Tinjauan Yuridis Terhadap Perusahaanasuransi Atas Jaminan Dalam Perjanjian Pemborongan (Studi Penelitian Pada Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan)

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUSAHAAN ASURANSI

ATAS JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMBORONGAN

(Studi Penelitian Perusahaan Intra Asia Medan)

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

OLEH

ROULINTA Y SINAGA

110200257

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

Oleh karena tuntunannya dan kemurahannya sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis guna memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan dan memperoleh gelar Sarjana Hukum, Departemen Hukum Keperdataan BW, Universitas Sumatera Utara.

Adapun judul skripsi ini adalah TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUSAHAANASURANSI ATAS JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMBORONGAN (Studi Penelitian Pada Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan).

Penulis menyadari dalam hal menyelesaikan studi dan skripsi ini, penulis banyak mendapat perhatian, arahan, bimbingan, dukungan, saran dan kritikan dari semua pihak. untuk itu layaklah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Syafruddin Hasibuan S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. O.K. Saidin S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, dan sekaligus Dosen


(3)

6. Bapak Dr. HASIM PURBA, SH.,M.Hum., selaku Ketua Departemen Hukum Keperdataan BW Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. 7. Bapak Mohammad Siddik, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II

yang banyak memberikan bimbingannya dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Bapak Zulkifli Sembiring sebagai dosen mata kuliah pilihan jurusan yang mengenalkan hukum kontrak bangunan dan membagikan banyak ilmu kepada saya.

9. Kepada Kak Basaria Tambunan, terimakasih bantuannya dan senyuman ramahnya.

10.Kepada seluruh dosen Hukum Perdata BW yang membuat saya lebih mengerti dan memahami segala sesuatu yang berkaitan dengan Hukum Perdata.

11.Kepada seluruh Dosen yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu dan kepada seluruh staf pegawai Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara yang telah mempermudah, membimbing dan memberikan arahan kepada saya.

12.Kepada Mama tercinta Sorta Marbun dan Opung doliku sayang J. Marbun, yang selalu mendoakanku, memberikan nasehat terindah dan teguran kasihnya.


(4)

menyelesaikan studi dan skripsi ini.

14.Kepada keluargaku Bung Dini, Bang Erik, Ditha Flores, Devin Ganteng dan seluruh keluarga besar Sinaga dan keluarga besar Marbun, yang tetap menjaga hubungan dalam kasih kristus dan kehangatannya.

15.Kepada Eloraku sayang kak Shanti, Gracia, Irin, Nande Sri Pagit, Oyanti, Oppa Sabrina yang memberikan semangat, canda-tawa, evaluasi, dan indahnya mengenal Tuhan bersama kalian.

16.Kepada sahabatku Erni, Yuni, Juwanda, terimakasih buat pelajaran, pengalaman dan kasih sayang kalian.

17.Kepada Sayangku Marzuki Sagala, yang selalu memberikan perhatian, cinta dan doanya, terimakasih untuk kesabaran dan bimbingannya.

18.Kepada adik-adikku Cindy, Husna, Irma, Melva, Natalia, Pamela, Rawady, Regina, Vania dan Venia yang memberiku semangat karena ejekan dan canda tawanya.

19. Kepada DPC Permahi Medan yang mengajarkanku banyak hal, semoga tetap jaya. Salam Permahi.

20.Kepada UKM KMK UP FH USU, yang mengajarku mengenal keluarga dalam kristus dan mengajarku mempunyai hubungan dengan Tuhan dan membentukku untuk menjadi Murid Kristus.


(5)

warisnya.

22.Kepada grup F stb 2011 yang selalu kece badai, terimakasih buat kebersamaannya dalam kelas, belajar dan kehebohan rebut, terimakasih buat nama tambahanku bali, carol, kakrol dan peng.

23.Kepada teman-temanku di English Club, Nazli, Gloria, Desy, Wahyu, Susi, Tri, Nizam, Dimas, Riky, dll. Terimakasih buat pelajaran, pengalaman, keseruan dan makan-makannya.

24.Dan kepada seluruh kawan-kawan, saudara-saudara dan setiap orang yang berpengaruh dalam kehidupan saya . saya ucapkan terimakasih.

Penulis menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga makalah ini berguna untuk masyarakat, rekan-rekan mahasiswa dan untuk perkembangan ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2015 Penulis,


(6)

DAFTAR ISI ... v

ABSTRAK ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 7

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Metode Penelitian... 9

F. Keaslian Penulisan ... 12

G. Sistematika Penulisan ... 13

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN ASURANSI A. Pengertian Perusahaan Asuransi ... 15

B. Ruang Lingkup Usaha Perusahaan Peransuransian ... 20

C. Syarat-Syarat Berdirinya Perusahaan Asuransi ... 29

D. Aspek Hukum Perusahaan Asuransi di Indonesia ... 35

E. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan ... 42

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA JAMINAN A. Pengertian Jaminan Dan Hukum Jaminan……….. 45

B. Hukum Jaminan Dalam Perspektif Hukum Kebendaan ... 50


(7)

BAB IV TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUSAHAAN ASURANSI ATAS JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMBORONGAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI INTRA ASIA MEDAN

A. Kedudukan Perusahaan Asuransi Sebagai Surety Company

Dalam Perjanjian Pemborongan ... 88 B. Prosedur Dan Syarat Mendapatkan Surat Jaminan (Surety bond)

Di Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan ... 92 C. Tanggungjawab Para Pihak Bila Timbul Resiko Dalam Surety bond….100 D. Berakhirnya Surat Jaminan (Surety bond) Di Perusahaan Asuransi

Intra Asia Medan ... 108 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 110 B. Saran ... 112 DAFTAR PUSTAKA ... 114 LAMPIRAN


(8)

Dr. O.K. Saidin, S.H., M.Hum ** Mohammad Siddik, S.H., M.Hum ***

Perjanjian pemborongan mempunyai dua cakupan pekerjaan yaitu dalam pengadaan barang dan jasa serta dalam bidang konstruksi yang mengatur hubungan pekerjaan obligee dengan principal. Untuk mempercayakan pelaksanaan pekerjaan kepada principal, obligee menetapkan adanya jaminan baik yang diterbitkan oleh bank berupa bank garansi maupun dari perusahaan asuransi berupa surety bond. Mekanisme dan sifat jaminan surety bond lebih memberikan kesempatan kepada principal yang memiliki kemampuan teknis yang baik tetapi memiliki kekurangan modal dibandingkan dengan bank garansi. Maka berdasarkan hal diatas penulisan hukum ini membahas tinjauan yuridis terhadap perusahaan asuransi atas jaminan dalam perjanjian pemborongan (P.T. Asuransi Intra Asia Medan) yang menguraikan tentang kedudukan perusahaan asuransi sebagai lembaga penanggung/penjamin, prosedur dan syarat mendapatkan surat jaminan, tanggung jawab para pihak bila timbul risiko dalam surety bond dan keadaan berakhirnya surety bond.

Metode pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis normatif yaitu dimana penelitian terutama dilakukan untuk meneliti hukum positif, disamping itu digunakan juga pendekatan yuridis empiris, yaitu penelitian dilakukan dengan data primer yang diperoleh dari wawancara dengan Bapak Laba Sihombing, S.E. sebagai Marketing di Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan.

Dari penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa kedudukan perusahaan asuransi atas penerbitan jaminan surety bond adalah sebagai lembaga penanggung kerugian principal. Hal ini dilandasi dengan Keppres Nomor 16 Tahun 1994 yang menyebutkan bahwa diperlukannya surat jaminan dari perusahaan asuransi kerugian yaitu surety bond. Pembebanan jaminan ini bersifat penanggungan dan merupakan perjanjian tambahan dengan memperhatikan prinsip-prinsip usaha perasuransian. Surety bond diperoleh dengan melengkapi surat permohonan, dokumen khusus dan dokumen umum serta ketentuan lain yang ditetapkan oleh perusahaan asuransi. Penerbitan surety bond mengakibatkan adanya tanggung jawab para pihak yaitu Pembebanan risiko yang ditanggung oleh Perusahaan Asuransi dengan adanya pengajuan klaim oleh obligee terlebih dulu apabila

principal wanprestasi dan pembayaran service charge oleh principal kepada

surety company atas jasa yang telah dilakukannya. surety bond ini akan berakhir apabila Perusahaan asuransi telah membayar klaim ganti rugi obligee dan

principal telah selesai melaksanakan kewajibannya sesuai dengan isi kontrak. Kata kunci: Perjanjian pemborongan, Perusahaan asuransi, Surety bond

Keterangan:

* Penulis ** Pembimbing I


(9)

A. Latar Belakang

Dalam pasal 1 ayat 4 Undang-Undang Dasar (selanjutnya disebut UUD) Tahun 1945 menyebutkan bahwa “negara Indonesia adalah negara hukum”. Hukum adalah ketentuan-ketentuan yang menjadi peraturan hidup suatu masyarakat yang bersifat mengendalikan, mencegah, mengikat, dan memaksa, sedangkan tujuan hukum itu sendiri adalah mengabdi pada tujuan negara, yang pada pokoknya tujuan Negara Republik Indonesia yang telah diamanahkan dalam pembukaan UUD Tahun 1945 alinea IV yakni “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum guna mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial”.

Salah satu bentuk realisasi tujuan memajukan kesejahteraan umum adalah melakukan pembangunan karena pembangunan adalah upaya-upaya yang diarahkan untuk memperoleh hidup yang lebih baik. Pembangunan juga adalah usaha pemerintah dan segenap lapisan masyarakat yang ditujukan guna mencapai kesejahteraan bagi

masyarakat, bangsa, dan negara. Pembangunan yang dapat dilaksanakan adalah berupa proyek-proyek sarana, prasarana, yang berwujudpembangunan dan rehabilitasi jalan-jalan, jembatan, pelabuhan, irigasi, saluran-saluran air, perumahan rakyat maupun perkantoran-perkantoran dan sebagainya.1

Langkah pergerakan pembangunan di Indonesia dikontrol dalam hukum bangunan yang tercantum dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata), Undang-Undang Khusus dan Peraturan

1

Djumialdji, 1996, Hukum Bangunan, Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya Manusia, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 1


(10)

Perundang-undangan lainnya. Bagian peraturan yang juga tergolong hukum bangunan ialah perjanjian pemborongan. Perjanjian pemborongan bangunan para pihak yaitu yang memborongkan (obligee) dan pemborong(principal) lazim dibuat dalam bentuk perjanjian baku (standar)yang menyangkut persyaratan teknis dan juga persyaratan administratif (ketentuan-ketentuan yuridisnya). Perjanjian pemborongan berlaku bagi pekerjaan umum yang diborongkan baik oleh instansi pemerintah juga bagi pemborongan bangunan oleh pihak swasta.

