BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar du Bursa Efek Indonesia. Populasi dalam penelitian ini berjumlah
131 perusahaan dan dari 131 perusahaan terpilih 31 perusahaan sebagai sampel dalam penelitian ini. Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan menggunakan
teknik purposive sampling. Berikut ini merupakan deskripsi data statistik dari seluruh data yang
digunakan secara umum dalam penelitian ini:
Tabel 4.1 Deskriptif Statistik
Descriptive Statistics
N Minimum
Maximum Mean
Std. Deviation DPR
93 .10
120.48 39.3049
29.43226 FCF
93 -1.12E7
1.78E8 2.2053E6
1.85546E7 ROA
93 .33
86.31 20.9959
16.32772 DER
93 .10
9.38 1.1851
1.62469 FS
93 4.95
43.94 15.2300
3.90145 GP
93 -19.32
55.88 12.7026
10.74716 Valid N listwise
93
Sumber : Data Olahan SPSS, 2013 Berdasarkan Tabel 4.1 deskriptif statistik diketahui bahwa Dividend
Payout Ratio DPR diperoleh nilai mean sebesar 39,3049 dan nilai standar deviasi sebesar 29,43226. Variabel Free Cash Flow FCF dimana nilai mean
sebesar 2,2053E6 dan nilai standar deviasi sebesar 1,85546E7. Return on Assets
ROA menunjukkan nilai mean sebesar 20,9959 dan standar deviasi sebesar 16,32772. Variabel Debt to Equity Ratio DER menunjukkan nilai mean sebesar
1,1851 dan nilai standar deviasi sebesar 1,62469. Variabel firm size FS 15,2300 dan nilai standar deviasi sebesar 3,90145. Variabel Growth Potential GP
menunjukkan nilai mean sebesar 12,7026 dan nilai standar deviasi sebesar 10,74716.
4.2. Hasil Analisis
4.2.1. Uji Asumsi Klasik
Model regresi dalam penelitian dapat digunakan untuk estimasi dengan signifikan dan representatif jika model regresi tersebut tidak
menyimpang dari asumsi dasar klasik regresi berupa: normalitas, autokorelasi, heterokedastisitas dan multikolinearitas. Berikut ini
dipaparkan hasil asumsi klasik atas data yang digunakan dalam penelitian.
4.2.1.1 Uji Normalitas Data
Uji Normalitas data dilakukan untuk menguji apakah data terdistribusi secara normal. Model regresi yang baik adalah model regresi
yang memiliki distribusi nilai residual normal atau mendekati normal.Pengujian normalitas dalam penelitian ini dilakukan menggunakan
alat uji Kolmogorov-Smirnov dengan nilai residu atas persamaan model regresi yang digunakan dalam penelitian. Kriteria yang digunakan adalah
dengan membandingkan probability value yang diperoleh dengan pedoman pengambilan keputusan bahwa: jika probability value 0,05
maka data terdistribusi normal dan jika probability value 0,05 maka
data terdistribusi tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat dalam tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.2 Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 93
Normal Parameters
a
Mean .0000000
Std. Deviation 24.66713398
Most Extreme Differences Absolute
.101 Positive
.101 Negative
-.093 Kolmogorov-Smirnov Z
.969 Asymp. Sig. 2-tailed
.304 a. Test distribution is Normal.
Hasil uji normalitas seperti tersaji di atas menunjukkan bahwa data penelitian telah teredistribusi normal yang dibuktikan dengan asymp
sig. sebesar 0,055 yang lebih besar dari tingkat signifikansi penelitian 5. Oleh karena data penelitian telah terdistribusi normal, maka data dapat
digunakan dalam pengujian dengan model regresi berganda.
4.2.1.2 Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinieritas digunakan untuk menunjukkan ada tidaknya hubungan linier di antara variabel-variabel independen dengan model
regresi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan variance inflation factor VIF dengan kriteria, jika tolerance value
0,01 dan VIF 10 maka terjadi multikolinieritas dan jika tolerance value
0,01 atau VIF 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4.3 Hasil Uji Multikolinieritas
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 Constant
FCF .993
1.007 ROA
.902 1.108
DER .988
1.012 FS
.826 1.210
GP .907
1.103
Tabel di atas menunjukkan bahwa nilai tolerance untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih besar dari 0,1 dan nilai value
inflating factor untuk semua variabel dalam tiap-tiap model regresi lebih kecil dari 10. Hasil pengujian ini mengindikasikan bahwa dalam model-
model regresi yang digunakan dalam penelitian ini tidak terjadi gejala multikolinieritas atau seluruh variabel dalam model-model penelitian ini
homokedastisitas.
