BAB III UPACARA TINGKEBAN PADA MASYARAKAT JAWA
3.1. Upacara Tingkeban
Upacara Tingkeban merupakan salah satu tradisi masyarakat Jawa. Upacara Tingkeban adalah tata cara dan tata upacara yang dilaksanakan apabila usia kehamilan
seseorang berusia tujuh bulan. Tingkeban berasal dari kisah sepasang suami istri yang bernama Ki Sedya dan Ni Satingkep, yang menjalankan laku prihatin brata sampai
permohonanannya dikabulkan oleh Yang Maha kuasa. Laku prihatin itu sampai sekarang dilestarikan menjadi acara yang disebut tingkeban. Upacara tingkeban hanya
dilaksanakan ketika seorang wanita mengandung anak pertama. Upacara tingkeban disebut juga mitoni berasal dari kata pitu yang artinya tujuh.
Kata pitu juga mengandung doa dan harapan, semoga kehamilan ini mendapat pitulungan atau pertolongan dari Yang Maha Kuasa, agar bayi yang dikandung
maupun ibu yang mengandung tetap diberikan kesehatan dan keselamatan.
3.2. Tahap-Tahap Persiapan 3.2.1. Kronologis Upacara Tingkeban
1. Waktu Pelaksanaan
Antara pukul 9.00 sampai dengan pukul 11.00 pagi Calon ibu mandi dan cuci rambut yang bersih, mencerminkan kemauan yang suci dan bersih. Kira-kira pukul
15.00-16.00 siang, upacara tingkepan dapat dimulai, menurut kepercayaan pada jam- jam itulah bidadari turun mandi. undangan sebaiknya dicantumkan lebih awal pukul
14.30 WIB
Universitas Sumatera Utara
2. Hari Pelaksanaan
Biasanya dipilih hari Rabu atau hari Sabtu, tanggal 14 dan 15 tanggal Jawa, menurut kepercayaan agar bayi yang dilahirkan memiliki cahaya yang bersinar, dan
menjadi anak yang cerdas.
3 . Pelaksana yang menyiramimemandikan
Para Ibu yang jumlahnya tujuh orang, yang terdiri dari sesepuh terdekat. Upacara dipimpin oleh ibu yang sudah berpengalaman.
Pada acara Tingkeban ini, biasanya pamangku hajat mengundang kehadiran para tetua sesepuh, tetangga, sanak saudara, teman kerja, dan sebagainya.
3.2.2. Peralatan dan Piranti
Peralatan berbeda dengan piranti. Peralatan mengacu pada berbagai sarana yang digunakan dalam proses pelaksanaan upacara tingkeban. Sedangkan piranti pengganti
kata sesaji dan sebagai sarana penjamuan atau berbagai makanan yang disajikan untuk para tamu.
a. Peralatan dan Maknanya
Peralatan adalah segala hal yang mendukung pelaksanaan tata upacara Tingkeban. Pada upacara ini alat-alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut :
1. Pangaron tempayan Melambangkan bahwa setiap orang hendaknya senantiasa menyucikan diri baik
lahir maupun batin. 2. Toya Suci Pewita Sari
Air suci digunakan untuk mandi calon ibu. Air suci ini diambil dari tujuh sumber. Hal ini bertujuan agar kemana pun calon ibu pergi senantiasa diberikan
keselamatan.
Universitas Sumatera Utara
3. Sekar Setaman atau Sritaman Sekar setaman disini bukan berarti semua bunga yang berada di taman, tatapi dapat
diwakili oleh bunga mawar, melati, kantil, atau kenanga. 4. Nyamping 7 dan Mori
Nyamping kain jaritjarit berjumlah 7 untuk dipakai berganti-ganti. Ketujuh motif dipilih dari beberapa motif yang ada sebagai berikut :
a. Sidamukti b. Trutum
c. Sidaluhur d. Parangkusuma
e. Semenrama f. Udan riris
g. Cakar ayam h. Grompol
i. Lasem j. Dringin
Mori dipakai sebagai alas busana dasar sebelum berganti-ganti nyamping. Hal ini mengandung makna bahwa segala perilaku calon ibu senantiasa dilambari dengan
hati yang bersih. 5. Dhingklik
Dhingklik adalah kursi kecil tempat duduk calon ibu. 6. Ron Kaluwih
Ron kaluwih atau daun kaluwih digunakan sebagai lambaran alas duduk calon ibu ketika dimandikan. Daun kaluwih ini sebagai lambang harapan hidup keluarga
calon ibu bapak agar senantiasa diberikan kelebihan.
Universitas Sumatera Utara
7. Ron Alang-alang dan Ron Kapa-kapa Dua daun ini mengandung harapan semoga calon ibu mulai sekarang hingga saat
melahirkan dan seterusnya tidak mendapat halangan apa-apa. 8. Klasa Bangka
Klasa bangka adalah tikar yang terbuat dari anyaman daun pandan. Hal ini melambangkan putaran hidup manusia dan lambang perjalanan manusia pada
empat dunia. Keempat dunia itu disebut catur jagad lokajanma. Catur berarti empat, jagad berarti dunia, loka adalah tempat, dan janma adalah manusia.
9. Janur Kuning Hal ini bermakna semua halangan telah dimusnahkan sehingga yang ditemui
adalah keselamatan. 10. Keris Pusaka Kyai Brojol dan Kunir
Keris yang digunakan oleh calon bapak disebut Kyai Brojol. Disebut Kyai Brojol karena diharapkan jabang bayi dapat keluar dengan lancar. Pada ujung keris
ditancapkan kunir sebagai lambang penghapus mara bahaya. 11. Telur ayam
Telur terdiri dari dua bagian, yaitu kuning telur dan putih telur. Kuning telur sebagai lambang darah dan putih telur sebagai lambang air ketuban.
12. Cengkir Gading Cengkir gading adalah kelapa berwarna kuning dan lebih kecil daripada ukuran
kelapa biasa. Warna kuning adalah warna kemenangan, yaitu kemenangan calon ibu dan calon bayi.
13. Klenthing Klenthing sebagai lambang kehamilan dan air sebagai lambang ketuban dalam
proses kelahiran.
Universitas Sumatera Utara
14. Ayam beserta Sangkarnya Ayam sebagai lambang bayi dan sangkar sebagai lambang perut calon ibu.
15. Siwur gayung Siwur adalah gayung yang terbuat dari tempurung kelapa.
16. Rujak Rujak yang ada biasanya rujak crobo, artinya calon bayi jangan sampai croobo
dekil atau malas-malasan. Selain itu rujak ini dapat dinikmati pula oleh para hadirin.
17. Dawet dan Cendol Harapannya semoga rezeki keluarga tersebut mengalir, berkumpul, seperti cendol
yang terdapat dalam dhawet. Dawet juga melambangkan kesegaran.
b. Piranti dan Maknanya