Pemberlakuan perjanjian pemborongan baik oleh karena perluasaan asas kebebasan berkontrak sebagaimana diatur dalam pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata harus juga memperhatikan ketentuan-ketentuan perjanjian dalam KUH Perdata. Perjanjian pemborongan sebagai salah satu aneka perjanjian dalam hukum hukum perdata diuraikan sebagai perjanjian untuk melakukan pekerjaan sebagaimana diutarakan dalam pasal 1601 KUH Perdata, oleh karena itu, perjanjian pemborngan tersebut harus memenuhi syarat-sayarat sahnya suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu : sepakat mereka yang mengikatkan dirinya, kecakapan untuk membuat suatu perikatan, adanya suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.

Perjanjian pemborongan umumnya mengatur tentang hak dan kewajiban para pihak baik pada pembuatan perjanjian, mulainya perjanjian, pelaksanaan perjanjian dan berakhirnya perjanjian, materi hak dan kewajiban tersebut menguraikan bahwa pihak yang satu menghendaki hasil dari suatu pekerjaan yang disanggupi oleh pihak lainnya untuk diserahkannyadalam suatu jangka waktu yang ditentukan, dengan menerima suatu jumlah uang sebagai harga hasil


(11)

pekerjaan tersebut. 2 Disamping itu dalam perjanjian pemborongan diwajibkan adanya jaminan-jaminan yang harus dipenuhi pada fase penawaran, pelaksanaan, pembayaran uang muka, dan fase pemeliharaan baik penanggungan oleh bank (bank garansi) maupun oleh perusahaan asuransi (Surety bond).3

Mariam Darus Badrulzaman merumuskan jaminan adalah suatu tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan/atau pihak ketiga kepada kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan,4artinya bahwa ketika ada jaminan maka ada penanggungan.Penanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang, manakala orang ini sendiri tidak meemenuhinya.5Penanggungan ini berkaitan dengan pernyataan yang diuraikan dalam pasal 1131 KUH Perdata bahwa “segala kebendaan seseorang, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada dikemudian hari menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan”.6

Tiada penanggungan jika tidak ada suatu perikatan pokok yang sah. Ketentuan tersebut menunjukkan bahwa penanggungan itu adalah suatu perjanjian

accesoirsehingga eksistensi atau adanya penanggungan itu tergantung dari adanya suatu perjanjian pokok.7

2

R. subekti, 1995, Aneka Perjanjian, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 65. 3

Sri Soedewi Masjchun, 1982, Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan,

Liberty, Yogyakarta, hlm. 5. 4

Mariam Darus Badrulzaman, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung, hlm.73. 5

Periksa pasal 1820 KUH perdata 6

Periksa pasal 1131 KUH perdata 7

R. Subekti, Op.cit., hlm.164.

Perjanjian pokok yang dimaksud dalam skripsi ini adalah perjanjian pemborongan yang terjadi antara obligee dengan principal.


(12)

Dalam perjanjian pemborongan yang bertindak sebagai penanggung adalah lembaga keuangan yaitu dapat dilakukan oleh bank maupun non bank seperti perusahaan asuransi. Produk yang dihasilkan oleh bank adalah bank garansi sedangkan produk yang dikeluarkan oleh perusahaan asuransi adalah surety bond.

Perusahaan asuransi sebagai penanggung atas jaminan dalam perjanjian pemborongan (surety bond) mempunyai segi mekanisme dan sifat-sifat yang berbeda dengan sistem bank yang juga bertindak sebagai penanggung atas bank garansi yang diterbitkan.Perbedaan tersebut seperti dalam hal syarat memperoleh bank garansi diperlukan setoran jaminan dalam jumlah tertentu (jumlah setoran tersebut sekurang-kurangnya sama dengan jumlah uang yang ditetapkan sebagai jaminan yang tercantum dalam surety bond), sehingga dana yang dipergunakan untuk membayar klaim kepada obligee adalah kekayaan milik nasabah itu sendiri yang dipegang oleh bank. Sementara itu, untuk memperoleh surety bond tidak diperlukan adanya setoran jaminan (deposit)sehingga dana untuk membayar klaim kepada obligee sementara akan menggunakan kekayaan milik perusahaan asuransi, kemudian berdasarkan hak subrogasi maka perusahaan asuransi akan meminta kembali penggantian dana tersebut dari principal. Berdasarkan perbedaan segi mekanisme dan sifat-sifat diatas dapat dinyatakan bahwa surety bond sebagai suatu produk perusahaan asuransi memberikan kesempatan kepada

principal yang memiliki kemampuan teknis yang baik tetapi memiliki kekurangan modal kerja, sehingga perlu diberikan bantuan modal kerja dengan cara memberikan uang muka.


(13)

Perusahaan asuransi yang bersedia bertindak sebagai penanggung/penjamin berarti bersdia menanggung risiko apabila principal atau yang terjamin melakukan wanprestasi.8

Kedudukan perusahaan asuransi yang bertindak sebagai penanggung risikoapabila principal melakukan wanpresatasi semakin tahun semakin berkembang. Perkembangan perusahaan asuransi sebagai surety company

Dalam hal pihak principal melakukan wanprestasi maka akan timbul klaim dari pihak penanggung (dalam hal ini perusahaan asuransi). Pengajuan klaim akan berdampak terhadap penerbitan ganti kerugiaan oleh perusahaan asuransi atas pembayaran klaim kepada obligee apabila segala sesuatunya telah dipenuhi seperti pengajuan surat klaim, dokumen yang diperlukan, syarat pembuktian kelalaian principal oleh obligee, serta jangka waktu pengajuan klaim.

9

8

Bentuk-bentuk wanprestasi dapat terwujud dalam beberapa bentuk yaitu (1) tidak memenuhi prestasi (kewajibannya) sama sekali, (2) tidak melaksanakan kewajibannya sebagaimana mestinya/melaksanakan kewajibannya tetapi tidak sebagaimana semestinya, (3) tidak melaksanakan kewajibannya pada waktunya, (4) melaksanakan sesuatu yang tidak diperbolehkan. (Gunawan Widjaja & Kartini Muljadi, 2004, Perikatan Pada Umumnya, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.70

9

Surety company adalah perusahaan asuransi yang diizinkan menerbitkan jaminan dalam bentuk surety bond kepada principal; terhadap kemungkinan principal lalai atau gagal melaksanakan pekerjaan yang diterimanya dari obligee sehingga dalam hal ini surety berkewajiban memberikan ganti rugi kepada obligee maksimum sampai batas jumlah jaminannya (Uyung Adithia, 2010, Surety Bond Sebagai Alternatif Jaminan Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia (Tesis)).

ini dapat dilihat dari sejarah surety bond yang pertama kali diperkenalkan dalam dunia asuransi di Indonesia pada tahun 1985 melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan (selanjutnya disebut SK MENKEU)Nomor : 243/KMK.011/1985 tanggal 05 Maret 1985 hanya oleh Jasa Raharja. Dan 7 tahun kemudian di tahun 1992 sesuai dengan SK MENKEU Nomor : 761/KMK.011/1992 tanggal 13 Juli 1992 sebanyak 22 perusahaan asuransi di Indonesia diperkenankan untuk menerbitkan surety bond. Dan berdasarkan SK MENKEU Nomor :


(14)

KEP-632/KM.10/2012 Terdapat 42 perusahaan asuransi dalam daftar perusahaan asuransi umum yang dapat memasarkan produk suretybond konstruksi dan sebanyak 37 perusahaan asuransi dalam daftar perusahaan asuransi umum yang dapat memasarkan produk surety bondnon konstruksi. Termasuk objek penelitian penulis yaitu Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan.

Perusahaan asuransi yang mempunyai hubungan hukum dengan principal akan meletakkan hak pada satu pihak dan melekatkan kewajiban pada pihak lain, oleh karena adanya perjanjian accesoir yang mengikat kedua belah pihak. 10

B. Rumusan Masalah

Sebagai lembaga penanggung/penjamin, perusahaan asuransi akan membuat syarat-syarat yang harus dipenuhi nasabah(principal)dan juga mekanisme memperoleh surety bond serta akan berdampak pada akibat hukum dan risiko yang mungkin timbul. Hal inilah yang melatarbelakangi penulis mempelajari, meneliti dan membuat skripsi perihal “Tinjauan Yuridis Terhadap Perusahaan Asuransi Atas Jaminan Dalam Perjanjian Pemborongan (Studi Penelitian Pada Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan)”.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, yang menjadi permasalahan dalam skripsi ini adalah :

1. Bagaimanakah kedudukan perusahaan asuransi sebagai surety companydalam perjanjian pemborongan?

10

Titik Triwulan Tutik, 2008, Hukum Perdata Dalam Sistem Hukum Nasional, Kencana, Jakarta, hlm. 201.


(15)

2. Bagaimana prosedur dan syarat mendapatkan surat jaminan (surety bond) di Perusahaan Asuransi Intra Medan?

3. Apa sajakah tanggung jawab para pihak bila timbul risiko dalam surety bond

?

4. Kapankah berakhirnya surat jaminan (surety bond) di Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui jaminan dalam perjanjian pemborongan.

2. Untuk mengetahui kedudukan perusahaan asuransi sebagai surety company.

3. Untuk mengetahui prosedur dan syarat mendapatkan surat jaminan di Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan.

4. Untuk mengetahui tanggung jawab para pihak jika timbul risiko dalam surety bond.

5. Untuk mengetahui berakhirnya surat jaminan di Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan.

D. Manfaat Penulisan

Dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis yaitu :


(16)

a. Dengan adanya surety bond sebagai suatu bentuk penjaminan yang

biasanya pihak obligee 11 meminta surat

jaminan atau suretybond dari principal12

b. Untuk memperluas wawasan berpikir bagi penulis dan menambah pengetahuan dalam bidang ilmu hukum perdata, khususnya tentang letak hukum jaminan dalam perjanjian pemborongan pekerjaan.

dengan maksud untuk menyatakan kesungguhan principal dalam melaksanakan pekerjaannya sesuai kontrak/perjanjian yang telah disepakati. Maka dapat diketahui bahwa surat jaminan yang diberikan tersebut mengikat dan dijadikan sebagai pegangan kepada pihak obligee sebagai kuasa dari penggunaan anggaran.

2. Praktis

a. Penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada praktisi, civitas akademika dan pemerintah Indonesia dalam upaya mengantisipasi terjadinya wanprestasi di dalam perjanjian pemborongan.

E. Metode Penelitian

Metode dapat diartikan sebagai suatu cara untuk memperoleh sesuatu. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai cara yang telah teratur yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan agar sesuai dengan yang

11

Obligee didefinisikan sebagai pihak yang memberikan pekerjaan kepada principal. Hal ini dituangkan dalam suatu perjanjian yang disebut perjanjian pokok/kontrak kerja (underlying contract). Dalam Ibid.

12

Principal didefinisikan sebagai pihak yang menerima pekerjaan dari obligee untuk dilaksanakannya seperti yang tertuang dalam suatu perjanjian pokok tersebut. Dalam Ibid.


(17)

dikehendaki. 13 Cara menyelidikiSoerjono Soekanto berpendapat menurut kebiasaan, metode dirumuskan dengan kemungkinan-kemungkinan sebagai berikut:14

1. Suatu tipe pemikiran yang dipergunakan dalam penelitian dan penilaian. 2. Suatu teknik yang umum bagi ilmu pengetahuan.

3. Cara tertentu untuk melaksanakan suatu prosedur.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis berusaha semaksimal mungkin untuk mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan atau mencari data-data yang terdapat dalam praktak. Metode-metode pengumpulan bahan ini antara lain :

a. Metode pendekatan

Metode pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan yuridis normatifyaitu dimana penelitian terutama dilakukan untuk meneliti hukum dalam pengertian ilmu hukum sebagai ilmu tentang kaidah atau apabila hukum dipandang sebagai sebuah kaidah yang perumusannya secara otonomi tanpa dikaitkan dengan masyarakat, yang kemudian didukung dengan data-data sekunder yang diperoleh dari buku-buku, hasil-hasil penelitian, artikel, dan sebagainya. Disamping itu digunakan juga pendekatan yuridis empiris,

yaitu penelitian dilakukan dengan mempelajari hukum sebagai gejala sosial biasa, sama dengan gejala sosial lainnya, yang kemudian didukung dengan data primer yang diperoleh dari wawancara dengan bapak Laba Sihombing,

13

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Yufid Inc November 2014

14

Soerjono Soekanto dan Sri Mamuji, 2009, Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat, PT. Raja Grafindo, Jakarta, hlm. 12.


(18)

S.E.sebagai Marketing diperusahaan asuransi yang bersangkutan (P.T. Asuransi Intra Asia Medan).

b. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan yang beralamat di Jalan H. Adam Malik Nomor. 20, Medan.

c. Sumber data

Sumber data penelitian pada umumnya dibedakan antara data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat atau disebut sebagai data primer dan dari bahan-bahan pustaka yang disebut dengan data sekunder.15Data sekunder tersebut terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier.Adapun data sekunder adalah sebagai berikut,16

1) Bahan hukum primer yaitu norma atau kaidah dasar seperti Pembukaan UUD Tahun 1945, Peraturan Dasar seperti ketentuan-ketentuan dalam batang tubuh UUD Tahun 1945, Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Peraturan Perundang-undangan seperti Undang-Undang, Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang, Peratura Pemerintah, Peraturan Presiden, dan lain-lain, bahan hukum yang tidak dikodifikasi seperti ketentuan hukum adat, yurisprudensi, traktat dan bahan hukum dari zaman penjajahan yang masih berlaku.

2) Bahan hukum sekunder yaitu Rancangan Undang-Undang, hasil penelitian, hasil karya dari kalangan hukum dan lain-lainnya yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer.

15

Ibid.

16

Tampil Anshari Siregar, 2007, Metodologi Penelitian Hukum, Pustaka Bangsa Press, Medan, hlm. 76.


(19)

3) Bahan hukum tersier yaitu kamus, ensklopedia dan lain-lain, bahan hukum yang memberikan penjelasan tentang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder.

d. Metode pengumpulan data

Adapun metode dan alat pengumpulan data yang dipergunakan dalam penulisan ini adalah :

1) Penelitian kepustakaan (library research)

Penelitian yang dilakukan penulis yaitu dengan cara mengadakan studi kepustakaan dengan cara membaca dan mempelajari sumber bahan bacaan berupa buku-buku bacaan, perundang-undangan, literatur-literatur hukum dan juga catatan-catatan kuliah yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi guna memperoleh data-data atau bahan-bahan yang diperlukan dalam penulisan ini.

2) Penelitian lapangan (field research)

Penelitian ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan yaitu Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan, untuk memperoleh keterangan, informasi dan data-data yang diperlukan seputar jaminan dalam perjanjian pemborongan guna menambah bahan dalam penulisan ini.

e. Analisis Data

Data sekunder yang diperoleh melalui penelitian ini disusun secara sistematis, selanjutnya akan dianalisis secara kualitatif yaitu dengan cara


(20)

penguraian, menghubungkan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dan menghubungkan dengan pendapat pakar hukum, serta hasil yang diperoleh dari analisis ini berbentuk deskripsi.

Sebagai akhir, penarikan kesimpulan dalam penulisan skripsi ini dilakukan dengan metode deduktif, yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan yang bersifat khusus terhadap permasalahan yang konkret dihadapi.17

F. Keaslian Penulisan

Judul yang diambil dalam penulisan skripsi ini yaitu “Tinjauan Yuridis Terhadap Perusahaan Asuransi Atas Jaminan Dalam Perjanjian Pemborongan (Studi Penelitian Pada Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan)”. Belum pernah diteliti dan belum pernah ada pembahasan sebelumnya. Hal ini didasarkan dengan penelusuran Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/Perpustakaan Universitas cabang Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara melalui surat tertanggal 09 Oktober 2014 menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama”.

Oleh karena itu tulisan ini bukan merupakan hasil penggandaan dari karya tulis orang lain dan keaslian penelitian ini terjamin adanya. Kalaupun ada pendapat orang lain atau kutipan dalam penulisan skripsi ini semata-mata adalah sebagai faktor pendukung dan pelengkap, karena hal tersebut memang sangat dibutuhkan untuk melengkapi tulisan ini.

17

Bambang Sunggono, 2006, Metodologi Penelitian Hukum, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm.71.


(21)

G. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam beberapa bab, dimana setiap bab nya terbagi dalam beberapa sub-sub bab, yang menguraikan masalahnya secara tersendiri, namun masih dalam konteks yang saling berkaitan satu sama lainnya, guna memperoleh gambaran yang sistematis dan mempermudah dalam penguraiannya. Sistematika dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini merupakan pembukaan dari hal-hal yang umum yang terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penelitian, keaslian penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II :TINJAUAN UMUM TENTANG PERUSAHAAN ASURANSI Dalam bab ini penulis menguraikan tentang pengertian perusahaan asuransi, ruang lingkup usaha perusahaan peransuransian, syarat-syarat berdirinya perusahaan asuransi, aspek hukum perusahaan asuransi di Indonesia, dan sejarah dan latar belakang berdirinya Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan.

BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA JAMINAN

Dalam bab ini diuraikan tentang pengertian jaminan dan hukum jaminan, hukum jaminan dalam perspektif hukum kebendaan, sifat


(22)

dan bentuk jaminan, jaminan dalam perjanjian pemborongan, berakhir atau hapusnya jaminan.

BAB IV :TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUSAHAAN

ASURANSI ATAS JAMINAN DALAM PERJANJIAN PEMBORONGAN PADA PERUSAHAAN ASURANSI INTRA ASIA MEDAN

Dalam bab ini penulis menguraikan tentang kedudukan perusahaan asuransi sebagai surety company dalam perjanjian pemborongan, prosedur dan syarat mendapatkan surat jaminan (surety bond) di Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan, tanggung jawab para pihak bila timbul risiko dalam surety bond, berakhirnya surat jaminan

(surety bond) di Perusahaan Asuransi Intra Asia Medan. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup dari keseluruhan pembahasan dengan menarik kesimpulan yang disusun berdasarkan permasalahan yang telah dijabarkan pada bab-bab sebelumnya kemudian penulis mencoba memberikan beberapa saran yang dianggap perlu yang mungkin bermanfaat dalam mengatasi masalah yang terjadi sehingga tujuan yang diharapkan akan tercapai dan diterima dengan baik.


(23)

A. Pengertian Perusahaan Asuransi

Tidak seorangpun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara sempurna, meskipun dengan menggunakan berbagai alat analitis. Setiap ramalan yang dilakukan tidak akan terlepas dari kesalahan perhitungan yang telah dilakukan. Penyebab melesatnya hasil ramalan karena di masa yang akan datang penuh dengan ketidakpastian. Bahkan untuk hal-hal tertentu sama sekali tidak dapat diperhitungkan seperti maut dan rejeki. Jadi wajar jika terjadinya sesuatu di masa yang akan datang hanya dapat direka-reka semata.

Untuk mengurangi risiko yang tidak diinginkan di masa yang akan datang, maka diperlukan perusahaan yang mau menanggung risiko tersebut yaitu perusahaan asuransi yang mau dan sanggup menanggung setiap risiko yang akan dihadapi nasabahnya baik perorangan maupun badan usaha. Hal ini disebabkan perusahaan asuransi merupakan perusahaan yang melakukan usaha pertanggungan terhadap risiko yang akan dihadapi nasabahnya.18

a. Memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan,biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau Di Indonesia pengertian asuransi menurut Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian adalah sebagai berikut :

Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yangmenjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:

18

Kasmir, 2013, Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm. 260.


(24)

tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau

b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Asuransi adalah suatu lembaga atau suatu instansi yang pada hakikatnya berada ditengah-tengah masyarakat. Berbagai jenis lembaga ada dan dikenal dalam masyarakat yang masing-masing mempunyai fungsi sendiri, sesuai dengan maskud dan tujuan dari tiap lembaga yang bersangkutan. Lembaga yang merupakan organ masyarakat merupakan sesuatu yang keberadaanya adalah untuk memenuhi tugas sosial dan kebutuhan khusus masyarakat. Jadi keberadaan suatu lembaga itu sebenarnya tidak untuk memenuhi kepentingan dari lembaga itu sendiri atau kelompok orang tertentu dan apalagi untuk kepentingan perorangan. Karena pada hakikatnya lembaga itu bukan merupakan tujuan akhir, melainkan hanyalah suatu sarana belaka untuk suatu tujuan tertentu yang ingin dicapai. Perbedaan antara lembaga yang satu dengan yang lain, terletak pada tujuan dan tugas-tugas khusus serta fungsi-fungsi yang khas yang melekat pada lembaga itu sendiri masing-masing.19

Perusahaan sebagai lembaga ekonomi yang lebih khusus yaitu membuat karya ekonomi sebagai tugas dan tujuannya. Sebagai lembaga ekonomi, maka perusahaan mempunyai tugas, tanggung jawabekonomi yang bersumber pada dan harus dimulai dari tujuan perusahaan itu sendiri. Karena tujuan itu selalu berada diluar perusahaan, maka sebenarnya tujuan perusahaan itu tidak lain adalah

19

Sri Rejeki Hartono, 1992, Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi, Sinar Grafika, Jakarta , hlm. 4.


(25)

menciptakan pelanggan. Pelanggan merupakan dasar dari perusahaan dan ialah yang melestarikan adanya keberadaan suatu perusahaan, karena ia pulalah yang memberikan pekerjaan bagi perusahaan. Dan pelanggan selalu membutuhkan adanya kepuasan tertentu guna memenuhi kebutuhannya. Menurut Peter F. Drucker bahwa pada dasarnya, suatu perusahaan itu tidak dirumuskan oleh nama, anggaran dasar atau anggaran rumah tangga perusahaan tersebut, tetapi dirumuskan oleh keinginan pelanggan yang dipuaskan pada waktu ia membeli produk atau jasa dari perusahaan termaksud. Pelanggan dalam hal ini adalah konsumen, yaitu pemakai terakhir dari produk/atau jasa.

Perusahaan asuransi sebagai perusahaan jasa, menjual jasa kepada pelanggan pada satu sisi, sedangkan pada sisi lain, perusahaan asuransi adalah sebagai investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang produktif, sebagaimana perusahaan pada umumnya perusahaan asuransi membutuhkan dua perusahaan mengenai usahanya.Seperti pendapat P.F. Drucker yang menyatakan bahwa pada hakikatnya perusahaan itu mempunyai dua fungsi pokok saja yaitu pemasaran dan pembaharuan.20

Pemasaran pada suatu perusahaan menghasilkan pemasukan, sedangkan kegiatan lainnya hanya menghasilkan pengeluaran sebagai pembiayaan. Pemasaran yang merupakan fungsi unik dari suatu perusahaan, merupakan ciri yang dapat membedakannya dengan lembaga yang lain dalam masyarakat. Perusahaan selalu memasarkan sesuatu, baik produk tertentu atau jasa tertentu, sedangkan lembaga dan organisasi lain sama sekali tidak mengenal pemasaran.

20


(26)

Perusahaan sebagai organ pertumbuhan dan perkembangan ekonomi harus mampu mengadakan pembaharuan yang merupakan fungsi pokok perusahaan.

Pembaharuanharus dapat terwujud sampai pada taraf bagi pencapaian kepuasaan ekonomi tertentu. Lebih lanjut lagi perusahaan harus lebih dapat menghasilkan produk dan jasa yang berbeda, yang dapat menciptakan kepuasaan baru misalnya dalam perusahaan asuransi, perlu ada suatu departemen khusus yang diberi tugas dan tanggung jawabuntuk mengembangkan pelayanan jenis risiko baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat/pelanggan. Pembaharuan organisasi penjualan, administrasi polis dan pengurusan tuntutan klaim. Disamping itu harus ada departemen lain yang bertanggung jawabuntuk memperbaharui kebijaksanaan penanaman dana perusahaan, sehingga tujuan akhir perusahaan asuransi dapat dicapai dengan sempurna.21

Pada dasarnya perusahaan asuransi dalam kegiatannya, secara terbuka mengadakan penawaran/menawarkan suatu perlindungan/proteksi serta harapan

Lembaga atau institusi yang mempunyai kemampuan untuk mengambil risiko pihak lain adalah lembaga asuransi. Dalam hal ini adalah perusahaan asuransi. Dalam masyarakat modern seperti sekarang ini, perusahaan asuransi mempunyai peranan dan jangkauan yang sangat luas. Karena perusahaan asuransi tersebut mempunyai jangkauan yang menyangkut kepentingan-kepentingan ekonomi maupun kepentingan-kepentingan sosial. Disamping itu ia juga dapat menjangkau baik kepentingan-kepentingan individual maupun kepentingan-kepentingan masyarakat luas, baik risiko individu maupun risiko-risiko kolektif.

21


(27)

pada masa yang akan datang kepada individu atau kelompok-kelompok dalam masyarakat atau institusi-institusi lain, atas kemungkinan menderita kerugian lebih lanjut karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak tertentu atau belum pasti.

Tidak dapat diingkari, bahwa usaha semacam ini akan memberikan dampak positif yang sangat luas pada masyarakat. Mengingat hubungan-hubungan perusahaan asuransi tidak saja dilakukan dengan sesama perusahaan dengan perkiraan perhitungan yang besar tetapi juga dengan anggota masyarakat secara perorangan, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan asuransi tidak saja berhubungan dengan nilai-nilai besar, tetapi juga berhubungan dengan nilai-nilai kecil namun menyangkut jumlah anggota masyarakat yang luas.22

Secara lebih luas lagi, maka perusahaan asuransi sebenarnya juga memberikan lapangan pekerjaan dan sumber penghasilan bagi anggota masyarakat. Oleh karena itu kehadiran perusahaan asuransi pada hakikatnya jauh lebih bermanfaat daripada ketidakhadirannya. Hal tersebut dengan tegas dikemukaakan oleh Dr. Van Oostveen “Perusahaan asuransi secara privat ekonomis dalam banyak hal jauh mempunyai arti yang amat besar dan dalam banyak hal keadaannya atau ketidakhadirannya juga menyangkut kepentingan sosial ekonomi”.Dengan demikian perusahaan asuransi dapat pula memberikan rasa aman dan pasti atas suatu pendapatan yang pasti dan tetap bagi anggota masyarakat.23

22

Ibid., hlm. 10. 23


(28)

B. Ruang Lingkup Usaha Perusahaan Perasuransian

Kegiatan usaha perasuransian, khususnya usaha asuransi, merupakan jenis yang termasuk dalam kategori kegiatan usaha yang sangat diatur oleh pemerintah. Hal ini dilakukan karena usaha asuransi sangat berkaitan dengan pengumpulan dana masyarakat. Usaha perasuransian ini telah diatur sejak tanggal 11 Februari 1992, yaitu melalui Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 tersebut pada dasarnya merupakan hukum publik yang mengatur kegiatan usaha perasuransian, sedangkan perjanjian yang timbul sehubungan dengan kontrak asuransi diatur tersendiri dalam kitab undang-undang hukum dagang (selanjutnya disebut KUHD) yang merupakan hukum privat.24

Pengertian risiko secara umum adalah kemungkinan terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan yang menimbulkan kerugian. Risiko dalam industri perasuransian diartikan sebagai ketidakpastian dari kerugiaan keuangan atau kemungkinan terjadinya kerugian. Ketidakpastian dan peluang kerugian ini dapat disebabkan oleh berbagai macam hal seperti ketidakpastian ekonomis,ketidakpastian yang berkaitan dengan alam, ketidakpastian terjadinya

Asuransi membawa misi ekonomi sekaligus sosial dengan adanya premi yang dibayarkan kepada perusahaan asuransi dengan jaminan adanya transfer of risk,

yaitu pengalihan (transfer) risiko dari tertanggung kepada penanggung. Asuransi sebagai mekanisme pemindahan risiko dimana individu atau bisnis memindahkan sebagian ketidakpastian sebagai imbalan pembayaran premi.

24

Julius Latumaerissa, 2011, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain, Salemba Empat, Jakarta, hlm. 453.


(29)

perang, pembunuhan, pencurian, dan sebagainya.25

1. Risiko spekulatif

Dalam praktiknya risiko-risiko yang timbul dari setiap pemberian usaha pertanggungan adalah sebagai berikut. :

Risiko spekulatif adalah suatu keadaan yang dihadapi perusahaan yang dapat memberikan keuntungan dan juga dapat memberikan kerugiaan. Risiko spekulatif ini dikenal juga dengan risikobisnis (business risk). Seseorang yangmenginvestasikan dananya di suatu tempat menghadapi dua kemungkinan, investasinya menguntungkan atau justru merugikan.26

2. Risiko murni

Risiko murni (pure risk) adalah sesuatu yang dapat berakibat merugikan atau tidak terjadi apa-apa dan tidak mungkin menguntungkan. Salah satu cara menghindari risiko murni adalah asuransi. Dengan demikian, besarnya kerugian dapat diminimalisasi karena dapat diasuransikan (insurable risk).27

3. Risiko individu

Risiko individu adalah risiko dalam kehidupan sehari-hari. Risiko individu ini dibagi dalam tiga macam yaitu :28

a. Risiko pribadi, yaitu risiko kemampuan seseorang untuk memperoleh keuntungan, akibat sesuatu hal seperti sakit, kehilangan pekerjaan atau mati.

25

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2006, Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Edisi Kedua),Salemba Empat, Jakarta, hlm. 183.

26

Suswinarno, 2013, Mengantisipasi Risiko Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,

Visimedia, Jakarta, hlm. 7. 27

Ibid., hlm. 8. 28


(30)

b. Risikoharta, adalah risiko kehilangan harta apakah dicuri, hilang, rusak yang menyebabkan kerugian keuangan.

c. Risikotanggung-gugat, yaitu risiko yang disebabkan apabila kita menanggung kerugian seseorang dan kita harus membayarnya. Contohnya kelalaian di jalan yang menyebabkan orang lain tertabrak dan harus mengganti kerugian tersebut.

Asuransi digolongkan dalam bentuk sebagai berikut : 1. Menurut sifat pelaksanaannya29

a. Asuransi sukarela

Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian atas sesuatu yang dipertanggungkan tersebut, misalnya : asuransi kebakaran, asuransi kecelakaan, asuransi kendaraan bermotor, dan sebagainya.

b. Asuransi wajib

Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang pelaksanaanya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang ditetapkan oleh pemerintah, misalnya : asurasni tenaga kerja.

29


(31)

2. Menurut jenis usaha perasuransian

MenurutPasal 2 sampai Pasal 5 Undang-UndangNomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian, jenis usaha perasuransian dibagi menjadi beberapa jenis yaitu :

a. Usaha asuransi

1) Usaha Asuransi Umum

Usaha Asuransi Umum adalah usaha jasa pertanggungan risiko yang memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti.

Perusahaan asuransi umum hanya dapat menyelenggarakan:30

a. Usaha Asuransi Umum, termasuk lini usaha asuransi kesehatan dan lini usaha asuransi kecelakaan diri; dan

b. Usaha Reasuransi untuk risiko Perusahaan Asuransi Umum lain. 2) Asuransi umum syariah

Menurut pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 disebutkan bahwa,

Asuransi Syariah adalah kumpulan perjanjian, yang terdiri atas perjanjian antara perusahaan asuransisyariah dan pemegang polis dan perjanjian di antara para pemegang polis, dalam rangka pengelolaankontribusi berdasarkan prinsip syariah 31

30

Lihat pasal 2 Undang-Undang nomor 40 Tahun 2014. 31

Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perasuransian berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.

guna saling menolong dan melindungi dengan cara:


(32)

a. Memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biayayang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yangmungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti;atau

b. Memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya peserta atau pembayaran yangdidasarkan pada hidupnya peserta dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/ataudidasarkan pada hasil pengelolaan dana.

Usaha Asuransi Umum Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna salingmenolong dan melindungi dengan memberikan penggantian kepada peserta atau pemegang pas karenakerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepadapihak ketiga yang mungkin diderita peserta atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yangtidak pasti.Perusahaan asuransi umum syariah hanya dapat menyelenggarakan: a. Usaha Asuransi Umum Syariah, termasuk lini usaha asuransi

kesehatan berdasarkan Prinsip Syariah dan lini usaha asuransi kecelakaan diri berdasarkan Prinsip Syariah; dan

b. Usaha Reasuransi Syariah untuk risiko Perusahaan Asuransi Umum Syariah lain.32

3) Asuransi jiwa 33

Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seorang yang dipertanggungkan. Pada prinsipnya manusia menghadapi risiko berkurang atau hilangnya produktivitas ekonomi yang

32

Periksa pasal 3 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 33


(33)

diakibatkan oleh : kematian, mengalami cacat, pemutusan hubungan kerja, dan pengangguran. Asuransi jiwa memberikan :

a) Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan, b) Santunan bagi tertanggung yang meninggal,

c) Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya orang kunci,

d) Penghimpunan dan untuk persiapan pensiun.

Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi tiga.

a) Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance),biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulan, semesteran, dan tahunan).

b) Asuransi jiwa kelompok (group life insurance), asuransi jiwa yang biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis atas suatu kelompok orang di bawah satu polis induk dimana masing-masing anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.

c) Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance), dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi pada umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis kepada agen yang disebut debit agent.

4) Asuransi jiwa syariah

Usaha Asuransi Jiwa Syariah adalah usaha pengelolaan risiko berdasarkan Prinsip Syariah guna saling menolong dan melindungi dengan


(34)

memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggal atau hidupnya peserta, atau pembayaran lain kepada peserta atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.Perusahaan asuransi jiwa syariah hanya dapat menyelenggarakan Usaha Asuransi Jiwa Syariahtermasuk lini usaha anuitas berdasarkan Prinsip Syariah, lini usaha asuransi kesehatan berdasarkanPrinsip Syariah, dan lini usaha asuransi kecelakaan diri berdasarkan Prinsip Syariah.

5) Reasuransi 34

Reasuransi adalah pertanggngan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu sistem penyebaran risiko dimana penanggung meyebarkan seluruh atau sebagian dari pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung lain. Pihak tertanggung biasa disebut ceding company dan yang menjadi penanggung adalah reasuradur. Dalam menjalankan usahanya ada kemuungkinan perusahaan asuransi menanggung risiko yang lebih besar dari kemampuan finansialnya. Untuk mengatasi kemungkinan kegagalan menanggung klaim dari tertanggung, perusahaan dapat membagi risiko dengan perusahaan lain. Penyebaran risiko tersebut dapat dilaksanakan dengan dua mekanisme, koasuransi dan reasuransi.

Koasuransiadalah pertanggungan yang dilakukan secara bersama atas suatu objek asuransi. Biasanya nilai pertanggungannya berjumlah besar

34


(35)

sehingga perusahaan asuransi tersebut perlu menawarkan kepada beberapa perusahaan asuransi yang lain. Dalam kerja sama tersebut diperlukan perusahaan asuransi yang berperan sebagai pemimpin. Setelah melakukan koasuransi, gabungan beberapa perusahaan asuransi tersebut dapat mempertimbangkan untuk melakukan reasuransi. Reasuransi adalah proses untuk mengasuransikan kembali pertanggungjawaban pada pihak tertanggung.

Fungsi reasuransi adalah :

a) Meningkatkan kapasitas akseptasi. Dengan melakukan reasuransi, penanggung akan dapat meningkatkan akseptasi sehingga pemasukan asuransi tersebut dapat memperbesar jumlah nilai pertanggungan.

b) Alat penyebaran risiko. Penyebaran asuransi pada dasarnya tidak menghendaki pemusatan atau terkonsentrasinya pada suatu jenis risiko atau asuransi. Dengan adanya mekanisme penyebaran risiko ini maka akan tertanggulangi adanya kemungkinan kerugian dalam jumlah yang sangat besar yang tidak mungkin ditanggung sendiri. c) Meningkatkan stabilitas usaha. Jumlah kerugian yang mungkin

timbul karena adanya klaim dari tertanggung sangat sulit untuk diprediksikan secara tepat. Dengan penyebaran risiko ke perusahaan asuransi lain maka kekhawatiran akan adanya kegagalan usaha akan semakin kecil.


(36)

d) Meningkatkan kepercayaan. Reasuransi akan menambah kepercayaan bagi tertanggung karena kemungkinan risiko yang akan dialami mendapat jaminan dari perusahaan asuransi. Dengan melakukan pertanggungan ulang atas risiko yang ditutupnya akan memberi peluang perusahaan asuransi melakukan pengembangan bidang usahanya.

Usaha Reasuransi ini juga berlaku untuk usaha reasuransi syariah yang usaha pengelolaan risiko berdasarkan prinsip syariah atas risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi syariah, perusahaan penjaminan syariah, atau perusahaan reasuransi syariah lainnya danperusahaan reasuransi syariah hanya dapat menyelenggarakan usaha reasuransi syariah.

Reasuransi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mekanisme untuk reasuransi antara lain :

a) Treaty dan facultative reinsurance

Mekanisme ini disebut juga automatic reinsurance. Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah pertanggungan yang diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus menerima jumlah yang ditawarkan.

b) Reasuransi proporsional

Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur


(37)

ditetapkan. Retensi adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung oleh ceding company.

c) Reasuransi Nonproporsional

Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk tidak membayar klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada dalam treaty. Treaty dalam mekanisme reasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dituangkan dalam suatu perjanjian antara ceding company dan

reasuradur yang mana reasuradur mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan yang diberikan oleh ceding company.

b. Usaha Penunjang35 1) Pialang asuransi

Adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung.

2) Pialang reasuransi

Adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi.

3) Penilai kerugian asuransi

35


(38)

Adalah usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.

4) Konsultan aktuaria

Adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria. 5) Agen asuransi

Adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.

c. Menurut The Chartered Insurance Institute, London36 1) Asuransi kerugian (property insurance)

Merupakan pertanggungan untuk semua milik yang berupa harta benda yang memiliki risiko atau bahaya kebakaran, kecuriaan, tenggelam di laut.

a) Asuransi kebakaran (fire insurance)

b) Asuransi pengangkutan (marine insurance)

c) Asuransi penerbangan

d) Asuransi kecelakaan (accient insurance)

2) Asuransi tanggung gugat (liability insurance)

Adalah asuransi untuk melindungi tertanggung terhadap kerugian yang timbul dari gugatan pihak ketiga karena kelalaian tertanggung.

3) Asuransi jiwa (life insurance)

a) Asuransi kecelakaan

36


(39)

b) Asuransi jiwa, meliputi : asuransi berjangka (term insurance),

asuransi seumur hidup (whole life insurance),

c) Anuitas (annuity)

d) Asuransi industri (industrial insurance)

4) Asuransi kerugian (general insurance)

5) Reasuransi (reinsurance).

C. Syarat-Syarat Berdirinya Perusahaan Asuransi

Menurut ketentuan pasal 6 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Bentuk badan hukum penyelenggara Usaha Perasuransian adalah:

a. perseroan terbatas b. koperasi atau

c. usaha bersama yang telah ada pada saat undang-undang ini diundangkan.

Mengenai usaha bersama sebagaimana dimaksud pada ayat 1 huruf c dinyatakan sebagai badan hukum berdasarkan undang-undang. Ketentuan lebih lanjut mengenai badan hukum usaha bersama sebagaimana dimaksud diatur dalam peraturan pemerintah.Apabila badan hukum yang menjalankan usaha perasuransian itu berbentuk Perseroan Terbatas maka pendiriannya harus mengkuti ketentuan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Apabila badan hukum itu berbentuk Koperasi, maka untuk memperoleh status badan hukum koperasi pendiriannya harus mengikuti ketentuan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Perkoperasiaan.

Setiap pihak yang melakukan usaha perasuransian wajib memperoleh izin usaha dari Otoritas Jasa Keuangan(pasal 8 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40


(40)

Tahun 2014). Persyaratan izin usaha diberlakukan sesuai dengan jenis usahayang akan dijalankan.Syarat untuk mendapatkan izin usaha diatur dalam pasal 8 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014, yakni :

Untuk mendapatkan izin usaha) harus dipenuhi persyaratanmengenai: a. Anggaran dasar

b. Susunan organisasi c. Modal disetor d. Dana Jaminan e. Kepemilikan

f. Kelayakan dan kepatutan pemegang saham dan Pengendali

g. Kemampuan dan kepatutan direksi dan dewan komisaris, atau yang setara dengan direksi dandewan komisaris pada badan hukum berbentuk koperasi atau usaha bersama sebagaimanadimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf c, dewan pengawas syariah, aktuaris perusahaan, danauditor internal

h. Tenaga ahli

i. Kelayakan rencana kerja

j. Kelayakan sistem manajemen risiko k. Produk yang akan dipasarkan

l. Perikatan dengan pihak terafiliasi apabila ada dan kebijakan pengalihan sebagian fungsi dalam penyelenggaraan usaha

m. Infrastruktur penyiapan dan penyampaian laporan kepada Otoritas Jasa Keuangan;

n. Konfirmasi dan otoritas pengawas di negara anal pihak asing, dalam hal terdapat penyertaanlangsung pihak asing; dan

o. Hal lain yang diperlukan untuk mendukung pertumbuhan usaha yang sehat.

Pemberian izin oleh menteri keuangan bagi perusahaan perasuransiaan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 199237

a. Persetujuan Prinsip

dalam pasal 9 dapat dilakukan dengan dua tahap, yaitu :

Adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian suatu perusahaan yang bergerak di bidang perasuransian, di mana batas waktu persetujuan prinsip dibatasi selama-lamanya satu tahun.

37

Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 mengalami perubahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian


(41)

b. Izin Usaha

Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah persiapan pendirian selesai, di mana izin usaha diberikan setelah persyaratan izin usaha telah dipenuhi. Ketentuan modal disetor perusahaan perasuransian.38

1. Persyaratan umum perusahaan perasuransian

Dalam rangka melaksanakan kegiatan usahanya, perusahaan perasuransian harus memenuhi ketentuan berikut:39

a. Berdasarkan anggaran dasar dinyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian perusahaan hanya untuk menjalankan salah satu jenis usaha perasuransian, dan perusahaan tidak memberikan pinjaman kepada pemegang saham.

b. Susunan organisasi perusahaan sekurang-kurangnya meliputi fungsi-fungsi sebagai berikut :

1) Bagi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, yaitu fungsi pengelolaan risiko, pengelolaan keuangan, pelayanan.

2) Bagi perusahaan pialang asuransi dan perusahaan pialang reasuransi, yaitu fungsi pengelolaan keuangan dan pelayanan.

3) Bagi perusahaan agen asuransi, perusahaan penilai kerugian asuransi, dan perusahaan konsultan aktuaria, yaitu fungsi teknis sesuai dengan bidang jasa yang diselenggarakannya.

38

Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, Loc.cit.

39

Abdulkadir Muhammmad, 2006, Hukum Asuransi Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 31.


(42)

c. Memenuhi ketentuan permodalan sebagaimana ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d. Mempekerjakan tenaga ahli sesuai dengan bidang usahanya dalam jumlah yang memadai untuk mengelola kegiatan usahanya. Pelaksanaan pengelolaan perusahaan sekurang-kurangnya di dukung oleh :

1) Sistem pengembangan sumber daya manusia 2) Sistem administrasi

3) Sistem pengelolaan data

2. Kepemilikan perusahaan perasuransian

Menurut ketentuan pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014, Perusahaan Perasuransian hanya dapat dimiliki oleh:

a. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia yang secara langsung atau tidaklangsung sepenuhnya dimiliki oleh warga negara Indonesia; atau

b. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia sebagaimana dimaksud dalam huruf a,bersama-sama dengan warga negara asing atau badan hukum asing yang harus merupakanperusahaan perasuransian yang memiliki usaha sejenis atau perusahaan induk yang salah satuanak perusahaannya bergerak di bidang usaha perasuransian yang sejenis.

Berdasarkan ketentuan ini, Warga negara asing dapat menjadi pemilik perusahaan perasuransian hanya melalui transaksi di bursa efek. Perusahaan perasuransian yang didirikan atau dimiliki oleh perusahaan perasuransian dalam negeri bersama perusahaan perasuransian asing yang mempunyai kegiatan usaha sejenis dimaksudkan untuk menumbuhkan penyelenggaraan kegiatan usaha perasuransian yang lebih profesional. Selain itu, kerjasama perusahaan perasuransian yang sejenis juga dimaksudkan untuk lebih memungkinkan terjadinya proses alih teknologi.


(43)

Sesuai dengan tujuan dari ketentuan ini, yang dimaksudkan untuk lebih menumbuhkan profesionalisme dalam pengelolaan usaha, maka kepemilikan bersama atas perusahaan perasuransian oleh perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan reasuransi dalam negeri dengan perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan reasuransi luar negeri harus tetap didasarkan pada jenis usaha masing-masing partner dalam kepemilikan tersebut. Contoh mengenai hal ini adalah sebagai berikut :40

1) Perusahaan reasuransi luar negeri dengan perusahaan asuransi kerugian dalam negeri dapat mendirikan perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan reasuransi,

2) Perusahaan asuransi kerugian luar negeri dengan perusahaan reasuransi dalam negeri dapat mendirikan perusahaan asuransi kerugian atau perusahaan reasuransi.

D. Aspek Hukum Perusahaan Asuransi Di Indonesia

Asuransi berasal mula dari masyarakat Babilonia 4000–3000 SM yang dikenal dengan Perjanjian Hammurabi. Kemudian pada tahun 1668 M di Coffee House London berdirilah Lioyd of London sebagai cikal bakal asuransi konvensional. Sumber hukum asuransi adalah hukum positif, hukum alami, dan contoh yang ada sebelumnya sebagaimana kebudayaan.

Asuransi di Indonesia berawal pada masa penjajahan belanda, terkait dengan keberhasilan perusahaan dari negeri tersebut di sektor perkebunan dan

40


(44)

perdagangan di Indonesia. Untuk memenuhi kebutuhan jaminan terhadap keberlangsungan usahanya, tentu diperlukan adanya asuransi. Perkembangan industri asuransi di Indonesia sempat vakum selama masa penjajahan Jepang.41

Adapun instansi-instansi yang pernah mempunyai kewenangan menangani industri asuransi sebelum tahun 1965 antara lain adalah :

Peraturan-peraturan yang berhubungan dengan industri asuransi di Indonesia, baru dapat diikuti dengan baik sesudah tahun 1965. Sebelum tahun ini peraturan-peraturan yang pernah ada agak sulit ditelusuri karena industri asuransi ditangani oleh lebih dari satu departemen/instansi. Karena penggunanya dilakukan oleh lebih dari satu instansi, mengakibatkan timbulnya berbagai jenis peraturan yang akhirnya menimbulkan suatu mekanisme kerja yang tidak koordinatif, sehingga industri asuransi tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.

42

1. Kementerian Perdagangan, sebagai pelaksana BRO (Bedrijf reglement ordonantie) yaitu sebagai instansi pendaftar usaha perusahaan asuransi.

2. Kementerian Keuangan c.q. verzekeerings kamer sebagai pelaksanaan LBO

(levenverzekerings Bedrijf Ordonantie) mengatur usaha perusahaan asuransi jiwa.

3. Kementerian Keuangan c.q. Biro Urusan Moneter II, sebagai instansi moneter usaha-usaha asuransi yang berkaitan dengan perlindungan.

4. L.A.P.L.N. (lembaga alat pembayaran luar negeri) sebagai instansi pelaksana peraturan di bidang devisa dan pengawas, mengatur lalu lintas devisa yang

41

Julius Latumaerissa, Op.cit., hlm. 448. 42


(45)

berasal dari premi asuransi dalam hubungannya dengan reasuransi luar negeri.

Perubahan-perubahan yang terjadi atas struktur organisasi pemerintahan, menyebabkan semua instansi tersebut diatas tidak lagi berfungsi dan oleh karena itu semua peraturan yang pernah dikeluarkannya menjadi tidak berlaku lagi, baru pada tahun 1965, yaitu pada saat dibentuknya departemen urusan perasuransian, terdapat kesatuan pengaturan di bidang industri asuransi yang selanjutnya mewarnai peraturan industri sampai saat ini. Dengan terbentuknya departemen perasuransian, terjadi pengalihan kewenangan dari berbagai instansi kepada satu instansi yang diberi kewenangan untuk menangani dan mengatur masalah industri asuransi di Indonesia.

Tindakan kearah pengaturan dengan satu wadah tersebut dilandasi dengan antara lain :

a. Pengalihan wewenang berdasarkan L.B.O kepada departemen urusan perasuransian, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Nomor : Y.A. 10/12/3./1964 Tanggal 5 Oktober 1964.

b. Dibubarkannya verzekering kamer, dengan Keputusan Menteri Urusan Perasuransian Nomor : 3/SK/1965, Tanggal 13 September 1965.

Departemen Keuangansebagai departemen teknis yang membidangi keuangan dan moneter, pada akhirnya merupakan satu-satunya instansi yang mempunyai kewenangan terhadap industri asuransi di Indonesia.Departemen


(46)

keuangan mempunyai kewenangan mengeluarkan peraturan-peraturan yang bersifat publik administratif, antara lain mengenai :43

1) Perjanjian usaha asuransi dan reasuransi 2) Permodalan

3) Pengelolaan keuangan

4) Hal-hal lain yang bersifat pengawasan dan pembenaran maupun teknis asuransi

Pengaturan mengenai asuransi juga semakin berkembang dan dituangkan dalam peraturan perundang-undangan indonesia seperti,

1. Pengaturan dalam KUHD44

Dalam KUHD ada 2 (dua) cara pengaturan asuransi, yaitu pengaturan yang bersifat umum dan yang bersifat khusus. Pengaturan yang bersifat umum terdapat dalam buku I bab 9 pasal 246 – pasal 286 KUHD yang berlaku bagi semua jenis asuransi, baik yang sudah diatur dalam KUHD maupun yang diatur diluar KUHD, kecuali jika secara khusus ditentukan lain. Pengaturan yang bersifat khusus terdapat dalam buku I bab 10 pasal 287 – pasal 308 KUHD dan buku II bab 9 dan bab 10 pasal 592 – pasal 695 KUHD dengan rincian sebagai berikut :

a. Asuransi kebakaran pasal 287 – pasal 298 KUHD b. Asuransi hasil pertanian pasal 299 – pasal 301 KUHD c. Asuransi jiwa pasal 302 – pasal 308 KUHD

d. Asuransi pengangkutan laut dan perbudakan pasal 592 – pasal 685 KUHD

43

Ibid., hlm. 235. 44


(47)

e. Asuransi pengakutan darat, sungai dan perairan pendalaman pasal 686 – pasal 695 KUHD

Pengaturan asuransi dalam KUHD mengutamakan segi keperdataan yang didasarkan pada perjanjian antara tertanggung dan penanggung. Perjanjian tersebut menimbulkan kewajiban dan hak tertanggung dan penanggung secara timbal balik. Sebagai perjanjian khusus, asuransi dibuat secara tertulis dalam bentuk akta yang disebut polis asuransi. Pengaturan asuransi dalam KUHD meliputi substansi berikut ini,

1) Asas-asas asuransi 2) Perjanjian asuransi 3) Unsur-unsur asuransi

4) Syarat-syarat (klausula) asuransi 5) Jenis-jenis asuransi

2. Undang- Undang Nomor 40 Tahun 2014

Jika KUHD mengutamakan pengaturan asuransi dari segi keperdataan, maka Undang-Undang Nomor40 Tahun 2014 Tentang Usaha Perasuransian Lembaga Negara Nomor 337 Tahun 2014 Tanggal 17 Oktober 2014 mengutamakan pengaturan asuransi dari segi bisnis dan publik administratif, yang jika dilanggar mengakibatkan pengenaan sanksi pidana dan administratif. Pengaturan dari segi bisnis artinya menjalankan usaha perasuransian harus sesuai dengan aturan hukum perasuransian dan perusahaan yang berlaku. Dari segi publik administratif artinya kepentingan masyarakat dan negara tidak boleh dirugikan. Jika hal ini dilanggar,


(48)

maka pelanggaran tersebut diancam dengan sanksi pidana dan sanksi administratif menurut undang-undang perasuransian. 45

3. Undang-Undang Asuransi Sosial

Pelaksanaan Undang-Undang Perasuransian diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian Jo.Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2008 Jo. Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2008 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

46

Asuransi sosial di Indonesia pada umumnya meliputi bidang jaminan keselamatan angkutan umum, keselamatan kerja, dan pemeliharaan kesehatan. Program asuransi sosial diselenggarakan oleh badan usaha milik negara (BUMN) sesuai dengan ketentuan undang-undang. Perundang-undangan yang mengatur asuransi sosial adalah sebagai berikut.

a. Asuransi sosial kecelakaan penumpang (Jasa Raharja)

1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 1964 Tentang Dana Pertanggungan Wajib Kecelakaan Penumpang. Peraturan Pelaksananya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 17 Tahun 1965.

2) Undang-Undang Nomor 34 Tahun1964 Tentang Dana Kecelakaan Lalu Lintas Jalan. Peraturan Pelaksanaanya adalah Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1965.

b. Asuransi sosial tenaga kerja (Astek)

45

Ibid., hlm. 19. 46


(49)

1) Undang-Unang Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek).

2) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1990 Tentang Penyelenggaraan Asuransi Sosial Tenaga Kerja (Perubahan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 1977).

3) Peraturan Pemerintah Nomor 67 Tahun 1991 Tentang Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ASABRI).

4) Peraturan PemerintahNomor 25 Tahun 1981 Tentang Asuransi Sosial Pegawai Negeri Sipil (ASPNS).

c. Asuransi sosial pemeliharaan kesehatan (Askes)

1) Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1991 Tentang Pemeliharaan Kesehatan Pegawai Negeri Sipil (PNS), Penerima Pensiun, Veteran, Perintis Kemerdekaan Beserta Keluarganya.

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Perasuransian dan perundang-undangan asuransi sosial di samping ketentuan asuransi dalam KUHD, maka dianggap cukup memadai aturan hukum yang mengatut tentang usaha perasuransian, baik dari segi keperdataan maupun dari segi publik administratif .47

4. Keputusan Menteri Keuangan, Antara Lain :

a. Nomor : 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari tentang Izin Perusahaan Asuransi dan Reasuransi.

47


(50)

b. Nomor: 224/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Reasuransi.

c. Nomor: 225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari tentang Penyelenggaraan Usaha Asuransi dan Perusahaan Reasuransi.

d. Nomor: 226/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari tentang Perizinan dan Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Penunjang Usaha Asuransi.48

Disamping peraturan perundang-undangan tersebut, dalam hal peraturan perundang-undangan yang dikaitkan dengan judul skripsi ini adalah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor : KEP-632/KM.10/2012 Tentang Daftar Perusahaan Asuransi Umum Yang Dapat Memasarkan Produk Asuransi Pada Lini Usaha Suretyship, yang menyebutkan Perusahaan Asuransi Intra Asia sebagai salah satu daftar perusahaan asuransi yang disebutkan dalam keputusan menteri keuangan tersebut.

E. Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya Perusahaan Asuransi P.T. Intra Asia Medan49

48

Kasmir, Op.cit., hlm. 262. 49

Company Profile P.T. Asuransi Intra Asia Medan (Katalog).

P.T. Asuransi Intra Asia telah berdiri sejak tahun 1988, dengan Nomor Surat Izin Usaha Nomor : Kep-8747/M/1988 dan NPWP 01.329.338.6-025.000 yang jugamerupakan anak perusahaan P.T. Intra Asia Corpora - sebuah induk perusahaan investasi nasional dengan portofolio bisnis termasuk jasa keuangan, airlines, courier & cargo, biro perjalanan dan balai lelang.


(51)

Perusahaan ini menyediakan jasa asuransi umum, baik program standar maupun khusus, termasuk asuransi : kebakaran, kendaraan bermotor, angkatan laut, kebongkaran, kecelakaan kerja, engineering,surety bond, maupun adanya hubungan dengan pelanggan antara lain : multi-finance, perbankan, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, swasta dan individu.

P.T. Intra Asia yang juga mempunyai sertifikat anggota DAI Nomor. 112 ini memiliki visi yaitu menjadi tiga terbaik perusahaan asuransi umum nasional dalam memberikan nilai-nilai kepada tertanggung, mitra usaha, pegawai, pemegang saham, dan mayarakat. Dengan 7 (tujuh) pilar misi yang antara lain : 1. Memberikan layanan asuransi dan pengelolaan risiko yang unggul

berdasarkan nilai-nilai kejujuran, keadilan, dan kehati-hatian.

2. Memenuhi ketentuan dan peraturan yang terkait dengan bisnis perusahaan. 3. Membangun hubungan saling menguntungkan dengan mitra bisnis.

4. Menciptakan interaksi kerja yang saling mendukung dan lingkungan kerja yang kondusif.

5. Menjamin kesejahteraan pegawai.

6. Memastikan nilai premium bagi pemegang saham dengan pengelolaan modal dan risiko secara efisien dan menguntungkan.

7. Meningkatkan hubungan komunitas melalui program tanggung jawab

Perusahaan asuransiP.T.Intra Asia terdiri dari dua komisaris, dua direktur dan satu wakil direktur dan dilengkapi tenaga ahli dalam bidang tugasnya yaitu 1 orang bergelar Ahli Asuransi Indonesia Kerugian (AAIK) dan 3 orang bergelar Ajun Ahli Asuransi Indonesia Kerugian (AAAIK). Tim manajemen tersebut


(52)

diatas memiliki komitmen untuk melakukan penerapan good corporate governance (GCG) dengan prinsip keterbukaan, akuntabilitas, tanggung jawab, kemandirian, dan kewajaran yang telah tertanam dalam nilai-nilai perusahaan dan menjadi budaya kerja perusahaan.

Penerapan GCG perusahaan mengacu pada UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Anggaran Dasar Perusahaan, Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan, serta peraturan perundang-undangan lain yang terkait dengan bidang usaha perusahaan. Dengan adanya penerapan GCG P.T. Intra Asia senantiasa memastikan kompetensi sumber daya manusia, pengelolaan risiko dan mitigasinya, pengelolaan keuangan yang berhati-hati, fungsi pengendalian internal, kepatuhan terhadap peraturan, dan menghindari benturan kepentingan.

Perusahaan yang memiliki slogan “Protection by Resilience and integrity”

menanamkan nilai-nilai dasar dengan orientasi fokus pelanggan, integritas, memahami penghargaan, dan prestasi. Perusahaan ini juga menerapkan mekanisme asuransi “Spreading of Risk” dengan jaringan reasuransi yang didukung oleh asuransi lokal dan internasional terkemuka, antara lain : P.T. Reasuransi International Indonesia, P.T. Reasuransi Nasional Indonesia, P.T. Tugu Reasuransi Indonesia, dan BEST Reinsurance Ltd.

Perusahaan ini telah meningkatkan modal disetor sebanyak Rp 50 milyar pada pertengahan Juni 2010, sehingga menjadi Rp 87,15 milyar, sebagai berikut :

Modal dasar

31 Des 2007 Rp Juta

% 30 Juni 2010 Rp Juta


(53)

Modal Dasar 72.000 - 100.000 -

Modal Disetor - P.T. Intra Asia Corpora

- Kopkar Jasindo

36.405

750 97,98

2,02

86.405

750 99,14

0,86

Total 37.155 100,00 87.155 100,00

Modal Sendiri 29.498 80.431

Dengan permodalan diatas telah melampaui ketentuan permodalan dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor. 81 Tahun 2008, yakni : Rp 40 milyar pada akhir 2010, Rp 70 milyar pada akhir 2012 dan Rp 100 milyar pada akhir 2014.


(54)

A. Pengertian Jaminan Dan Hukum Jaminan

Istilah jaminan merupakan terjemahan dari istilah security of law, zekerheidstelling, atau zekerheidsrechten. Istilah zekerheid untuk jaminan dan

zekerheidsrecht untuk hukum jaminan atau hak jaminan tergantung pada bunyi atau maksud kalimat yang bersangkutan; sebab recht dalam bahasa belanda dapat berarti hukum, hak atau keadilan, sedangkan hukum menurut bahasa inggris adalah law dan hak berarti right. Pitlo memberikan perumusan tentang

zekerheidsrechten sebagai hak (een recht) yang memberikan kepada kreditur kedudukan yang lebih baik dari kreditur-kreditur lain. Dari apa yang dikemukakan oleh Pitlo tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata “recht” dalam istilah “zekerheidsrechten” berarti “hak”, sehingga “zekerheidsrechten” adalah hak-hak jaminan, bukan hukum jaminan. Kalau mau memberikan perumusan juga tentang “hukum jaminan”, maka mungkin dapat diartikan sebagai peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur.50

Istilah jaminan berasal dari kata jamin yang berarti tanggung, sehingga jaminan dapat diartikan sebagai tanggungan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah tanggungan atas segala perikatan dari seseorang seperti ditentukan dalam pasal 1131 KUH Perdata maupun tanggungan atas perikatan tertentu dari seseorang

50

J. Satrio, 2007, Hukum Jaminan, Hak Jaminan kebendaan, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 3.


(55)

seperti yang diatur dalam pasal 1139-1149 (piutang yang diistimewakan), pasal 1150-1160 (gadai), pasal 1162-1178 (hipotek), pasal 1820-1850 (penanggungan utang), dan jaminan fidusia.51

Dalam hal merumuskan jaminan, maka kita berpacu pada pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata yang mensyaratkan bahwa tanpa diperjanjikanpun seluruh harta kekayaan debitur merupakan jaminan bagi pelunasan hutangnya. Beberapa pengertian jaminan dikemukakan beberapa pakar hukum sebagai berikut :52

1. Mariam Darus Badrulzaman, jaminan sebagai tanggungan yang diberikan oleh seorang debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur untuk menjamin kewajibannya dalam suatu perikatan.

2. Thomas Suyanto, jaminan adalah penyerahan kekayaan atau pernyataan kesanggupan seseorang untuk menanggung pembayaran suatu hutang.

3. J. satrio, jaminan adalah peraturan hukum yang mengatur tentang jaminan-jaminan piutang seorang kreditur terhadap seorang debitur.

4. HartoNomor hadisaputro, jaminan adalah sesuatu yang diberikan debitur kepada kreditur untuk menimbulkan keyakinan bahwa debitur akan memenuhi kewajiban yang dapat dinilai dengan uang yang timbul dari suatu perikatan

Sedangkan Hukum Jaminan menurut Salim H.S. adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur hubungan antara pemberi dan penerima

51

Oey Hoey Tiong, 1985, Fiducia Sebagai Jaminan, Unsur-Unsur Perikatan, Ghalia Indonesia, Jakarta, hlm. 14.

52

Ny. Frieda Husni Hasbullah, 2009, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-Hak Yang Memberi Jaminan, CV INDHILL CO, Jakarta, hlm. 6-7.


(56)

jaminan dalam kaitannya dengan pembebanan jaminan untuk mendapatkan fasilitas kredit.

Dengan kata lain, hukum jaminan tidak hanya mengatur hak-hak kreditur yang berkaitan dengan jaminan pelunasan utang tertentu, namun sama-sama mengatur hak-hak kreditur dan hak-hak debitur berkaitan dengan pelunasan hutang tertentu tersebut. Berdasarkan uraian di atas, unsur-unsur yang terkandung di dalam perumusan hukum jaminan, yakni sebagai berikut :53

a. Serangkaian ketentuan umum, baik yang bersumberkan kepada ketentuan hukum yang tertulis dan ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan hukum jaminan yang tertulis adalah ketentuan hukum yang berasal dari peraturan perundang-undangan, termasuk yurisprudensi, dan ketentuan hukum jaminan yang tidak tertulis adalah ketentuan hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan pembebanan utang dengan suatu jaminan.

b. Ketentuan hukum tersebut mengatur mengenai hubungan hukum antara pemberi jaminan (debitur) dan penerima jaminan (kreditur). Yang dapat menjadi debitur adalah bisa orang perorangan atau badan hukum yang mendapatkan fasilitas utang (kredit) tertentu atau pemilik benda yang menjadi objek jaminan utang tertentu. Sedangkan yang dapat menjadi penerima jaminan (kreditur) bisa orang perseorangan atau badan hukum yang mempunyai piutang pelunasannya dijamin dengan suatu benda tertentu sebagai jaminan.

53


(57)

c. Adanya jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada kreditur. Karena utang yang dijamin itu berupa uang, maka jaminan sedapat mungkin harus dapat dinilai dengan uang.

d. Pemberian jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan dimaksudkan sebagai jaminan (tanggungan) bagi pelunasan utang tertentu, artinya pembebanan kebendaan jaminan dilakukan dengan maksud untuk mendapat utang, pinjaman atau kredit, yang diberikan oleh seseorang atau badan hukum berdasarkan kepercayaan, yang dipergunakan sebagai modal atau investasi usaha.

Beberapa prinsip-prinsip hukum jaminan sebagaimana yang diatur oleh ketentuan-ketentuan KUH Perdata adalah sebagai berikut :54

1. Kedudukan harta pihak peminjam

Pasal 1131 KUH perdata menetapkan bahwa semua harta pihak peminjam, baik yang berupa harta bergearak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari merupakan jaminan atas perikatan utang pihak peminjam. berdasarkan Pasal 1131 KUH perdata pihak pemberi pinjaman akan dapat menuntut pelunasan utang pihak peminjam dari seluruh harta yang bersangkutan, termasuk harta yang masih akan dimilikinya dikemudian hari. Dalam praktak sehari-hari yang dapat disebut sebagai harta yang akan ada dikemudian hari adalah misalnya berupa warisan, penghasilan, gaji, atau tagihan yang akan diterima pihak peminjam.

54

M. Bahsan, 2007, Hukum Jaminan Dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, hlm 10-11


(58)

Ketentuan Pasal 1131 KUH perdata yang dicantumkan sebagai klausul dalam perjanjian kredit bila ditinjau dari isi (materi) perjanjian disebut sebagai isi yang naturalia, yang juga merupakan klausul yang fakultatif, artinya bila dicantumkan sebagai isi perjanjian akan lebih baik, tetapi bila tidak dicantumkan, tidak menjadi masalah kecacatan perjanjian karena hal (klausul) yang seperti demikian sudah diatur oleh ketentuan hukum yang berlaku. Dengan memperhatikan kedudukan Pasal 1131 KUH perdata bila dikaitkan dengan suatu perjanjian pinjaman uang akan lebih baik ketentuan tersebut dimasukkan sebagai klausul dalam perjanjian pinjaman uang, termasuk dalam perjanjian kredit.

2. Kedudukan pihak pemberi pinjaman

Berdasarkan Pasal 1132 KUH perdata dapat disimpulkan bahwa kedudukan pihak pemberi pinjaman dapat dibedakan atas dua golongan yaitu :

a. Yang mempunyai kedudukan berimbang sesuai dengan piutang masing-masing.

b. Yang mempunyai kedudukan yang didahulukan dari pihak pemberi pinjaman yang lain berdasarkan suatu peraturan perundang-undangan. Pihak pemberi pinjaman yang mempunyai kedudukan didahulukan lazim disebut sebagai kreditur preferen dan pihak pemberi pinjaman yang mempunyai hak berimbang disebut sebagai kreditur konkuren.

3. Larangan memperjanjikan pemilikan objek jaminan utang oleh pihak pemberi pinjaman.

Pihak pemberi pinjaman dilarang memperjanjikan akan memiliki objek jaminan utang bila pihak peminjam ingkar janji (wanprestasi). Larangan bagi


(1)

jasa, membayar kembali klaim yang didahulukan perusahaan asuransi, dan biaya-biaya lain seperti bea materai.

4. Penjaminan atas pelaksanaan kontrak tersebut dapat berakhir dengan keadaan sebagai berikut :

a. Apabila perjanjian pokok telah berakhir, maka perjanjian penjaminan (Surety bond) akan berakhir pula, oleh karena Principal telah selesai memenuhi kewajibannya sesuai dengan isi kontrak.

b. P.T. Intra Asia telah memenuhi klaim ganti rugi obligee sebesar jumlah kerugiaan yang benar-benar diderita berdasarkan hasil penelitian dan penganalisaan pihak obligee maksimal sebesar nilai proyek.

B. Saran

1. Pengaturan surety bond baik dari segi fungsi dan tujuan sudah sangat tepat. Kepastian atas pelaksanaan pekerjaan yang tersirat dalam jaminan ini kiranya akan terwujud sebagaimana harapannya dengan dilandasi sikap saling kerjasama, itikad baik, dan saling pengertian terlepas dari moral hajat yang ditanamkan.

2. Pemberian jaminan yang dilakukan oleh perusahaan asuransi ini sedikit rancu karena surety bond adalah produk perusahaan asuransi namun dalam penerapannya tidak dapat diberlakukan seluruh prinsip-prinsip asuransi yang merupakan karaktar dasar dari produk asuransi. Oleh karena itu harapannya adanya lembaga khusus baik itu lembaga penjaminan atau lembaga yang


(2)

diterbitkan oleh perusahaan asuransi itu sendiri secara tegas yang menangani penerbitan surety bond.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

A.

Buku

Badrulzaman, Mariam Darus. 1983. Mencari Sistem Hukum Benda Nasional. Bandung: Alumni.

Badrulzaman, Mariam Darus. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Bandung :Alumni. Bahsan, M. 2007. Hukum Jaminan Dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia.

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Djumialdji. 1996. Hukum Bangunan, Dasar-Dasar Hukum Dalam Proyek Dan Sumber Daya Manusia. Jakarta:Rineka Cipta.

Fuady, Munir. 1998. Kontrak Pemborongan Mega Proyek. Bandung: Citra Aditya Bakti.

HartoNomor, Sri Rejeki. 1992. Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi.

Jakarta: Sinar Grafika.

Hasbullah, Frieda Husni. 2009. Hukum Kebendaan Perdata, Hak-Hak Yang Memberi Jaminan. Jakarta: CV INDHILL CO.

Julius, Latumaerissa. 2011. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat.

Kamelo, Tan. 2006. Hukum Jaminan Fidusia, Suatu Kebutuhan Yang Didambakan. Bandung:PT Alumni.

Kasmir. 2013. Bank Dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Komariah. 2010. Hukum Perdata. Malang: UMM Press.

Masjchun, Sri Soedewi. 1982. Hukum Bangunan, Perjanjian Pemborongan Bangunan. Yogyakarta: Liberty.

--- 2007. Hukum Jaminan Di Indonesia, Pokok-Pokok Hukum Jaminan Dan Jaminan Perorangan.Yogyakarta.Liberty Offset. Muhammmad, Abdulkadir. 2006. Hukum Asuransi Indonesia. Bandung: Citra

Aditya Bakti.


(4)

Siregar, Tampil Anshari. 2007. Metodologi Penelitian Hukum. Medan: Pustaka Bangsa Press.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamuji. 2009. Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tinjauan Singkat. Jakarta:PT. Raja Grafindo.

Subekti, R .1995. Aneka Perjanjian, Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

SunggoNomor, Bambang. 2006. Metodologi Penelitian Hukum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

SuswinarNomor. 2013. Mengantisipasi Risiko Dalam Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jakarta: Visimedia.

Tiong, Oey Hoey. 1985. Fiducia Sebagai Jaminan, Unsur-Unsur Perikatan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2006. Bank Dan Lembaga Keuangan Lain (Edisi Kedua). Jakarta:Salemba Empat.

Tutik, Titik Triwulan. 2008. Hukum Perdata dalam Sistem Hukum Nasional. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Usman, Rachmadi. 2009. Hukum Jaminan Keperdataan. Jakarta: Sinar Grafika. Widjaja, Gunawan & Ahmad Yani. 2003. Jaminan Fidusia. Jakarta: PT

Rajagrafindo Persada.

Widjaja, Gunawan & Kartini Muljadi. 2003. Penanggungan Utang dan Perikatan Tanggung Menanggung.Jakarata: PT RajaGrafindo Persada. ---. 2008. Hak Tanggungan. Jakarta:

Prenada Media Group.

B.

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan. Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2014 Tentang Peransuransian.


(5)

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 1992 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perasuransian.

Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 16 Tahun 1994 Tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara.

Keputusan Presiden (Keppres) Nomor: 14A/80/1980 Tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara/Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Dan Bantuan Luar Negeri.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 124//PMK.010/2008 Tentang Penyelenggaran Lini UsahaAsuransi Kredit dan Suretyship.

Keputusan Menteri KeuanganNomor: 422/KMK.06/2003 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Asuransi Dan Perusahaan Reasuransi. Keputusan Menteri KeuanganNomor: KEP-370/KM.10/2012 Tentang Daftar

Perusahaan Asuransi Umum Yang Dapat Memasarkan Produk Surety Bond Konstruksi Dan Non Konstruksi.

C.

Bahan Lainnya

Adithia, Uyung. 2010. Surety Bond Sebagai Alternatif Jaminan Dalam Pembangunan Infrastruktur Di Indonesia (Tesis). Fakultas Hukum Universitas Indonesia.

Company Profile P.T. Asuransi Intra Asia Medan (Katalog).

Fernando J.N.H. 2002. Peranan dan kedudukan surety bond sebagai lembaga jaminan dalam perjanjian pemborongan (Skripsi). Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.


(6)

Inayah, Haerun.2006. Pelaksanaan Penyelesaian Klaim Dan Subrogasi Atas Klaim Yang Telah Dibayarkan Oleh Perusahaan Surety Dalam Perjanjian Surety Bond di PT Jasaraharja Putera (Tesis), Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro.