Fidusia Sebagai Jaminan Hutang

diharapkan bahwa pemberi jaminan fidusia wajib memelihara benda jaminan, tidak mengalihkan, menyewakan dan menggadaikannya kepada pihak lain. Ketigabelas, asas bahwa jaminan fidusia sudah dieksekusi. Kemudahan pelaksanaan eksekusi dilakukan dengan mencantumkan irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa” pada sertifikat jaminan fidusia. Dengan titel eksekutorial ini menimbulkan konsekuensi yuridis bahwa jaminan fidusia mempunyaki kekuatan yang sama dengan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. Dalam hal penjualan benda jaminan fidusia, selain melalui titel eksekutorial, dapat juga dilakukan dengan cara melelang secara umum dan di bawah tangan. 33

D. Fidusia Sebagai Jaminan Hutang

1. Maksud dan Tujuan Pendaftaran Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia telah digunakan di Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda sebagai suatu bentuk jaminan yang lahir dari yurisprudensi, yang berasal dari zaman Romawi. Bentuk jaminan ini digunakan secara luas dalam transaksi pinjam-meminjam, karena proses pembebanannya dianggap sederhana, mudah dan cepat, baik oleh pihak pemberi fidusia maupun oleh pihak penerima fidusia, tetapi tidak menjamin adanya kepastian hukum. Karena pada saat itu, jaminan fidusia tidak perlu didaftarkan pada suatu lembaga pendaftaran jaminan fidusia.Di satu pihak jaminan fidusia memberikan kemudahan bagi para pihak yang menggunakannya, terutama pihak yang menerima fidusia. Pemberi fidusia 33 Ibid, hal.170 mungkin saja menjaminkan lagi benda telah dibebani dengan fidusia kepada pihak lain tanpa sepengetahuan penerima fidusia yang pertama. Hal ini dimungkinkan karena belum ada pengaturan mengenai jaminan fidusia. Ketidakadaan kewajiban pendaftaran tersebut sangat dirasakan dalam praktik sebagai kekurangan dan kelemahan bagi pranata hukum jaminan fidusia sebab di samping menimbulkan ketidakpastian hukum, absennya kewajiban pendaftaran jaminan fidusia tersebut menyebabkan jaminan fidusia tidak memenuhi unsur publisitas, sehingga susah dikontrol. Hal ini dapat menimbulkan hal-hal yang tidak sehat dalam praktiknya. Atas pertimbangan itulah, di dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia diatur tentang kewajiban pendaftaran jaminan fidusia agar memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan dan perlu diingat pendaftaran jaminan fidusia ini memberikan hak yang didahulukan preferen kepada penerima fidusia terhadap kreditur lain. Karena jaminan fidusia memberikan hak kepada pihak pemberi fidusia untuk menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan, diharapkan sistem pendaftaran yang diatur dalam Undang-Undang Jaminan Fidusia tersebut dapat memberikan jaminan kepada pihak penerima fidusia dan pihak yang mempunyai kepentingan terhadap benda tersebut. 34 Dengan demikian pendaftaran jaminan fidusia ini dimaksudkan untuk memberikan kepastian hukum bagi para pihak, baik bagi pemberi fidusia, apalagi bagi penerima fidusia, sehingga dapat memberikan perlindungan hukum terhadap 34 Rachmadi Usman, op.cit., hal.200 kreditur penerima fidusia dan pihak ketiga lainnya. Setidaknya dengan adanya pendaftaran fidusia yang dimakdud, akan lebih menjamin hak preferensi dari kreditur penerima fidusia terhadap kreditur lain atas hasil penjualan benda objek jaminan fidusia yang bersangkutan. Selain itu pendaftaran jaminan fidusia menentukan pila hak preferensi kreditur penerima fidusia.Ini dikarenakan jaminan fidusia memberikan hak kepada pemberi fidusia untuk tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan, diharapkan sistem pendaftaran jaminan fidusia ini dapat memberikan jaminan kepada pihak penerima fidusia dan pihak yang mempunyai kepentingan terhadap benda yang menjadi objek jaminan fidusia tersebut. 