Tinjauan Yuridis Terhadap Perubahan Status Perum Menjadi Pt. Persero :(Studi Pada Pt. Pegadaian Cabang Medan)

(1)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUBAHAN STATUS

PERUM MENJADI PT. PERSERO

(STUDI PADA PT PEGADAIAN CABANG MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dalam Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Hukum

Oleh

080200204 ZEFRI ZULFI

DEPARTEMEN KEPERDATAAN

PROGRAM KEKHUSUSAN HUKUM PERDATA BW

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(2)

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUBAHAN STATUS

PERUM MENJADI PT. PERSERO

(STUDI PADA PT. PEGADAIAN CABANG MEDAN)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas Dalam Memenuhi Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Hukum

Oleh

080200204 ZEFRI ZULFI

DISETUJUI OLEH :

KETUA DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN

NIP. 196603031985081004 Dr.Hj.Hasim Purba,SH,M.Hum

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Ramli Siregar,SH.,M.Hum

NIP. 195303121983031002 NIP. 197308042002121001 Mulhadi,SH.,M.Hum

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N


(3)

ABSTRAKSI

Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan lembaga perkreditan non bank, yang bergerak di bidang gadai dan fidusia, baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah kebawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Pegadaian mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pembangunan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dalam rangka program mengentaskan kemiskinan. Namun sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia pada saat ini yang memasuki era global menuntut setiap para pengelola perusahaan diberbagai belahan bumi ini agar dapat meningkatkan kemampuan mereka demi dapat bersaing ditengah-tengah perdagangan global yang sangat bergantung kepada kompetisi pasar. Pentingnya BUMN bagi perekonomian Negara Indonesia sehingga perlu untuk mengoptimalkan dan mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, sehingga BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana mekanisme peralihan bentuk hukum PT. PEGADAIAN (PERSERO) dari PERUM menjadi Perusahaan PERSERO ?, Apa saja alasan-alasan perubahan bentuk Perusahaan Umum Pegadaian (PERUM) menjadi Perusahaan Perseroan Pegadaian (PERSERO) ?, Akibat hukum apa yang timbul dari pengalihan bentuk Perusahaan pada PT. Pegadaian (Persero) ?

Metode penelitian hukum yang digunakan untuk penulisan skripsi ini adalah penelitian normatif dan penelitian empiris. Bahan-bahan untuk melakukan penulisan skripsi ini diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan yuridis. Data yang dikumpulkan meliputi bahan hukum primer yaitu UUD NKRI 1945, KUHPerdata, KUHDagang, Undang-Undang No. 19 tahun 2003, Undang-Undang No. 40 tahun 2007, PP No. 43 tahun 2005, PP No. 44 tahun 2005, PP No. 45 tahun 2005, PP No. 103 tahun 2000 dan PP No. 51 tahun 2011, bahan sekunder yaitu buku-buku hasil karya dari pakar hukum dan pendapat dari para sarjana, bahan hukum tersier yaitu kamus dan alat penelitian berupa wawancara terhadap salah satu pegawai PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan status bentuk hukum PT. Pegadaian dilakukan dengan pengalihan bentuk badan hukum BUMN dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2011 tentang perubahan status bentuk hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) selain itu perubahan tersebut juga mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2005 selanjutnya setelah perubahan tersebut maka PT.Pegadaian mengikuti prinsip-prinsip yang terdapat pada Perusahaan Perseroan pada


(4)

umumnya yang telah diatur dalam UU PT, pegadaian melakukan perubahan status bentuk perusahaannya dikarenakan pegadaian ingin melakukan IPO (Initial Public Offering) yaitu merupakan alternatif pendanaan yang dapat diperoleh dari luar perusahaan dengan menjual saham kepada masyarakat umum dimana salah satu syaratnya perusahaan yang ingin melakukan IPO haruslah berbentuk PT. Dengan berubahnya status Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) maka mengakibatkan bubarnya perusahaan Perum Pegadaian dan beralihnya kekayaan yang ada pada Perum Pegadaian ke PT. Pegadaian (Persero) serta beralih juga segala hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh Perum Pegadaian ke PT.Pegadaian (Persero).


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya yang diberikan kepada penulis shingga dapat menyusun skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana (S1) dari Departemen Hukum Perdata BW Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Penulis sadar bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan karena adanya keterbatasan waktu,tenaga,biaya dan pengetahuan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun bagi penulis.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan dan petunjuk dari berbagai pihak,tentulah penyusunan skripsi ini tidak dapat terlaksana. oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dekan Prof.Dr. Runtung Sitepu,SH.,M.Hum

2. Bapak Pembantu Dekan I Prof.Dr. Budiman Ginting,SH.,M.Hum 3. Bapak Pembantu Dekan II Syarifuddin Hasibuan,SH.,MH DFM 4. Bapak Pembantu Dekan III Muhammad Husni,SH.,MH

5. Bapak Dr. Hasim Purba,SH.,M.Hum sebagai Ketua Departemen Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

6. Bapak Ramli Siegar,SH.,M.Hum selaku sebagai Dosen Pembimbing I penulis yang telah sabar membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini 7. Bapak Mulhadi,SH.,M.Hum selaku sebagai Dosen Pembimbing II penulis

yang telah sabar membimbing saya dalam penyusunan skripsi ini

8. Bapak Alwan, SH., M.Hum yang selama ini telah banyak membantu penulis dalam kegiatan Akademiknya selaku sebagai Dosen Pembimbing Akademik penulis


(6)

9. Seluruh keluargaku terutama Ayah, Ibu, serta Abang yang selalu mendoakan dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Seluruh staf dan karyawan tata usaha Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara

11.Seluruh pegawai Pegadaian yang telah banyak membantu penulis dalam memperoleh data yang penulis butuhkan guna menyelesaikan skripsi ini. 12.Untuk semua penggiat alam bebas yang bernaung di wadah Mapala FH

USU Natural Justice, Fudjli Rinanda S, Babar, Iman, Wira, Adryan Dwi Pradipta, Obet Maail, Leo, Dedi, Hafiz dan seluruh angkatan Perintis serta angkatan Cakrawala dan teman-teman dari Himpunan Mahasiswa Islam. 13.Seluruh anggota MPMF FH-USU 2011/2012

14.Untuk seluruh teman-teman Fakultas Hukum USU, Fahmi Anggia Lubis, Romi, Aziz, Saleh, Dirga, Agus, Panca, Riward, Zaini Hafiz, Pak Den, Pak Gordon, Pak Bagong, Pak Dayan, Pak Satria, Pak Aris dan seluruh teman-teman stambuk 2008 serta seluruh jajaran mahasiswa yang tak dapat disebutkan satu persatu...Hidup Mahasiswa..

Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.

Medan, November 2012 Penulis


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI. ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Keaslian Penulisan ... 9

F. Metode Penelitian ... 9

G. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II. TINJAUAN UMUM MENGENAI PERUSAHAAN PERSEROAN ... 16

A. Bentuk-Bentuk Perusahaan Negara... 16

B. Perusahaan Perseroan Secara Umum ... 30

1. Pendirian Perusahaan Perseroan ... 34

2. Kedudukan Hukum Perusahaan Perseroan ... 39

3. Pembubaran dan Pemberesan Perusahaan Perseroan ... 40

C. Peranan Pemerintah dalam Perekonomian melalui Perusahaan Perseroan ... 43


(8)

BAB III. PERUSAHAAN PEGADAIAN SEBAGAI PERUSAHAAN

UMUM ... 49

A. Kedudukan dan Bentuk Hukum Perusahaan Umum ... 49

1.Sejarah Singkat Berdirinya Perum Pegadaian ... 51

2. Sifat, Maksud dan Tujuan Perum Pegadaian ... 55

B. Modal Perusahaan Umum Pegadaian... 56

C. Pembinaan dan Pengawasan Perusahaan Pegadaian sebagai Perusahaan Umum ... 57

BAB I V. TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN UMUM PEGADAIAN (PERUM) MENJADI PT. PEGADAIAN (PERSERO) ... 65

A. Mekanisme Pengalihan Bentuk Hukum PT. Pegadaian (Persero) dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Persero (Persero). ... 65

B. Alasan-alasan Perubahan Bentuk PT. Pegadaian (Persero) dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) ... 74

C. Akibat hukum yang timbul dari pengalihan bentuk perusahaan PT. Pegadaian (Persero) ... 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

A. Kesimpulan ... 83

B. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA ... 89 LAMPIRAN


(9)

ABSTRAKSI

Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan lembaga perkreditan non bank, yang bergerak di bidang gadai dan fidusia, baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah kebawah, usaha mikro, usaha kecil, dan usaha menengah. Pegadaian mempunyai peran yang sangat penting dalam membantu pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pembangunan, meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dalam rangka program mengentaskan kemiskinan. Namun sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia pada saat ini yang memasuki era global menuntut setiap para pengelola perusahaan diberbagai belahan bumi ini agar dapat meningkatkan kemampuan mereka demi dapat bersaing ditengah-tengah perdagangan global yang sangat bergantung kepada kompetisi pasar. Pentingnya BUMN bagi perekonomian Negara Indonesia sehingga perlu untuk mengoptimalkan dan mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, sehingga BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahan pengurusan dan pengawasannya. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana mekanisme peralihan bentuk hukum PT. PEGADAIAN (PERSERO) dari PERUM menjadi Perusahaan PERSERO ?, Apa saja alasan-alasan perubahan bentuk Perusahaan Umum Pegadaian (PERUM) menjadi Perusahaan Perseroan Pegadaian (PERSERO) ?, Akibat hukum apa yang timbul dari pengalihan bentuk Perusahaan pada PT. Pegadaian (Persero) ?

Metode penelitian hukum yang digunakan untuk penulisan skripsi ini adalah penelitian normatif dan penelitian empiris. Bahan-bahan untuk melakukan penulisan skripsi ini diperoleh dengan cara penelitian kepustakaan (library research) dan penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan yuridis. Data yang dikumpulkan meliputi bahan hukum primer yaitu UUD NKRI 1945, KUHPerdata, KUHDagang, Undang-Undang No. 19 tahun 2003, Undang-Undang No. 40 tahun 2007, PP No. 43 tahun 2005, PP No. 44 tahun 2005, PP No. 45 tahun 2005, PP No. 103 tahun 2000 dan PP No. 51 tahun 2011, bahan sekunder yaitu buku-buku hasil karya dari pakar hukum dan pendapat dari para sarjana, bahan hukum tersier yaitu kamus dan alat penelitian berupa wawancara terhadap salah satu pegawai PT. Pegadaian (Persero) Kanwil I Medan.