4.2.1.3. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk menguji apakah dalam model regresi linier berganda terjadi ketidaksamaan variance dari residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah
yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk uji heteroskedastisitas pada penelitian ini dengan melihat grafik plot antara
nilai prediksi variabel dependen dengan residualnya, dengan dasar analisis sebagai berikut :
a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit,
maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
Gambar 4.1 Uji Heteroskedastisitas
Dari Gambar 4.1 di atas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada Hal sumbu
Y. ini dapat disimpulkan bahwa model regresi linier berganda dalam penelitian ini tidak mengandung adanya heteroskedastisitas.
4.2.1.4. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam suatu model regresi berganda terdapat korelasi antara pengganggu pada periode t
dengan kesalahan pada periode t-1 sebelumnya Ghozali, 2001. Alat analisis yang digunakan adalah uji Durbin – Watson Statistic. Model
regresi yang baik adalah tidak mengandung autokorelasi.
Tabel 4.4 Nilai Statistik Durbin-Watson
Model Summary
b
Model R
R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson 1
.546
a
.298 .257
25.36606 1.953
a. Predictors: Constant, GP, ROA, FCF, DER, FS b. Dependent Variable: DPR
Nilai statistik Durbin Watson D-W sebesar 1,953. Tabel D-W menunjukkan DW
U
untuk k = 5 dan n = 93 , α = 0,05 adalah 1,611 dan 1,702.
Berarti DW
U
DW 2 1,77 1,953 2, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi autokorelasi.
4.2.2. Analisis Regresi
Berdasarkan hasil pengujian asumsi klasik disimpulkan bahwa model regresi yang digunakan dalam penelitian ini telah memenuhi model estimasi yang
Best Linear Unbiased Estimator BLUE dan layak untuk dilakukan analisis statistik selanjutnya, yaitu melakukan pengujian hipotesis.
4.2.2.1. Persamaan Regresi
Tabel 4.5. Hasil Analisis Regresi
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 4.547
10.773 .422
.674 FCF
1.812E-7 .000
.114 1.267
.208 ROA
.669 .170
.371 3.924
.000 DER
3.296 1.637
.182 2.013
.047 FS
1.583 .746
.210 2.124
.037 GP
-.607 .258
-.222 -2.349
.021 a. Dependent Variable: DPR
Sumber : Data yang diolah penulis, 2013
Berdasarkan Tabel 4.5 dapat dituliskan persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Y = 4,547 + 1,812 X
1
+ 0,669 X
2
+ 3,296 X
3
+ 1,583 X
4
+ -0,607 X
5
+ e Keterangan:
1. Konstanta sebesar 4,547 menunjukkan bahwa apabila tidak ada variabel
independen FCF, ROA, DER, FS, dan GP maka tingkat Dividend Payout Ratio sebesar 4,547.
2. �1 sebesar 1,812 menunjukkan bahwa setiap penambahan Free Cash Flow
sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Dividend Payout Ratio sebesar 1,812 dengan asumsi variabel lain tetap.
3. �2 sebesar 0,669 menunjukkan bahwa setiap penambahan Return on
Assets sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Dividend Payout Ratio sebesar 0,669 dengan asumsi variabel lain tetap.
4. �3 sebesar 3,296 menunjukkan bahwa setiap penambahan Debt to Equity
Ratio sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Dividend Payout Ratio sebesar 3,296 dengan asumsi variabel lain tetap.
5. �4 sebesar 1,583 menunjukkan bahwa setiap penambahan Firm Size
sebesar 1 akan diikuti oleh kenaikan Dividend Payout Ratio sebesar 1,583 dengan asumsi variabel lain tetap.
6. �5 sebesar -0,607 menunjukkan bahwa setiap penambahan Growth
Potential sebesar 1 akan diikuti oleh penurunan Dividend Payout Ratio sebesar 0,607 dengan asumsi variabel lain tetap.
4.2.3. Pengujian Hipotesis 4.2.3.1. Uji f dan R
2
Untuk menguji pengaruh FCF Free Cash Flow, ROA Return on Assets, DER Debt to Equity Ratio, firm size, GP Growth Potential
terhadap Dividend Payout Ratio digunakan Uji statistic Uji F. Dalam uji F digunakan hipotesis yang dibawah ini.
