Analisis Data

D. Analisis Data

1. Bentuk Perencanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA

Negeri 1 Karanganom

Perencanaan yang dibuat oleh guru harus dipertimbangkan secara matang. Untuk dapat membuat perencanaan yang baik guru harus mampu menjabarkan kurikulum dengan jalan mempelajari dan meneliti isi dari kurikulum itu sendiri. Dalam kurikulum terdapat standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pokok. Setelah kurikulum benar-benar dipahami guru perlu mempertimbangkan penyajian pembelajaran yang berhubungan dengan pengalaman belajar, media, metode, materi, sumbar belajar, dan penilaian yang seharusnya dilakukan oleh guru.

Dalam menjabarkan kurikulum dapat dilakukan secara individu atau kelompok seperti forum MGMP. Dari hasil penjabaran kurikulum tersebut nantinya akan menjadi bahan acuan dalam membuat program tahunan, program semester, silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Setelah silabus tersusun dan dapat dipahami oleh guru, maka langkah yang selanjutnya adalah mengembangkan silabus tersebut dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan suatu program yang disusun oleh guru untuk satu atau dua kali pertemuan dalam mencapai satu kompetensi dasar. Dalam menyusun RPP terdapat di dalamnya adalah kompetensi dasar yang akan dicapai, indikator, materi pokok, skenario pembelajaran, dan sistem penilaian yang digunakan.

Dari hasil analisis dokumen diketahui bahwa bentuk perencanaan pengajaran yang dipakai guru merupakan perangkat pembelajaran yang dibuat oleh tim Dari hasil analisis dokumen diketahui bahwa bentuk perencanaan pengajaran yang dipakai guru merupakan perangkat pembelajaran yang dibuat oleh tim

Perangkat pembelajaran yang dibuat oleh tim MGMP bahasa Indonesia tingkat sekolah itu hanya sebagai patokan sehingga guru diberikan keleluasaan atau kebebasan untuk mengembangkannya sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Bentuk RPP yang dibuat MGMP bahasa Indonesia tingkat sekolah tersebut agak berbeda dengan RPP pada umumnya. Persiapan mengajar itu hanya berupa garis besarnya saja sehingga dalam penerapan bisa terjadi perubahan yang disesuaikan dengan kreativitas guru. Dalam RPP tersebut tidak dituliskan standar kompetensinya terlebih dahulu tetapi langsung ke kompetensi dasar. Selain itu dalam RPP tersebut tidak dicantumkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Indikator yang disusun sudah mengacu pada kompetensi yang diharapkan. Siswa diharapkan mampu mengungkapkan hal-hal yang menarik tentang tokoh dalam novel yang dibaca, mempu merefleksikan tokoh dengan diri sendiri, mampu menemukan tokoh yang mirip dengan tokoh lain, dan mampu menemukan hal-hal yang bisa diteladani tentang tokoh tersebut. Materi pokok yang disampaikan dalam RPP tersebut sangat sederhana, hanya menuliskan tentang karya sastra khususnya novel dan hal-hal yang dipelajari diantaranya hal-hal yang menarik dari buku, perefleksian tokoh, serta penentuan hal-hal yang dapat diteladani. Seharusnya dalam materi pokok tersebut ditulis lebih lengkap lagi, bahkan mungkin materi yang hendak disampaikan kepada siswa ditulis dalam RPP tersebut sehingga materi pembelajaran yang akan diajarkan sudah tertata rapi yang nantinya guru akan lebih siap dalam menyampaikan materi. Skenario pembelajaran sudah disusun secara sistematis dan mengarah pada pencapaian kompetensi. Dalam skenario tersebut tedapat kegiatan inti pembelajaran yaitu siswa disuruh membaca novel, mengungkapkan

menemukan hal-hal yang bisa diteladani tentang tokoh tersebut. Selain kegiatan pembelajaran yang ditulis dengan jelas, dalam skenario pembelajaran tersebut juga sudah diatur alokasi waktu dari masing-masing kegiatan yaitu 5 menit untuk pendahuluan, 70 menit untuk kegiatan inti, dan 15 menit untuk penutup. Dalam skenario pembelajaran tersebut juga sudah disebutkan metode yang digunakan guru dalam mengajar, yaitu menggunakan metode ceramah, tanya jawab, diskusi, dan inkuiri. Media yang digunakan berupa novel dan buku kompeten berbahasa penerbit Erlangga, tidak dijelaskan secara rinci seharusnya penggunaan buku peket itu juga diperjelas dengan tahun buku yang digunakan dan halaman buku. Untuk penilaian atau evaluasi masih kurang lengkap karena tidak mencantumkan contoh instrumen dan cara penilaiannya.

