Analisis Deskriptif

4.1 Analisis Deskriptif

Nilai suatu perusahaan dapat dilihat dari harga saham perusahaan yang bersangkutan tersebut di pasar modal. Harga saham biasanya berfluktuasi mengikuti kekuatan permintaan dan penawaran saham. Fluktuasi harga saham mencerminkan seberapa besar minat investor terhadap saham suatu perusahaan, karenanya setiap saat bisa mengalami perubahan seiring dengan minat investor untuk menempatkan modalnya pada saham.

Selain itu, tingkat bunga juga akan memperngaruhi investor untuk menanamkan modalnya di pasar saham. Faktor memperoleh return dan menghindari risiko sangat dipertimbangkan oleh para investor. Apabila keadaan untuk melakukan simpanan dipandang lebih menguntungkan daripada melakukan investasi di pasar modal, maka para investor akan lebih tertarik untuk melakukan deposito. Sehingga akan mempengaruhi permintaan dan penawaran pasar terhadap saham.

4.1.1 Harga Saham

Ilustrasi tentang fluktuasi harga saham pada Tabel 4.1, menampakkan variasi harga saham perusahaan yang menjadi sampel penelitian. Naik turunnya harga saham yang diperdagangkan di pasar bursa ditentukan oleh kekuatan pasar. Jika pasar menilai bahwa perusahaan peneribit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan tersebut akan naik; demikian pula sebaliknya jika kondisi perusahaan dinilai rendah oleh pasar, maka harga saham perusahaan di pasar saham juga akan ikut turun bahkan bisa lebih rendah dari harga di pasar perdana. Dengan demikian, kekuatan tawar menawar di pasar skunder antara investor satu dengan investor yang lain sangat menentukan harga saham perusahaan tersebut.

Dari Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa perusahaan yang pernah mengalami harga saham paling tinggi dibandingkan dengan semua harga saham perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah PT. Aqua Golden Mississippi Tbk dengan harga saham per lembar Rp 48.000. Sedangkan perusahaan yang pernah mengalami harga saham paling rendah dari semua harga saham Dari Tabel 4.1, dapat dilihat bahwa perusahaan yang pernah mengalami harga saham paling tinggi dibandingkan dengan semua harga saham perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah PT. Aqua Golden Mississippi Tbk dengan harga saham per lembar Rp 48.000. Sedangkan perusahaan yang pernah mengalami harga saham paling rendah dari semua harga saham

Jika dikaji lebih lanjut nampak bahwa sebesar (50%) perusahaan mengalami harga saham terendah di akhir tahun 2002. Hal itu terjadi karena kondisi makro ekonomi Indonesia yang masih belum stabil karena faktor stabilitas nasional dan faktor melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kondisi perekonomian yang buruk tersebut menjadikan kondisi fundamental perusahaan rapuh sehingga mendorong investor meninggalkan investasi dalam bentuk saham. Bagaimanapun seorang investor selalu mempertimbangkan risk and return dalam setiap keputusan investasinya; dan berinvestasi dalam bentuk saham pada situasi perekonomian yang tidak stabil memiliki risiko yang tinggi. Dengan demikian hal tersebut sejalan dengan pendapat Fischer & Jordan (1995:510) dalam Mulyono (2000:109) bahwa harga saham terkait erat dengan kondisi makro ekonomi.

Berikut data mengenai harga saham tertinggi dan harga saham terendah tahun 2002-2004 pada perusahaan-perusahaan Food and Beverage yang menjadi sampel penelitian.

TABEL 4.1

Harga Saham (HS) Tertinggi dan Terendah Kelompok Perusahaan

Food and Beverage yang Menjadi Sampel Penelitian (2002-2004)

No. Nama Perusahaan

HS Tertinggi

HS Terendah

Bln/Thn (Rp) 1 PT. Ades Water Indonesia

Bln/Thn

(Rp)