35 35 Ibid, hal.201 Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa maksud dan tujuan sistem pendaftran jaminan fidusia untuk: a. Memberikan kepastian hukum kepada para pihak yang berkepentingan, terutama terhadap kreditur lain mengenai benda yang telah dibebani dengan jaminan fidusia. b. Melahirkan ikatan jaminan fidusia bagi kreditur penerima fidusia c. Memberikan hak yang didahulukan preferen kepada kreditur penerima fidusia terhadap kreditur lain, berhubung pemberi fidusia tetap menguasai benda yang menjadi objek jaminan fidusia berdasarkan kepercayaan. d. Memenuhi asas publisitas. 2. Kewajiban Pendaftaran Jaminan fidusia. Bertalian dengan kewajiban pendaftaran jaminan fidusia, dalam Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia dinyatakan: Benda dibebani dengan jaminan fidusia wajib didaftarkan. Adapun dalam penjelasan atas Pasal 11 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia dinyatakan, sebagai berikut: Pendaftaran benda yang dibebani dengan Jaminan fidusia dilaksanakan di tempat kedudukan pemberi fidusia, dan pendaftarannya mencakup benda, baik yang berada di dalam maupun di luar wilayah Negara Republik Indonesia memenuhi asas publisitas, sekaligus merupakan jaminan kepastian terhadap kreditur lainnya mengenai benda yang telah dibebani jaminan fidusia. Dari ketentuan Pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia, dapat diketahui yang wajib didaftarkan oleh penerima fidusia itu benda yang dibebani dengan jaminan fidusia, yang pendaftaran bendanya mencakup benda, baik benda yang berada di dalam wilayah Negara Republik Indonesia maipun benda yang berada di luar wilayah Negara Republik Indonesia. Dengan kata lain berdasarkan ketentuan dalam Pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia ini, yang wajib untuk didaftarkan itu adalah benda objek jaminan fidusia, Sementara itu ketentuan dalam Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Fidusia menyatakan : Pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat 1 dilakukan pada kantor pendaftaran fidusia. Selanjutnya dalam Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia dinyatakan: Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia. Dari bunyi ketentuan dalam Pasal 12 ayat 1 maupun ketentuan dalam Pasal 13 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia dapat dibaca, bahwa yang wajib didaftarkan itu ikatan jaminan fidusia, atau bisa dibaca pula, yang wajib didaftarkan meliputi benda yang dibebani dengan jaminan fidusia dan sekaligus juga ikatan jaminan fidusia, bahkan bisa meliputi janji-janjinya. Pasal-pasal berikutnya, yaitu pasal 14, dan pasal 16 Undang-Undang Jaminan Fidusia menunjukkan, bahwa yang wajib didaftarkan itu adalah ikatan jaminan fidusia dan karenanya produk yang diterbitkan Kantor Pendaftaran Fidusia itu dinamakan dengan sertifikat jaminan fidusia, bukan sertifikat benda jaminan fidusia. Pendaftaran benda tidak sama dengan pendaftaran ikatan jaminan. Untuk masing-masing pendaftaran ada aturan-aturannya sendiri-sendiri.Kalau orang mendaftarkan benda, tidak dengan sendirinya benda itu menjadi terikat jaminan, sedangkan sebaliknya, selama ini tidak ada pendaftaran benda yang bersangkutan sekaligus didaftarkan ikatan jaminannya. Akan tetapi, kalau memang yang dimaksud dengan pendaftaran itu pendaftaran benda jaminan sekaligus ikatan jaminannya, mestinya benda jaminan didaftarkan atas nama pemberi jaminan, kemudian dicatat hak kreditur berdasarkan ikatan jaminannya. Hak kreditur berdasarkan ikatan jaminan dengan itu menjadi terdaftar. 36 36 Ibid, hal. 202 Bagaimana setelah ada penyerahan hak milik kepada kreditur, apakah benda tersebut lalu dibalik nama ke atas nama kreditur. Apabila demikian, pada akhir penjaminan, benda itu harus diserahkan kembali kepada pemberi jaminan , dengan cara penyerahan benda terdaftar, dan selanjutnya menjadi benda terdaftar atas nama pemberi jaminan. Untuk selanjutnya, apakah benda itu menjadi benda terdaftar, karena dalam sistem hukum kita tidak ada pendaftaran benda untuk sementara. Kalau selama penjaminan benda tersebut tetap didaftar atas namapemberi jaminan dan kreditur hanya mendaftarkan ikatan jaminannya saja, lalu di mana hak milik kreditur berdasarkan penyerahan hak milik secara kepercayaan itu. Bukankah kekuatan posisi kreditur penerima fidusia sebagai dengan yang diakui dalam yurisprudensi, hukum kebiasaan dan disebutkan dalam akta-akta penjaminan fidusia, justru ada pada pengakuan, bahwa kreditur, selama perikatan pokoknya belum dilunasi adalah pemilik benda jaminan, walaupun mungkin dibatasi atau bersyarat. Dulu, ketika fidusia pertama kali melalui arrest killing bir Heineken melawan Bos, Hoge Raad 25 Januari 1929, NJ. 1929 Nomor 616 mendapat pengakuan sebagai lembaga jaminan benda bergerak di luar gadai, orang melihat perbedaan antara gadai dengan fidusia pada ciri, bahwa pada fidusia benda yang diberikan tetap berada di tempat pemberi jaminan, sudah bukan milik pemberi jaminan lagi, tetapi melalui penyerahan hak milik secara kepercayaan, sudah menjadi milik kreditur. Benda itu memang semula milik pemberi jaminan, tetapi kemudian kedudukan pemberi jaminan sudah bukan lagi sebagai pemilik, hanya sebagai peminjam pakai saja.Kekuatan posisi kreditur pada gadai, lain dengan fidusia. Pada gadai, kreditur merasa aman, karena benda jaminan ada di dalam tangannya atau paling tidak telah dikeluarkan dari kekuasaan pemberi gadai. Pada fidusia, kreditur merasa aman, karena kreditur telah menjadi pemilik benda jaminan dan karena pemberi jaminan kedudukannya hanya sebagai peminjam pakai saja, maka ia selanjutnya sebagai peminjam pakai yang baik, terikat untuk memegang benda itu bagi pemiliknya, yaitu kreditur. Kalau terjadi bahwa ia mengalihkan benda itu kepada orang lain, maka pemberi jaminan menghadapi risiko terkena masalah pidana penggelapan. Dengan mendasarkan kepada pikiran, bahwa orang pada umumnya takut kena sanksi pidana, kreditur merasa dirinya aman. 37 Pada prinsipnya, baik pendaftaran suatu benda ataupun suatu ikatan jaminan dikmaksudkan untuk melindungi hak pemilikan benda atau pemegang jaminan yang bersangkutan terhadap pihak ketiga yang mengoper benda jaminan, agar Dibandingkan dengan ketentuan hipotek dan hak tangungan, secara tegas menentukan bahwa yang wajib didaftarkan adalah ikatan hipotek dan hak tanggungannya, bukan benda yang diikat dengan hipotek dan hak tanggungan. Bahkan yang didaftarkan itu termasuk pula janji-janji yang tercantum dalam akta hipotek dan akta pemberian hak tanggungan.Karenanya bagi benda-benda yang belum terdaftar tidk dijaminkan dengan menggunakan lembaga hipotek maupun hak tanggungan.Bagi tanah adat atau tanah yang belum bersertifikat, jika hendak dibebani dengan hak tanggungan, harus dikonversikan dan didaftarkan terlebih dahulu dan itu dapat dilakukan secara bersamaan. 37 Ibid, hal.203 pihak ketiga tidak dapat mengemukakan haknya atas benda yang terdaftar atas dasar itikad baik. Pendaftaran ikatan jaminan fidusia baru tampak manfatnya, kalau benda jaminan fidusia merupakan benda terdaftar. Dalam hal bendanya bukan merupakan benda terdaftar, hak kreditur berdasarkan ikatan jaminan yang didaftarkan, tidak banyak artinya, karena pihak ketiga yang mengoper atau menerima benda dalam gadai, dapat dan memang patut untuk mengemukakan iktikad baik. 38 Kiranya sama sekali tidak praktis, bahwa untuk pembiayaan yang kecil- kecil, yang dijamin dengan fidusia, untuk mendaftarkan ikatan jaminan yang bersangkutan, karena sampai sekarang, keberadan kantor pendaftaran masih terbatas di Kota besar saja. Pelaksanaan pendaftaran baru memadai, kalau jumlah pembiayaan dan benda jaminan mempunyai nilai yang besar. Setidaknya untuk Di negeri Belanda, ketika orang-orang sibuk mempermasalahkan pendaftaran fidusia, orang sudah mengingatkan akan kelemahan-kelemahan yang ada, antara lain dikhawatirkan para debitur akan keberatan dengan pendaftaran ikatan jaminan, karena utang debitur akan terbuka lebar, adanya liku-liku administrasi pendaftaran yang menghambat kelancaran dan memakan biaya dan disangsikan dan malahan bisa diduga, bahwa tidak ada paling tidak jarang ada calon kreditur yang peduli untuk melihat register pendaftaran sebelum menutup ikatan jaminan, apalagi kalau benda jaminan, seperti pada beberapa bank-bank kecil tertentu nilainya tidak cukup besar. 38 J.J.H. Bruggink, RefleksiTentang Hukum, Dialihkan BahasakanOlehAriefSidharta, Citra AdityaBakti, Bandung, 1999, hal.10 sementara ini, lembaga pendaftaran, yang disediakan oleh Undang-Undang Jaminan Fidusia, hanya bermanfaat kalau masih dapat dikatakan bermanfaat bagi pembiayaan-pembiayaan besar dan benda jaminan terdaftar yang mempunyai nilai besar saja. 39 Salah satu ciri jaminan utang yang modern itu terpenuhinya unsur publisitas. Semakin terpublikasi jaminan utang, akan semakin baik, sehingga kreditur atau khalayak ramai dapat mengetahuinya atau punya aksen untuk mengetahui informasi-informasi penting disekitar jaminan utang tersebut. Asas publikasi ini menjadi semakin penting terhadap jaminan utang yang fisik objek jaminannya tidak diserahkan kepada pembiayaan.Oleh karena itu, kewajiban pendaftaran jaminan fidusia merupakan salah satu perwujudan dari asas publisitas yang sangat penting itu.Dengan pendaftaran, diharapkan agar pihak debitur, terutama yang nakal, tidak dapat lagi membohongi kreditur atau calon kreditur dengan memfidusiakan sekali lagi atau bahkan menjual barang objek jaminan fidusia tanpa sepengetahuan kreditur asal. 40 Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 11 ayat 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia dan dihubungkan dengan Penjelasan atas Pasal 11 Undang-Undang Jaminan Fidusia sebagaimana dikemukakan di atas, kewajiban pendaftaran benda jaminan fidusia dimaksud juga berlaku terhadap benda jaminan fidusia yang berada di luar negeri sekalipun. Oleh karena itu, pendaftaran benda jaminan fidusia yang ada di luar negeri dilakuakan menurut ketentuan dalam Pasal-Pasal Undang-Undang Jaminan Fidusia. 39 Ibid, hal. 12 40 Munir Fuady III, Jaminan Fidusia, Citra Aditya Bakti, 2000, Bandung, hal 30. 3. Kantor Pendaftaran Fidusia Dimana pendaftaran ikatan Jaminan fidusia itu dilakukan, ketentuan dalam Pasal 12 ayat 1 Undang-Undang Jaminan Fidusia menyatakan, bahwa pendaftaran jaminan fidusia dilakukan pada Kantor Pendaftaran Fidusia. Pada Kantor Pendaftaran Fidusia inilah akan didaftarkan “ikatan” jaminan fidusia beserta dengan surat Pernyataan Pendaftaran Jaminan Fidusia dan kelengkapan lainnya dalam suatu register atau Buku Pendaftaran Fidusia. Dengan demikian Kantor Pendaftaran Fidusia ini berfungsi untuk menerima, memeriksa, dan mencatat Pendaftaran Jaminan Fidusia dalam Buku Pendaftaran Fidusia, dan selanjutnya akan menerbitkan Sertifikat Jaminan Fidusia. Sebagaimana dikemukakan dalam Penjelasan atas Pasal 12 Undang-Undang Jaminan Fidusia, menurut rencananya secara bertahap dan sesuai keperluan dengan Keputusan Presiden di setiap Daerah Kota atau Kabupaten akan dibentuk Kantor Pendaftaran Fidusia yang wilayah kerjanya meliputi Daerah Kota atau Daerah Kabupaten yang bersangkutan. Sekarang, menurut Pasal 12 ayat 2 Undang-Undang Jaminan Fidusia, untuk pertama kali, Kantor Pendaftaran Fidusia didirikan di Jakarta dengan wilayah kerja mencakup seluruh wilayah Negara Republik Indonesia, sebelum dibentuknya Kantor-Kantor Pendaftaran Fidusia lainnya. Selain itu, Penjelasan atas Pasal 12 Undang-Undang Fidusia menegaskan, bahwa dalam hal Kantor Pendaftaran Fidusia belum didirikan di tiap Daerah KotaKabupaten, maka wilayah kerja Kantor Pendaftaran Fidusia di Ibukota Provinsi meliputi seluruh Daerah KotaKabupaten yang berada di lingkungan wilayahnya. 41 Pasal 12 ayat 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia menegaskan, bahwa ketentuan mengenai pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia untuk daerah lain dan penetapan wilayah kerjanya diatur dengan Keputusan Presiden. Dalam rangka pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia di daerah lain dan sebagai tindak lanjut ketentuan dalam Pasal 12 ayat 4 Undang-Undang Jaminan Fidusia, ditetapkan Keputusan Presiden Noor 139 Tahun 2000 tentang Pembentukan Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap Ibukota Provinsi di Wilayah Negara Republik Indonesia. Dalam Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun 2000 tersebut, ditegaskan bahwa membentuk Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap Ibukota Provinsi di wilayah Negara Republik Indonesia, yang berada di Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia. Dengan sendirinya wilayah kerja Kantor Pendaftaran dimaksud meliputi wilayah kerja di Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia yang bersangkutan. Dengan dibentuknya Kantor Pendaftaran Fidusia di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum untuk masing-masing Provinsi dialihkan menjadi wilayah kerja Kantor Wilayah Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia di Provinsi yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 5 Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun 2000, diharapkan di setiap Ibukota Provinsi, paling lambat dalam waktu 6 enam bulan sesudah berlakunya Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun 2006, 6 enam bulan sesudah tanggal 30 September 2000, sudah terbentuk 41 Ibid,hal. 38 Kantor Pendaftaran Fidusia di setiap Ibukota Provinsi, sehingga dapat melakukan penerimaan permohonan pendaftaran jaminan fidusia dala wilayah kerjanya masing-masing. Sebagai tindak lanjut dari Keputusan Presiden Nomor 139 Tahun 2000 di atas, maka ditetapkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor M.08.PR.07.01 Tahun 2000 tersebut ditetapkan, bahwa Kantor Pendaftaran Fidusia dibentuk pada tanggal 30 Semptember 2000 berada di Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia dan mulai efektif oprasional terhitung sejak tanggal 30 Oktober 2000. 42 42 Ibid, hal 39 Selain itu, dalam Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor M.08.PR.07.01 Tahun 2000, diatur pula mengenai batas jangka waktu penyesuaian dan pendaftaran perjanjian jaminan fidusia yang dibuat sebelum tanggal 30 September 2000, sebagai berikut: 1. Penyesuaian semua perjanjian jaminan fidusia yang dibuat sebelum tanggal 30 September 2000, dilakukan paling lambat 60 enam puluh dari terhitung sejak tanggal 30 Oktober 2000 2. Jaminan fidusia yang dibuat sebelum tanggal 30 September 2000 yang telah disesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Jaminan fidusia, dapat didaftarkan paling lambat 90 Sembilan puluh hari terhitung sejak tanggal 30 Oktober 2000. Sehubungan dengan penetapan jangka waktu penyesuaian dan pendaftaran jaminan fidusia sebagaimana dimaksud atas, melalui surat edaran Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Nomor C.UM.01.10-11 tanggal 19 Januari 2001 disampaikan hal-hal sebagai berikut: a. perhitungan jangka waktu dimaksud harus dibaca sesuai dengan hari kerja yang berlaku bagi instansi pemerintah khususnya departemen kehakiman dan hak asasi manusia yang berkedudukan di daerah khusus ibukota Jakarta. b. penyesuaian semua perjanjian jaminan fidusia yang dibuat sebelum tanggal 30 September 2000 dilakukan paling lambat 26 Januari 2001. c. perjanjian jaminan fidusia yang dibuat sebelum tanggal 30 Sptember 2000 yang telah disesuaikan dengan ketentuan dalam Undang-Undang nomor 42 Tahun 1999 tentang jaminan fidusia dapat didaftarkan paling lambat tanggal 12 Maret 2001. Mengenai kedudukan Kantor Pendaftaran Fidusia, ketentuan dalam Pasal 12 ayat 3 Undang-Undang Jaminan Fidusia menegaskan, bahwa Kantor Pendaftaran Fidusia berada dalam lingkup tugas departemen kehakiman. 43 43 Ibid, hal.40 Penjelasan atas pasal 12 Undang-Undang Jaminan Fidusia ini antara lain menegaskan pula, bahwa Kantor Pendaftaran Fidusia merupakan bagian dalam lingkungan departemen kehakiman bukan institusi yang mandiri, melainkan salah satu Unit Pelaksanaan Teknis UPT yang berada dalam lingkup tugas departemen kehakiman. Dengan kata lain, Kantor Pendaftaran Fidusia ini bertugas mengurusi hal-hal yang berkaitan dengan administrasi pendaftaran jaminan fidusia. Dalam rangka untuk melindungi kepentingan penerima fidusia sekaligus melindungi kepentingan pihak ketiga, maka segala keterangan mengenai benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang ada pada Kantor Pendaftaran Fidusia bersifat terbuka untuk umum.Artinya siapa saja yang merasa berkepentingan dapat saja mendapatkan informasi berkaitan dengan benda yang menjadi objek jaminan fidusia yang telah didaftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia. Prinsip ini disebutkan dalam ketentuan pasal 18 Undang-Undang Jaminan Fidusia, yang bunyinya sebagai berikut : Segala keterangan mengenaibenda fidusia yang menjadi objek jaminan fidusia yang ada pada Kantor Pendaftaran Fidusia terbuka untuk umum. Pendaftaran dengan asas spesialitas dan publisitas ini dimaksudkan agar mempunyai pengaruhefek terhadap pihak ketiga. Agar pihak ketiga terikat dengan pendaftaran tersebut, dalam arti, pihak ketiga tidak dapat lagi mengemukakan alasan itikad baik, untuk mengelak dari kelalaiannya untuk mengontrol daftar yang bersangkutan sebelum ia melakukan transaksi yang menyangkut benda terdaftar. 44 44 J.Satrio, Hukum Jaminan HakJaminan Kebendaan Fidusia, Citra Aditya Bakti, 2002, Bandung, hal. 271.

BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG