama

Luas kebutuhan lavatory = 2x 32 m 2 = 64 m2

64 m 2

Jml total luas kelompok budaya

6834,7 m 2

1) Kelompok ruang edukasi dan penyampaian informasi

Zone segaran

Kolam segaran Asumsi = 1855 m2

Tabel 19 perhitungan luas kelompok rekreasi

BAB IV

commit to user

Area outbond dan

permainan anak

Restoran

r. tunggu segaran : 240 m2 asumsi jumlah pengunjung : 100 0rang, 2 m2/ 0rang ( DA ) =

200 m2 flow 20 % = 40 m2

asumsi pengunjung total segaran 200 orang, 2 m2/ orang ( DA ) = 400 m2

flow : 80 % = 320 m2 luas total zone segaran = 3055 m2

area outbond dibagi menjadi 4 area, dengan jenis permainan yang berbeda- beda

asumsi luas tiap area outbond = 1500 m2 ( luas area outdoor standart menurut DA ) Luas seluruh area outbond 6000 m2

· Dapur

Asumsi juru masak 10 orang 2 m2/orang = 20 m2 Flow 50 % = 10 m2 Asumsi luasan perabot 7 m2 Asumsi jumlah perabot ( meja, freezer, dll ) = 8 buah = 56

m2 Luas = 90 m2

· R. Makan Asumsi luasan table set

BAB IV

commit to user

C. Analisa Tampilan Bangunan a. Pendekatan Konsep Dasar

Meja set standar ( 1 meja 6 kursi ) = 8,75m 2

Asumsi banyaknya meja set 6 buah = 52,5 m2

meja set standar ( 1 meja 4 kusri ) ( TS )= 4 m 2

asumsi banyanknya meja set 8 buah = 32 m2

meja set standar ( 1 meja 5 kusri ) ( TS )= 5 m 2

asumsi banyanknya meja set 10 buah = 50 m2 asumsi banyaknya pengunjung 100 orang, 1,6 m2/ 0rang=

160m2 flow 30 % = 48

Luas = 345 m2

· R. Seminar

Asumsi banyaknya peserta seminar 100 orang, 1.6m2/ orang = 160 m2

Flow 20% = 32 m2 Asumsi luasan lobby 75 m2 Luas = 270 m2

Jml total luas kelompok rekreasi

BAB IV

commit to user

bangunan dapat terwujud dalam bentuk-bentuk, baik itu bersifat nyata (fisik), maupun sesuatu yang abstrak, seperti citra visual bangunan tersebut.

Sesuai dengan fungsi dan kegiatan yang diwadahi kawasan Taman Wisata Budaya dan Rekreasi ini, pendekatan konsep dasar dan penerapan ke dalam elemen-elemen arsitekturnya diperoleh dari filosofi bangunan jawa, namun tidak bersifat monoton dan formal, karena yang diwadahi di dalamnya berkaitan dengan dunia seni yang fleksibel dan rekreasi yang non formal.

Maka aplikasi pada bangunan akan tampak pada bentuk massa dan citra bangunan.

Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh memiliki 2 inti kegiatan yang berhubungan dengan rekreasi dan edukasi berkaitan dengan pembelajaran tentang kebudayaan lokal. Adapun bentuk kegiatan bersifat komersial, edukatif dan rekreatif. Sesuai dengan fungsinya sebagai “taman”, maka Taman Budaya di Semarang ini mempunyai visi supaya dapat benar- benar menjadikan warga Kota tetap melestarikan budaya lokal dan mempelajarinya, dan menjadikan tempat ini sebagai tempat berinteraksi sosial dan hiburan keluarga.

Kegiatan yang diwadahi oleh Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden Saleh ini bersifat komersial, edukatif dan rekreatif. Meskipun tiga hal tersebut berbeda karakter, namun bisa berjalan seiring secara harmonis.

b. Pendekatan Bentuk Dasar Massa Bangunan

Tujuan : Mendapatkan gubahan massa dasar dan komposisi massa bangunan kawasan Taman Rekreasi dan Wisata Budaya Raden

Saleh Dasar Pertimbangan :

- Massa bangunan lokal - Bentuk dasar untuk massa majemuk / lebih dari satu massa - Kemudahan Sirkulasi antar massa

BAB IV

commit to user

segi empat, segi tiga, dan lingkaran.

Segi Empat

Ø merupakan bentuk yang netral, statis, masiv,

dan solid. Ø Kemudahan untuk pengolahan sirkulasi. Ø Efisiensi pemakaian ruang Ø Kemudahan dalam pengerjaan struktur.

Segi Tiga

Ø merupakan bentuk yang mempunyai kesan kuat, energik, stabil, sulit disederhanakan,

tajam, dan titk jatuh pada satu sisi. Ø Kemudahan untuk pengolahan sirkulasi. Ø Kurang

memilki

kemudahan dalam

pengembangan. Ø Kurang memilki efisiensi pemakaian ruang

Lingkaran

Ø Mempunyai kekuatan visual yang tidak dapat disederhanakan, mempunyai sudut

pandang ke segala arah tanpa dihalangi oleh pertemuan sudut.

Ø Dengan pengembangan bentuk akan menimbulkan gerak putar yang kuat,

mengikuti bentuk alam. Ø Kemudahan untuk pengolahan sirkulasi.

Dari tiga bentuk massa dasar tersebut, massa segi empat merupakan massa dasar bangunan yang dapat mengoptimalkan pemakaian ruang. Namun sirkulasi di dalam site berbentuk lengkung agar meninggalkan kesan monoton bangunan yang sebagaian besar segi empat .Namun, untuk menciptakan sinkronisasi antara massa bangunan dan site yang cenderung

Gambar 4.20 bentuk segi empat

Gambar 4.21 bentuk segi tiga

Gambar 4.22 bentuk lingkaran

BAB IV

commit to user

yang ditarik dari titik pusat/ poros site tersebut.

c. Pendekatan Ekspresi dan Tampilan Bangunan

· Atap limasan kombinasi dak

Atap limasan khas bangunan Jawa Tengah, dengan kuku bima pada setiap sudut atap menimbulakn kesan njawani dan memberi identitas pada bangunan.

Pemberian dak sebelum atap limasan bertujuan untuk menghindari kesan monoton dan untuk menambah sifat dinamis, sesuai dengan apa yang diwadahi di dalamnya, yaitu kesenian yang fleksibel, dinamis, ditambah dengan kegiatan rekreasi yang bersifat santai dan tidak formal.

Atap limasan yang ditinggikan juga berfungsi sebagai jalur masuknya matahari ke dalam ruangan tanpa panas yang berlebih.

Gambar 46 analisa bentuk massa bangunan

Sumbu site

Sumbu site

BAB IV

commit to user

Gambar 47 kombinasi atap limasandan atap dak

· Untuk memberi kesan bangunan khas Semarang, diberikan motif batik semarangan, baik pada eksterior maupun interiornya.

Gambar 48 motif batik semarangan

d. Analisa Tata Akustik Teater tertutup dan teater terbuka ( Amphiteater )

Dalam sebuah lingkungan tertutup, suara dapat terus dipantulkan untuk jangka waktu tertentu setelah sumber telah berhenti mengeluarkan suara. Perpanjangan suara ini disebut dengung. Waktu dengung (RT60) didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan (dalam detik) untuk suara rata-rata di dalam ruangan untuk penurunan sebesar 60 dB setelah berhenti menghasilkan sumber suara. Waktu dengung dapat dihitung dalam tahap desain awal. Hal ini sangat bermanfaat dalam menentukan seberapa baik sebuah ruang akan berfungsi untuk digunakan dan dalam perancangannya dapat dipasang bahan reflektif atau bahan absorbtif tergantung fungsi ruangannya Preseden : Gedung Teater Tertutup Dago Tea House, Taman Budaya Jawa Barat

BAB IV

commit to user