12/02 725 2 PT. Aqua Golden Mississippi

12/02 37.500 3 PT. Cahaya Kalbar

06/03 205 4 PT. Delta Djakarta

12/02 8.200 5 PT. Indofood Sukses Makmur

12/02 600 6 PT. Mayora Indah

12/02 380 7 PT. Multi Bintang Indonesia

12/02 27.500 8 PT. Prashida Aneka Niaga

06/03 100 9 PT. Sekar Laut

06/03 205 10 PT. Siantar Top

12/02 400 12 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food

06/03 205 13 PT. Tunas Baru Lampung

06/03 140 14 PT. Ultrajaya Milk

Memburuknya kondisi ekonomi bermuara pada melemahnya fundamental keuangan perusahaan. Sebesar (42,86%) perusahaan memiliki kemampuan dalam menghasilkan keuntungan bersih per lembar saham mengalami nilai terendah pada akhir tahun 2002 (lihat Tabel 4.2). Sementara itu, tingkat bunga deposito yang tinggi juga terjadi pada Juni 2002, Desember 2002, dan Juni 2003 yaitu masing-masing sebesar 15,86%, 13,86%, dan 12,12% (lihat Tabel 4.3). Hal tersebut mendorong para investor untuk mengalihkan investasinya dari saham ke deposito atau tabungan, sebab investasi dalam bentuk deposito atau tabungan lebih menguntungkan. Dengan demikian, kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan bersih per lembar saham yang rendah dan tingkat bunga deposito yang tinggi mendorong investor meninggalkan investasi dalam bentuk saham sehingga permintaan terhadap saham menurun.

4.1.2 Earning Per Share (EPS)

Salah satu indikator keberhasilan dari suatu perusahaan ditunjukkan dengan besarnya tingkat earning per share dari perusahaan yang bersangkutan. Pada umumnya, investor akan mengharapkan manfaat dan hasil dari investasinya dalam bentuk laba per saham, sebab earning per share menggambarkan jumlah keuntungan yang akan diperoleh oleh investor untuk setiap lembar saham biasa yang mereka miliki.

Sedangkan jumlah earning per share yang akan didistribusikan kepada investor saham tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran divivden. Earning per share yang tinggi menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang lebih baik kepada pemegang saham (investor), sedangkan earning per share yang rendah menandakan bahwa perusahaan gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana yang diharapkan oleh pemegang saham (investor).

Berikut data mengenai earning per share tertinggi dan earning per share terendah tahun 2002-2004 pada perusahaan-perusahaan Food and Beverage yang menjadi sampel penelitian.

TABEL 4.2 Earning Per Share (EPS) Tertinggi dan Terendah Kelompok Perusahaan Food and Beverage yang Menjadi Sampel Penelitian (2002-2004)

No. Nama Perusahaan

EPS Tertinggi

EPS Terendah

Bln/Thn (Rp) 1 PT. Ades Water Indonesia

Bln/Thn

(Rp)

12/04 (280) 2 PT. Aqua Golden Mississippi

12/02 5.023 3 PT. Cahaya Kalbar

93 12/04 (9) 4 PT. Delta Djakarta

06/02 209 5 PT. Indofood Sukses Makmur

12/04 40 6 PT. Mayora Indah

12/03 131 7 PT. Multi Bintang Indonesia

06/02 3.174 8 PT. Prashida Aneka Niaga

12/02 (1.079) 9 PT. Sekar Laut

12/02 (583) 10 PT. Siantar Top

12/04 (185) 12 PT. Tiga Pilar Sejahtera Food

06/02 (51) 13 PT. Tunas Baru Lampung

54 06/03 18 14 PT. Ultrajaya Milk

4.1.3 Tingkat Bunga

Tingkat bunga yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tingkat bunga deposito semesteran bank-bank pemerintah yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. Secara teoritis dikatakan, bahwa investor cendrung lebih suka menabung pada saat tingkat bunga deposito tertinggi, sebab investasi di bidang ini cenderung tidak mengandung risiko. Sebaliknya, investor akan menginvestasikan uang dalam bentuk saham manakala tingkat bunga deposito rendah.

Besar-kecilnya suku bunga depositi semesteran bank-bank pemerintah cukup bervariasi, dan fluktuasi tersebut berpengaruh pada kelangsungan dunia usaha dan fundamental keuangan perusahaan. Data mengenai tingkat bunga deposito semesteran dari bank-bank pemerintah untuk periode penelitian 2002- 2004 terdapat pada Tabel 4.3.

TABEL 4.3 Tingkat Bunga Rata-rata Deposito Semesteran Bank-Bank Pemerintah Periode 2002-2004

Bulan/Tahun

Tingkat Bunga (%)

Sumber : Statistik Keuangan Bank Indonesia

Tabel 4.3 di atas menginformasikan bahwa selama kurun waktu 2002- 2004, tingkat bunga deposito semesteran paling tinggi terjadi pada bulan Juni 2002, yaitu sebesar 15,86%. Sedangkan tingkat bunga deposito semesteran terendah terjadi pada bulan Juni 2004, yaitu sebesar 6,23%.