pada Industri Telekomunikasi di Bursa Efek Jakarta BEJ”. Variabel independen dari penelitian tersebut adalah cash ratio CR, return on assets
ROA, return on equity ROE, debt to equity ratio DER dan deviden payout ratio satu tahun sebelumnya DPRt-1. Untuk menguji ada tidaknya
pengaruh dari variabel-variabel tersebut digunakan F-test dan t-test. Berdasarkan penelitiannya itu disimpulkan bahwa ada konsistensi hubungan
yang signifikan dan positif.
2.3. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual disusun untuk menggambarkan hubungan pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen. Variabel
independen disimbolkan dengan X, sedangkan variabel dependen disimbolkan dengan Y. Free cash flow FCF, return on assets ROA,
debt to equity ratio DER, firm size, dan growth potential merupakan variabel independen, sedangkan dividend payout ratio merupakan variabel
dependen. Kerangka konseptual dapat digambarkan seperti di bawah ini:
Variabel Independen Variabel Dependen
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Free cash flow arus kas bebas menggambarkan tingkat fleksibilitas keuangan perusahaan. Arus kas bebas yaitu kas yang tersisa setelah
seluruh proyek yang menghasilkan net present value positif dilakukan. Perusahaan dengan arus kas bebas berlebih akan memiliki kinerja yang
lebih baik dibandingkan perusahaan lainnya karena mereka dapat Free Cash
Flow FCF X1
Return on Assets ROA
X2
Debt to Equity Ratio DER
X3
Firm Size X4
Growth Potential
X5 Dividend
Payout Ratio DPR Y
memperoleh keuntungan atas berbagai kesempatan yang mungkin tidak dapat diperoleh perusahaan lain. Bila perusahaan memiliki aliran kas bebas
tinggi dengan tingkat pertumbuhan rendah maka aliran kas bebas ini dapat didistribusikan kepada pemegang saham, tetapi bila perusahaan memiliki
aliran kas bebas tinggi dan tingkat pertumbuhan tinggi maka aliran kas bebas ini dapat ditahan sementara dan bisa dimanfaatkan untuk investasi
pada periode mendatang. ROA menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam
total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin besar ROA mensinyalir bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat karena tingkat
pengembalian investasi return yang semakin besar. Dengan demikian meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen terutama
dividen kas. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah ROA suatu perusahaan, maka semakin kecil kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen. Debt To Equty Ratio DER rasio ini mencerminkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi segala kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang.
Peningkatan hutang akan mempengaruhi tingkat pendapatan bersih yang tersedia bagi pemegang saham, artinya semakin tinggi kewajiban suatu
perusahaan, maka akan semakin menurunkan kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.
Firm Size dapat dinyatakan dengan total assets. Semakin besar total assets suatu perusahaan mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran
perusahaan. Suatu perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah di pasar modal dibandingkan dengan perusahaan yang kecil.
Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Kemudahan aksesbilitas ke pasar modal dapat diartikan
adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dan mendapatkan laba dengan melihat pertumbuhan aset perusahaan,
sehingga semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi kemungkinan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang
saham. Growth potential GP merupakan kemamppuan perusahaan untuk
bertumbuh. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan yang semakin cepat, maka makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan tersebut.
2.4. Hipotesis Penelitian