Perlindungan Hukum Bagi Bank Terhadap Hilangnya Benda Jaminan

yang menjaminnya demi hukum ikut beralih kepada kreditur baru. Jaminan fidusia bukan jaminan yang berdiri sendiri tetapi keberadaannya atau hapusnya bergantung pada perjanjian pokoknya yang menimbulkan kewajiban para pihak untuk memenuhi prestasi yang dapat dinilai dengan uang, walaupun perjanjian pokoknya dibuat secara otentik maupun dibawah tangan, maka dibuat di Indonesia maupun diluar Negara Indonesia. 83 Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menegaskan secara jelas bahwa Jaminan Fidusia adalah agunan atau kebendaaan atau jaminan kebendaan yang memberikan kedudukan yang didahulukan kepada penerima fidusia. Penerima fidusia memiliki hak yang didahulukan terhadap kreditur lainnya.Hak yang didahulukan dari penerima fidusia tidak hapus karena adanya kepailitan pemberi fidusia.Penegasan dimaksud menghilangkan keraguan dan pendapat bahwa jaminan fidusia tidak menimbulkan hak agunan atas kebendaan, melainkan hanya merupakan perjanjian obligator yang melahirkan hak yang bersifat persoonlijk perorangan bagi kreditur. 84

B. Perlindungan Hukum Bagi Bank Terhadap Hilangnya Benda Jaminan

Fidusia Prinsip hukum bahwa dalam Undang-Undang melalui ketentuannya adalah hendak melindungi pihak atau orang tertentu, maka Undang-Undang memberikan suatu hak tertentu kepada orang atau pihak yang bersangkutan dan dalam 83 Salim HS, PerkembanganHukumJaminan Di Indonesia, PT. RajaGrafindoPersada, Jakarta, 2012, hal.29 84 Ibid, hal.3 peristiwa demikian, maka terserah kepada pihak atau orang hendak dilindungi untuk menggunakan atau tidak hak tersebut. Perlindungan hukum yang dimaksudkan dalam pengkajian ini adalah kaitan dengan pihak pemberi fidusia debitur dan penerima jaminan fidusia kreditur. Persoalan perlindungan hukum para pihak dalam jaminan fidusia adalah mengenai eksekusi.Sertifikat jaminan fidusia ini merupakan salinan dari Buku Daftar Fidusia yang memuat catatan tentang hal-hal yang dimuat dalam pernyataan pendaftaran. Sertifikat jaminan fidusia tersebut mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.Hal ini berarti apabila pemberi fidusia debitur ingkar janji, kreditur dapat langsung meminta eksekusi tanpa melalui gugatan. 85 Pasal 1870 KUH Perdata menyatakan bahwa akta notaris merupakan akta otentik yang memiliki kekuatan pembuktian secara sempurna tentang apa yang dimuat di dalamnya di antara para pihak beserta ahli warisnya atau para pengganti Masalah perlindungan hukum terletak pada perlindungan penerima fidusia dalam menghadapi pemberi fidusia yang beritikad buruk. Terkait dengan jaminan fidusia sebagaimana telah diuraikan pada bagian-bagian sebelumnya dari penelitian ini, maka untuk merealisasikan atas publisitas dan asas spesialitas, maka Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia menggunakan sistem pendaftaran. Sistem pendaftaran ini pun diharapkan dapat memberikan jaminan perlindungan kepada penerima fidusia dan pihak yang mempunyai kepentingan terhadap benda tersebut. 85 Yahman,Karakteristik wanprestasi tindak pidana dan penipuan, Kencana Prenada Media Group, edisi Pertama 2014, hal. 25 haknya. Itulah sebabnya mengapa penting menetapkan perjanjian fidusia harus dibuat dengan akta notaris.Apalagi mengingat obyek jaminan fidusia pada umumnya adalah barang bergerak yang tidak terdaftar, maka bentuk akta otentik dianggap menjamin hukum berkenaan dengan obyek jaminan fidusia. Sedangkan untuk memenuhi asas spesialitas, maka dalam akta jaminan fidusia yang dibuat oleh notaris memuat mengenai uraian mengenai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. Uraian mengenai benda yang menjadi obyek jaminan fidusia cukup dilakukan dengan mengidentifikasi benda tersebut dan dijelaskan mengenai surat bukti kepemilikannya. Kalau benda yang menjadi obyek jaminan fidusia merupakan benda dalam persediaan inventory yang selalu berubah-ubah dan atau tidak tetap, maka dalam akta jaminan fidusia dicantumkan uraian mengenai jenis, merek, kualitas dari benda tersebut. Demi memenuhi asas publisitas, maka Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia mengatur hal baru yaitu mengenai pendaftaran jaminan fidusia guna memberikan kepastian hukum tidak saja kepada para pihak tetapi juga kepada pihak ketiga serta menimbulkan hal untuk didahulukan bagi penerima fidusia terhadap kreditur lainnya. Apabila terjadi kekeliruan penulisan dalam sertipikat jaminan fidusia yang telah diterima oleh pemohon, maka dalam waktu enam puluh 60 hari setelah menerima sertifikat tersebut pemohon memberitahukan secara tertulis kepada Kantor Pendaftaran Fidusia untuk diterbitkan sertifikat perbaikan. Penerima fidusia wajib mengajukan permohonan pendaftaran perubahan, jika selama fidusia dipasang terjadi perubahan mengenai hal-hal yang tercantum dalam sertifikat jaminan fidusia.Perubahana tersebut harus diberitahukan kepada para pihak dan tidak perlu dibuat dengan akta notaris. Berdasarkan perubahan tersebut, Kantor Pendaftaran Fidusia akan melakukan pencatatan perubahan tersebut pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan perubahan dalam Buku Daftar Fidusia dan akan diterbitkan pernyataan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sertifikat jaminan fidusia. Jika membahas perlindungan hukum, maka terkait pula dengan kepastian hukum.Sebab, bagaimana mungkin melakukan perlindungan hukum sementara aturan hukum yang menjadi acuan untuk menilai sah tidaknya atau dilakukannya suatu pelanggaran hukum memiliki ketidakpastian hukum hanya karena aturan yang tidak jelas.Sehingga, perlu dipertegas dalam klausula suatu peraturan perundang-undangan. 86

C. Upaya Dan Tata Cara Penyelesaian Terhadap Hilangnya Objek Jaminan