Ha : FCF Free Cash Flow, ROA Return on Assets, DER Debt to Equity Ratio, firm size, GP Growth Potential mempunyai pengaruh
terhadap Dividend Payout Ratio DPR secara simultan.
Kriterianya yaitu sebagai berikut. H
diterima dan Ha ditolak jika F hitung F tabel untuk α = 5.
Ha diterima dan H ditolak jika F hitung F tabel untuk α = 5.
Hasil uji secara simultan dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan
ANOVA
b
Model Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
1 Regression
23716.693 5
4743.339 7.372
.000
a
Residual 55979.010
87 643.437
Total 79695.703
92 a. Predictors: Constant, GP, ROA, FCF, DER, FS
b. Dependent Variable: DPR
Dari Tabel 4.5 diperoleh nilai F
hitung
sebesar 7,372. Dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95 atau
α = 0,05 maka diperoleh nilai F
tabel
sebesar 2,31. Dengan membandingkan nilai F
hitung
dengan F
tabel,
maka F
hitung
7,372 F
tabel
2,31. Keputusannya adalah H ditolak dan Ha
diterima, artinya secara simultan variabel FCF Free Cash Flow, ROA Return on Assets, DER Debt to Equity Ratio, firm size, GP Growth
Potential berpengaruh secara signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011.
Kemampuan variabel FCF Free Cash Flow, ROA Return on Assets, DER Debt to Equity Ratio, firm size, GP Growth Potential
menjelaskan pengaruhnya terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011 ditunjukkan pada
Tabel 4.7 di bawah ini.
Tabel 4.7
Nilai Koefisien Determinasi R
2
Model Summary
Model R
R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate 1
.546
a
.298 .257
25.36606 a. Predictors: Constant, GP, ROA, FCF, DER, FS
Sumber : Hasil Penelitian, 2013 Data diolah
Dari Tabel 4.6 menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,298 atau 29,8. Hal ini berarti bahwa kemampuan variabel independen yaitu FCF Free Cash Flow, ROA Return on Assets, DER
Debt to Equity Ratio, firm size, GP Growth Potential menjelaskan pengaruhnya terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011 sebesar 29,8. Sedangkan sisanya sebesar 70,2 1 – 0,298 merupakan variabel yang tidak
terungkap.
4.2.3.2. Uji t
Untuk menguji pengaruh FCF Free Cash Flow, ROA Return on Assets, DER Debt to Equity Ratio, firm size, GP Growth Potential
terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011 digunakan uji Statistik t uji t. Apabila
probabilitas kesalahan dari t hitung lebih kecil daripada tingkat signifikansi α= 5, maka H0 ditolak dan Ha diterima. Hasil pengujian
hipotesis secara parsial dapat dilihat pada Tabel 4.7 berikut ini.
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Parsial
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error
Beta 1
Constant 4.547
10.773 .422
.674 FCF
1.812E-7 .000
.114 1.267
.208 ROA
.669 .170
.371 3.924
.000 DER
3.296 1.637
.182 2.013
.047 FS
1.583 .746
.210 2.124
.037 GP
-.607 .258
-.222 -2.349
.021 a. Dependent Variable: DPR
Hasil pengujian hipotesis secara parsial menunjukkan bahwa variabel FCF Free Cash Flow X
1
memiliki nilai t
hitung
1,267 dengan signifikan 0,208 p 0,05, maka keputusannya adalah menerima H
dan H
a
ditolak. Hal ini berarti variabel FCF Free Cash Flow berpengaruh tidak signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011. Variabel ROA Return on Assets X
2
memiliki nilai t
hitung
3,924 dengan signifikan 0,000 p0,05, maka keputusannya adalah menerima
H
a
dan H ditolak. Hal ini berarti variabel ROA Return on Assets
berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011.
Variabel DER Debt to Equity Ratio X
3
memiliki nilai t
hitung
2,013 dengan signifikan 0,047 p0,05, maka keputusannya adalah menerima H
a
dan H ditolak. Hal ini berarti variabel DER Debt to Equity
Ratio berpengaruh signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011.
Variabel firm size X
4
memiliki nilai t
hitung
2,124 dengan signifikan 0,037 p0,05, maka keputusannya adalah menerima H
a
dan H ditolak. Hal ini berarti variabel firm size berpengaruh signifikan terhadap
dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011.