Hasil penelitian menunjukan bahwa perubahan status bentuk hukum PT. Pegadaian dilakukan dengan pengalihan bentuk badan hukum BUMN dari Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) melalui Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 2011 tentang perubahan status bentuk hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) selain itu perubahan tersebut juga mengacu pada Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2005 selanjutnya setelah perubahan tersebut maka PT.Pegadaian mengikuti prinsip-prinsip yang terdapat pada Perusahaan Perseroan pada


(10)

umumnya yang telah diatur dalam UU PT, pegadaian melakukan perubahan status bentuk perusahaannya dikarenakan pegadaian ingin melakukan IPO (Initial Public Offering) yaitu merupakan alternatif pendanaan yang dapat diperoleh dari luar perusahaan dengan menjual saham kepada masyarakat umum dimana salah satu syaratnya perusahaan yang ingin melakukan IPO haruslah berbentuk PT. Dengan berubahnya status Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) maka mengakibatkan bubarnya perusahaan Perum Pegadaian dan beralihnya kekayaan yang ada pada Perum Pegadaian ke PT. Pegadaian (Persero) serta beralih juga segala hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh Perum Pegadaian ke PT.Pegadaian (Persero).


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejalan dengan perkembangan perekonomian dunia pada saat ini yang memasuki era global menuntut setiap para pengelola perusahaan diberbagai belahan bumi ini agar dapat meningkatkan kemampuan mereka demi dapat bersaing ditengah–tengah perdagangan global yang sangat bergantung kepada kompetisi pasar. Di dalam kompetisi pasar ini menganut sistem pasar yang menganggap bahwa pola perilaku masyarakat ekonomi dikendalikan oleh pertimbangan yang rasional dalam pasar ekonomi ( barang dan jasa, faktor produksi, keuangan dsb. ), berdasarkan motif kebendaan “mencari untung” atau maksimalisasi kemakmuran tetapi sekaligus kesejahteraan27

Dalam naskah pidato presiden tentang Rancangan Undang–Undang tentang Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2013 mengtakan, bahwa “ Perkembangan ekonomi global pada dua tahun terakhir ini diwarnai oleh ketidakpastian yang makin meningkat. Selagi pemulihan dari krisis dan resesi global yang terjadi pada tahun 2008 belum sepenuhnya tuntas, . Sehingga tuntutan yang dimiliki oleh pelaku usaha yaitu agar dapat memperbaharui semua sarana dan prasarana yang mendukung percepatan perputaran perekonomian untuk mengantisipasi dan dapat mengikuti tuntutan zaman yang berjalan begitu cepat dan dinamis.

27

Marsuki, .Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2005, hal.10


(12)

sejak tahun lalu, dunia kembali dilanda ancaman krisis ekonomi dan keuangan baru. Kondisi itu terutama dipicu oleh berlarut-larutnya proses penyelesaian krisis keuangan di Eropa, yang kemudian menyebarkan dampak negatif kepada negara-negara lain.”28

Negara Indonesia sebagai bagian dari bangsa–bangsa di dunia juga terkena dampak dari perekonomian dunia tersebut. Keadaan ini baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi perkembangan perekonomian Indonesia. Oleh karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut strategi yang harus ditempuh adalah mengupayakan agar pembangunan nasional di segala bidang dapat berlangsung secara terus menerus menuju kearah kebangkitan. Karena dengan pembangunan inilah bangsa Indonesia dapat bersaing di tingkat internasional untuk menuju kemakmuran bangsa dan Negara. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan upaya pembangunan yang berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.

Efisiensi, menguntungkan dan transparan, barangkali itulah kata–kata yang selalu di pergunakan oleh para ahli ekonomi, pengusaha, pemilik modal (investor) dan orang–orang yang bergelut dalam keduniausahaan untuk mempertanyakan keadaan suatu perusahaan yang bergerak dalam berbagai sektor perekonomian.

Negara Indonesia sebagai negara berkembang, tentu tidak dapat disamakan dengan negara raksasa yang perekonomiannya lebih maju. Sistem perekonomian

28

2012 Sekretariat Kabinet RI, PidatoPresiden pada penyampaian RAPBN 2013 Tanggal 16 Agustus 2012, dikutip dari


(13)

Indonesia sebagaimana yang dimaksud dalam UUD 1945, khususnya Pasal 33 maupun dalam Pancasila, yang jika disederhanakan bermakna bahwa perekonomian bangsa disusun berdasarkan demokrasi ekonomi di mana kemakmuran rakyat banyaklah yang lebih diutamakan dibandingkan kemakmuran perorangan.29 Kemudian, karena bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya adalah pokok – pokok atau sumber – sumber kemakmuran rakyat, maka hal tersebut berarti harus dikuasai dan diatur oleh Negara untuk sebesar– besarnya kemakmuran rakyat.30

Berkaitan dengan sistem perekonomian bangsa Indonesia yang telah ditetapkan di atas maka dapat dilihat bahwa perekonomian Indonesia terdiri dari tiga komponen pelaku ekonomi, yaitu pemerintah yang diwakili oleh Badan Usaha Milik Negara ( BUMN ), Usaha Swasta (BUMS), dan masyarakat (dalam hal ini diwakili koperasi).31 Dalam menjalankan kegiatan usahanya, BUMN, Swasta dan Koperasi melaksanakan peran saling mendukung berdasarkan demokrasi ekonomi.32

Badan Usaha Milik Negara, yang selanjutnya disebut BUMN, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimilki oleh Negara melalui penyertaannya secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.33

29

Marsuki,Op.Cit., hal.75.

Kekayaan Negara yang dipisahkan adalah pemisahan kekayaan Negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan

30

Ibid. 31

Subandi, Sistem Ekonomi Indonesia, Alfabeta, Bandung, 2005, hal.20 32

Penjelasan Umum Undang – Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

33

Pasal 1 Ayat (1) Undang – Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.


(14)

modal Negara pada BUMN (Persero dan Perum serta perseroan terbatas lainnya).34 Selanjutnya, pembinaan dan penglolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip – prinsip perusahaan yang sehat.35

BUMN (public enterprise) mempunyai tiga fungsi yaitu sebagai public purpose, public ownership, dan public control. Dari makna itu public purpose –

lah yang menjadi inti dari konsep BUMN. Public purpose ini dijabarkan sebagai hasrat pemerintah untuk mencapai cita–cita pembangunan (sosial, politik dan ekonomi) bagi kesejahteraan bangsa dan negara,36

Melihat pentingnya BUMN bagi perekonomian negara maka perlu untuk mengoptimalkan dan mempertahankan keberadaannya dalam perkembangan ekonomi dunia yang semakin terbuka dan kompetitif, sehingga BUMN perlu menumbuhkan budaya korporasi dan profesionalisme antara lain melalui pembenahaan pengurusan dan pengawasannya. Pengurusan dan pengawasan BUMN harus dilakukan berdasarkan prinsip – prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Peningkatan efisiensi dan produktifitas BUMN harus dilakukan .

sehingga membuat BUMN ini menjadi sektor yang sangat penting dalam membantu pemerintah untuk mengimplitasikan kebijakan pembangunan.

37

34

Pasal 1 ayat 10 Undang – Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

35

Mulhadi, Hukum Perusahaan: Bentuk –bentuk badan usaha di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor, 2010, hal, 151.

36

Pandji Anoraga, Bumn Swasta dan Koperasi, PT. Dunia Pustaka Jaya, Bogor, 1995, hal, 3.

37


(15)

Perusahaan di lingkungan BUMN dengan volume usaha dan aset (aktiva) yang jauh lebih besar (secara umum) dibandingkan dengan perusahaan swasta, ternyata BUMN bukanlah perusahaan yang efisien dan menguntungkan atau bahkan ada yang mengalami kerugian. Bertitik tolak dari kenyataan itu pemerintah tentu saja akan berusaha untuk tidak membiarkan keadaan yang tidak menguntungkan tersebut, karena apabila dibiarkan terus menerus tanpa adanya upaya perbaikan, sebahagian BUMN itu akan tetap hanya membebani Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) untuk setiap tahun anggaran. Bagaimana tidak, sebahagian BUMN dibiayai oleh APBN, sementara pendapatan dari minyak dan gas bumi sudah sulit diharapkan terlalu banyak untuk memenuhi APBN yang meningkat setiap tahunnya.38

Untuk memperbaiki penampilan BUMN tersebut, maka pemerintah telah melakukan serangkaian langkah–langkah pembenahan dengan menciptakan/membentuk berbagai kebijaksanaan dan perangkat peraturan– peraturan yang dapat mendukung gerak maju perusahaan-perusahaan tersebut, disamping juga melakukan pembenahan pengelolaan (menejemen) dan bahkan melakukan perombakan struktur organisasinya.

Pegadaian adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang merupakan lembaga perkreditan non bank, yang bergerak di bidang gadai dan fidusia, baik secara konvensional maupun syariah, dan jasa lainnya di bidang keuangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan terutama untuk masyarakat berpenghasilan menengah kebawah, usaha mikro, usaha kecil, dan

38

Rolib Sitorus, ”Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)”, Skripsi, Fakultas Hukum USU, Medan, 1995, hal. 3


(16)

usaha menengah, serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya perseroan dengan menerapkan prinsip perseroan terbatas.39

Meskipun banyak lembaga keuangan yang menawarkan pinjaman atau kredit namun Pegadaian tetap menjadi pilihan masyarakat yang membutuhkan dana, karena lembaga ini mampu menyediakan dana secara cepat dengan prosedur yang mudah. Hal ini sesuai dengan motto Pegadaian yaitu,“mengatasi masalah tanpa masalah”.

Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah No.51 Tahun 2011, yang mengatur tentang perubahan bentuk badan hukum Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroaan (Persero).

Kehadiran Pegadaian yang didirikan pemerintah mengusung peran sosial yang cukup jelas, yaitu membantu pemerintah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Bagi masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah keberadaannya merupakan pilihan yang sangat tepat untuk memperoleh dana atau kredit. Selain itu juga Pegadaian sangat berpengaruh untuk menghapus bank gelap, praktek ijon, riba dan lain–lain yang sifatnya lintah darat dan hanya menambah beban dan masalah bagi masyarakat ekonomi lemah.40

Dengan demikian Pegadaian mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pembangunan,

39

Pasal 2 Ayat (1) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.51 Tahun 2011 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroan (persero).

40

Muhammad Syukran Yamin Lubis, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian atas Benda Jaminan”, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana USU, Medan, 2006, hal. 3.


(17)

meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat dalam rangka program mengentaskan kemiskinan.41

Berdasarkan uraian di atas dan berbagai masalah hukum yang timbul dan berkaitan dengan perubahan status hukum Perusahaan Umum (Perum) menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), telah mendorong saya untuk menelitinya dan selanjutnya akan dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Perubahan Status Perum Menjadi PT. Persero ( Studi Pada PT. Pegadaian Cabang Medan)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasar uraian latar belakang masalah tersebut di atas, selanjutnya dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana mekanisme peralihan bentuk hukum PT. PEGADAIAN (PERSERO) dari PERUM menjadi perusahaan PERSERO ?

2. Apa saja alasan-alasan perubahan bentuk Perusahaan Umum Pegadaian (PERUM) menjadi Perusahaan Perseroan Pegadaian (PERSERO) ?

3. Akibat hukum apa yang timbul dari pengalihan bentuk perusahaan pada PT. Pegadaian (Persero) ?

C. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari pembahasan dalam penelitian ini dapat diurakan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme peralihan bentuk hukum PT. PEGADAIAN (PERSERO) dari PERUM menjadi perusahaan PERSERO.

41


(18)

2. Untuk mengetahui alasan-alasan perubahan bentuk Perusahaan Umum Pegadaian (PERUM) menjadi Perusahaan Terbatas Pegadaian (PERSERO)

3. Untuk mengetahui akibat-akibat yang timbul dari pengalihan bentuk perusahaan pada PT. Pegadaian (Persero) baik yang sudah terjadi maupun kemungkinan yang akan terjadi.

D. Manfaat penenelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis bagi pembaca.

Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut : 1. Secara teoritis

Manfaat penelitian secara teoritis yaitu sebagai bahan masukan yang dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut bagi para pembaca yang ingin memperdalam kajian dan pengetahuan dibidang Ilmu Hukum pada umumnya dan ilmu hukum koorporasi pada khususnya dalam permasalahan perubahan status badan hukum perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) .

2. Secara praktis

Manfaat penelitian bersifat praktis diharapkan agar tulisan ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi hukum perdata tentang hukum korporasi dan diharapkan penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan


(19)

rujukan dalam mempelajari hukum korporasi, khususnya tentan Badan Usaha Milik Negara.

E. Keaslian penulisan

Penelitian ini dilakukan atas gagasan peneliti sendiri juga melalui masukan yang berasal dari berbagai pihak guna membantu penelitian dimaksud. Sepanjang yang telah ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penelitian tentang,”Tinjauan Yuridis terhadap Perubahan Status Perum menjadi PT. Persero ( Studi pada PT. Pegadaian Cabang Medan)” belum pernah dilakukan. Oleh karenanya penelitian ini sangat jauh dari unsur plagiat. Penelitian ini merupakan karya ilmiah yang asli, dan dapat dipertanggung jawabkan secara akademis.

F. Metode penelitian

Metodologi mempunyai beberapa pengertian, yaitu (a) logika dari penelitian ilmiah, (b) studi terhadap prosedur dan teknik penelitian, dan (c) suatu sistem dari prosedur dan teknik penelitian42. Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi yang bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten.43

42

Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hal.17

Penelitian hukum adalah segala aktivitas seseorang untuk menjawab permasalahan hukum yang bersifat akademik dan praktisi, baik yang bersifat asaa-asas hukum, norma-norma hukum yang hidup dan berkembang dalam masyarakat,

43

Soerjono Soekanto dan Sri Mumadji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 1.


(20)

maupun yang berkenaaan dengan kenyataan hukum dalam masyarakat. 44 Penelitian merupakan upaya pencarian terhadap pengetahuan yang benar (ilmiah), karena hasil dari pencarian ini akan dipakai untuk menjawab permasalahan tertentu.45 Dengan demikian, metode penelitian adalah suatu upaya ilmiah untuk memahami dan memecahkan suatu masalah berdasarkan metode tertentu.46

Dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha untuk mengumpulkan informasi dan data-data yang diperlukan untuk menjadi bahan dalam penulisan skripsi ini. Bahan-bahan tersebut haruslah mempunyai hubungan satu sama lainnya yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengunakan metode penelitian sebagai berikut :

1. Jenis penelitian dan sifat penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian normatif dan penelitian empiris. Penelitian normatif adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka atau bisa juga disebut dengan penelitian hukum kepustakaan 47

Penelitian hukum sosiologis atau empiris dilakukan dengan cara terutama meneliti data primer yang diperoleh di lapangan selain juga meneliti data sekunder . Penelitian empiris merupakan penelitian berupa studi lapangan dengan melakukan wawancara pada responden yang berkaitan dengan PT. Pegadaian (PERSERO) cabang Medan dengan metode pendekatan yuridis.

44

Zainuddin Ali, Op.Cit., hal. 19. 45

Amiruddin dan Zainal Asikan, Pengantar Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada, Jakarta,2004,hal.19.

46

Bambang Sunggono, Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2001, hal. 38.

47


(21)

dari perpustakaan.48 Yuridis Sosiologis atau Socio legal researce (condoktrinal), yaitu untuk mengevaluasi keterkaitan aspek-aspek empiris atau normatif.49

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan penyebaran suatu gejala, atau untuk menentukan ada tidaknya hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.50

Penelitian ini meliputi asas-asas hukum, sumber-sumber hukum, peraturan perundang-undangan, dan beberapa buku mengenai perusahaan, khususnya pada Peusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dan hukum Perseroan Terbatas.

Tujuan penelitian normatif dan penelitian empiris ini adalah untuk mengetahui mekanisme peralihan bentuk hukum PT. Pegadaian (PERSERO) dari PERUM menjadi PERSERO. Untuk mengetahui alasan-alasan perubahan bentuk Perusahaan Umum Pegadaian (PERUM) menjadi Perusahaan Terbatas Pegadaian (PERSERO) serta untuk mengetahui akibat yang timbul dari pengalihan bentuk perusahaan pada PT. Pegadaian (PERSERO).

Dengan demikian dapat meggambarkan dan menjelaskan secara umum tentang perubahan yang terjadi pada Perusahaan Umum Pegadaian (PERUM) menjadi Perusahaan Terbatas Pegadaian (PERSERO) baik itu mekanisme, alasan-alasan dan sebab-sebab yang terjadi pada perusahaan tersebut.

48

Tampil Anshari Siregar, Metodologi penelitian hukum penulisan skripsi, Medan, 2005, hal. 23

49

Muslan Abdurahman, Sosiologi dan Metodologi Penelitian Hukum, UMM Press,

Malang, 2009, hal. 94 50


(22)

2. Data dan Sumber Data

Pada umumnya di dalam penelitian data dibagi menjadi dua jenis antara : a. Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. b. Data sekunder, antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi,

buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berwujud laporan, dan sebagainya.51 Data pokok dalam penelitian ini diperoleh dari :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, terdiri dari :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

3) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.

4) Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

5) Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 6) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2005

tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara.

7) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2005 tentang tata cara penyertaan dan penatausahaan modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.

51


(23)

8) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2005 tentang pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

9) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 103 tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian.

10)Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 tahun 2011 tentang perubahan bentuk badan hukum Perusahaan Umum (PERUM) Pegadaian menjadi Perusahaan Perseroaan (PERSERO).

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti rancangan undang-undang, hasil-hasil penelitian, atau pendapat pakar hukum.52

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus umum, kamus hukum, majalah dan jurnal ilmiah. Surat kabar dan majalah mingguan juga menjadi tambahan bahan bagi penulisan skripsi ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian ini. 3. Alat pengumpulan data

Dalam penulisan ini, penulis mengumpulkan data-data yang diperlukan untuk menjawab semua masalah yang menjadi objek penelitian dengan cara :

a. Penelitian kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data yang tedapat dalam peraturan perundang-undangan, buku-buku atau

52


(24)

literatur, tulisan-tulisan ilmiah, situs internet, dan dokumen-dokumen yang tekait dengan penelitian ini.

b. Penelitian lapangan (field research) yakni dengan mengadakan wawancara kepada staf pegawai PT. Pegadaian (Persero) Cabang Medan.

4. Analisis data

Analisis data dilakukan secara kualitatif yang digambarkan secara deskriptif, rangkaian kegiatan analisis data dimulai setelah terkumpulnya data sekunder, kemudian disusun menjadi sebuah pola dan dikelompokkan secara sistematis. Analisis data lalu dilanjutkan dengan membandingkan data sekunder terhadap data primer untuk mendapatkan penyelesaian permasalahan yang diangkat.

G. Sistematika penulisan

Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa tahapan yang disebut dengan bab, dan setiap bab dibagi dalam beberapa sub bab yang masing-masing bab diuraikan masalahnya secara tersendiri, namun masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan keseluruhan ke dalam 5 (lima) bab terperinci. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, dalam bab ini penulis menguraikan apa yang menjadi latar belekang permasalahan, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penulisan, metode penelitian serta sistematika penulisan.


(25)

Bab II Tinjauan Umum Mengenai Perusahaan Perseroan, dalam bab ini menjelaskan tentang tinjauan umum mengenai perusahaan perseroan, Bentuk-bentuk perusahaan Negara, perusahaan perseroan secara umu, peranan pemerintah dalam perekonomian melalui perusahaan perseroan.

Bab III Perusahaan Pegadaian Sebagai Perusahaan Umum, dalam bab ini diuraikan mengenai kedudukan dan bentuk hukum Perusahaan Umum, sejarah singkat berdirinya Perum Pegadaian, sifat, maksud dan tujuan Perum Pegadaian, modal Perusahaan Umum Pegadaian, Pembinaan dan pengawasan Perusahaan sebagai Perusahaan Umum.

Bab IV Tinjauan Yuridis Terhadap Perubahan Status Perusahaan Umum Pegadaian (PERUM) menjadi PT. Pegadaian (PERSERO), dalam bab ini merupakan uraian hasil penelitian yang mencakup mekanisme pengalihan bentuk hukum PT. Pegadaian (PERSERO) dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Persero, alasan-alasan perubahan PT. Pegadaian (PERSERO) dari Perusahaan Umum menjadi PT. PERSERO, akibat hukum yang timbul dari pengalihan bentuk perusahaan pada PT. Pegadaian (PERSERO).

Bab V Kesimpulan dan Saran, bab ini adalah bagian yang memuat kesimpulan dan saran, pada bagian ini akan diuraikan suatu kesimpulan beserta saran yang berkaitan dengan penelitian ini.


(26)

BAB II

TINJAUAN UMUM MENGENAI PERUSAHAAN PERSEROAN

A. Bentuk-bentuk perusahaan Negara

Istilah perusahaan berasal dari hukum dagang dan merupakan hukum perikatan yang timbul khusus dari lapangan perusahaan. Hukum dagang ini merupakan hukum perdata khusus yang dirancang atau diciptakan bagi kaum pedagang. Artinya, pemberlakuannya hanya diperuntukan bagi kaum pedagang saja, tidak untuk digunakan diluar pedagang.53

Bentuk perusahaan yang disebut perusahaan Negara tidak dapat kita jumpai pengaturannya secara tersendiri dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang maupun Kitab Undang-undang Hukum Perdata. Namun pengaturan Perusahaan Negara diatur dalam berbagai peraturan-peraturan khusus.

Landasan konstitusional Badan Usaha Milik Negara (BUMN) di Indonesia adalah pasal 33 UUD 1945 yaitu ayat 2 yang menyatakan bahwa “Cabang-cabang produksi yang penting bagi Negara dan menguasai hajat hidup orang banyak, dikuasai oleh Negara” atas dasar itu maka pemerintah mendirikan perusahaan-perusahaan sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Jadi kegiatan ekonomi dalam bentuk perusahaan yang dikendalikan oleh Negara adalah dalam rangka pelaksanaan pasal 33 UUD 1945.54

Perusahaan Negara yang selanjutnya disebut Badan Usaha Milik Negara (BUMN) adalah Badan Usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya

53

Mulhadi, Op.Cit., hal.3. 54


(27)

dimiliki oleh Negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.55

Dalam perkembangannya bentuk-bentuk Perusahaan Negara selalu berubah-ubah semenjak masa pemerintahan Hindia belanda hingga saat ini. Hal ini dikarenakan kurangnya peraturan-peraturan yang dapat dan mampu untuk mengatur secara lengkap, disamping semakin pesatnya perkembangan hukum perusahaan yang tidak dapat di antisipasi oleh peraturan perundang-undangan yang tegas. Perubahan yang terjadi tidak hanya terdapat pada peraturan perundang-undangannya saja tetapi juga terjadi pada bentuk-bentuk perusahan Negara itu sendiri.

Untuk lebih memahami bentuk-bentuk perusahan Negara dan definisi yang tepat dari pengertian perusahaan Negara serta kedudukan hukum perusahaan perseroan (PERSERO) sebagai salah satu bentuk Perusahaan Negara sebaiknya kita ketahui bentuk-bentuk Perusahaan Negara sesuai dengan yang diatur oleh peraturan-peraturan Negara yang pernah ada di Negara Republik Indonesia.

Secara historis bentuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau dahulu disebut Perusahaan Negara yang keberadaannya mengalami perkembangan sebagai berikut :

1. Perusahaan Negara pada zaman Belanda

Pada waktu zaman penjajahan Belanda, pemerintah Hindia Belanda melakukan usaha-usaha yang bertujuan mendapatkan penghasilan yang diusahakan oleh perusahaan-perusahaan pemerintah atau Negara.56

55

Pasal 1 Ayat (1) Undang – Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.


(28)

a. Perusahan Negara yang diatur dengan Indonesische Bedrijvenwent Stb 1927 Nomor 419 yang diubah dengan Stb 1936 Nomor 445 (Perusahaan IBW). Contoh PN IBW adalah Jawatan Kereta Api (Stb 1939 No. 556), Jawatan Pos, Telegraf dan Telepon (Stb 1931 No, 524), Pelabuhan seperti Tanjung Priok (Stb 1934 No. 109).57

b. Perusahaan Negara yang diatur berdasarkan Indonesiche Comptabiliteitswet Stb 1925 Nomor 448 (Perusahaan Negara ICW). Contoh perusahaan ICW adalah Perusahaan Air Minum Negara.58 2. Perusahaan Negara Pada zaman Kemerdekaan

Setelah kemerdekaan, Perusahaan Negara di Indonesian dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Perusahaan Negara Sebelum tahun 1960

Sebelum tahun 1960 belum ada Undang-undang tentang Perusahaan Negara, sehingga perusahaan-perusahaan Negara di Indonesia diatur oleh peraturan yang berbeda-beda. Keanekaragaman peraturan tersebut menyebabkan pula adanya bentuk perusahaan yang berlainan, yakni :59 1) Perusahaan Negara IBW (Indonesiche Bedrijven Wet = undang-undang perusahaan Indonesia) diundang-undangkan dalam Stb. 1927-419 dan telah mengalami banyak perubahan dalam tahun 1929, 1936, 1954 dan tahun 1955.

56

Mulhadi, Op.Cit., hal.157. 57

Ibid.

58

Ibid., hal. 158. 59

Sutantya Rahardja Hadhikusuma & Sumantoro, Pengertian Pokok-Pokok Hukum Perusahaan : Bentuk-bentuk Perusahaan yang Berlaku di Indonesia,CV. Rajawali, Jakarta,1991, hal.181.


(29)

Melihat dasar hukum pembentukannya, Perusahaan-perusahaan IBW terletak pada bidang Hukum Publik khususnya Hukum Administrasi Negara dan masing-masing perusahaan IBW berada dalam wewenang serta kekuasaan department yang terkait.60

Perusahaan IBW tidak diberi bentuk Badan Hukum Publik maupun Privat (Perdata) oleh perundang-undangan yang berlaku, tetapi hubungan perusahaan dengan pihak ketiga dapat merupakan tindakan dalam bidang Hukum Perdata, karena untuk dapat melakukannya dalam bidang ini tidak perlu berbentuk Badan Hukum.61

Contoh Perusahaan Negara IBW ini antara lain : Jawatan Pegadaian, Percetakan Negara, Jawatan PTT, Jawatan Kereta Api dan sebagainya.62

2) Perusahaan ICW (Indonesische Comptabiliteits Wet = Undang-Undang Perbendaharaan Indonesia) diundangkan dalam Stb. 1864-106 dan diumumkan lagi dengan Stb. 1925-448, terakhir diubah dengan LN 1948-334.

Berbeda dengan perusahaan IBW yang dengan tegas dinyatakan dalam undang-undang sebagai perusahaan, maka untuk ICW ini tidak tegas dinyatakan dengan demikian, karena sebenarnya

60

Ibid., hal.182. 61

Ibid.

62


(30)

perusahan-perusahan ICW hanya merupakan Organisasi Produksi yang diselenggarakan oleh pemerintah.63

Seluruh Anggaran Belanja tahunan perusahan ICW termasuk dalam Anggaran Belanja Negara, khususnya Departement yang menguasai perusahaan tersebut.64

Perusahaan Negara ICW tidak semata-mata mencari keuntungan (komersiil), melainkan mempunyai fungsi sebagai suatu lembaga pemerintah yang menjadi bagian dari instansi atau Dinas Pemerintah, yang menjalankan pelayanan masyarakat (public service).

Seluruh keuntungan yang didapat disetorkan pada Kas Negara.

65

Adapun perusahaan-perusahaan ICW yang pernah ada antara lain : a) Pabrik Farmasi dari Departement Kesehatan

b) Perusahaan Listrik Negara dari Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik.

c) Perusahaan Angkutan Jawatan Motor RI (DAMRI) dari Departemen Perhubungan. Dengan adanya undang-undang No. 19 Prp Tahun 1960 maka perusahaan ICW DAMRI menjadi PN Angkutan Motor DAMRI (PP No. 233 tahun 1961).66

63

Ibid.

64

Ibid.

65

Ibid.

66


(31)

3) Perusahaan berdasar Undang-undang tertentu :

Kelompok ini adalah perusahaan-perusahaan yang dijalankan oleh suatu badan yang ditunjuk oleh undang-undang tersendiri, seperti : a) Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh Bank Industri

Negara (BIN) berdasarkan Undang-undang darurat No.5 tahun 1952.

Contoh perusahaan ini adalah PT. Pabrik Kertas Blabak; PT. Natour Ltd; PT. Saridele; PT. Tarumartani.

b) Perusahaan-perusahaan Asing yang dinasionalisasikan berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 23 tahun 1958 ditetapkan bahwa semua Perusahaan Belanda ditempatkan dibawah penguasaan pemerintah Republik Indonesia.67

4) Perusahaan Negara Hukum Dagang, Perusahaan Negara dalam jenis ini sebagian besar berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang mana saham-sahamnya (modal) dimiliki oleh Departemen-departemen (Pemerintah) yang menguasai tersebut. Contoh dari perusahaan ini adalah :

a. PT. Pertambangan Bauksit Indonesia – Departemen Pertambangan

b. PT. Pertambangan Timah Belitung – Departemen Pertambangan, dan sebagainya.68

67

Ibid.,hal. 184. 68


(32)

5) Usaha-usaha dengan modal pemerintah dalam bentuk Yayasan. Yayasan dengan modal Pemerintah ini dibentuk melalui Keputusan Menteri yang bersangkutan. Contoh usaha dalam bentuk ini adalah :69

a. Yayasan Prapanca

b. Yayasan Urusan Bahan Makanan c. Yaysan TVRI.

b. Perusahaan Negara menurut Undang-Undang No. 19 Prp tahun 1960. Dengan keluarnya UU No. 19 Prp 1960, maka semua PN IBW, PN ICW dan PN haruslah berdasarkan UU tersebut.70 Undang-undang ini muncul setelah dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959, untuk menyesuaikan organisasi alat-alat produksi dan distribusi sebagai organisasi penyelenggaraan pasal 33 UUD 1945, yang membuat pemerintah merasa perlu untuk menyeragamkan bentuk-bentuk Usaha Negara.71

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan perusahaan Negara ialah semua perusahaan dalam bentuk apa pun yang modalnya untuk seluruhnya merupakan kekayaan Negara Republik Indonesia, kecuali jika ditentukan lain dengan atau berdasarkan undang-undang.72

69

Ibid.

70

Mulhadi, Op.Cit., hal.158. 71

Sutantya Rahardja Hadhikusuma & Sumantoro, Op.Cit., hal. 186. 72

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 19 tahun 1960 tentang Perusahaan Negara Presiden Republik Indonesia, pasal 1.


(33)

c. Perusahaan Negara menurut Undang-undang Nomor 9 tahun 1969. Dengan dikeluarkannya instruksi presiden No. 17/1967 dan Undang-undang No. 9/1969, status hukum perusahaan-perusahaan Negara ditata dalam tiga bentuk, yaitu :73

1. Perusahaan jawatan (Perjan) adalah Perusahaan Negara yang didirikan dan diatur menurut ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Indonesische Bedrivemenwet (Stbl.1927 : 419 sebagaimana yang telah beberapa kali diubah dan ditambah).74

Dengan cirri-ciri sebagai berikut :

a. Bersifat public service, yaitu pelayanan kepada masyarakat. b. Permodalannya termasuk bagian dari APBN yang dikelola

departemen yang membawakannya.

c. Statusnya mempunyai kaitan dengan hukum publik.75

d. Hubungan usaha antara Pemerintah sebagai yang melayani dengan masyarakat sebagai yang dilayani harus didasarkan atas

Busines-zakelijkheid, costs accounting principles dan

management effectiveness, artinya setiap subsidi yang diberikan kepada masyarakat selalu dapat diketahui dan dapat dicatat atau dibukukan.76

e. Tidak dipimpin oleh suatu Direksi tetapi oleh seorang Kepala (yang merupakan bawahan suatau bagian dari Departemen atau

73

Pandji Anoraga, Op.Cit., hal.17. 74

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan dalam Peraturan Perundang-undangan,

Nuansa Aulia,2006, hal.15. 75

Pandji Anoraga, Op.Cit., hal.18. 76


(34)

Direktorat Jendral atau Direktorat atau Pemerintah Daerah) yang memenuhi syarat-syarat yang sudah ditentukan.77

f. Mempunyai dan memperoleh segala fasilitas Negara. g. Pegawai pokoknya adalah Pegawai Negeri.

h. Pengawasan dilakukan baik secara hirarki maupun secara fungsional seperti bagian-bagian lain dari suatu departemen atau Pemerintah Daerah.78

2. Perusahaan Umum (Perum) adalah perusahaan Negara yang didirikan dan diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan yang termaktub dalam Undang-undang Nomor 19 Prp Tahun 1960.79 Dengan cirri-ciri sebagai berikut :

a. Bersifat public service utility, yaitu melayani kepentingan umum dan diharapkan memupuk keuntungan.

b. Modal seluruhnya milik Negara dari kekayaan Negara yang dipisahkan.

c. Berstasus badan hukum dan diatur berdasarkan Undang-undang (dengan westduiding).80

d. Pada umumnya bergerak di bidang jasa-jasa vital.

e. Mempunyai nama dan kekayaan sendiri serta kebebasan bergerak seperti perusahaan swasta untuk mengadakan atau

77

Sentosa Sembiring, Loc.Cit.

78

Mulhadi, Loc.Cit.

79

Sentosa Sembiring, Op.Cit.

80


(35)

masuk dalam suatu perjanjian, kontrak-kontrak dan hubungan-hubungan perusahaan lainnya.

f. Dapat dituntut dan menuntut, dan hubungan hukumnya diatur secara hubungan hukum perdata (privaat rechtelijk).

g. Modal seluruhnya dimiliki oleh Negara dari kekayaan yang dipisahkan, serta dapat mempunyai dan memperoleh dana dari kredit-kredit dalam dan luar negeri atau dari obligasi (dari masyarakat).

h. Pada prinsipnya secara financial harus dapat berdiri sendiri, kecuali apabila karena politik pemerintah mengenai tarif dan harga tidak mengizinkan tercapainnya tujuan ini.

i. Dipimpin Direksi.

j. Pegawainya adalah pegawai Perusahaan Negara yang diatur tersendiri diluar ketentuan-ketentuan yang berlaku bagi Pegawai Negeri atau Perusahan Swasta/Usahanya (Negara) Perseroan.

k. Organisasi, tugas, wewenang tanggung jawab, pertanggung jawaban dan cara mempertanggungjawabkannya, serta pengawasan dan lain sebagainya, diatur secara khusus yang pokoknya akan tercermin dalam Undang-undang yang mengatur pembentukan perusahaan Negara itu.


(36)

l. Apabila di antaranya ada yang berupa public utility, maka bila dipandang perlu untuk kepentingan umum, politik tarif dapat ditentukan oleh pemerintah.

m. Laporan tahunan perusahaan yang memuat neraca untung rugi dan neraca kekayaan disampaikan kepada Pemerintah.81

3. Perusahaan Perseroan (Persero) adalah perusahaan dalam bentuk perseroan terbatas seperti diatur menurut ketentuan-ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Dagang (Stbl. 1847 : 23 sebagaimana yang telah beberapa kali diubah dan ditambah), baik yang saham-sahamnya untuk sebagiannya maupun seluruhnya dimiliki oleh Negara.82

Dengan cirri-ciri sebagai berikut : a. Bersifat profit motive.

b. Modal seluruhnya atau sebagian milik Negara dan dibagi atas saham-saham.

c. Status hukumnya sebagai badan hukum perdata, yang berbentuk perseroan terbatas.83

d. Hubungan-hubungan usahanya diatur menurut hukum perdata. e. Tidak memiliki fasilitas-fasilitas Negara.

f. Dipimpin oleh suatu Direksi.

g. Pegawainya berstatus sebagai pegawai perusahaan swasta biasa.

81

Mulhadi, Op.Cit., hal.160. 82

Sentosa Sembiring, Op.Cit.

83


(37)

h. Peranan pemerintah adalah sebagai pemegang saham dalam perusahaan. Intensitas “medezeggenschap” terhadap perusahaan tergantung dari besarnya jumlah saham (modal) yang dimiliki atau berdasarkan perjanjian tersendiri antara pihak pemerintah dan pihak pemilik (atau pendiri) lainnya.84 Di samping tiga golongan BUMN di atas masih dikenal bentuk-bentuk lain yang mempunyai cirri-ciri khusus dan tunduk pada undang-undang tersendiri seperti delapan bank pemerintah yang tunduk pada UU No. 14/1967 serta UU pendiriannya masing-masing. Ada pula pertamina yang merupakan perusahaan minyak dan gas bumi Negara dan tunduk pada UU No. 8/1971. 85

d. Perusahaan Negara pada tahun 1998

Pada masa ini, Pemerintah mengeluarkan tiga produk hukum berbentuk peraturan pemerintah yang mengatur tiga jenis Perusahaan Negara, yaitu :

1. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 1998 tentang perusahaan perseroan (Persero), disini disebutkan bahwa Perusahaan Perseroan, untuk selanjutnya disebut Persero, adalah Badan Usaha Milik Negara yang dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 yang berbentuk Perseroan Terbatas sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 yang seluruh atau paling sedikit

84

Mulhadi, Op.Cit., hal.161. 85


(38)

51 % saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh Negara melalui penyertaan modal secara langsung.86

2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum (Perum), disini disebutkan bahwa Perusahaan Umum yang selanjutnya disebut Perum adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 dimana seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham.87

3. Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan), disini disebutkan bahwa Perusahaan Jawatan yang selanjutya disebut Perjan adalah Badan Usaha Milik Negara sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 di mana seluruh modalnya dimiliki oleh pemerintah dan merupakan kekayaan Negara yang tidak dipisahkan serta tidak terbagi atas saham-saham.88 e. Perusahaan Negara berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun

2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Dalam undang-undang ini jenis Badan Usaha Milik Negara (BUMN) disederhanakan menjadi dua yaitu :

86

Pasal 1 butir 2 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero).

87

Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Perusahaan Umum (Perum).

88

Pasal 1 butir 1 Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2000 tentang Perusahaan Jawatan (Perjan).


(39)

a) Perusahaan Perseroan (Persero) yang menurut Undang-undang ini adalah ”Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.”89

b) Perusahaan Umum (Perum) yang menurut Undang-undang ini adalah “ Perusahaan Umum, yang selanjutnya disebut Perum, adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki Negara dan tidak terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa penyedian barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan.”90

Dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara ini menggantikan tiga undang-undang sebelumnya yang sudah dinyatakan dicabut (tidak berlaku lagi), yaitu sebagai berikut.91

a. Indonesische Bedrijvenwet (Stb. Tahun 1927 Nomor 419) sebagaimana telah beberapa kali diubah dan ditambah terakhir dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 1955 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1955 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 850).

b. Undang-undang Nomor 19 Prp tahun 1960 tentang Perusahaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1989).

c. Undang-undang Nomor 9 Tahun 1969 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 1 tahun 1969 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1969 Nomor 16, Tambahan Lembaran

89

Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

90

Ibid., Pasal 1 butir 4.

91


(40)

Negara Nomor 2890) tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara menjadi Undang-undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2904).

B. Perusahaan Perseroaan Secara Umum

Perusahaan perseroan adalah Perusahaan milik Negara yang diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. Sebelumnya perusahaan perseroan telah diatur oleh undang-undang No.9 tahun 1969 tentang Bentuk-Bentuk Usaha Negara. Sebagai pelaksanaan undang-undang tersebut diundangkan peraturan pemerintah No. 12 Tahun 1969 tentang perusahaan Perseroan sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah No. 24 Tahun 1972. Kemudaian pada tanggal 17 januari 1998 diundangkan Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) Lembaran Negara No. 15 tahun 1998. Dengan berlakunya peraturan pemerintah ini, maka Peraturan Pemerintah No. 12 Tahun 1969 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 1972 dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Dan Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero) sebelumnya telah diubah juga dengan Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2001.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara yang menyebutkan bahwa Perusahaan Perseroan, yang selanjutnya disebut Persero, adalah BUMN yang berbentuk Perseroan Terbatas yang modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan


(41)

utamanya mengejar keuntungan92. Terhadap Persero berlaku segala ketentuan dari prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Prinsip-prinsip dimaksud adalah good corporate governance yang terdiri dari prinsip transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, serta kewajaran.93 Semua ketentuan Undang-Undang Perseroan Terbatas, termasuk segala Peraturan Pelaksana berlaku juga bagi Persero.94

Persero dapat berentuk Persero (Tertutup) dan Persero Terbuka. Persero Terbuka adalah persero yang modal dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi Kriteria tertentu atau persero yang melakukan penawaran umum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.95 Jadi, Persero dapat terjadi dari dua kemungkinan, pertama, Persero tersebut memiliki modal dan jumlah pemegang tertentu yang diisyaratkan peraturan perundang-undangan.96Kedua, Persero telah melakukan penawaran umum di pasar modal (go public).97 Persero (tertutup) adalah persero yang tidak termasuk dalam katagori Persero terbuka.98

Dahulu Perseroan Terbatas diatur KUHD, yaitu dalam pasal 36 sampai dengan pasal 56.99

92

Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Pengaturan PT sebagaimana yang dijabarkan dalam KUHD yang cukup sumir yakni hanya 21 pasal dianggap tidak memadai lagi untuk

93

Mulhadi, Op.Cit., hal.166 94

Ibid., hal.168 95

Pasal 1 Angka 3 Undang-Undang No.19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

96

Ridwan Khairandy, Pengantar Hukum Dagang, FH UII PRESS, Yogyakarta, 2006, hal.71.

97

Ibid.

98

Ibid. 99

Sanunusi Bintang & Dahlan, Pokok-pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal.34.