2. Pelaksanaan Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1

Karanganom

Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa pembelajaran tetralogi Andrea Hirata yang dilakukan oleh guru di kelas hampir memiliki kesesuaian seperti apa yang ada dalam RPP. Materi pokok pengajaran menggunakan tetralogi Andrea Hirata yaitu Laskar Pelangi, Sang Pemimpi, Edensor, dan Maryamah Karpov. Kegiatan pengajaran yang terjadi sudah mengacu pada kompetensi dasar yang ingin dicapai yaitu mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh. Kegiatan pengajaran yang dilakukan guru juga sudah urut dengan RPP, namun untuk skenario pengajaran pada pertemuan pertama bagian inti ada acara menonton film Sang Pemimpi yang tujuannya untuk menarik minat siswa untuk membaca novelnya. Jadi, kegiatan pengajaran yang terjadi adalah: guru menyampaikan materi, siswa menonton film, siswa membaca novel tetralogi Andrea Hirata, siswa membuat resensi, siswa berdiskusi dengan teman satu kelompok, dan siswa membahas hasil diskusi di depan kelas. Untuk evaluasinya, guru menggunakan jenis tagihan berupa tugas kelompok yaitu resensi tiap novel dan post test. Bentuk instrumennya menggunakan tes uraian bebas yaitu dengan

Sumber belajar yang dipakai guru berasal dari buku paket dan internet.

Untuk pemilihan materi pengajaran tetralogi Andrea Hirata guru berpedoman pada “Buku Kompeten Berbahasa Indonesia” dari penerbit Erlangga.

Selain itu materi juga diambil dari sumber lain, yang dikembangkan oleh guru sendiri. Dalam hal ini guru mencari tambahan materi dari internet dan buku paket dari Yudhistira, dan Bumi Aksara.

Penggunaan metode pengajaran yang sesuai dalam pengajaran sangat penting dalam proses belajar mengajar. Dalam praktik pengajaran tidak ada satu metode yang paling baik yang dapat digunakan untuk mancapai setiap tujuan, karena setiap metode selalu memiliki kekurangan dan kelebihan. Dengan demikian, penggunaan metode pengajaran pada umumnya selalu menghubungkan antara metode yang satu dengan metode yang lainnya, seperti yang telah diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Metode yang digunakan guru sudah bervariasi. Selain menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan inkuiri, guru juga masih menggunakan metode diskusi. Suatu pengajaran tanpa didahului dengan metode ceramah tidak akan berjalan dengan baik karena siswa membutuhkan penjelasan materi terlebih dahulu sebelum diberikan penugasan. Selain itu metode diskusi juga sangat penting dalam pengajaran. Dengan menggunakan metode diskusi, siswa dapat berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga guru tidak mendominasi kelas dengan ceramah saja. Selain siswa lebih aktif, penggunaan metode diskusi juga membuat proses belajar mengajar lebih menarik, siswa tidak akan bosan hanya mendengarkan ceramah dari guru tetapi justru akan lebih bersemangat untuk mengikuti pelajaran. Ceramah guru terlihat kurang menarik dan jarang disertai dengan tanya jawab. Hal tersebut yang akhirnya membuat suasana kelas menjadi ramai. Ketika guru menjelaskan kadang-kadang siswa kurang memperhatikan terhadap penjelasan guru karena siswa lebih senang bercanda atau berbicara dengan teman sebangkunya. Ketika suasana kelas mulai ramai, guru mengatasinya dengan memberikan teguran dan memberikan tanya jawab atau meminta siswa untuk

Dengan memberikan pertanyaan kepada siswa, maka diharapkan semua siswa akan fokus dan aktif mengikuti jalannya pembelajaran di kelas. Kegiatan tanya jawab juga melatih keberanian siswa untuk mengemukakan ide dan gagasannya secara lisan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Langkah-langkah yang digunakan guru dalam pembelajaran tetralogi Andrea Hirata, secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Guru mengucapkan salam;

2. Guru mengabsensi siswa;

3. Guru menyampaikan pokok materi yang akan dibahas;

4. Guru melakukan pre-test;

5. Guru menjelaskan materi, yaitu tentang novel dan tetralogi Andrea Hirata;

6. Guru memutarkan film Sang Pemimpi untuk menumbuhkan minat siswa membaca novel tetralogi Andrea Hirata;

7. Guru membagi siswa menjadi empat kelompok;

8. Guru menberikan tugas kepada masing-masing kelompok untuk membaca satu buah novel dari tetralogi Andrea Hirata dan membuat resensinya;

9. Guru menyuruh perwakilan kelompok untuk menbacakan hasil resensinya;

10. Guru memberikan pertanyaan tentang novel di papan tulis;

11. Guru meyuruh perwakilan kelompok untuk maju menjawab pertanyaan;

12. Guru mengumpulkan tugas;

13. Guru melakukan post test;

14. Guru menutup pelajaran. Media yang digunakan guru dalam pengajaran tetralogi Andrea Hirata

sudah bervariasi. Guru sudah menggunakan media elektronik yaitu menggunakan LCD sehingga pembelajaran yang berlangsung lebih menarik.

Penilaian atau evaluasi pengajaran dilaksanakan dalam dua kesempatan. Penilaian pertama adalah evaluasi proses yang dilaksanakan saat kegiatan belajar mengajar. Penilaian ini dilaksanakan dengan memperhitungkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Dari segi kognitif, pada saat siswa diberi tugas secara

siswa dalam mengikuti proses pengajaran. Dari segi psikomotorik penilaian dilakukan dengan tes perbuatan, yaitu dengan memeperhatikan siswa yang dengan senang hati mau mewakili kelompoknya untuk menyampaikan hasil diskusi. Evaluasi kedua adalah evaluasi hasil yang dilaksanakan pada akhir pokok bahasan (kompetensi dasar). Penilaian dilakukan secara tertulis ketika guru telah selesai memberikan materi. Siswa diberikan soal-soal yang berhubungan dengan materi yang telah dipelajari bersama. Pada saat itu siswa diberi soal tentang novel Tetralogi Andrea Hirata yang telah didiskusikan dan dibahas bersama di kelas. Pada saat peneliti melakukan penelitian pembelajaran tetralogi Andrea Hirata yang dilaksanakan oleh guru, selama siswa mengerjakan tugas secara berkelompok beliau cukup aktif berkeliling memantau pekerjaan tiap kelompok dan terkadang juga memberikan penjelasan ketika ada kelompok yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru diketahui bahwa hasil pekerjaan siswa yang berupa ulangan setelah dikumpulkan dan dikoreksi maka akan dikembalikan lagi ke siswa agar mereka tahu letak kesalahan yang ada pada pekerjaan mereka. Jika ada siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan, maka guru akan memberikan remidiasi. Pelaksanaan remidiasi dilakukan ketika jam pelajaran dengan cara siswa mengerjakan soal yang berbeda dengan soal ulangan yang mungkin diambilkan dari kelas lain. Untuk tugas yang berupa tugas kelompok, disusun dalam bentuk ketikan. Setelah dikumpulkan kepada guru dan dikoreksi maka hasilnya tidak dikembalikan lagi ke siswa tetapi akan dikumpulkan di perpustakaan sebagai tambahan referensi.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, secara umum dapat dikatakan bahwa interaksi pengajaran tetralogi Andrea Hirata yang terjadi di kelas XI IA2 sudah optimal karena dalam kegiatan pembelajaran peran guru tidak mendominasi. Selain sudah menggunakan media elektronik yang berupa LCD proyektor, guru juga menerapkan metode diskusi sehingga siswa juga dapat berperan aktif. Pembelajaran tetralogi Andrea Hirata yang dilakukan di kelas ini Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, secara umum dapat dikatakan bahwa interaksi pengajaran tetralogi Andrea Hirata yang terjadi di kelas XI IA2 sudah optimal karena dalam kegiatan pembelajaran peran guru tidak mendominasi. Selain sudah menggunakan media elektronik yang berupa LCD proyektor, guru juga menerapkan metode diskusi sehingga siswa juga dapat berperan aktif. Pembelajaran tetralogi Andrea Hirata yang dilakukan di kelas ini

3. Kendala-kendala yang Timbul dalam Pengajaran Tetralogi Andrea

Hirata di SMA Negeri 1 Karanganom

Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia khususnya keterampilan membaca banyak kendala yang dihadapi. Berdasarkan hasil pengamatan (observasi) diperoleh data bahwa kendala yang timbul dalam pengajaran tetralogi Andrea Hirata adalah dari faktor waktu dan dari siswa. Terbatasnya waktu yang disediakan dalam aspek keterampilan membaca merupakan kendala bagi guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Dari faktor waktu, untuk materi apresiasi novel dengan kompetensi membaca, alokasi waktunya kurang yaitu hanya 4 X 45 menit. Kendala tersebut disampaikan oleh guru sebagai berikut:

“Dari waktu, untuk materi membaca novel itu kurang jadi harus pandai- pandai mengatur wak tunya.” (CLHW: 1)

Kendala lainnya adalah yaitu dari siswa itu sendiri. Tidak semua siswa suka membaca novel. Sebagian dari siswa merasa malas jika disuruh membaca novel yang lumayan tebal. Jadi minat siswa terhadap novel itu sendiri masih kurang. Menurut pengamatan yang dilakukan ternyata hal tersebut benar karena siswa tersebut merupakan siswa kelas ilmu alam sehingga minat adan motivasi siswa dalam hal sastra masih kurang. Hal tersebut diungkapkan guru sebagai berikut:

“Hambatan dari siswa, tidak semua siswa suka membaca fiksi atau novel.” (CLHW: 1)

Berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa siswa yang kurang berminat terhadap pembelajaran tetralogi Andrea Hirata. Hal tersebut dapat dilihat pada waktu kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Mereka kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai kemungkinan, diantaranya adalah lingkungan sekolah dan pengelolaan kelas yang Berdasarkan hasil pengamatan terdapat beberapa siswa yang kurang berminat terhadap pembelajaran tetralogi Andrea Hirata. Hal tersebut dapat dilihat pada waktu kegiatan pembelajaran sedang berlangsung. Mereka kurang antusias dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Hal tersebut disebabkan oleh berbagai kemungkinan, diantaranya adalah lingkungan sekolah dan pengelolaan kelas yang

4. Upaya Guru Bahasa Indonesia dan Pihak Sekolah untuk Mengatasi Kendala Pengajaran Tetralogi Andrea Hirata di SMA Negeri 1