Variabel GP Growth Potential X
5
memiliki nilai t
hitung
-2,349 dengan signifikan 0,021 p0,05, maka keputusannya adalah menerima
H
a
dan H ditolak. Hal ini berarti variabel GP Growth Potential
berpengaruh negatif signifikan terhadap dividend payout ratio pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2009 – 2011.
4.3. Pembahasan Penelitian
Setelah diadakan pengujian terhadap beberapa faktor yang diduga mempengaruhi kebijakan deviden pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia, maka didapat bahwa variabel Free Cash Flow FCF, Return on Assets ROA, Debt to Equity Ratio DER, Firm Size FS, dan Growth
Potential GP secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Dividend Payout Ratio. Hasil ini menunjukkan bahwa kelima variabel tersebut terbukti
mempengaruhi dividend payout ratio. Free Cash Flow X
1
, secara simultan Free Cash Flow berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden tetapi secara parsial tidak memberikan
pengaruh terhadap kebijakan deviden. Padahal secara teori ada hubungan positif antara arus kas bebas dengan kebijakan deviden. Dimana semakin besar arus kas
bebas yang tersedia semakin besar pula dana yang tersedia untuk pertumbuhan, pembayaran hutang dan deviden. Tetapi, ketersediaan arus kas yang cukup besar
dapat mengundang kecurigaan bagi investor dan akan menurunkan harga saham perusahaan tersebut. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu dari
Yuningsih 2008 yang menyatakan bahwa free cash flow memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio dan dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Dini Rosdini 2009 yang menyatakan bahwa free cash flow memiliki pengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio.
Return on assets X
2
mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap Dividend Payout Ratio. ROA menunjukkan kemampuan modal yang
diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin besar ROA mensinyalir bahwa kinerja perusahaan semakin meningkat karena
tingkat kembalian investasi return yang semakin besar, maka meningkatnya ROA juga akan meningkatkan pendapatan dividen terutama dividen kas. Hal ini
dikarenakan perusahaan yang mampu menghasilkan laba yang besar akan cenderung memberikan sinyal yang positif bahwa perusahaan akan membayar
dividen lebih besar kepada pemegang saham. Debt to Equity Ratio X
3
mempunyai pengaruh secara simultan dan parsial terhadap Dividend Payout Ratio. DER menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan DER akan meningkatkan kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Sartono 2001: 66 yaitu semakin tinggi Debt to Equity
Ratio semakin berkurang kemampuan perusahaan membayar dividen dan sebaliknya semakin turun Debt to Equity Ratio semakin tinggi kemampuan
perusahaan membayar dividen. Komitmen perusahaan disektor manufaktur untuk melakukan pembayaran dividen secara teratur menyebabkan kemampuan
pembayaran dividen tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya hutang perusahaan bahkan kenaikan hutang dapat meningkatkan kemampuan perusahaan membayar
dividen selama penggunaan hutang harus selalu diiringi dengan peningkatan laba perusahaan.
Firm size X
4
mempunyai pengaruh signifikan dan positif terhadap dividend payout ratio. Hal ini menunjukkan semakin besar total assets suatu
perusahaan mengindikasikan bahwa semakin besar ukuran perusahaan. Perusahaan yang mapan dan besar memiliki akses yang lebih mudah di pasar
modal dibandingkan dengan perusahaan yang kecil. Akses yang baik bisa membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Kemudahan
aksesbilitas ke pasar modal dapat diartikan adanya fleksibilitas dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh dana dan mendapatkan laba dengan melihat
pertumbuhan aset perusahaan, sehingga hingga semakin besar ukuran perusahaan maka semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada
pemegang saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Michell Suherli dan Sofyan S.Harahap 2004.
Growth Potential GP mempunyai pengaruh signifikan dan negatif terhadap kebijakan dividen. Hal ini menunjukkan setiap peningkatan Growth
Potential pada perusahaan akan menurunkan kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Growth potential GP merupakan kemampuan perusahaan
untuk bertumbuh. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan yang semakin cepat, maka makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan
perusahaan tersebut. Kebutuhan dana yang besar untuk membiayai pertumbuhan perusahaan tersebut akan mengakibatkan penurunan dana untuk melakukan
pembayaran dividen dalam perusahaan.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah melakukan analisis dan pengujian hipotesis tentang pengaruh Free Cash Flow FCF, Return on Assets ROA, Debt to Equity Ratio DER, Firm
Size FS, Growth Potential GP terhadap Dividend Payout Ratio DPR pada 31 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia BEI pada tahun
2009 – 2011, maka dapat disimpulkan :