(42)

mengatur badan usaha PT yang aktifitasnya semakin mengglobal tidak hanya lintas daerah akan tetapi menembus batas antarnegara.100 Disamping itu, di luar KUHD masih terdapat pula pengaturan Badan Hukum semacam Perseroan Terbatas bagi golongan Bumi Putra, sehingga timbul dualisme badan hukum perseroan yang berlaku bagi warga Negara Indonesia.101

Dalam Undang-undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas menyebutkan bahwa Perseroan Terbatas, yang selanjutnya disebut perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta peraturan pelaksannya.

Untuk itu pemerintah mengeluarkan Undang-undang Perseroan Terbatas (UU PT) Nomor 40 Tahun 2007 yang menggantikan Undang-undang Perseroan Terbatas Nomor 1 Tahun 1995.

102

Menegaskan bahwa perseroan terbatas adalah merupakan badan hukum. Untuk mendapat status badan hukum ini pun harus memenuhi persyaratan tertentu.103 Setatus badan hukum PT diperoleh sejak dikeluarkannya Keputusan Menteri tentang pengesahan badan hukum PT.104

100

Sentosa sembiring, Op.Cit., hal.13. 101

Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1999, hal.65.

102

Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 103

Agus Budiarto, kedudukan hukum & tanggung jawab pendiri perseroan terbatas,

Ghalia Indonesia, Bogor,2009, hal.18. 104


(43)

Sebagai badan Hukum, Perseroan Terbatas telah memenuhi unsur-unsur sebagai badan hukum sebagaima telah diatur dalam UU PT. Unsur tersebut adalah sebagai berikut :105

a. Memiliki pengurus dan organisasi teratur. b. Dapat melakukan perbuatan hukum. c. Mempunyai harta kekayaan sendiri. d. Mempunyai hak dan kewajiban. e. Memiliki tujuan sendiri.

Organ Persero sama seperti yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Peseroan Terbatas, oleh karena Persero pada hakekatnya adalah Perseroan Terbatas, yaitu meliputi Rapat Umum Pemegang Saham, Direksi, dan Dewan Komisaris.106 Hanya saja dalam menjalankan fungsi dan tugas organ yang dimaksud ada ketentuan yang lebih spesifik yakni peran Negara dalam hal ini yang diwakili oleh Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara masih cukup dominan untuk menentukan siapa yang akan duduk dalam organ Persero, baik untuk jabatan Komisaris maupun Direksi.107

Dalam inpres Nomor 8 tahun 2005 dikemukakan :

Dalam rangka pengangkatan anggota Direksi dan/atau Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milik Negara, selaku wakil Pemerintah sebagai Rapat Umum Pemegang Saham atau pemegang saham pada Persero, atau selaku wakil pemerintah sebagai pemilik modal pada Perum, agar memperhatikan dan mengedepankan keahlian, profesionalisme dan integritas dari calon anggota Direksi dan/atau Komisaris/Dewan Pengawas yang bersangkutan, untuk memajukan dan mengembangkan perusahaan.

Jadi berdasarkan penjelasan diatas dapat dilihat bahwa untuk mengetahui tentang cara pendirianya Persero dan hal-hal apa saja yang berkaitan dengan

105

Mulhadi, Op.Cit., hal.83. 106

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 107


(44)

persero dapat memberlakukan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas termasuk pula segala peraturan pelaksannya. Mengingat Persero pada dasarnya merupakan Perseroan Terbatas.

1. Pendirian Perusahaan Perseroan

Seperti dijelaskan diatas bahwa ketentuan tentang PT dalam hal ini UU Nomor 40 tahun 2007 berlaku juga bagi perusahaan perseroan. Namun berkaitan dengan pendirian perusahaan perseroan, UU PT memberi rambu-rambu bahwa untuk pendirian perusahaan perseroan tunduk kepada UU BUMN.108

Ketentuan yang mewajibkan perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dan ketentuan dalam ayat (5), serta ayat (6) tidak berlaku bagi :

Pasal 7 ayat 7 UU PT menjelaskan :

a. Persero yang seluruh sahamnya dimiliki oleh Negara; atau

b. Perseroan yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan dan penyelesaian, dan lembaga lain sebagaimana diatur dalam Undang-undang tentang Pasar Modal. Dengan kata lain untuk mendirikan Perusahaan Perseroan hanya ada satu pihak, dalam hal ini Negara Republik Indonesia.109

Pendirian Persero Diusulkan oleh menteri kepada presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan menteri teknis dan Menteri Keuangan.110

108

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, CV. Nuansa Aulia, Bandung, 2006, hal. 67.

Pengkajian bertujuan untuk menentukan layak tidaknya Perseroan tersebut didirikan, melalui kajian atas perencanaan bisnis dan kemampuan untuk

109

Ibid.

110

Pasal 10 ayat 1 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.


(45)

mandiri serta mengembangkan usaha dimasa mendatang. Pengkajian dalam hal ini, melibatkan menteri teknis sepanjang yang menyangkut kebijakan sektoral.111 Pelaksanaan pendirian Persero dilakukan oleh menteri dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.112

Modal BUMN merupakan dan berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan.

Disini Menteri merupakan wakil Negara selaku pemegang saham pada persero.

113

Modal yang dipisahkan adalah pemisahan kekayaan Negara dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara untuk dijadikan penyertaan modal Negara pada BUMN untuk selanjutnya pembinaan dan pengelolaannya tidak lagi didasarkan pada sistem APBN, namun pembinaan dan pengelolaannya didasarkan pada prinsip-prinsip perusahaan yang sehat.114

Penyertaan modal Negara dalam rangka pendirian atau penyertaan pada BUMN bersumber dari :115

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. 2. Kapitalisasi cadangan.

3. Sumber lainnya.

Termasuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yaitu meliputi pula proyek-proyek Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang dikelola oleh BUMN atau piutang Negara pada BUMN yang dijadikan sebagai penyertaan

111

Mulhadi, Op.Cit., hal.168. 112

Pasal 10 ayat 2 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

113

Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

114

Mulhadi, Op.Cit., hal. 164.

115

Pasal 2 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.


(46)

modal Negara. 116 Yang dimaksud dengan kapitalisasi cadangan adalah penambahan modal disetor yang berasal dari cadangan.117 Yang dimaksud dengan sumber lainnya tersebut, antara lain keuntungan revaluasi asset.118

Setiap penyertaan modal Negara atau penambahan penyertaan modal Negara kedalam BUMN dan Perseroan Terbatas yang modalnya berasal dari Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.119 Pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan penyertaan modal Negara ke dalam modal BUMN hanya dapat dilakukan dengan cara penyertaan langsung Negara ke dalam BUMN tersebut, sehingga setiap penyertaan tersebut perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.120 Penetapan dengan Peraturan Pemerintah bukan hanya mengenai penyertaan modal Negara,121 melainkan juga setiap perubahan penyertaan modal Negara, baik berupa penambahan maupun pengurangan, termasuk perubahan struktur kepemilikan Negara atas saham persero atau Perseroan Terbatas. 122 Hal ini dilakukan dengan tujuan memperrnudah memonitor dan penatausahaan kekayaan Negara yang tertanam pada BUMN dan Perseroan Terbatas.123

116

Penjelasan UU BUMN

Jadi peraturan pemerintah itu bukan mengesahkan berdirinya perseroan terbatas, melainkan mengesahkan penyertaan

117

Mulhadi, Loc.Cit. 118

Ibid.

119

Pasal 3 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.

120

Mulhadi, Op.Cit., hal. 165. 121

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 110. 122

Pasal 4 ayat 4 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

123


(47)

modal dalam Perseroan Terbatas. 124 Namun demikian, bagi penambahan penyertaan modal Negara yang berasal dari kapitalisasi cadangan sumber lainnya tidak perlu ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, melainkan cukup melalui keputusan RUPS bagi perusahaan Perseroan (PERSERO) atau Menteri bagi Perusahaan Umum (PERUM) dan dilaporkan kepada menteri keungan.125 Karena pada prinsipnya kekayaan Negara tersebut telah terpisah dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.126

Pemisahan kekayaan Negara unuk dijadikan modal nominal dari suatu persero, dapat dilakukan untuk maksud-maksud sebagai berikut :127

a. Pendirian BUMN atau Perseroan Terbatas;

b. Penyertaan modal Negara pada Perseroan Terbatas yang di dalamnya belum terdapat saham milik Negara;

c. Penyertaan modal Negara pada BUMN atau Perseroan Terbatas yang didalamnya telah terdapat saham milik Negara.

Penambahan penyertaan modal Negara ke dalam suatu BUMN dan Perseroan Terbatas dilakukan dalam rangka :128

a. Memperbaiki struktur permodalan BUMN dan Perseroan Terbatas; dan/atau

b. Meningkatkan kapasitas BUMN dan Perseroan Terbatas.

124

Abdulkadir Muhammad, Loc.Cit.

125

Mulhadi, Loc.Cit. 126

Ibid. 127

Pasal 5 Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas.

128

Pasal 7 Peraturan Pemerintah nomor 44 tahun 2005 tentang Tata Cara Penyertaan dan Penatausahaan Modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas


(48)

Penyertaan modal tersebut dilakukan dengan memperhatikan kemampuan keuangan Negara.

Apabila Negara menyertakan modal dalam pendirian Persero, maka tindakan tersebut dapat diurutkan sebagai berikut :129

(a) Penyertaan Modal dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah. (b) Menteri keungan menyetujui rancangan Anggaran Dasar

(c) Menteri Keuangan atau Menteri lain yang diberi kuasa membawa rancangan Anggaran Dasar Persero menghadap notaris untuk dibuatkan akta pendirannya.

(d) Dan seterusnya berlaku prosedur menurut Undang-undang No. 40 tahun 2007.

Selain itu pendirian perusahaan perseroan dapat juga dilakukan dengan pengalihan bentuk perusahaan, seperti pengalihan bentuk badan hukum Perum menjadi persero yang didirikan berdasarkan Undang-undang, mengenai peralihan perusahaan persero tersebut terdapat didalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan bentuk badan hukum Badan Usaha Milik Negara.

Maksud dan tujuan pendirian Persero adalah menyediakan barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat, serta mengejar keuntungan guna meningkatkan nilai perusahaan.130 Persero sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional dituntut untuk dapat memenuhi permintaan pasar melalui penyedian barang atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing tinggi, baik di pasar dalam negeri maupun internasional.131

129

Abdulkadir Muhammad, Loc.Cit.

Jika keuntungan usaha sebagai hasil

130

Pasal 12 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 131


(49)

kinerja Persero dapat meningkatkan nilai Persero yang bersangkutan, maka hal ini akan memberikan manfaat yang optimal bagi pihak-pihak yang terkait.132

2. Kedudukan Hukum Perusahaan Perseroan

Setelah kita ketahui sesuai dengan uraian diatas Perusahaan Perseroan (Persero) sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003, bahwa terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas,133

(1) Perseroan didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang dibuat dalam bahasa Indonesia.

yang sekarang telah digantikan dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas maka kedudukan hukum persero dalam keadaan statis tunduk kepada hukum perdata karena perbuatan hukum pendirian, berdasarkan pada pasal 7 ayat (1) UUPT yang bunyi selengkapnya adalah sebagai berikut.

Hubungan hukum intern diperlukan hukum perdata bagi perbuatan dan hubungan hukum dengan pihak ketiga (ekstern).

Pasal 1 ayat 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas yang menegaskan bahwa Perseroan Terbatas adalah merupakan Badan Hukum. Perseroan Terbatas dimasukkan Dalam kelompok perseketuan yang berbadan hukum dan menjadi subjek hukum dalam lalu lintas hukum disamping orang.134

132

Abdulkadir Muhammad, Op.Cit., hal. 112. 133

Pasal 11 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara. 134


(50)

Akan tetapi hal yang spesifik yang merupakan ciri khas dari Persero ini sehingga berbeda dengan Perseroan Terbatas (Swasta), yakni dalam hal modal perusahaan, yang menyebutkan bahwa modal dari Perusahaan Perseroan adalah terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikitnya 51 % (lima puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang tujuan utamanya mengejar keuntungan.135

3. Pembubaran dan Pemberesan Perusahaan Perseroan

Pengertian Pembubaran BUMN atau perusahaan Perseroan tidak dijelaskan didalam Undang-Undang Badan Usaha Milik Negara, tetapi pengertian tentang pembubaran BUMN dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara. Pembubaran adalah pengakhiran Persero atau Perum yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.136

Pembubaran BUMN ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.137 Karena pendirian BUMN dilakukan dengan Peraturan Pemerintah yang menyebutkan besarnya penyertaan modal Negara dalam pendirian BUMN dimaksud, maka pembubaran BUMN tersebut harus dilakukan pula dengan Peraturan Pemerintah.138

135

Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Nomor 19 tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara.

Dalam Peraturan Pemerintah tentang pembubaran BUMN, dapat pula ditetapkan agar sisa hasil likuidasi dijadikan penyertaan modal Negara pada

136

Pasal 1 ayat 14 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

137

Pasal 64 ayat 1 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

138

Penjelasan Pasal 64 ayat 1 Undang-Undang nomor 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.


(51)

BUMN lain yang telah ada atau dijadikan penyertaan dalam rangka pendirian BUMN baru.139 Jik tidak ditetapkan demikian, sisa hasil likuidasi disetorkan langsung ke kas Negara, karena merupakan hak Negara sebagai pemegang saham atau pemilik modal BUMN.140

Pembubaran persero dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prinsip-prinsip yang diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang Perseroan Terbatas.141 Pembubaran Persero dapat terjadi :142

a. Berdasarkan keputusan RUPS;

b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar telah berakhir;

c. Berdasarkan penetapan pengadilan;

d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan;

e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tentang kepailitan dan penundaan kewajiban pembayaran utang; atau

f. Karena dicabutnya izin usaha perseroan sehingga mewajibkan Perseroan melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pembubaran Persero karena keputusan RUPS diusulkan oleh Menteri kepada Presiden disertai dengan dasar pertimbangan setelah dikaji bersama dengan menteri keuangan.143

139

Mulhadi, Op.Cit., hal. 184.

Usulan pembubaran persero disampaikan oleh Menteri kepada Presiden setelah dilakukan pengkajian dan diputusakan oleh RUPS. Penyampain usulan tersebut disertai dengan rancangan Peraturan

140

Ibid.

141

Pasal 80 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

142

Pasal 142 Undang-Undang nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. 143

Pasal 81 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.


(52)

Pemerintah. 144 Pengkajian terhadap rencana pembubaran Persero dapat mengikutsertakan Menteri Teknis, Menteri lain dan/atau pimpinan instansi lain yang dipandang perlu dengan atau tanpa menggunakan konsultan independen.145 Keterlibatan Menteri Teknis dalam rangka pembubaran Persero berkaitan dengan kebijakan sektoral yang menjadi kewenangan Menteri Teknis tersebut dan/atau kewajiban pelayanan umum (public service obligation) dan/atau karena peraturan perundang-undangan.146 Yang dimaksud dengan Menteri Teknis disini adalah Menteri yang mempunyai kewenangan untuk mengatur kebijakan sektor tempat BUMN melakukan kegiatan usaha.147

Suatu persero dapat melakukan penggabungan atau peleburan diri dengan Persero lainnya atau Perum yang telah ada atau sebaliknya. Penggabungan dan peleburan tersebut dapat dilakukan tanpa didakan likuidasi lebih dahulu. Dengan adanya penggabungan tersebut, Persero yang menggabungkan diri menjadi bubar. Sedangkan dengan adanya peleburan, BUMN yang saling meleburkan menjadi bubar dan membentuk BUMN baru.148

Menteri segera mengajukan rancangan Peraturan Pemerintah kepada presiden mengenai pembubaran Persero yang bubar bukan karena keputusan RUPS. Pengajuan rancangan Peraturan Pemerintah dimaksud tidak memerlukan

144

Penjelasan Pasal 81 ayat 1 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

145

Pasal 81 ayat 2 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

146

Penjelasan Pasal 81 ayat 2 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

147

1 ayat 6 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

148


(53)

pengkajian,149 karena bubarnya Persero tersebut sebagai konsekuensi yuridis. Rancangan Peraturan Pemerintah dimaksud hanya bersifat administratif dan tidak menjadi syarat bubarnya persero.150

C. Peranan Pemerintah dalam Perekonomian melalui Perusahaan Perseroan Pemerintah mencakup semua lembaga atau badan pemerintahan yang memiliki wewenang dan tugas mengatur ekonomi. Dan pemerintah terjun langsung dalam kegiatan ekonomi melalui perusahaan Negara yang disebut dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

Peranan pemerintah sebagai pelaku ekonomi adalah :151

1. Sebagai pengatur yaitu mengatur perekonomian Negara sehingga tercipta stabilitas ekonomi agar tidak merugikan masyarakat.

a. Pengaturan ekonomi secara langsung

Contoh : perizinan, pengendalian lingkungan, pembayaran pajak, peraturan biaya tarif, penghapusan peraturan-peraturan yang dinilai menghambat pertumbuhan ekonomi.

Regulasi pengaturan kegiatan ekonomi secara langsung, sehingga pemerintah dapat menata kehidupan perekonomian sedemikian rupa sehingga tidak ada satu pihak pun yang dirugikan.

Deregulasi yaitu upaya penghapusan yang dinilai menghambat perekonomian.

b. Pengaturan ekonomi secara tidak langsung

Contoh : pemberian insentif bagi produsen untuk memproduksi barang tertentu, himbauan pemerintah agar konglomerat menyerahkan 2,5% keuntungannya untuk mengentaskan kemiskinan.

2. Sebagai konsumen yaitu membutuhkan barang dan jasa dalam menjalankan tugasnya.

3. Sebagai produsen yaitu menghasilkan barang dan jasa melalui perusahaan milik Negara.

149

Pasal 82 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

150

Penjelasan Pasal 82 Peraturan Pemerintah nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara.

151

Ilmu Pengetahuan Sosial, Kumpulan Materi Ilmu Pengetahuan Sosial, dalam


(54)

Keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) seperti diuraikan terdahulu yang didasarkan pada pasal 33 UUD 1945 sebagai landasan Juridis, dapat menunjukan bahwa Negara mengambil peran yang sangat besar dan strategis dalam perekomian Indonesia dan dapat mewujudkan peningkatan kesejahteraan rakyat.

Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang seluruh atau sebagian besar modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, merupakan salah satu pelaku ekonomi dalam sistem perekonomian nasional, disamping usaha swasta dan koperasi.152

Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN ikut berperan menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan dalam rangka mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Indonesia. Peran BUMN dirasakan semakin penting sebagai pelopor atau perintis dalam sektor-sektor usaha yang belum diminati usaha swasta.153

Peranan BUMN sebagai “wahana pembangunan” (agent of development) lebih menonjol daripada peranan sebagai perusahaan (business entity).154 Ada beberapa sebab mengapa BUMN lebih banyak berperan sebagai “wahana pembangunan” dari pada sebagai perusahaan yaitu :155

1. BUMN adalah alat vital yang efektif untuk melaksanakan pembangunan nasional.

2. Pemerintah selaku pemilik BUMN mempunyai wewenang untuk memberikan penugasan apa pun juga kepada BUMN.

152

Mulhadi, Loc.Cit.

153

Ibid.

154

Pandji Anoraga, Loc.Cit. 155


(55)

3. Dalam pelaksanaan pembangunan sering kali dirasakan perlu untuk melaksanakan proyek-proyek tertentu yang tidak terdapat dalam rencana pembangunan yang ditetapkan semula.

Menurut riyanto, fungsi dan peranan BUMN di Negara kita agak unik, disatu pihak dituntut sebagai badan usaha pengemban kebijaksanaan dan program-program pemerintah atau yang kita kenal dengan sebutan sebagai agen pembangunan, di pihak lain harus tetap berfungsi sebagai unit usaha komersial biasa dan mampu berjalan dan beroprasi berdasarkan prinsip-prisip usaha yang sehat.156

Peranan Negara (Pemerintah) dalam perekonomian tidaklah semata-mata berlangsung melalui APBN, APBD serta peraturan-peraturan hukum atau perizinan. Namun lebih dari pada itu bahwa pemerintah memegang peranan penting melalui perusahaan-perusahaan Negara atau Badan Usaha Negara (BUMN). Peranan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam Perekonomian Negara, yaitu sebagai berikut :157

1. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dapat mengelola dan menggunakan cabang-cabang produksi yang pokok untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara maksimal demi tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat pada umumnya.

2. Pemerintah melalui perusahaan Negara (BUMN) dapat melayani masyarakat secara maksimal.

3. BUMN menjadi salah satu sumber pendapatan Negara yang berasal dari pendapatan nonpajak.

4. BUMN dapat menyediakan lapangan pekerjaan sehingga dapat membantu mengatasi pengangguran.

5. BUMN dapat membantu mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Walaupun pengaruh BUMN secara keseluruhan pada perekonomian nasional sulit diperhitungkan secara tepat, namun bila dilihat dari jenis dan ruang

156

Ibid., hal. 8 157

Masrukhin, Peran Badan Usaha dalam Perekonomian Nasional, dalam


(1)

perekonomian dunia yang semakin terbuka dan kompotitif, sehingga perlu budaya korporasi dan profesionalisme pada perusahaan Pegadaian. Yang harus dibarengi dengan peningkatan efisiensi dan produktifitas dari perusahaan Pegadain. Hal ini menyebabkan Pegadaian harus memiliki modal tambahan agar hal tersebut dapat terwujud. IPO (Initial Public Offering) merupakan alternatif pendanaan yang dapat diperoleh dari luar perusahaan dengan menjual saham kepada masyarakat umum sehingga pegadaian mendapatkan modal demi pengembangan perusahaan tanpa membebani keseluruhan modal perusahaan dari APBN. Dalam melakukan IPO Pegadaian harus memenuhi persyaratan-persyaratan Go Publik atau penawaran umum, serta harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan BAPEPAM, yang salah satu syarat tersebut mengisyaratkan perusahaan yang ingin melakukan IPO haruslah berbentuk PT.

3. Akibat Hukum yang timbul dari beralihnya status badan hukum perusahaan pegadaian yaitu, bubarnya Perusahaan lama yaitu Perum Pegadaian karena sudah beralih menjadi PT. Pegadaian (Persero) dan beralihnya kekayaan yang ada pada Perum Pegadaian ke PT. Pegadaian (Persero) serta beralih juga segala hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang dimiliki oleh Perum Pegadaian ke PT. Pegadaian (Persero). Dengan berubah menjadi Persero maka modal perusahan terbagi menjadi saham-saham yang sebagian bisa dimiliki oleh Publik, berbeda pada saat Perum yang seluruh modalnya dimiliki oleh Negara hal ini juga akan mengakibatkan bentuk tanggung jawab dalam pengelolaan perusahaan


(2)

Pegadaian yang pada Persero pengurusan perusahaan bertanggung jawab pada RUPS sebagai kekuasaan tertinggi. Pegadaian mengikuti prinsip-prinsip yang terdapat pada Perusahaan PT pada umumnya.

B. SARAN

Sesuai dengan kesimpulan penelitian, maka diberikan saran-saran sebagai berikut :

1. Setiap Perusahaan Negara atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang telah mampu mandiri atau memiliki kemajuan dalam pendapatan laba perusahaan seperti PT. Pegadaian (Persero) maka disarankan untuk berubah setatus badan hukumnya menjadi Persero agar tidak membebani keuangan negara melalui APBN atau kekayaan negara yang dipisahkan. Dengan beralihnya menjadi Pesero maka perusahaan tersebut akan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang menjadikan perusahaan tersebut menjadi lebih efektif dan efisien serta mampu bersaing dengan perusahaan lain dalam era global ini.

2. Dengan beralihnya bentuk perusahaan Pegadaian menjadi Persero dari Perum ada baiknya jangan meninggalkan peran dari pegadaian untuk membantu masyarakat yang memiliki ekonomi menengah kebawah dalam memberikan pinjaman dengan menggunakan prinsip gadai, karena ditakutkan bila berubah menjadi Persero maka perusahaan tersebut menggunakan prinsip-prinsip dari Perseroan terbatas. Dimana didalam Perseroan Terbatas hanya mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya.


(3)

3. Perusahaan Pegadaian dalam melakukan peralihan bentuk hukum menjadi persero tentunya akan mengakibatkan hal-hal yang baru dari perusahaan tersebut, tetapi ada baiknya perusahaan tersebut jangan mengabaikan hak-hak dari pegawai perusahaan tersebut. Serta dibuat secepatnya tentang perjanjian kerja baru terhadap pegawai perusahaan. Karena dengan beralihnya bentuk badan hukum perusahaan tersebut maka beralih juga status pegawai dari perusahaan. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang selalu memperhatikan pegawainya, dan menjadikan pegawainya sebagai aset yang paling berharga dalam perusahaan. Dan segera diterbitkan mengenai surat keputusan terhadap pegawai agar lebih terjamin kepastian hukumnya.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Abdurahman, Muslan, 2009, Sosiologi dan Metodologi Penelitian Hukum, UMM Prsess, Malang

Ali, Zainudin, 2009,Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta

Amiruddin dan Zainal Asikin, 2004,Pengantar Metode Penelitian Hukum. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Anoraga, Pandji, 1995, Bumn Swasta dan Koperasi, PT. Dunia Pustaka Jaya, Bogor

Anshari, Tampil, Metodologi Penelitian Hukum Penulisan Skripsi, Pustaka Bangsa Press, Medan

Bintang, Sanusi, & Dahlan, 2000, Pokok-pokok Hukum Ekonomi dan Bisnis, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Budiarto, Agus, 2009,kedudukan hukum & tanggung jawab pendiri perseroan terbatas, Ghalia Indonesia, Bogor

Darus, Mariam, 1994, Aneka Hukum Bisnis, Alumni, Bandung

Khairandy, Ridwan, 2006, Pengantar Hukum Dagang, FH UII PRESS, Yogyakarta

Marsuki, 2005,.Analisis Perekonomian Nasional & Internasional, Mitra Wacana Media, Jakarta

Muhammad, Abdulkadir, 1999, Hukum Perusahaan Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Mulhadi, 2010, Hukum Perusahaan: Bentuk –bentuk badan usaha di Indonesia, Penerbit Ghalia Indonesia, Bogor

Prasetya, Rudhi, 1996, Kedudukan mandiri Perseroan Terbatas disertai dengan ulasan memuat Undang-Undang No.1 tahun 1995 cetakan kedua, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung

Rahardja Hadhikusuma, Sutantya & Sumantoro, 1991,Pengertian Pokok-Pokok Hukum Perusahaan bentuk-bentuk perusahaan yang berlaku di Indonesia,CV. Rajawali, Jakarta


(5)

Sembiring, Sentosa, 2006, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, CV. Nuansa Aulia, Bandung

Soekanto, Soerjono, dan Sri Mumadji, 2001,Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Sunggono, Bambang, 2001,Metodologi Penelitian Hukum, Raja Grafindo Persada, Jakarta

Subandi, 2005, Sistem Ekonomi Indonesia, Alfabeta, Bandung

B. Makalah/Karya Ilmiah/Artikel

Syukran Yamin Lubis, Muhammad, 2006, Tinjauan Yuridis Terhadap Tanggung Jawab Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian atas Benda Jaminan, Tesis, Sekolah Pasca Sarjana USU

Sitorus, Rolib, 1995, Pengalihan Bentuk Perusahaan Umum (Perum) Listrik Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero), Skripsi, Fakultas Hukum USU

C. Peraturan Perundang-undangan

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 43 tahun 2005 tentang Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan, dan Perubahan Bentuk Badan Hukum Badan Usaha Milik Negara, LN No. 115 tahun 2005, TLN No. 4554.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2005 tentang tata cara penyertaan dan penatausahaan modal Negara pada Badan Usaha Milik Negara dan Perseroan Terbatas, LN No. 116 tahun 2005, TLN No. 4555.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan dan Pembubaran Badan Usaha Milik Negara, LN No. 117 tahun 2005, TLN No. 4556.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 2011 tentang perubahan bentuk badan hukum perusahaan umum (Perum) pegadaian menjadi perusahaan perseroan (Persero), LN No. 132 tahun 2011.

Pemerintah Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah No. 103 tahun 2000 tentang Perusahaan Umum (Perum) Pegadaian, LN No. 200 tahun 2000.


(6)

Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, LN No. 70 tahun 2003, TLN No. 4297. Pemerintah Republik Indonesia, Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang

Perseroan Terbatas, LN No. 106 tahun 2007.

D. Internet

2012 Sekretariat Kabinet RI, PidatoPresiden pada penyampaian RAPBN 2013 Tanggal 16 Agustus 2012, dikutip dari

diakses tanggal 10

Desember 2012.

Ilmu Pengetahuan Sosial, Kumpulan Materi Ilmu Pengetahuan Sosial,

dalam

2012.

Masrukhin, Peran Badan Usaha dalam Perekonomian Nasional,

dalam

2012.

Koran Bogor.com., Dahlan Iskan : Perum Pegadaian ganti nama menjadi PT.

Pegadaian (Persero), dalam

diakses tanggal 15 Oktober 2012

Portal Kementerian BUMN, PT. Pegadaian Indonesia (Persero) suatu wacana masuk akal_PT. Pegadaian (Persero), Dalam

Wikipedia, Penawaran Umum Perdana, dalam

Kristanti, IPO, dalam

Diakses tanggal 21 Desember 2012

Belajar investasi.net, Penawaran Saham Perdana (IPO-Initial Public Offering),

dalam


Dokumen yang terkait

Perubahan Status Perusahaan Listrik Negara Dari Perum Menjadi Perseroan Dalam Kaitannya Dengan Public Service Obligation (PSO)

9 142 156

Analisa Perubahan – Perubahan pada Mukosa Rongga Mulut Akibat Proses Menua pada Manula Perempuan Kelompok Umur 45 – 69 tahun di Medan Denai.

6 42 83

Perubahan Status Perguruan Tinggi Negeri Menjadi Badan Hukum Pendidikan Pemerintah (BHPP) Ditinjau Dari Hukum Pengelolaan Keuangan Negara

1 77 156

Implikasi Perubahan Bentuk Perumka Menjadi Persero Terhadap Hak-Hak Karyawan PT. Kereta Api Indonesia

7 71 150

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO).

0 0 10

PENDAHULUAN TINJAUAN YURIDIS TENTANG PERUBAHAN STATUS PERUSAHAAN JAWATAN (PERJAN) KERETA API INDONESIA MENJADI PT.KERETA API INDONESIA (PERSERO).

0 0 15

KAJIAN YURIDIS PERUBAHAN STATUS BENTUK HUKUM PERUSAHAAN DAERAH (PD) MENJADI PERSEROAN TERBATAS (PT) (studi Terhadap Rencana Perubahan Status Bank Nagari Sumatera Barat).

0 0 11

Konsekuensi Yuridis Perubahan Status Perusahaan Jawatan TVRI Menjadi PT (Persero) Terhadap TVRI Daerah (Studi Pada TVRI Padang).

0 0 12

Konsekuensi Yuridis Perubahan Status Perusahaan Jawatan TVRI Menjadi Perusahaan Terbatas (PT) Terhadap TVRI Daerah (Studi Pada TVRI Padang).

0 1 6

Tinjauan Yuridis Terhadap Status Anak Perusahaan Yang Induk Perusahaan Berubah Status Menjadi Penanaman Modal Asing

0 0 13